Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/313

e-BinaAnak edisi 313 (22-1-2007)

Buku

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                           313/Januari/2007
----------
    - SALAM DARI REDAKSI
    - ARTIKEL            : Jadikan Buku Sahabat Anak
    - TIPS (1)           : Meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Minggu
    - TIPS (2)           : Menggunakan Buku Bersama-Sama
    - KARYA ANDA         : Mengembangkan Minat Baca pada Anak
    - WARNET PENA        : e-Artikel: Anak
    - DARI MEJA REDAKSI  : Bergabung dengan e-Buku
    - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam sukacita,

  Membaca merupakan salah satu cara paling baik untuk mengisi otak
  atau jiwa. Seorang anak yang senang dan banyak membaca akan lebih
  luas pengetahuannya dari anak yang sedikit membaca buku. Tetapi
  harus diingat, tidak sedikit pula buku yang tidak memiliki manfaat
  yang baik dan bahkan dapat menjerumuskan anak.

  Dalam edisi kali ini kita akan melihat bagaimana buku dapat menjadi
  sahabat anak. Dalam artikel ini Anda dapat juga membaca mengenai
  buku yang bermanfaat atau yang tidak bagi anak. Tentu saja guru
  sekolah minggu tidak dapat lepas tanggung jawab untuk menanamkan
  minat baca anak, khususnya untuk bacaan-bacaan rohani. Untuk itu,
  salah satu tips minggu ini berisi mengenai peranan sekolah minggu
  dalam meningkatkan minat baca anak. Jangan lewatkan artikel-artikel
  lainnya dan dapatkan berkat dengan membacanya.

  Selamat membaca!

  Redaksi e-BinaAnak
  Davida Welni Dana

          "Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah
                 dalam membaca Kitab-kitab Suci,
       dalam membangun dan dalam mengajar." (1Timotius 4:13)
          < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Timotius+4:13 >


                           o/ ARTIKEL o/

                      JADIKAN BUKU SAHABAT ANAK
                      =========================
                      Oleh: T. Tjahjo Widyasmoro

  Bukan rahasia lagi kalau minat baca di negeri kita tergolong rendah.
  Entah mengapa, bangsa ini seolah-olah "jauh" dari yang namanya buku.
  Padahal persoalan membaca bukan semata soal ketiadaan waktu,
  mahalnya buku, atau jumlah buku yang terbatas. Lebih dari itu,
  membaca harus dipercaya dapat mengubah pola pikir seseorang dan
  menjadikannya maju. Kalau tidak, percuma!

  Berapa lama dalam sehari Anda menghabiskan waktu untuk membaca?
  Satu, dua, atau tiga jam? Lalu, bacaan apa saja yang biasa Anda
  lahap? Koran, majalah, atau buku? Pertanyaan-pertanyaan tadi bukan
  dalam rangka interogasi atau kuis yang harus dijawab lewat SMS.
  Namun, sekadar mengingatkan betapa pentingnya membaca.

  Kalaupun pada praktiknya sampai saat ini Anda tidak sempat membaca
  buku sama sekali, hal itu masih bisa dimaklumi. Hasil survei pada
  2004, yang dimuat sejumlah media cetak berkaitan dengan Hari Buku
  Nasional Ke-3 di Bandung, menyebutkan daya baca orang Indonesia
  tergolong rendah, yaitu berada di urutan ke-39 dari 41 negara yang
  diteliti. Sayangnya, tidak dijelaskan lembaga apa yang meneliti.

  Urutan ketiga dari posisi bontot tentu bukan berita menggembirakan.
  Padahal buku itu salah satu sumber ilmu. Dari sanalah pemikiran
  seseorang dicerahkan, untuk akhirnya menuju ke arah lebih baik.
  Rasanya sulit membayangkan kalau negeri ini akan bisa terbebas dari
  belenggu keterbelakangan, kemiskinan, dan setumpuk masalah lain bila
  masyarakatnya enggan belajar seperti itu.

