Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/354

e-BinaAnak edisi 354 (24-10-2007)

Kelas Pratama

 

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                           354/Oktober/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL (1)   : Memahami Anak Pratama
  - Artikel (2)   : Bagaimana Mengajar Anak Pratama
  - BAHAN MENGAJAR: Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin
  - WARNET PENA   : PEPAK: Kesaksian Guru
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Kristus,

  Bingung memang manakala harus menghadapi anak pratama yang usianya
  berkisar antara enam dan sembilan tahun. Diperlukan persiapan super
  ekstra untuk mengajar mereka. Karena usia tersebut merupakan masa di
  mana si anak mulai memperlihatkan kepandaiannya kepada teman
  sebayanya, menyukai kehidupan kelompok, bertindak kritis, penuh rasa
  ingin tahu yang tinggi, dan sifat menonjol lainnya. Para pelayan
  sekolah minggu atau para pelayan anak harus pandai-pandai dalam
  menyajikan cerita maupun kreativitas. Kalau tidak, siap-siap saja
  jika mereka langsung menyerang Anda dengan argumen bahwa mereka
  sudah mulai bosan dengan model cerita atau kreativitas yang itu-itu
  saja.

  Tentu Anda tidak ingin hal itu terjadi, bukan? Edisi pekan ini
  mengajak Anda untuk lebih memahami anak usia pratama, baik dari segi
  perkembangan, karakter, maupun hal-hal lainnya. Dengan mengenal
  karakter mereka, Anda akan terbantu untuk membuat strategi dalam
  menyampaikan firman Tuhan. Selamat menyimak sajian kami kali ini dan
  layanilah mereka dengan kesabaran dan kelembutan dari Tuhan.

  Redaksi Tamu e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari

      "... sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan
          kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah
            dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh
      dalam pengetahuan yang benar tentang Allah." (Kolose 1:10)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kolose+1:10 >


                          o/ ARTIKEL (1) o/

                         MEMAHAMI ANAK PRATAMA
                         =====================

  Anak pada umur antara enam dan sembilan tahun boleh dikata merupakan
  saat-saat pengalamannya mulai meluas. Sebelum mencapai umur itu, ia
  masih ada di bawah asuhan orang tua. Teman-temannya kebanyakan
  berasal dari sekitar rumahnya atau dari keluarganya sendiri. Tetapi
  pada umur kurang lebih tujuh tahun, ia mulai mengenal lingkungan
  yang baru, yaitu sekolah. Sekarang anak itu bukan hanya menambah
  teman-teman baru, melainkan pengetahuan dan keterampilannya
  berkembang pula.

  Anak pratama sangat aktif, tetapi ia dapat menguasai diri lebih baik
  daripada seorang anak balita. Bermain adalah bagian yang penting
  dari kehidupannya. Ia suka berlari, melompat, memanjat,
  berkejar-kejaran, dan bermain bola. Anak umur ini memang sangat
  giat.

  Sering, anak pratama itu bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
  Dan juga kadang-kadang menentang perintah secara spontan, termasuk
  tugas yang diberikan kepadanya. Pancaindranya sedang berkembang.
  Oleh sebab itu, anak pratama senang melihat, mendengar, meraba,
  merasa, dan mencium.

  Walaupun perkembangan mental anak pratama itu pesat, orang dewasa
  perlu mengingat bahwa perbendaharaan kata-katanya masih terbatas. Ia
  sudah mengerti banyak hal, juga sedang belajar membaca, menghitung,
  dan menulis. Daya tahan untuk memerhatikan sesuatu atau
  konsentrasinya sudah berkembang, tetapi masih terbatas. Ia memunyai
  rasa ingin tahu dan sering bertanya: apa itu, untuk apa, bagaimana,
  mengapa, dan dari mana. Oleh karena rasa ingin tahu itulah, ia
  senang membongkar dan memasang kembali. Sehingga tidak heran bila
  permainannya cepat rusak.

  Meskipun anak pratama senang belajar tentang hal-ha1 yang nyata,
  ia pun senang mendengar cerita khayal. Tetapi untuk hal-hal yang
  abstrak, mereka sukar mengerti. Alam pikirannya masih berkisar pada
  keadaan sekarang dan pengalamannya sendiri.

