Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/328

e-BinaAnak edisi 328 (2-5-2007)

Teladan Yesus dalam Hal Mengasihi

  
______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                               328/Mei/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL (1)         : Yang Yesus Ajarkan tentang Kasih:
                          Kasih adalah Prinsip Utama dari Semua Hukum
  - ARTIKEL (2)         : Mengasihi Murid seperti Teladan Yesus
  - BAHAN MENGAJAR      : Kasih itu Sabar
  - WARNET PENA         : Free Bible Study Resources: The Love Chapter
  - DARI ANDA UNTUK ANDA: Ucapan Syukur
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Kristus,

  Kata "kasih" merupakan sebuah kata yang kompleks. Kompleksitasnya
  tidak hanya dalam tatanan makna, tapi juga dalam praktik. Kasih
  harus melampaui perkataan dan menjelma dalam perbuatan. Dan Tuhan
  kita, Yesus Kristus telah meninggalkan teladan yang sangat baik.

  Hanya saja, ketika kita hendak mengajarkan kasih pada anak-anak
  layan kita, satu hal yang perlu kita renungkan ialah seperti apa
  kita mempraktikkannya. Jelas kita tidak bisa sekadar menyampaikan
  teori tanpa kita sendiri dapat menunjukkannya, kepada sesama rekan
  pelayan, terlebih kepada anak-anak. Sebagai pelayan Tuhan, kita
  harus terlebih dahulu meneladani kasih Kristus yang telah terlebih
  dahulu dinyatakan-Nya kepada kita. Di edisi awal bulan Mei ini, kita
  akan bersama-sama belajar pengajaran kasih dari Yesus dan juga
  bagaimana kita dapat mengasihi anak-anak layan kita, seperti Yesus
  mengasihi murid-murid-Nya.

  Untuk bulan Mei, e-BinaAnak mengusung tema Mengikuti Teladan
  Kristus. Selain Mengikuti Teladan Kristus dalam Mengasihi, tema-tema
  berikut akan disuguhkan kepada Anda.

  - Mengikuti Teladan Kristus dalam Melayani
  - Mengikuti Teladan Kristus dalam Mengajar
  - Mengikuti Teladan Kristus dalam Memimpin
  - Mengikuti Teladan Kristus dalam Disiplin

  Nah, selamat menyimak edisi kali ini. Mari mempraktikkan kasih itu
  dan mengajarkannya kasih itu pada anak-anak layan Anda.

  Penyunting,
  Raka Sukma Kurnia

   "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi,
      sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang
    mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1Yohanes 4:7)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Yohanes+4:7 >


                         o/ ARTIKEL (1) o/

                  YANG YESUS AJARKAN TENTANG KASIH:
            KASIH ADALAH PRINSIP UTAMA DARI SEMUA HUKUM
            ===========================================

  Injil menuliskan empat keadaan di mana Yesus mengajarkan bahwa kasih
  merupakan prinsip utama dari semua hukum. Dalam Khotbah di Bukit
  kita mendapatkan contoh pertamanya. Seperti yang telah ditunjukkan
  bahwa hukum yang berkaitan dengan kutuk, perzinahan, dan
  penganiayaan kepada orang lain tidak hanya sekadar kata-kata saja
  dan harus dihargai lebih daripada itu. Dia berkata, "Kamu telah
  mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
  Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
  mereka yang menganiaya kamu" (Mat. 5:43,44).

  Ayat yang diambil-Nya dari Perjanjian Lama, Imamat 19:18,
  menyatakan, kasihilah musuhmu. Ini menunjukkan bahwa Yesus
  benar-benar memberikan interpretasi umum pada ayat ini, suatu
  interpretasi yang muncul dari konsep "sesama". Bagi orang Yahudi,
  "sesama" adalah orang yang tinggal di sekitar kita. Pada
  kenyataannya, bahasa Yunani untuk "sesama" berarti orang yang di
  dekat kita. Orang Yahudi jumlahnya sangat banyak sehingga yang
  dimaksud "sesama" hanyalah orang Yahudi. Dan karena hampir setiap
  orang lain menjadi musuh, mereka memberi celah permusuhan kepada
  orang lain. Yesus memerintahkan, "Kasihilah musuhmu." Pada waktu itu
  seseorang hampir tidak mungkin berpikir hal-hal yang lebih
  mengejutkan dan tidak masuk akal.