  Dengan nada pesimistis, Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, Ph.D.,
  pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
  malah tidak yakin daya baca (bisa dipersamakan dengan minat baca)
  kita ada di urutan ke-39. "Mungkin lebih di bawah lagi," ujarnya
  serius. "Orang Indonesia tidak membaca, tapi banyak berbicara dan
  mendengar."

  Menurut Riris, bangsa kita tidak punya kepercayaan bahwa membaca
  dapat membuat lebih bahagia, pandai, dan berwawasan. Jadi, ketika
  orang-orang punya kelebihan dana, yang utama dipikirkan bukanlah
  buku, melainkan pakaian mode terbaru, aksesori, atau bagaimana
  mengganti perabot rumah.

  MELIRIK HARRY POTTER

  Sejauh seseorang pernah bersekolah, dapat dipastikan ia juga bisa
  membaca. Kecuali dalam kasus-kasus tertentu, seperti fakta bahwa
  beberapa murid tamatan SMP di Flores yang diketahui tidak bisa
  membaca. Data terbaru dari Depdiknas menyebutkan, jumlah orang buta
  huruf di Indonesia 15,5 juta atau 9,07% dari total penduduk di atas
  15 tahun. Diasumsikan, sisanya bisa membaca.

  Masalahnya, tidak semua orang yang melek huruf pasti aktif membaca
  buku. Banyak anak sekolah yang memegang buku sebatas mengikuti
  pelajaran atau mengerjakan tugas. "Mereka memang membaca, tapi
  apakah mereka pembaca?" tanya Riris. Di luar tugas sekolah, sedikit
  kegiatan anak yang berhubungan dengan bacaan. Lebih-lebih ada godaan
  dari televisi, film, atau games.

  Antara seseorang yang sekadar membaca dan yang berminat besar
  terhadap bacaan jelas berbeda. Sesempit apa pun waktu yang dimiliki,
  orang yang "gila baca" akan selalu menyempatkan diri melirik buku
  kesenangannya. Di saat sibuk belajar mempersiapkan tes hasil
  belajar, misalnya, seorang anak kutu buku akan menyempatkan diri
  melirik barang sejenak buku cerita fiksi Harry Potter favoritnya.
  Sejauh tidak mencuri seluruh perhatiannya, hal itu wajar saja.

  Pada usia dewasa, seseorang yang berminat baca besar terlihat dari
  kesehariannya yang tidak lepas dari buku. Di waktu-waktu senggang,
  seperti saat menunggu, di halte bus, atau dalam perjalanan, tak ada
  teman setia kecuali buku. Mereka juga menyediakan waktu yang lebih
  khusus untuk membaca seperti pada malam hari atau menjelang tidur.
  Gaya hidup seperti ini mencerminkan, ia tidak terpisahkan dari
  bacaan yang diminatinya.

  Menurut Riris, persoalan minat baca, bukan terletak pada berapa jam
  seseorang tahan membaca dalam sehari, "Tapi menyempatkan diri untuk
  selalu menyentuh bacaan yang disukai sudah cukup mewakili semangat
  membaca," paparnya. "Mungkin hanya beberapa menit, namun bisa
  memuaskan dahaganya pada bacaan bermutu."

  Di luar soal alokasi waktu, memahami bacaan itu sendiri lebih
  penting. "Dengan membaca, seseorang harus menjadi lebih baik karena
  bacaannya itu. Pola pikir dan perilakunya akan berubah seiring
  dengan kualitas bacaannya," kata Riris. Nah, persoalan ini rupanya
  yang banyak terabaikan.

  Bagi seorang pembaca sejati, bacaan akan menjadi referensi terhadap
  pemikiran dan tindakannya sehari-hari. Tutur kata dan tata bahasanya
  bisa menjadi baik.

  Bacaan juga dapat menjadi inspirasi seseorang untuk terus menjadi
  besar dan terus mewujudkan keinginannya itu. Kita bisa mengambil
  contoh Proklamator Kemerdekaan RI, Bung Karno, yang harus membaca
  puluhan buku untuk menyusun pledoinya, "Indonesia Menggugat", di
  hadapan pengadilan kolonial Belanda pada 1930.

