Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/305

e-BinaAnak edisi 305 (15-11-2006)

Anak dengan Kelemahan Pendengaran

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                          305/November/2006
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL       : Masalah Pendengaran
  - TIPS          : Mengajar Anak yang Memiliki Kelemahan
                    pada Pendengaran
  - BAHAN MENGAJAR: Orang yang Tuli dan Gagap Disembuhkan
  - WARNET PENA   : Situs e-BinaGuru
  - MUTIARA GURU

----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
======================================================================

                      -=- SALAM DARI REDAKSI -=-

  Salam kasih,

  Sangat penting bagi guru SM untuk mengetahui hal-hal di belakang
  keadaan khusus seorang anak. Dengan mengetahuinya, guru SM dapat
  menetapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak
  tersebut sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan 
  semaksimal mungkin.

  Nah, untuk menolong guru-guru SM, sajian kami minggu ini akan 
  berkisar seputar bagaimana mengajar anak yang mengalami kelemahan 
  pendengaran dan metode apa yang sesuai dipakai untuk menolong 
  mereka. Kiranya sajian kami ini memberikan pencerahan baru untuk
  membantu pelayanan Anda di SM.

  Selamat melayani!

  Redaksi e-BinaAnak,
  Davida

    "Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia
            untuk mengajar, baiklah kita mengajar" (Roma 12:7)
              <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+12:7>


                           -=- ARTIKEL -=-

                         MASALAH PENDENGARAN
                         ===================

  DEFINISINYA

  Biasanya dokter memakai ukuran desimal untuk menentukan ketajaman
  pendengaran seseorang. Angka ",0" berarti normal, angka ",25" ke bawah
  menunjukan kurangnya ketajaman pendengaran. Bila angka desibel
  menunjukkan angka yang lebih besar lagi, berarti orang tersebut
  mempunyai masalah pendengaran yang cukup serius. Seorang yang tuli
  mencapai angka tujuh puluh desibel sehingga sekalipun ia dibantu
  dengan alat bantu dengar, keadaan itu tidak akan banyak menolong.
  Namun, bila angka desibel mencapai antara 35 — 69, ia masih dapat
  dibantu dengan alat bantu dengar.

  Masalah sakit tuli ada dua jenis, yaitu tuli sebelum berbahasa dan
  tuli sesudah berbahasa. Tuli sebelum berbahasa adalah tuli sejak
  lahir atau tuli sebelum belajar bicara, sedangkan tuli sesudah
  berbahasa terjadi setelah perkembangan berbicara. Orang yang
  menderita tuli sebelum berbahasa akan jauh lebih sulit dalam
  belajar.

  DIAGNOSISNYA

  Proses diagnosis pendengaran anak sangat rumit sebab ada kemiripan
  dengan anak yang memiliki masalah intelek atau mental. Dari hasil
  observasi, Stepens, Blackhurt, dan Magliocca mengusulkan pertanyaan
  berikut.

  1. Apakah ada kekurangan dalam telinganya?
     Adakah keluhan anak tentang telinganya yang sakit atau merasa
     kurang enak dalam telinganya, seolah-olah mendengar desisan atau
     bisikan? Perhatikan apakah ada cairan yang keluar dari
     telinganya ataukah ada terlalu banyak kotoran di telinganya.
     Sering mengalami flu dan tenggorokan sakit bisa menandakan anak
     diserang virus penyakit telinga.

  2. Jelaskah bunyi ucapan anak dalam berbahasa?
     Kemungkinan anak mengalami masalah dalam pendengarannya bila
     fonetik bahasanya kurang tepat. Biasanya anak tidak sanggup
     mendengar nada suara yang tinggi.

  3. Apakah ketika mendengar radio atau televisi, volume suaranya
     perlu dibesarkan?
     Masalahnya berbeda bila anak memang suka mendengarkan musik
     dengan suara keras. Guru dapat menyelidiki hal ini dengan
     memerhatikan apakah anak mendengar suara tape atau suara video
     dengan jelas.