  Yesus menegaskan hal ini untuk kedua kalinya ketika ada seorang muda
  yang kaya datang kepada-Nya. Pengikut muda ini menyebut Yesus, "Guru
  yang baik", dan bertanya bagaimana bisa mendapatkan hidup yang
  kekal. Yesus mengatakan kepadanya supaya mematuhi perintah Allah.
  Ketika dia bertanya perintah yang mana yang dimaksud Yesus, Tuhan
  berkata, "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
  mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah
  sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 19:18,19). Perhatikan
  bahwa Yesus menghubungkan hukum kasih dengan tugas setiap orang.

  Untuk ketiga kalinya Yesus menggunakan hukum ini sebagai acuan untuk
  menjawab pertanyaan ahli Taurat (Luk. 10:25-29). Orang ini menanyai
  Yesus hanya untuk mencobai-Nya. Pertanyaan itu diajukan oleh seorang
  ahli Taurat, "Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh
  hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis di
  dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?" Jawab orang itu:
  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
  jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu,
  dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yesus
  membenarkan jawaban orang itu tentang kedua perintah ini. Tetapi
  ahli Taurat ini mencoba membenarkan dirinya sendiri, ingin tahu,
  "Siapakah sesamaku manusia itu?" Untuk hal ini Yesus menceritakan
  kepadanya tentang orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:30-35).

  Pada kali yang keempat, Yesus menekankan hukum kasih ini di
  sepanjang minggu terakhir keberadan-Nya di Yerusalem. Pada saat ini
  juga, seorang ahli Taurat menanyai Dia untuk mendapatkan jawaban
  yang benar. Ahli Taurat itu menanyakan perintah apa yang terutama.
  Yesus menjawab bahwa perintah yang pertama adalah mengasihi Allah
  dan perintah kedua adalah mengasihi sesama (Mat. 22: 35-39). Yesus
  memberi kesimpulan pada ayat 40 dengan mengatakan, "Pada kedua hukum
  inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

  Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa Dia menjadikan hukum kasih
  sebagai pusat dari seluruh hukum. Mengapa? Karena jika kita
  benar-benar mengasihi Allah dan sesama kita, dengan sendirinya kita
  akan memenuhi hukum-hukum lainnya. Kita tidak bisa mengasihi
  seseorang, namun kita mencuri atau iri hati terhadap apa yang
  dimilikinya. Kita tidak bisa mengasihi Allah dan mengkhianati-Nya
  atau menyembah berhala. Kasih Yesus tidak mengajarkan rasa
  sentimentil, tetapi kemampuan untuk berbuat baik. Karena kasih
  adalah prinsip utama dari semua hukum.

  Prinsip ini Yesus gunakan untuk menyatakan bahwa murid-murid-Nya
  harus saling mengasihi sama seperti Ia yang juga mengasihi mereka.
  Yesus menyebut ini sebagai "hukum yang baru". Yesus juga menyatakan
  bahwa kasih kepada-Nya akan tampak dalam ketaatan kepada-Nya (Yoh.
  15:12-17, 14:15-23). Yesus mengatakan, "Jikalau kamu mengasihi Aku,
  kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15). Kasih kita
  kepada Allah diukur berdasarkan ketaatan kita kepada-Nya dan dari
  kasih kita kepada sesama kita.

  KASIH MERUPAKAN SIFAT ALLAH

  Rasul Yohanes mengatakan kepada kita, "Allah adalah kasih" (1Yoh.
  4:8). Meskipun pernyataan ini tidak dinyatakan langsung oleh Yesus
  kepada kita, tetapi kita bisa melihat kebenarannya melalui
  kebangkitan dan pelayanan-Nya. Kedatangan-Nya dijelaskan hanya
  dengan dasar kasih Allah dan perhatian untuk manusia. Yohanes
  menyederhanakannya dan menyatakannya demikian, "Karena begitu besar
  kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang
  tunggal" (Yoh. 3:16). Apa lagi yang masih kita perlukan untuk
  membuktikan kasih Allah?

  Ajaran Yesus tentang pemeliharaan Allah sudah menjadi bukti dari
  kasih-Nya. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengajarkan kepada kita
  agar tidak khawatir karena kita dapat bergantung kepada Bapa. Yesus
  menunjukkan kepada kita bahwa Bapa memelihara burung-burung,
  mendandani rumput di padang, dan memberi keindahan kepada
  bunga-bunga yang bermekaran, dan begitu juga Dia akan memelihara
  kita (Mat. 6:25-33).