  "Berkat bacaannya, seseorang juga semakin realistis, bahwa untuk
  menggapai sesuatu, tidak bisa ditempuh secara singkat seperti ajang
  pemilihan idol(a) di televisi. Mereka merasa harus berjuang untuk
  mendapatkannya," kata Riris.

  MERANGSANG IMAJINASI

  Menumbuhkan minat baca haruslah dimulai sejak dini, yaitu sejak
  masih anak-anak. "Kalau sudah dewasa, rasanya sulit," kata Riris
  yang juga dikenal sebagai pemerhati bacaan anak ini. Anak mudah
  terikat dengan buku yang menarik perhatian mereka, bisa buku cerita
  terjemahan, cerita rakyat, atau buku pengetahuan yang disajikan
  dengan ringan. Yang paling menarik bagi anak, tentu saja cerita
  fiksi.

  Sebenarnya, bukan hanya pada anak, menurut perempuan kelahiran
  Tarutung tahun 1950 ini, bacaan fiksi tetap menjadi pilihan bacaan
  menarik di semua golongan usia. Lewat fiksi, pembaca dapat mengikuti
  si tokoh dalam cerita dengan konflik-konfliknya. Dari sana pembaca
  bisa menemukan sesuatu, mengidentifikasi, meniru, atau bahkan
  mencemoohnya. Pembaca juga bisa mempelajari sesuatu dengan
  membandingkan dirinya dengan si tokoh.

  Melalui fiksi yang baik pula, kita akan mengerti apa dan mengapa
  sebuah peristiwa bisa terjadi. Bila suatu tokoh diceritakan jahat,
  misalnya, kita bisa tahu alasan-alasan berbuat kejahatan, apakah
  karena kemiskinan atau kebodohan. Inilah yang memperkaya pengetahuan
  sekaligus imajinasi.

  Namun, agar bisa beroleh manfaat, bukan berarti hanya didapat lewat
  bacaan yang berat. "Yang ringan atau remeh juga bisa," pesan Riris.
  Bacaan menarik dan ringan malah bisa membuat seseorang bersabar
  menuntaskan sebuah cerita dari awal sampai akhir. Jika sudah
  terbiasa, ia akan semakin cepat dan efektif saat membaca.
  Ujung-ujungnya, ia akan terus membaca.

  Namun Riris mengingatkan, tidak semua buku cerita fiksi berkualitas
  baik. Sebuah novel bisa menceritakan tokoh dan latar belakang secara
  lebih baik dibandingkan dengan cerita pendek (cerpen), misalnya.
  Dalam novel ada afirmasi dari pembaca itu sendiri yang bisa
  memperkaya batinnya dan membuat ia menyatu dengan bacaannya.

  "Beda dengan cerpen yang berkisah pada satu sisi cerita. Hanya
  sebuah pertemuan di ujung gang," kata Riris mengibaratkan.

  Maraknya buku-buku cerita remaja dan juga buku kumpulan cerpen yang
  menonjolkan erotisme juga dipertanyakan ibu tiga remaja putri ini.
  "Apakah buku-buku semacam ini bisa memperkaya?"

  Untuk membedakan bacaan yang baik dan bukan tidaklah terlalu sulit.
  Intinya, sebuah bacaan memengaruhi pemikiran dan dapat dijadikan
  referensi jika suatu saat diperlukan. Cara ini juga berlaku untuk
  menilai buku-buku nonfiksi.

  MEMBERI CONTOH

  Menumbuhkan minat baca untuk anggota keluarga, terutama anak, tentu
  harus dimulai di rumah. Orang tua harus rela kalau suasana rumah
  jadi sedikit "berantakan" oleh buku-buku. Dalam kondisi seperti itu,
  lambat laun seluruh anggota keluarga akan terbiasa dan penasaran
  untuk ikut membaca. Namun, yang penting adalah adanya contoh dari
  orang tua. Anak akan tertarik membaca jika mereka melihat orang
  tuanya juga suka membaca.