  Walaupun masih berpusat kepada diri sendiri, anak pratama itu mulai
  mengerti kepentingan orang lain. Ia sudah mulai memilih kawan-kawan
  dari lingkungan sekolah dengan latar belakang yang lebih luas. Ia
  ingin disukai oleh teman-temannya, guru, serta orang tuanya, dan
  anak seumur ini mulai senang bermain dalam kelompok-kelompok kecil.
  Ia menghargai orang yang lebih tua, misalnya ayah, ibu, nenek, dan
  gurunya, bahkan anak pratama suka meniru tingkah laku mereka dan
  lekas percaya kepada mereka. Ia ingin disayangi, dicintai, dihargai
  oleh orang lain, dan ia mudah ditakut-takuti. Ia juga sudah mulai
  dapat membedakan antara yang benar dan yang salah.

  Jika ada tugas yang terlalu sukar atau rumit untuk dikerjakan, anak
  pratama itu cepat putus asa. Walaupun ia cepat menunjukkan emosi,
  ia pun cepat lupa keadaan yang menyebabkannya marah, sedih, dsb..

  Anak pada umur ini dipenuhi rasa kagum dan dapat dibimbing untuk
  menghormati dan menyembah Tuhan Allah. Pengertian dan pengalamannya
  tentang sikap orang Kristen masih sedikit, oleh sebab itu ia perlu
  diajar bahwa Yesus adalah Teman yang baik, yang ingin menolongnya.
  Di kelas sekolah minggu, ia perlu diajar sikap dan sifat Kristen
  yang baik seperti: suka membantu, jujur, taat, penuh kasih, dsb..
  Oleh karena ia mempercayai nilai doa, anak pratama dapat diajar
  berdoa secara sederhana dan sesuai dengan pengalamannya. Karena ia
  tertarik kepada buku yang dianggap penting oleh orang dewasa, ia pun
  dapat mulai mengerti bahwa Alkitab adalah buku yang istimewa, dan
  bahwa apa yang dikatakan oleh gurunya di sekolah minggu, tentu
  cerita yang terdapat di dalam Alkitab. Guru yang menunjukkan kasih
  sayang kepada anak pratama akan dengan lebih mudah dapat mengajar
  bahwa Allah pun mengasihi anak itu.

  CIRI-CIRI UMUM GURU PRATAMA

  Seorang guru harus memiliki ciri-ciri tertentu agar dapat mengajar
  dengan baik. Memang, tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi semua
  syarat itu, tetapi seorang guru yang tulus akan berusaha
  mengembangkan kemampuannya untuk mengajar. Apakah ciri-ciri itu?

  1. Mengasihi Allah
     ---------------
     Seorang guru sekolah minggu tentu berkeinginan agar Allah
     berkenan kepada pelayanannya. Untuk itu, ia perlu menyerahkan
     diri kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Hal ini akan
     sangat menolongnya bila merasa putus asa akan hasil
     pelayanannya. Justru penyerahannya kepada Allah itulah yang dapat
     memberi dorongan untuk tetap mengajar.

  2. Mengasihi murid-muridnya
     ------------------------
     Jika Anda tidak mengasihi anak-anak, bagaimana Anda akan mengajar
     mereka? Mungkin Anda masih kurang mampu mengajar, namun sebagian
     besar kekurangan itu akan dapat diatasi jika Anda sungguh
     mengasihi anak-anak.

  3. Mengerti keberadaan anak-anak
     -----------------------------
     Untuk mengajar dengan berhasil, seorang guru perlu mengerti
     ciri-ciri, minat, kemampuan, dan kebutuhan anak-anak layannya.

  4. Mengasihi firman Tuhan
     ----------------------
     Sebagai pengajar sekolah minggu, seorang guru selayaknya
     mengasihi firman Tuhan (Alkitab). Menyadari pentingnya arti
     mengasihi firman Tuhan, Anda perlu merenungkan
     pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
     a. Apakah Anda puas dengan membaca Alkitab hanya sepintas lalu
        saja ataukah mempelajarinya setiap hari?
     b. Apakah Anda berusaha menerapkan ajaran Alkitab dalam hidup
        Anda?
     c. Apakah Alkitab menjadi pedoman hidup Anda?