  Tindakan Yesus yang berbelas kasih itu sendiri menunjukkan betapa
  Allah itu kasih. Ia yang menyembuhkan orang sakit, menghidupkan
  kembali orang yang sudah mati, memberi makan orang banyak, dan
  melindungi murid-murid-Nya menunjukkan bahwa kasih adalah sifat
  Allah. Ia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa setiap orang yang
  telah melihat Dia telah melihat Bapa (Yoh. 14:9). Tindakan Yesus
  yang menunjukkan kasih selama Ia hidup menjadi bukti yang paling
  nyata bahwa Allah itu kasih. Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan
  bahwa Ia mengajarkan bahwa kasih merupakan sifat Allah.

  Ajaran-ajaran Yesus yang menggunakan perumpamaan juga menunjukkan
  hal ini. Kasih yang dimiliki seorang ayah dalam cerita anak yang
  hilang menggambarkan kasih Bapa di surga. Ketentuan untuk para
  pekerja juga merupakan ketentuan dari kasih, bukan dari kebaikan
  mereka. Dan pengorbanan dari seorang gembala yang baik juga
  merupakan kepedulian terhadap mereka yang dikasihi.

  Petrus mengatakan kepada kita bahwa kehidupan Tuhan kita merupakan
  suatu "contoh" atau sebagai seperti yang disebut dalam bahasa Yunani
  "tupos", (atau dalam bahasa Inggris "type"). Dia meninggalkan
  "teladan" bagi kita, kata Petrus, "supaya kamu mengikuti jejak-Nya"
  (1Ptr. 2:21). Inti dari contoh ini adalah kasih. Bagaimana kita
  bisa mengasihi seperti Ia mengasihi? Hanya dengan mengenal bahwa
  kuasa dari kasih itu adalah kuasa-Nya. Dia adalah pokok anggur dan
  kita adalah ranting-rantingnya. Bila kita tinggal di dalam pokok
  anggur itu, kekuatan dari pokok anggur itu memberi kita hidup,
  dan sifat dari anggur (kasih) ditunjukkan dalam buahnya (Yoh.
  15:1-13). (t/Ratri)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul buku        : What Jesus Taught
  Judul asli artikel: Love is the Central Principle of All Law
  Penulis           : George Alder
  Penerbit          : Standard Publishing, Ohio, USA
  Halaman           : 96 -- 99


                         o/ ARTIKEL (2) o/

                MENGASIHI MURID SEPERTI TELADAN YESUS
                =====================================
                      Oleh: Davida Welni Dana

  Selama Yesus melakukan pelayanan-Nya di dunia, banyak pelajaran
  kasih yang Dia berikan kepada kita. Kasih kepada Tuhan, sesama,
  saudara, murid-murid, anak-anak, dan lain sebagainya. Banyak hal
  dari tindakan kasih Yesus kepada anak-anak maupun murid-murid-Nya
  yang dapat kita terapkan dalam pelayanan. Berikut ini beberapa di
  antaranya.

  Membiarkan anak-anak datang kepada-Nya
  --------------------------------------
  Kasih Yesus kepada anak-anak sungguh besar. Dia tidak
  menghalang-halangi anak-anak datang kepada Dia. Pengajaran, berkat,
  dan kasih-Nya bukan hanya untuk orang-orang dewasa saja, tetapi juga
  untuk anak-anak kecil. Dalam Markus 10:13-16 kita dapat melihat
  Yesus memeluk anak-anak itu dan memberkati mereka. Sebelumnya, Dia
  menegur murid-murid-Nya yang menghalang-halangi anak itu datang
  kepada Dia.

  Yesus rindu setiap anak merasakan kasih dan mendapatkan berkat
  karena mengenal Dia. Melalui kisah di atas, Yesus mengajarkan agar
  kita membawa anak-anak datang kepada-Nya, tidak hanya secara fisik,
  tetapi agar mereka juga dapat bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.
  Janganlah kita menjadi seperti para murid yang menghalangi anak-anak
  datang kepada Dia dengan tidak sepenuh hati melakukan pelayanan kita
  dan menganggap pelayanan anak tidaklah penting. Teladanilah kasih
  Yesus yang membiarkan anak-anak merasakan kasih dan mendapatkan
  berkat-Nya.