  Sejak anak masih balita, orang tua bisa memperkenalkan buku melalui
  bermacam cara. Anak yang belum bisa membaca bisa dimotivasi lewat
  orang tua yang mendongeng sambil menunjukkan buku-buku bergambar
  sehingga anak terbiasa melihatnya. Untuk anak yang lebih besar, bisa
  mulai membaca sendiri bahkan memilih bacaannya sendiri.

  Riris mengakui, upaya orang tua ini sering harus menghadapi kendala.
  Acara-acara televisi atau film video, misalnya, yang juga menyajikan
  pengetahuan atau cerita, bisa mengalihkan perhatian anak dari
  bacaan. "Seharusnya, acara-acara semacam itu tidak menggantikan
  buku, justru orang tua harus menjadikannya sebagai referensi untuk
  memilih buku yang tepat karena sudah mengetahui minat anaknya,"
  tutur ibu dari Risa, Astrid, dan Thalia ini.

  Gangguan lain juga bisa berupa membanjirnya komik. Riris sendiri
  mengaku tidak antipati terhadap komik, bahkan sering kali
  membacanya. Komik-komik keagamaan, pewayangan, atau pengetahuan,
  juga baik dibaca anak. "Tapi jika anak hanya diberikan komik, mereka
  akan terampas dari pendalaman buku-buku yang benar-benar berisi.
  Sebab komik kurang mengembangkan imajinasi dibandingkan dengan buku
  bacaan," kata penyuka komik Asterix ini.

  Banyaknya buku yang ditawarkan di toko buku juga kadang menyulitkan
  orang tua. "Masalahnya, buku-buku itu cuma membanyak (jumlahnya),
  tapi bukan membaik kualitasnya," nilai Riris. Orang tua harus bisa
  memilih dengan tepat berdasarkan informasi dari pelbagai sumber,
  seperti resensi di media massa, internet, atau dari pengamatan
  mereka sendiri. Diakui Riris, ini tidak semudah di negara maju yang
  informasi perbukuannya sudah amat memadai. "Tapi orang tua harus
  aktif melakukan," tekannya.

  Satu lagi yang harus diperhatikan orang tua, yaitu alokasi waktu
  membaca. Minat baca yang tinggi bukan berarti lalu harus melupakan
  kegiatan anak yang lain seperti bermain dan bersosialisasi dengan
  lingkungan. "Jangan sampai membaca melupakan perkembangan fisiknya,"
  pesan Riris. "Jadi, selain mengajak mereka berdiskusi tentang buku,
  anak-anak juga tetap harus didorong untuk melakukan kegiatan fisik."

  Artikel di atas diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul majalah    : INTISARI Edisi Mei 2005
  Judul artikel    : Jadikan Buku Sahabat Anak
  Penulis          : T. Tjahjo Widyasmoro
  Dipublikasikan di: Situs GUBUK
                     http://www.sabda.org/gubuk/?q=jadikan_buku


                         o/ TIPS (1) o/

            MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SEKOLAH MINGGU
            ===========================================
                        Oleh: Davida Dana

  Bacaan-bacaan umum semakin menjamur dan amat menarik perhatian anak.
  Tentunya sebagai guru sekolah minggu kita tidak ingin anak-anak
  layan kita lebih banyak mengonsumsi bacaan-bacaan tersebut, apalagi
  jika bacaan tersebut tidak memberikan manfaat yang maksimal bagi
  mereka. Tetapi kita juga tidak dapat membatasi minat baca anak hanya
  karena takut anak mendapatkan bacaan yang tidak baik. Tetap
  tumbuhkan minat baca mereka, tetapi arahkan untuk membaca hal-hal
  yang lebih positif, khususnya bacaan-bacaan rohani. Bagaimana
  sekolah minggu bisa mebangkitkan minat baca anak terhadap buku-buku
  rohani?