  5. Kesediaan untuk bekerja keras
     -----------------------------
     Jika seorang guru ingin berhasil, ia tidak akan menganggap cukup
     hanya sekadar menyampaikan pelajaran yang ada dalam buku saja.
     Melainkan, ia akan mengajarkan pelajaran kepada murid-muridnya
     sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk hal itu, ia harus mengenal
     mereka dan perlu mengunjungi, mendoakan mereka, mempelajari
     bahan-bahan pelajaran dengan seksama, mengatasi masalah disiplin
     di kelas, dsb.. Guru harus mempersiapkan pelajaran dengan
     sebaik-baiknya agar pelajaran itu dapat menarik perhatian
     murid-muridnya.

  6. Kesediaan untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya
     ---------------------------------------------------
     Apakah Anda mengharapkan murid-murid Anda menjadi orang yang
     menghargai ketepatan waktu? Jika demikian, Anda sendiri harus
     menjadi contoh; dengan tiba di kelas paling awal. Apakah Anda
     ingin supaya murid-murid Anda menjadi orang Kristen teladan? Anda
     sendiri harus menjadi contoh terlebih dahulu. Mereka akan
     memerhatikan hidup, perbuatan, dan percakapan Anda. Jika Anda
     ingin agar murid-murid Anda di kemudian hari akan menjadi anggota
     gereja yang setia, hendaknya Anda sendiri menjadi anggota gereja
     yang setia.

  Berusahalah untuk mendapat sarana yang akan menolong Anda mengajar
  dengan lebih baik. Ikutilah penataran, kursus, lokakarya, baik yang
  diadakan di gereja Anda ataupun sewilayah. Bacalah buku-buku dan
  lembaran-lembaran tentang cara mempelajari Alkitab, cara mengajar,
  ciri-ciri, atau ilmu jiwa anak-anak, dsb.. Adakan waktu untuk dapat
  bertukar pikiran dengan guru-guru sekolah di gereja Anda atau gereja
  lain. Anda dapat pula menambah pengetahuan dengan mengamat-amati
  guru yang sudah berpengalaman dan sedang mengajar dengan efektif.
  Bila gereja Anda telah menyediakan bahan pelajaran, pelajarilah
  dengan teliti bahan pelajaran yang telah dicetak sesuai dengan
  kurikulum gereja Anda itu. Pakailah saran-saran yang tercantum di
  dalamnya.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Bagaimana Mengajar Anak Pratama
  Penulis   : Doris Blattner
  Penerbit  : Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1992
  Halaman   : 5 -- 10


                        o/ ARTIKEL (2) o/

                 BAGAIMANA MENGAJAR ANAK PRATAMA
                 ===============================

  Saran-saran berikut ini secara langsung mengarah pada sifat-sifat
  anak pratama dan bagaimana sifat-sifat itu memengaruhi proses
  belajar-mengajar.

  Anak pratama lebih senang belajar dari apa yang dapat mereka alami
  secara konkrit dan fisik daripada secara lisan -- misalnya berbicara
  dengan mereka. Mereka sangat memerhatikan kepekaan fisik dan mereka
  menggunakannya untuk mendapatkan ide-ide dan informasi baru. Itulah
  sebabnya, mengapa penggunaan alat-alat peraga visual, kaset rekaman,
  tape, alih peran (role play), dan drama sangat penting bagi mereka.
  Seorang anak akan belajar lebih banyak dengan memainkan peran
  sebagai anak yang harus memilih daripada melaksanakan perintah dari
  gurunya yang mengatakan, "Kita semua harus memilih apa yang Tuhan
  ingin kita lakukan." Saat seorang anak melihat gambar tentang
  bangsa Israel yang berjalan di Laut Teberau, ia mendapatkan
  pelajaran yang lebih banyak daripada saat dijelaskan mengenai
  peristiwa tersebut.