  Memerhatikan keadaan dan kebutuhan murid-murid
  ----------------------------------------------
  Firman Tuhan juga mencatat beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa
  Yesus amat memerhatikan keadaan dan kebutuhan murid-murid-Nya. Dalam
  Matius 8:14-17 kita dapat melihat Yesus datang ke rumah Petrus dan
  menyembuhkan ibu mertuanya yang sedang sakit keras. Dalam Lukas
  5:1-11 Yesus tahu bahwa seharian Petrus dan juga teman-temannya
  tidak mendapatkan hasil tangkapan ikan, lalu Dia meminta Petrus
  untuk pergi ke tengah dan menebarkan jala. Dan ada mujizat! Ikan
  yang sangat banyak ditangkap oleh Petrus dan teman-temannya. Hasil
  tangkapan itu tentu saja bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam
  Yohanes 14:15-31 Yesus mengatakan bahwa tidak lama lagi Dia tidak
  akan bersama murid-murid-Nya. Dia tahu perkataan itu akan sangat
  menyedihkan bagi mereka dan mungkin membuat gentar, oleh karena itu
  Dia berjanji memberikan Penolong yang lain sehingga mereka tidak
  akan sendirian dalam melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi.

  Memerhatikan keadaan dan kebutuhan anak-anak layan kita juga
  merupakan salah satu bukti bahwa kita mengikuti teladan Yesus dalam
  hal mengasihi. Perhatian tidak hanya kita tunjukan ketika berhadapan
  dengan anak di dalam kelas, tetapi mengenal mereka lebih pribadi
  lagi. Misalnya, mengenal keadaan keluarga, menjadi sahabat bagi anak
  yang membutuhkan bimbingan khusus, memerhatikan anak-anak dengan
  kebutuhan khusus, menjenguk dan mendoakan mereka di kala sakit atau
  berduka, dan lain sebagainya. Program visitasi bisa menjadi salah
  satu aksi untuk menyentuh keadaan anak secara lebih pribadi lagi.

  Mendoakan murid-murid.
  ----------------------
  Dalam Yohanes 17:1-26 ditulis bagaimana Yesus mendoakan
  murid-murid-Nya. Rasa kasih yang begitu dalam kepada mereka membawa
  Ia menyebutkan murid-murid-Nya tersebut di hadapan Bapa. Dalam
  doa-Nya, Dia bersyukur atas murid-murid-Nya yang percaya dan tahu
  benar bahwa Yesus adalah Anak Allah, Mesias yang dijanjikan itu.
  Dalam doa-Nya, Dia juga memohon kepada Bapa agar Bapa memelihara
  mereka saat Dia sudah tidak bersama dengan mereka lagi di dunia.

  Mendoakan anak-anak layan merupakan hal yang harus dijalankan para
  pelayan anak dengan kasih yang tulus. Ucapan syukur atas setiap
  murid yang Tuhan percayakan untuk kita layani merupakan teladan yang
  dapat kita contoh dari doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Kita boleh
  menyebutkan nama anak satu persatu di hadapan Bapa. Begitu pula
  dengan memohon agar Anda diberi hikmat untuk membawa mereka lebih
  dewasa terhadap pengenalan akan Juru Selamat sejati.

  Membawa murid-murid menerima keselamatan kekal
  ----------------------------------------------
  Tujuan utama Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal adalah agar setiap
  orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup
  yang kekal. Setiap orang yang menerima dan mengaku Yesus adalah
  Mesias yang dijanjikan, akan menerima anugerah keselamatan kekal
  dari Allah. Melalui setiap peristiwa dan pengalaman selama pelayanan
  Yesus di dunia, murid-murid terus dibawa kepada kebenaran iman ini.
  Dan mereka percaya bahwa Yesuslah Mesias. Dalam doa Yesus, kita
  dapat melihat betapa Yesus bersyukur karena murid-murid-Nya mengenal
  Bapa melalui Dia. Yesus juga bersyukur karena bukan hanya percaya,
  murid-murid-Nya juga membawa banyak orang mempercayai bahwa Yesus
  adalah Sang Mesias. Dalam Matius 16:13-20 kita juga dapat melihat
  Petrus dengan iman mengatakan, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah
  yang hidup!" Ya, Yesus membawa murid-murid-Nya menerima anugerah
  keselamatan kekal dari Allah.