  1. Sekecil apa pun sekolah minggu Anda, usahakan untuk memiliki
     perpustakaan. Keberadaan perpustakaan menjadi penting untuk
     memperlihatkan kepada anak kepedulian sekolah minggu atau gereja
     terhadap minat baca mereka dan untuk mengarahkan mereka kepada
     bacaan-bacaan rohani. Untuk membuka perpustakaan sekolah minggu,
     silakan akses artikel "Memulai Perpustakaan di SM" di situs PEPAK
     dengan alamat URL:
     ==> http://pepak.sabda.org/pustaka/050947/

  2. Buat program membaca di sekolah minggu Anda. Dalam program
     tersebut setiap bulan atau dua minggu sekali anak-anak diwajibkan
     membaca buku rohani apa saja (komik, cerpen, dongeng, buku
     renungan, dan lain-lain.) Pada tanggal yang telah ditentukan,
     minta mereka mengumpulkan laporan. Laporan bacaan dapat berisi
     data mengenai judul buku, pengarang, alasan mereka memilih buku
     tersebut, inti cerita, dan pelajaran rohani dari buku tersebut.

  3. Anda dapat membagi anak-anak dalam beberapa kelompok kecil. Satu
     kelompok bisa terdiri dari tiga anak. Hasil dari laporan bacaan
     dapat juga dibagikan (sharing) kepada teman-teman mereka dalam
     kelompok. Kegiatan ini bisa dilakukan sebagai satu variasi
     mengajar.

  4. Untuk anak kelas kecil yang belum bisa membaca, Anda dapat
     menumbuhkan minat baca anak terhadap buku rohani dengan cara
     sesekali membacakan sebuah cerita dari buku. Perlihatkan kepada
     mereka buku yang Anda pakai untuk bercerita. Tunjukkan pula
     gambar-gambar yang ada dalam buku tersebut. Pilih buku cerita
     yang tidak terlalu banyak kata-katanya dan memiliki gambar yang
     benar-benar melukiskan cerita yang sedang disampaikan. Dengan
     cara ini, Anda sekaligus menjadikan buku sebagai alat peraga
     dalam mengajar.

  5. Bekerjasamalah dengan orang tua murid. Dalam pertemuan-pertemuan
     khusus, misalnya dalam kunjungan, Anda dapat menekankan
     pentingnya mengarahkan minat baca anak, tidak hanya untuk
     buku-buku umum, tetapi juga dalam hal bacaan rohani. Orang tua
     dapat mulai membimbing anak mereka membaca buku rohani dengan
     buku-buku renungan harian untuk anak.

  6. Jika di sekolah minggu Anda ada pembagian hadiah untuk
     acara-acara tertentu, sebisa mungkin jadikan buku bacaan sebagai
     hadiah untuk anak-anak sekolah minggu Anda.

  7. Para guru yang rindu memiliki murid-murid yang memiliki minat
     besar dalam membaca bacaan rohani harus juga memiliki
     ketertarikan yang besar untuk membaca buku-buku rohani. Sebelum
     kita meminta murid melakukan sesuatu yang baik, terlebih dahulu
     lakukanlah hal tersebut.

  Buku-buku umum amat menarik perhatian anak. Tetapi itu bukan alasan
  bagi para pelayan anak untuk patah semangat dalam meningkatkan minat
  baca anak terhadap buku rohani. Semangat dan teladan dari para
  pendidik dapat menjadi awal yang baik. Milikilah pula minat baca
  yang tinggi akan buku-buku rohani. Jika minat baca guru kurang,
  apalagi anak-anak yang dididiknya.


                          o/ TIPS (2) o/

                     MENGGUNAKAN BUKU BERSAMA-SAMA
                     =============================

  Menyemangati anak-anak agar menjadi pembaca dapat dilakukan dengan
  melihat, membaca, dan menikmati buku bersama-sama mereka. Jika
  anak-anak menyaksikan buku sebagai sumber kesenangan, hiburan, dan
  informasi, mereka akan mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar
  membaca.

  Ketika melihat buku, rasa senang akan muncul tidak hanya dari
  melihat gambar-gambar dan mendengarkan cerita. Perhatian individual
  yang Anda berikan kepadanya, kedekatan jasmaniah, perasaan hangat
  dan aman, semuanya akan menyumbangkan perasaannya mengenai buku.
  Sebaliknya, jangan pernah memaksakan buku pada anak-anak karena
  mereka akan memilih melakukan sesuatu yang lain.