  Anak-anak menyukai cerita! Sungguh bersyukur kita mendapatkan
  kesempatan untuk mengajarkan Alkitab yang memuat berbagai cerita
  terbaik! Bersikaplah yakin saat menekankan bahwa peristiwa-peristiwa
  itu benar-benar ada dalam Alkitab. Bila peristiwa itu tidak begitu
  dikenal, anak pandai akan bertanya, "Apakah cerita itu benar-benar
  ada di Alkitab?" Sangat baik untuk tidak menceritakan cerita
  imajinatif dengan menggunakan latar belakang Alkitab bila tidak
  dalam keadaan yang terdesak. Ada banyak legenda dan mitos Natal yang
  menarik bagi anak-anak yang lebih besar, tetapi cerita-cerita itu
  membingungkan anak pratama.

  Sebagai aturan umum, jangan gunakan objek pelajaran. Anak-anak ini
  berpikir secara konkrit, secara literal. Tidak mungkin bagi mereka
  untuk memahami bahwa menara bisa melambangkan Alkitab atau karang
  melambangkan dosa. Anak yang lebih dewasa memang tertarik pada
  simbol-simbol, tetapi tidak bagi anak pratama.

  Alkitab adalah sumber buku bagi keseluruhan pendidikan Kristen.
  Setiap pelajaran harus didasarkan pada Alkitab! Namun, jika Anda
  tidak sedang berencana untuk menyusun kurikulum -- ini bukanlah
  tugas yang mudah -- Anda disarankan untuk mengikuti materi yang
  telah disediakan untuk anak-anak ini. Penyusun kurikulum biasanya
  melakukan penelitian yang mendalam sebelum memutuskan pelajaran
  Alkitab apa yang sesuai untuk anak pratama. Mereka memilih
  bahan-bahan Alkitab yang mudah dipahami dan efektif bila dihubungkan
  dengan pengalaman anak. Hanya ada sedikit hal dari cerita janji
  Yefta yang bisa diterapkan pada anak karena situasi dari cerita itu
  adalah situasi orang dewasa dan tindakan konsekuensi dari tokoh
  utama secara emosional sangatlah membingungkan. Selain itu, karena
  seorang anak akan belajar banyak melalui cerita, penyusun kurikulum
  memilih peristiwa-peristiwa Alkitab yang memiliki cerita
  berkualitas. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Paulus dalam
  Perjanjian Baru secara umum sebaiknya diajarkan pada anak-anak yang
  lebih dewasa.

  Apa yang diperlukan anak pratama? Sama seperti anak lainnya, mereka
  memerlukan penyembahan, belajar, ekspresi, dan persekutuan Kristen.

  Anak-anak pratama siap untuk belajar semua dasar kebenaran dalam
  Alkitab bila prinsip-prinsip itu disampaikan sesuai dengan tingkatan
  anak dan dihubungkan dengan kehidupan mereka. Saat mereka merasa
  bersalah, kesepian, atau frustasi, mereka perlu memahami dan
  mengalami pertolongan Tuhan. Saat mereka bahagia, mereka perlu
  menghubungkan Tuhan dengan hal-hal baik yang ada di dunia ini.

  Apa yang sebaiknya kita ajarkan secara spesifik? Kita tidak bisa
  mengajarkan apa yang kita sendiri tidak pelajari kepada anak-anak.
  Ingatlah, "Agama lebih mudah ditangkap daripada diajarkan." Mungkin
  kebanyakan dari anak-anak ini berpikir bahwa Tuhan memiliki bentuk
  secara fisik. Pemahaman mereka tentang Tuhan dihubungkan dengan
  pengalaman mereka bersama orang dewasa. Mereka sudah bisa memberi
  respons terhadap pemikiran bahwa Tuhan adalah Pencipta, tetapi
  pemikiran Tuhan yang masih tetap bekerja dalam ciptaan-Nya masih
  sulit untuk mereka pahami. Jika pendidik Kristen menekankan
  atribut-atribut, misalnya Tuhan itu kasih, kemurahan hati,
  kebijakan, kesempurnaan, dan kebaikan, kedewasaan akan memberikan
  pemahaman yang sebenarnya bahwa Allah adalah Roh. Saat anak
  bertanya, "Seperti apakah Tuhan itu?", guru harus mengatakan, "Tuhan
  tidak membutuhkan tubuh seperti kita. Hal penting yang harus
  diketahui adalah bahwa Ia mengasihi kita dan ingin kita juga
  mengasihi-Nya."