  Kasih terbesar Allah kepada manusia tersebut hendaknya menjadi dasar
  bagi kita saat melayani Tuhan melalui anak-anak. Mengajar dan
  mendidik anak-anak layan kita mengenai keselamatan, kemudian membawa
  mereka menerima anugerah keselamatan itu harus menjadi inti
  pelayanan kita. Sejak bereksistensi, anak sudah berdosa dan tidak
  memiliki keselamatan. Oleh karena itu, tanggung jawab kitalah untuk
  membimbing mereka, sehingga mereka pun mendengar Berita Anugerah dan
  menerima anugerah kekal itu.

  Selalu memberikan nasihat
  -------------------------
  Dalam firman Tuhan kita bisa melihat Yesus selalu memberikan nasihat
  kepada murid-murid-Nya. Nasihat yang Dia berikan bertujuan agar
  murid-murid hidup dalam kebenaran dan mengikuti kehendak Bapa. Yesus
  selalu memberikan nasihat dan didikan melalui setiap peristiwa yang
  terjadi selama pelayanan bersama murid-murid-Nya. Salah satu nasihat
  yang Dia berikan bisa dilihat di Lukas 17:1-7.

  Mengikuti teladan Yesus, maka berikanlah nasihat kepada anak-anak
  Anda sesuai dengan firman Tuhan. Jika mereka dalam kesulitan atau
  sedang mengalami peristiwa tertentu, baik menyenangkan, maupun
  menyedihkan bagi mereka, gunakanlah kesempatan itu untuk memberikan
  nasihat dan pelajaran hidup kepada mereka. Kita pasti dapat
  melakukannya karena Yesus telah terlebih dahulu melakukannya.

  Tidak membeda-bedakan
  ---------------------
  Dalam mengajar Yesus tidak pernah membeda-bedakan. Kita dapat
  melihat murid-murid-Nya memiliki latar belakang yang berbeda. Semua
  mendapatkan kasih, didikan, perlakuan, nasihat, dan ajaran yang
  sama. Dia memiliki murid berlatar belakang seorang nelayan,
  pekerjaan yang dianggap rendah; pemungut cukai yang dianggap amat
  licik, dan profesi lainnya. Semuanya sama di hadapan Sang Guru
  Agung.

  Mengasihi murid tanpa membeda-bedakan latar belakang dan kondisi
  anak merupakan salah satu syarat utama pula bagi para pelayan anak.
  Semua anak sama di mata Tuhan. Semua dikasihi-Nya. Untuk itu, kita
  juga harus menyatakan kasih Tuhan tersebut melalui kasih tulus kita
  kepada mereka. Jangan ada pilih kasih, apalagi membedakan anak yang
  memiliki kelemahan.

  Menegur murid jika melakukan kesalahan
  --------------------------------------
  Mengasihi bukan berarti tidak menegur mereka yang bersalah. Yesus
  kerap kali menegur murid-murid-Nya ketika melakukan kesalahan.
  Tetapi teguran yang Dia berikan bukanlah teguran tanpa tujuan.
  Teguran-Nya bertujuan mengajar, memperbaiki kelakuan, mendidik, dan
  agar murid mengetahui kehendak Bapa di surga. Saat Petrus tenggelam
  ketika mencoba berjalan di atas air, Yesus menegur Dia karena kurang
  percaya. Walaupun begitu, Yesus tidak membiarkannya terjatuh, tetapi
  memegang tangan Petrus dan membimbingnya kembali ke perahu.

  Jangan ragu untuk menegur anak-anak jika mereka melakukan kesalahan,
  apalagi jika kesalahan itu bisa berakibat fatal bagi mereka. Yang
  harus diperhatikan adalah hendaknya teguran yang diberikan bersifat
  mendidik dan tidak menyakiti hati anak.

  Jika kita menggali Alkitab lebih dalam lagi, pasti masih banyak
  teladan-teladan kasih Yesus kepada murid-murid-Nya yang dapat kita
  contoh sebagai pedoman kita dalam mengasihi murid-murid kita. Mari
  berkomitmen untuk menjadi alat-Nya agar melalui kita anak-anak dapat
  melihat kasih Yesus.

  Selamat mengajar!