  Sikap orang tua terhadap buku.
  ------------------------------
  Sikap seorang anak terhadap buku juga akan dikondisikan oleh apa
  yang ia saksikan dari sikap orang tuanya terhadap buku itu. Jika ia
  melihat orang tuanya sendiri suka membaca buku dan mengacu buku
  untuk mencari informasi, ia akan cenderung menganggap buku sebagai
  sesuatu yang dapat dinikmati dan berguna.

  Belajar mengenai buku-buku dan kata-kata.
  -----------------------------------------
  Seorang anak yang terbiasa menggunakan buku akan menyerap banyak
  informasi yang diperlukan sebelum ia belajar membaca. Ia akan
  memahami, misalnya, bahwa Anda selalu mulai dari depan dan bergerak
  ke belakang, dan bahwa Anda menangani tiap halaman dari atas ke
  bawah, dan tiap baris dari kiri ke kanan; bahwa gambar-gambar dapat
  membantu memahami kata-kata; bahwa kata-kata dipisahkan oleh spasi
  kosong; bahwa suatu cerita mempunyai awal, bagian tengah dan akhir
  dan sering mengikuti pola.

  MANFAAT LAIN

  Menggunakan buku bersama seorang anak juga merupakan cara yang
  sangat bagus untuk membantu mengembangkan daya pemahaman dan bicara,
  mendengarkan dan berkonsentrasi, serta pengamatannya; semuanya ini
  penting dalam proses belajar membaca.

  Ada banyak manfaat lain dari buku. Buku membentuk suatu ikatan di
  antara orang-orang yang bersama-sama menikmati buku. Buku juga dapat
  merangsang daya khayal dan mendorong pengembangan emosional karena
  anak itu mulai menghargai bagaimana perasaan orang lain. Selain itu,
  buku juga memperluas pengetahuan akan dunia dengan memperkenalkan
  kepadanya situasi-situasi baru dan memperdalam pemahamannya akan
  hal-hal yang telah dialaminya.

  Kapan memulai?
  --------------
  Bayi kecil dapat menikmati gerakan halaman-halaman yang dibuka,
  bunyi kertas, dan bunyi suara Anda ketika berbicara atau membaca.
  Pada awalnya, mereka melihat gambar semata-mata sebagai warna-warna,
  bentuk, dan pola. Lambat laun bentuk-bentuk itu menjadi dikenal dan
  dapat dikenali dan mereka mulai menghubungkan bunyi-bunyi spesifik
  dengan setiap bentuk. Kemudian mereka belajar membuka
  halaman-halaman sendiri, menunjuk ke benda-benda (dalam buku) yang
  dikenalinya, menamai benda-benda itu. Mereka akan segera berbicara
  mengenai gambar-gambar yang dilihatnya dan kemudian mengikuti
  deretan gambar sepanjang sebuah buku dan mendengarkan kata-kata yang
  mengiringi gambar-gambar itu.

  Memandangi buku sendiri.
  ------------------------
  Menikmati buku secara bersama-sama merupakan suatu bagian yang
  penting dari pengalaman dini, tetapi buku-buku dapat dinikmati bila
  dilihat sendiri dari usia dini. Berilah semangat kepada anak sejak
  awal untuk melihat sendiri buku-buku. Ia akan mulai semata-mata
  dengan memainkannya, namun sejenak kemudian dengan senang hati ia
  akan memandangi gambar-gambarnya. Ini mungkin akan terjadi bila ia
  menyaksikan orang-orang di sekitarnya memandangi buku-buku.

  Seberapa sering?
  ----------------
  Gunakan buku bersama putra Anda sesering ia menginginkan dan
  sedapatnya Anda menyisihkan waktu. Dengan bayi, terutama dengan
  anak yang baru belajar berjalan, hal terbaik untuk dilakukan adalah
  melihat-lihat buku sebentar, tetapi sering sepanjang hari. Kemudian
  Anda dapat memperpanjang pertemuan tetapi mengurangi seringnya.
  Secara bertahap Anda dapat memperkenalkan waktu-waktu khusus dalam
  sehari untuk memandangi buku bersama-sama. Paling tidak usahakan
  selalu ada satu pertemuan buku dalam sehari. Jika Anda memilih suatu
  waktu yang khusus, hal ini akan segera menjadi kebiasaan. Meskipun
  demikian ingatlah, jika anak Anda terlalu capai, atau semata-mata
  sedang tidak berselera terhadap buku, jangan bersikeras.