  4. Apakah anak harus melihat kepada si pembicara setiap kali diajak
     bicara?
     Kadangkala hal ini ditambah lagi dengan gerakan menaruh tangan di
     belakang telinga, sekadar mengusahakan suara agar masuk ke dalam
     telinganya. Guru atau orang tua sering tidak tanggap dan mengira
     anak hanya ingin mengetahui persoalan orang lain.

  5. Apakah anak sering meminta guru atau orang tua mengulangi
     perkataannya?
     Bila tindakan demikian sering dilakukan anak, sebaiknya guru atau
     orang tua menyelidiki keadaan anak secara mendalam.

  6. Dengan volume suara yang normal, apakah anak sering tidak
     menunjukkan reaksi?
     Biasanya anak yang tidak memerhatikan perkataan guru atau kurang
     patuh dalam kelas sering dianggap anak yang bermasalah, lalu
     dihukum. Padahal anak memang tidak jelas dalam mendengar dan
     informasi yang diterimanya terputus-putus.

  7. Apakah anak sering menolak suatu kegiatan yang ada hubungan
     dengan berbicara?
     Ada kemungkinan seorang anak bersifat pemalu karena kurang
     percaya diri sehingga ia menolak untuk berbicara karena takut
     salah. Tetapi bisa juga hal itu terjadi karena kurangnya
     pendengaran sehingga anak berusaha untuk menghindari kegiatan
     yang berhubungan dengan berbicara.

  JENISNYA

  Karena bentuk telinga amat rumit, masalah pendengaran pun menjadi
  berbeda-beda. Masalah ini umumnya terbagi menjadi dua macam, yaitu
  pengiriman pendengaran yang kurang normal atau syaraf pendengaran
  yang kurang normal.

  1. Pengiriman pendengaran yang kurang normal
     Hal ini berarti suara yang disampaikan ke dalam telinga menjadi
     lemah. Suara mulai diterima oleh telinga luar, lalu getaran masuk
     melalui tulang-tulang yang ada di telinga tengah untuk mendapat
     penguatan, kemudian disampaikan ke telinga dalam. Penyampaian
     getaran mungkin terhambat di salah satu alirannya. Tuli konduksi
     adalah tuli yang disebabkan oleh kotoran penyumbat telinga.
     Kemungkinan tulang martil atau tulang sanggurdi pecah sehingga
     kehilangan daya getar dan menyebabkan telinga tengah tidak
     berfungsi. Akibat getaran untuk masuk sampai ke telinga dalam
     terhalang, timbullah kerusakan pendengaran, tetapi tidak sampai
     kepada gejala tuli.

  2. Syaraf pendengaran yang kurang normal
     Hal ini disebabkan adanya kerusakan di bagian telinga dalam, di
     mana terdapat alat keseimbangan tubuh yang berhubungan dengan
     syaraf pendengaran dalam otak. Kerusakan itu mungkin kecil,
     tetapi mungkin juga cukup serius. Kerusakan yang terjadi dalam
     syaraf pendengaran ini biasanya tidak dapat dibantu, sekalipun
     dengan alat pendengar.

  PENYEBAB MASALAH

  Menurut Moores (1982) ada enam unsur yang dapat menjadi penyebab
  tulinya seorang anak.

  1. Unsur keturunan — gejala kelainan
     Gejala-gejala kelainan yang disebabkan unsur keturunan akan
     mengakibatkan tuli pendengaran. Diperkirakan kurang lebih 30—60%
     anak tuli disebabkan karena turunan.

  2. Unsur penyakit — campak dari ibu
     Bila wanita yang sedang mengandung tiga bulan terserang penyakit
     campak atau cacar air, kemungkinan besar hal tersebut akan
     berdampak pada bayinya. Cacat yang ditimbulkan oleh penyakit
     campak kepada anak adalah 50% penyakit telinga, 20% penyakit
     mata, dan 35% penyakit jantung. Campak adalah penyakit yang umum
     terjadi pada setiap orang.