                        o/ BAHAN MENGAJAR o/

                            KASIH ITU SABAR
                            ===============

  Uraian pelajaran:
  -----------------
  Banyak terjemahan modern menyertakan ayat ini, "Kasih itu sabar
  ...." Secara teknis, hal itu benar. Sayangnya, banyak orang modern
  tidak memiliki pandangan yang sama tentang kesabaran seperti
  orang-orang zaman dulu. Kita mengartikan sabar itu seperti mengantri
  selama lima menit tanpa meneriaki orang lain. Namun, tidak demikian
  dengan makna kata sabar dalam bahasa Yunani. Sabar bukan berarti
  kemampuan untuk menunggu sesuatu terjadi. Kata sabar dalam bahasa
  Yunani adalah "makrothumia" yang secara harafiah berarti
  `panjang/lama` (makro), dan `menderita` (thumia). Jadi, kesabaran
  berarti memikul penderitaan dalam jangka waktu yang lama dan
  bertahan menghadapi kelakuan orang lain yang mungkin bertentangan
  dengan kita.

  Jika kita ingin mengasihi dengan kasih Tuhan, kita harus memulainya
  dengan kesabaran. Ada dua bagian dalam kesabaran tersebut. Bersabar
  terhadap penderitaan yang disebabkan oleh orang lain dan bersabar
  dalam menanggung penderitaan bersama orang lain.

  Banyak orang, termasuk orang Kristen, sepertinya bangga jika mereka
  mudah marah. Terdapat beberapa kalimat dalam masyarakat seperti,
  "Aku tidak mau dikritik", "Hei, seseorang mengkritikku, tapi itu
  semua hanyalah masa lalu", "Aku tidak marah, aku akan membalasnya".
  Bahkan banyak orang Kristen tertawa dan berkata, "Aku rasa aku
  berhasil melukainya."

  Semua itu bukanlah sifat Guru kita yang dikenal sebagai Penebus
  dosa. Dia sabar saat dikritik, dihina, dipukul, dicambuk, disalib,
  bahkan di masa-masa terakhirnya pun masih berkata, "Bapa ampuni
  mereka." Itu adalah penderitaan yang panjang. "Tentu saja," kata
  Anda, "Karena Dia Yesus, Anak Allah." Jika kita adalah orang
  Kristen, kita seharusnya menjadi anak-anak Allah. Tapi mari kita
  lewatkan hal itu dulu. Mari kita lihat Stefanus yang meminta Allah
  mengampuni orang-orang yang melemparinya dengan batu. Lihat juga
  Paulus, dia dipukuli, dilempari batu, dicambuk seperti Yesus, dan
  dijebloskan ke penjara. Di penjara, dia menulis kata-kata yang
  sedang kita pelajari ini. Apakah Tuhan mengindahkan seseorang? Jika
  Dia mampu memberi Stefanus dan Paulus kasih yang cukup untuk memikul
  hinaan, siksa, dan kematian, tidak bisakah Dia membantu kita
  mengasihi rekan kerja yang mencoba menjelek-jelekkan kita di depan
  atasan?

  Tapi ada makna lain di balik penderitaan panjang yang baru saja saya
  pelajari dari Tuhan. Kita tidak hanya bersabar terhadap derita yang
  diakibatkan oleh orang lain, tapi kasih juga memanggil kita untuk
  menderita bersama orang lain. Pikirkan keluarga Anda. Saat anak atau
  pasangan, saudara, ayah atau ibu Anda sedang sakit atau dalam
  kesulitan, apakah Anda tidak merasakan penderitaan yang mereka alami
  itu seolah-olah adalah penderitaan Anda sendiri? Jadi, kita harus
  ikut merasakan penderitaan keluarga gereja dan orang-orang yang
  dekat dengan kita. Seberapa sering kita mendengar rekan kerja atau
  teman gereja berkata seperti, "Saya ada janji bertemu dokter besok
  dan saya sangat khawatir." Apakah kita menanggapinya dengan berkata,
  "Sayang sekali. Aku akan mendoakanmu"? Apa kita benar-benar berdoa?
  Saat kita berdoa, apakah kita merasakan sesuatu? Apakah kita
  menawarkan bantuan seperti mengantar ke dokter, berbelanja, atau
  membawakan makanan? Kita memiliki banyak alasan untuk tidak
  melakukan semua itu. "Aku benar-benar tidak mempunyai waktu. Aku
  harus bekerja, mengurus keluarga ...." Tapi apakah kita punya waktu
  untuk menonton acara favorit kita di TV? Apakah kita mempunyai cukup
  waktu untuk komunitas, olahraga, atau hobi kita? Semuanya itu baik,
  tapi jika kita mempunyai waktu untuk semua itu, mengapa kita tidak
  mempunyai waktu bagi orang yang membutuhkan? Mengapa? Itu karena
  kita tidak merasakan penderitaan mereka.