  Tempat menyimpan buku.
  ----------------------
  Carilah tempat yang khusus bagi anak-anak untuk menyimpan buku-buku
  mereka. Ada orang yang menyimpan beberapa dalam kamar yang berlainan
  sehingga selalu ada kumpulan yang mudah diraih. Rak rendah yang
  dapat diraih anak dengan mudah, atau kotak dihias khusus yang
  ditaruh di dekat tempat yang nyaman untuk duduk akan mendorong
  anak-anak kebiasaan memandangi buku sendiri.

  Usahakan agar tidak terlalu berhati-hati dengan buku, tetapi
  ajarilah anak-anak untuk tidak menyobek atau mencoret-coret buku
  itu. Anda dapat memberi sampul plastik buku-buku favorit agar lebih
  awet.

  Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Panduan Orang Tua Usborne: Membantu Putra Anda
              Belajar Membaca
  Penulis   : Betty Root
  Penerbit  : Periplus, Jakarta 2003
  Halaman   : 8 -- 9


                         o/ KARYA ANDA o/

                  MENGEMBANGKAN MINAT BACA PADA ANAK
                  ==================================
                       oleh: Tut Wuri Handayani

  Banyak orang mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia sangat
  rendah dibandingkan dari negara-negara lain, bahkan diantara negara-
  negara di Asia. Hal ini tidak mengherankan karena sejak kecil kita
  tidak dididik orang tua kita untuk mencintai buku. Kalau sama-sama
  diberi uang saku maka anak Indonesia biasanya akan memakainya untuk
  membeli makanan jajanan. Itu sebabnya uang saku lebih sering dikenal
  dengan sebutan "uang jajan", karena memang tujuannya untuk membeli
  makanan. Jarang anak dididik untuk menggunakan uang sakunya untuk
  sesuatu yang lain, misalnya untuk menyewa buku atau membeli alat
  tulis atau buku. Hal-hal tersebut dianggap otomatis tugas orang tua
  untuk menyediakannya. Anak tidak diajar dari kecil untuk bertanggung
  jawab terhadap kebutuhannya sendiri.

  Para ahli meneliti bahwa cinta buku (minat baca) biasanya lahir dari
  rumah. Jika orang tuanya, atau orang dewasa yang tinggal serumah,
  cinta buku dan senang membaca maka hampir bisa dipastikan anak juga
  akan gampang tertular. Jika orang tua senang membaca, maka dengan
  mudah buku-buku akan dijumpai di berbagai tempat di rumah. Anak
  menjadi terbiasa melihat buku dan jika tidak ada yang dikerjakan
  maka anak yang sudah bisa membaca (mulai umur 5) akan lari ke buku
  sebagai tempat untuk menghibur diri.

  Anak kecil biasanya mulai memperhatikan buku hanya dengan melihat
  gambar-gambarnya saja. Jika ia sudah puas atau bosan, maka ia akan
  mulai membaca kata-katanya, khususnya dari hal-hal yang menarik
  perhatiannya atau yang memancing rasa ingin tahunya. Sebagai pemula,
  anak sebenarnya tidak perlu memiliki buku yang banyak. Cukup
  beberapa buku yang disukainya saja. Buku-buku tersebut biasanya akan
  dibacanya berulang-ulang, bahkan sampai hafal detail gambar dan
  isinya. Di sini peran orang dewasa cukup besar untuk mengembangkan
  minat baca anak-anak. Sering-seringlah tunjukkan ketertarikan Anda
  terhadap ketertarikannya pada buku yang dibacanya. Tanyakan siapa
  tokoh ceritanya, atau bagaimana akhir ceritanya. Tunjukkan buku lain
  yang membahas tentang hal yang sama untuk menambah informasi yang
  sudah didapatnya. Anak akan merasa mendapat angin kalau orang tuanya
  ikut memberi perhatian terhadap buku yang dibacanya. Inilah kunci
  untuk menolong anak memiliki kebiasaan membaca.