  3. Unsur kelahiran — lahir prematur
     Belum terbukti bahwa lahir prematur pasti mengakibatkan
     pendengaran yang tidak normal. Penyakit campak juga dapat menjadi
     penyebab kelahiran prematur. Namun, kelahiran prematur bila
     disebabkan oleh kekurangan oksigen, selain otak akan mengalami
     luka, pendengaran pun akan mengalami kerusakan. Dalam kondisi
     demikian, dapat disimpulkan bahwa kelahiran prematur lebih
     mengakibatkan timbulnya penyakit telinga daripada penyakit lain.

  4. Unsur darah — jenis darah berbeda
     Jenis darah Rh-Positif tidak dapat berpadu dengan jenis
     Rh-Negatif. Bila jenis darah ibu adalah Rh-Negatif, sedangkan
     bayinya memiliki jenis darah Rh-Positif, tubuh si ibu akan
     menghasilkan antibiotik yang masuk, menyerang, dan merusak sel
     darah Rh-Negatif sang bayi. Hal ini dapat mengancam nyawa si
     bayi; seandainya ia hidup, ia mungkin mengalami kelainan dalam
     daya pendengarannya.

  5. Unsur syaraf — penyakit pada otak
     Menurut pendapat Vernon, 8,1% anak yang menjadi tuli setelah
     lahir disebabkan oleh penyakit otak. Di antara unsur yang
     mengakibatkan tuli, penyakit otak merupakan masalah yang paling
     serius. Akan tetapi, penyembuhan melalui pengobatan kimia semakin
     maju sehingga masalah tuli yang disebabkan oleh penyakit otak
     sudah banyak berkurang.

  6. Unsur infeksi — infeksi telinga tengah
     Diperkirakan bahwa di antara delapan anak, ada satu yang akan
     mengalami infeksi telinga sebelum usia 6 tahun. Mengingat
     kondisi ini, seorang anak sebaiknya cepat memperoleh perawatan
     dan jangan diabaikan.

  GEJALA MASALAH

  Ada tiga gejala yang menunjukkan anak sedang mengalami kesulitan
  dalam pendengarannya.

  1. Gejala pertumbuhan
     Perhatikan apakah anak mampu mengutarakan apa yang ada dalam
     pikirannya melalui perkataan. Ada dua pendapat yang berbeda
     mengenai hal ini. Furth (1966) mengutarakan bahwa proses
     pemikiran intelek tidak membutuhkan sistem tanda bahasa; bahasa
     bergantung pada inteligensi seseorang. Whorf (1956) berpendapat
     bahwa intelek anak ditentukan oleh pengalaman berbahasa.
     Penyelidikan lain dilakukan oleh Schlesinger Meadow (1972). Anak
     tuli yang teknik berbahasanya tinggi akan lebih berhasil dalam
     ekspresinya, sedangkan anak tuli yang mengalami hambatan dalam
     berbahasa lebih menunjukkan kelemahan atau hambatan dalam
     berpikir. Pada masa ini, banyak ahli pendidikan mengakui bahwa
     tanpa sistem bahasa, anak yang tuli pun dapat berpikir secara
     logis. Tentunya penguasaan berbicara akan banyak menolong dalam
     menyelesaikan masalah.

  2. Gejala hasil belajar
     Dapat dimengerti bahwa karena kesulitan dalam kemampuan
     berbahasa, anak yang tuli banyak menemui kesulitan dalam belajar.
     Jensema (1975), yang menggunakan hasil ujian Stanford,
     menganalisis hasil laporan dari 6.873 anak tuli yang berusia 6 —
     19 tahun. Ia menemukan bahwa untuk anak usia tersebut yang
     kehilangan daya mendengar, tingkat kurangnya pendengaran sangat
     memengaruhi angka belajarnya. Anak yang kehilangan pendengaran
     pada usia tiga tahun akan lebih berhasil dalam keterampilan
     membaca daripada anak yang kehilangan daya pendengaran di usia
     bayi. Bila derajat kehilangan lebih ringan, umumnya hasil belajar
     akan lebih baik.