  Kasih itu adalah perbuatan. Perbuatan itu bisa dalam bentuk
  penderitaan panjang, memaafkan, dan memberikan bantuan. Jika semua
  itu belum dilakukan, kita harus terus berjuang mendapatkan
  kesabaran sejati.

  Pertanyaan:
  -----------

  1. 1 Korintus 12:31
     a. Apakah cara yang lebih luar biasa yang dikatakan oleh Paulus?
     b. Mengapa cara itu lebih luar biasa daripada karunia Roh?

  2. 1 Korintus 13:1-3
     a. Seberapa pentingkah karunia Roh Kudus dibandingkan dengan
        kasih?
     b. Apa yang akan terjadi jika seseorang hidup dalam karunia Roh,
        tapi dia tidak mempunyai kasih?

  3. 3 Yohanes 4:7-8
     a. Bagaimana kita tahu kita "lahir dari Allah"?
     b. Bagaimana jika kita tidak mempunyai kasih? Apa yang dikatakan
        ayat ini tentang kekristenan kita?

  4. Efesus 4:1-3
     a. Apakah "pekerjaan" atau "panggilan" yang diberikan kepada
        kita? (Yohanes 13:34-36)
     b. Apakah arti "saling sabar satu sama lain dalam kasih"?
     c. Bagaimana penderitaan panjang bisa menghasilkan "kesatuan
        roh"?

  5. Ibrani 5:7-9
     a. Bagaimana Kristus belajar taat?
     b. Apakah hasil dari ketaatan itu?

  6. Galatia 6:2
     a. Bagaimana kita memenuhi hukum Kristus?
     b. Apakah pernah ada seseorang yang membantu memikul beban hidup
        Anda? Ceritakan. (t/Dian)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Nama situs : Free Bible Study Resources
  URL artikel: http://www.biblestudycentral.net/long.htm


                         o/ WARNET PENA o/

             FREE BIBLE STUDY RESOURCES: THE LOVE CHAPTER
             ============================================
                 http://www.biblestudycentral.net/

  Para pelayan anak tentunya harus selalu memiliki waktu dan juga
  banyak bahan untuk mempelajari Alkitab. Salah satu sumber bahan
  yang dapat dimanfaatkan adalah situs internet. Free Bible Study
  Resources, sebuah situs berbahasa Inggris dengan desain yang
  sederhana menawarkan berbagai bahan studi Alkitab dengan beragam
  topik bisa Anda dapatkan secara cuma-cuma. Salah satu bahan studi
  Alkitab yang bisa Anda gali adalah tentang ajaran terbesar Yesus,
  yaitu kasih. Dapatkan sebelas artikel seputar kasih dengan
  mengarahkan penjelajah Anda ke menu "Bible Study Series" yang ada di
  halaman utama dan pilihlah menu "The Love Chapter". Setiap pelajaran
  mengenai kasih dalam menu tersebut dilengkapi dengan ayat-ayat
  Alkitab dan beberapa pertanyaan yang akan membantu Anda dalam
  merenungkan dan memahami maksud ayat tersebut. Tunggu apalagi?
  Segera pergi ke tautan di atas dan dapatkan "kasih Tuhan" untuk
  diteruskan kepada sesama kita.

  Kiriman dari: Lanny Kusumawati


                     o/ DARI ANDA UNTUK ANDA o/

  Dari: zanny irayati aunalal <zanny_ira(at)xxxx>
  >Terima kasih, ini sangat membantu saya dalam pelayanan untuk anak
  >sekolah minggu. Tuhan berkati..

  Redaksi:
  Puji Tuhan! Kiranya kita semua juga dapat membagikan setiap berkat
  yang kita dapatkan kepada rekan-rekan lain. Rekan-rekan dapat
  mengambil bahan dari e-BinaAnak untuk dibagikan kepada teman
  sepelayanan. Atau mendiskusikan metode dan artikel tertentu, agar
  wawasan semakin bertambah dan kita semakin diperlengkapi dalam
  pelayanan anak yang Tuhan percayakan kepada kita saat ini. Selamat
  melayani!


                         o/ MUTIARA GURU o/

               Karena cinta seorang guru akan mengajarkan
         apa yang benar, melayani anak-anak dengan lebih sungguh,
            dan mampu melihat kebutuhan anak yang dididiknya.


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
<staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org