  Beberapa anak pratama biasanya sudah siap menerima Tuhan Yesus
  Kristus sebagai Juru Selamat. Pada usia ini, seorang anak mulai
  mengumpulkan dan menghubungkan cerita tentang kehidupan Yesus --
  sejak dari bayi di palungan hingga bangkitnya Juru Selamat. Anak ini
  sudah bisa memahami bahwa dia memiliki tanggung jawab pribadi kepada
  Tuhan. Ia bisa merasa aman dalam kasih dan pengampunan Tuhan.

  Bagaimana sebaiknya kita mengajar anak-anak ini? Kita mengajar
  mereka melalui cara-cara di mana mereka bisa belajar dengan
  sebaik-baiknya. Kita menyampaikan cerita Alkitab karena mereka
  menyukai cerita dan mereka bisa dengan mudah mengikuti
  tindakan/perbuatan dalam cerita itu. Kita minta mereka menjawab
  pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman
  mereka tentang bagaimana mereka menerapkan apa yang sudah mereka
  ketahui. Kita meminta mereka untuk mengekspresikan diri mereka
  sendiri melalui permainan alih peran (role play), tugas-tugas,
  kegiatan seni, dan menulis, karena kesan (impression) -- dari
  pengajaran kita -- harus selalu diikuti dengan tindakan
  (expression). Kegiatan-kegiatan pengekspresian diri membantu anak
  mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. Melalui berbagai
  kegiatan ini, guru bisa mempelajari apa yang telah dipahami oleh
  seorang anak dan pengalaman apa yang diinginkan oleh anak ini.

  Berbagai jenis pengalaman adalah lebih penting daripada suatu jadwal
  yang kaku. Cerita, "filmstrips", dan menyanyi bisa dilakukan dalam
  kelompok besar -- hingga lima puluh anak. Namun drama singkat (atau
  drama-drama lainnya), kegiatan kreatif, misalnya menyusun lagu,
  menulis puisi, kerajinan tangan, atau diskusi, harus dilakukan dalam
  kelompok kecil antara lima sampai sepuluh anak.

  Ingatlah bahwa setiap anak memasuki pengalaman belajar sebagai
  pribadi yang seutuhnya. Beberapa kegiatan memerlukan penglihatan dan
  pendengarannya; tetapi kegiatan lain membutuhkan gerakan tubuh,
  berpikir kreatif, dan kontrol otot kecil. Anak-anak membutuhkan
  kegiatan yang berubah -- berbagai pengalaman belajar. Anak-anak
  jarang bisa menghabiskan waktu selama satu jam dengan satu kegiatan
  saja. Ukurlah minat anak-anak dan gantilah dengan kegiatan-kegiatan
  yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Kira-kira dua puluh menit sudah
  cukup lama bagi sebagian besar anak-anak dan kadang-kadang memang
  disarankan untuk melakukan kegiatan yang hanya membutuhkan waktu
  yang singkat. Beberapa anak akan lebih bisa belajar melalui alih
  peran (role play), sedangkan anak-anak lainnya dengan melihat
  "filmstrip". Buatlah metode pengajaran yang bervariasi supaya bisa
  menghasilkan berbagai gaya mengajar murid-murid Anda.

  Membaca buku tentang anak-anak tentu jauh lebih mudah daripada
  mengajar mereka. Namun, tinggal bersama anak laki-laki dan perempuan
  akan sangat membantu dan bermanfaat daripada hanya membaca. Jadikan
  bacaan Anda sebagai tuntunan dan sebagai alat untuk menyediakan
  informasi yang sebanyak mungkin. Tetapi ujian dalam mengajar adalah
  mengajar itu sendiri! Sama seperti anak-anak yang belajar melalui
  apa yang dikerjakannya, demikian pula dengan Anda. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku        : Childhood Education in the Church
  Judul asli artikel: How to Teach First and Second Graders
  Penulis           : Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B.
                      Zuck
  Penerbit          : Moody Press, Chicago 1986
  Halaman           : 130 -- 133


                      o/ BAHAN MENGAJAR o/

                ORANG KAYA DAN LAZARUS YANG MISKIN
                ==================================

  Bahan Alkitab
  -------------
  Lukas 16:19-31

  Tujuan khusus
  -------------
  Anak dapat: - menceritakan perbuatan orang kaya terhadap Lazarus;
              - membandingkan keadaan orang kaya dengan keadaan orang
                miskin;
              - memberikan contoh perbuatan yang harus dilakukan
                apabila ia berhadapan dengan orang seperti Lazarus.