  Anak saya Jesica, pertama kali tertarik membaca isi buku (bukan
  hanya melihat gambarnya saja) adalah ketika ia sudah mulai bisa
  membaca sendiri sebelum umur 5 tahun. Buku yang menarik perhatiannya
  adalah buku Ensiklopedia Mini tentang mumi. Entah kenapa dia sangat
  penasaran kalau melihat gambar mumi. Dengan usahanya sendiri ia
  mencoba mengerti kata-kata yang menjelaskan tentang gambar mumi
  tersebut. Memang belum fasih membaca, namun jelas dia mengenali
  maksud kata-kata yang dilihat di buku tersebut karena dengan serius
  dia berkata, "Mommy, kalau besar nanti Jesica pengin jadi
  archeolog". Seaneh apa pun kedengarannya, jangan sekali-kali
  menertawakan keinginan anak kalau Anda tidak ingin memadamkan
  semangatnya membaca. Jesica sekarang sudah berumur 7 tahun dan
  selama 4 bulan terakhir ia telah membaca 6 buku seri Narnia dan saat
  ini ia sedang membaca seri terakhirnya, hampir selesai ....

  Bahan diambil dari:
  Nama situs : SABDA Space
  Penulis    : Tut Wuri Handayani
  URL artikel: http://www.sabdaspace.org/mengembangkan_minat_baca_pada_anak


                          o/ WARNET PENA o/

                            e-ARTIKEL: ANAK
                            ===============
                   http://artikel.sabda.org/?q=anak

  Sehubungan dengan baca-membaca, ada sebuah situs yang amat baik
  untuk Anda kunjungi, yaitu situs e-Artikel. Di dalamnya ada berbagai
  macam artikel yang dapat Anda baca untuk menambah wawasan dan
  memperkaya pemikiran Anda. Sebuah kolom khusus, kolom "Anak"
  disediakan bagi para pelayan anak yang ingin membaca hal-hal seputar
  pelayanan tersebut. Saat ini baru ada 13 artikel seputar pelayanan
  yang dapat Anda nikmati. Oleh karena itu situs e-Artikel membuka
  kesempatan bagi Anda yang ingin membagikan ide, gagasan, atau bahan
  seputar pelayanan anak untuk dipasang di situs ini. Mau membaca dan
  ikut aktif di dalamnya? Segera saja masuk ke situs ini.

  Oleh: Redaksi


                      o/ DARI MEJA REDAKSI o/

                       BERGABUNG DENGAN e-BUKU
                       =======================

  Untuk mewujudkan anak yang gemar membaca buku memang diperlukan
  teladan dari Anda, para pelayan anak. Namun, apabila Anda sulit
  menemukan informasi buku-buku Kristen bermutu untuk dibaca, e-Buku
  akan hadir bagi Anda. Silakan mendaftarkan diri menjadi pelanggan
  e-Buku dengan mengirimkan e-mail kosong ke
  <subscribe-i-kan-buku(at)hub.xc.org>. Jika Anda dan teman Anda ingin
  didaftarkan, silakan kirim surat kepada redaksi e-Buku di alamat
  <staf-buku(at)sabda.org>. Maka, setiap bulannya Anda akan menerima
  edisi e-Buku yang berisi resensi-resensi, artikel, dan informasi
  seputar buku Kristen. Untuk arsip edisi-edisi yang sudah pernah
  diterbitkan, silakan simak di alamat
  http://www.sabda.org/publikasi/e-buku/arsip/. Atau kunjungi situs
  GUBUK Online di http://gubuk.sabda.org. Jadi tunggu apa lagi? Anda
  ingin memberi teladan dalam hal membaca? Selamat bergabung.


                          o/ MUTIARA GURU o/

              Membaca amat berguna dan bagus untuk anak.
             Dan orang tua pun tahu manfaat membaca untuk
                 mendorong anak-anak membuka buku-buku
                       agar lebih mengenal wawasan.


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
<staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org