  Ayat hafalan
  ------------
  "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu
  perbuatlah demikian juga pada mereka" (Matius 7:12-14).

  Materi pelajaran
  ----------------
  A. Untuk Guru

  Renungan

  Bagian ini berbeda sifatnya dari perumpamaan. Sebab suatu
  perumpamaan biasanya merupakan cerita dari kehidupan sehari-hari,
  yang intinya dapat menjadi nasihat di bidang kerohanian. Sedangkan
  cerita ini merupakan suatu lukisan yang menggambarkan suatu
  kejadian, untuk menjadi peringatan.

  Orang kaya dalam cerita ini adalah orang yang suka dengan kemewahan.
  Tapi bukan berarti bahwa kesenangannya itu menjadikannya seorang
  yang bersalah. Alkitab juga tidak mengatakan bahwa memiliki kekayaan
  itu adalah suatu kesalahan. Sebab kekayaan itu merupakan berkat
  Tuhan kepada orang yang rajin bekerja.

  Jadi, di manakah letak kesalahan orang kaya ini? Kesalahannya adalah
  pada sikap yang ia perlihatkan ketika berhadapan dengan Lazarus,
  seorang miskin yang membutuhkan belas kasihannya. Orang kaya ini
  tidak berbuat apa-apa justru ketika ia harusnya melakukan sesuatu.
  Ia tidak memerhatikan atau memedulikan orang lain. Yang
  dipentingkannya adalah kesenangannya diri. Orang kaya ini tidak
  mempergunakan kekayaannya dengan baik. Ia tidak membagikan berkat
  yang diterimanya dari Tuhan kepada orang yang memerlukan
  pertologannya.

  B. Untuk Anak

  1. Cerita I

  "Aduh ... perutku pedih! Aku lapar sekali!" keluh Lazarus sambil
  memegang perutnya. "Ke mana aku harus mencari makan, ya? Ah ...
  seandainya saja aku sehat, aku akan bekerja sehingga tidak
  kelaparan seperti ini. Makin hari aku semakin lemah. Tapi daripada
  aku duduk diam di sini, lebih baik aku berjalan. Mudah-mudahan ada
  orang yang berbaik hati mau memberi aku makan," demikian pikir
  Lazarus.

  Pada siang hari yang terik, Lazarus lalu melangkah tertatih-tatih.
  Tubuhnya lemah karena sakit dan kelaparan. Selain itu, rasa nyeri
  luka-luka yang memenuhi tubuhnya begitu menyiksanya.
  Sebentar-sebentar ia duduk di tepi jalan untuk beristirahat.

  "Ke mana aku akan berjalan mencari makan, ya? Oh, aku ingat
  sekarang! Di sebelah sana ada rumah seorang kaya. Ia memunyai banyak
  makanan. Sebab itu tiap hari ia berpesta dengan kawan-kawannya. Ia
  pasti mau memberi sedikit makanannya padaku," begitu pikir Lazarus.

  Dengan agak bersemangat, Lazarus lalu berjalan menuju rumah orang
  kaya itu. Dari kejauhan terlihat orang kaya itu sedang berdiri
  menghadapi meja makan. Banyak hidangan tersedia di atas meja.
  Berbagai jenis makanan dilihat oleh Lazarus.

  Lazarus lalu berbaring di dekat pintu rumah si orang kaya dan
  mengharapkan orang kaya itu akan memberi dia makanan. Sementara itu,
  beberapa ekor anjing datang mendekat lalu menjilati luka-luka di
  tubuh Lazarus.

  Adik-adik, Lazarus menunggu dan terus menunggu. Tapi ternyata orang
  kaya itu sama sekali tidak memedulikan Lazarus yang kelaparan. Ia
  asyik makan bersama tamu-tamunya saja.

  2. Tanya-Jawab

  Nah, adik-adik,  apakah yang seharusnya dilakukan oleh orang kaya
  itu terhadap Lazarus? (Berikan waktu pada anak-anak untuk menjawab.)
  Dapatkah adik-adik menceritakan bagaimana perasaan adik-adik jika
  seandainya adik-adik menjadi seperti Lazarus? (Beri kesempatan lagi
  pada anak-anak untuk menjawab.) Kalau adik-adik menjadi orang kaya
  itu, apa yang adik-adik akan lakukan terhadap orang miskin seperti
  Lazarus itu? (Anak-anak menjawab.)

  3. Cerita II

  Sekarang kita teruskan cerita kita. Apakah yang kemudian terjadi?
  Pada suatu hari, matilah Lazarus yang miskin itu. Begitu juga si
  orang kaya. Keduanya mati.

  Lalu, apakah yang terjadi dengan Lazarus setelah ia mati? Ia masuk
  ke surga dan disambut oleh Tuhan beserta malaikat-malaikat-Nya.
  Lazarus yang ketika masih hidup di dunia banyak menderita, sekarang
  boleh bersenang-senang.

  Bagaimana dengan si orang kaya itu? Ia dihukum Tuhan dan tidak
  boleh masuk surga. Waktu hidup di dunia, orang kaya itu
  bersenang-senang saja dan tidak memerhatikan orang yang menderita.
  Sekarang setelah mati orang kaya itu, dihukum dan harus menderita.
  Ia masuk neraka.

  4. Aktivitas

  Sebagai aktivitas, ajaklah anak-anak untuk mendramatisasikan
  (memainkan drama) kisah ini. Tanyakan dulu pada anak-anak, apakah
  sebenarnya yang terjadi menurut kisah tadi. Bila mereka sudah
  mengetahui, mintalah seorang anak berperan menjadi Lazarus, dan
  seorang lagi menjadi orang kaya.

  Drama ini dilakukan tanpa suara (pantomim). Bila dua anak ini telah
  selesai berperan, mintalah dua orang anak lagi untuk memainkan drama
  yang sama. Jangan terlalu banyak anak yang melakukan permainan drama
  ini; cegahlah kebosanan.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Pedoman Sekolah Minggu Anak Kecil (Umur 7-9 Tahun)
              Tahun II Jilid I
  Penulis   : Tidak dicantumkan
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1994
  Halaman   : 28 -- 32


                        o/ WARNET PENA o/

                       PEPAK: KESAKSIAN GURU
                       =====================
                  http://pepak.sabda.org/topik/17/

  Bersaksi merupakan satu bagian pengajaran penting dalam kelas
  sekolah minggu. Dengan bersaksi, kita dapat saling menguatkan dan
  melihat karya Tuhan dalam hidup kita. Situs PEPAK menyediakan wadah
  untuk hal tersebut dalam Topik Kesaksian Guru. Di dalamnya, kita
  dapat melihat para guru sekolah minggu membagikan
  pengalaman-pengalaman mereka dalam pelayanan. Melalui kesaksian
  tersebut pula kita semua dapat saling belajar dan menajamkan
  sehingga kualitas mengajar kita pun lebih terasah. Saat ini sudah
  ada lebih dari empat puluh kesaksian yang dapat kita nikmati
  bersama-sama. Apakah Anda ingin menambah daftar kesaksian tersebut?
  Tim situs PEPAK masih terus menerima kesaksian-kesaksian membangun
  dari para pelayan anak. Isi saja formulir untuk mengirim tulisan
  yang ada di halaman depan situs PEPAK <http://pepak.sabda.org> atau
  langsung kirim e-mail ke pepak(at)sabda.org. Selamat bersaksi!

  Oleh: Redaksi


                       o/ MUTIARA GURU o/

       Orang muda memang selalu dalam keadaan menyerupai mabuk;
   karena kemudaan mereka memang manis dan mereka sedang bertumbuh.
                         - Aristoteles -


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
                   Kontributor: Kristina Dwi Lestari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
         http://ylsa.sabda.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org