  3. Gejala penyesuaian pergaulan
     Masalah pendengaran sering memengaruhi pergaulan anak. Meski
     tidak menghalangi pergaulan atau pertumbuhan karakternya, tetapi
     masalah pendengaran mudah menimbulkan masalah. Sebagai contoh,
     saat bermain bersama, anak yang tuli tak dapat mengatakan,
     "Sekarang giliran saya!" Yang dapat dilakukannya hanya mendorong
     anak yang lain. Akibatnya, ia dianggap sebagai anak yang suka
     berkelahi dan tidak bisa bergaul dengan anak lain. Bila kejadian
     seperti itu terus terulang, akan menimbulkan masalah dalam
     penyesuaian pergaulan.

  PENYELESAIAN MASALAH

  1. Memakai alat pendengaran
     Alat pendengar merupakan penemuan besar bagi mereka yang
     bermasalah dalam pendengarannya, meskipun alat ini juga dapat
     mudah rusak atau hasilnya tidak begitu memuaskan. Alat ini akan
     menolong mengatasi kurangnya tingkat pendengaran dan mengurangi
     kadar kesulitan dalam penerimaan suara.

  2. Memakai cara pergaulan yang sesuai
     Sekarang ini ada cara dalam pergaulan yang dapat digunakan oleh
     penderita cacat pendengaran, yaitu sebagai berikut:
     a. Cara Oral-Aural
        Melalui alat pengeras suara untuk mendapatkan sedikit
        pendengaran, kemudian memerhatikan ucapan pada bibir dan
        meningkatkan teknik komunikasi. Cara ini tidak menganjurkan
        penggunaan isyarat tangan atau isyarat jari sebab
        dikhawatirkan masyarakat tidak dapat menyesuaikan diri dengan
        isyarat tangan.
     b. Cara Rochester
        Cara ini ditemukan oleh sebuah sekolah tuna rungu di New York
        pada tahun 1878, yaitu dengan menggabungkan ucapan bibir dan
        isyarat tangan. Jadi, berita diterima dan disampaikan dengan
        cara yang sama.
     c. Cara Auditory
        Cara yang menekankan perkembangan teknik mendengar dan
        dikhususkan bagi mereka yang masih dapat dilatih melalui
        pendengarannya. Cara ini dipakai secara luas untuk anak yang
        hanya sedikit mengalami gangguan pendengaran.
     d. Cara komunikasi seutuhnya
        Cara ini menuntut anak dengan serentak menggunakan isyarat
        tangan/jari, membaca ucapan bibir, berbicara melalui pengeras
        suara. Cara ini paling umum dan banyak digunakan pada kelas
        yang lebih tinggi.

  3. Melatih keterampilan mendengar
     Selain cara berkomunikasi, anak yang mengalami hambatan
     pendengaran membutuhkan teknik lain.
     a. Membaca ucapan
        Membaca ucapan merupakan teknik penting untuk anak yang tuli
        atau yang menderita kerusakan pendengaran yang berat. Mereka
        menerima berita dengan membaca berita yang diterima. Teknik
        ini bermaksud untuk membangun jembatan komunikasi dengan dunia
        umum, seperti isyarat tangan yang perlu dipelajari secara
        khusus.
     b. Metode pendengaran
        Mendidik anak tuli untuk mampu mendengarkan suara yang
        berbeda-beda, kemudian membedakan suara itu. Dokter spesialis
        pendengaran berpendapat bahwa menurut kebutuhannya, selain
        anak tuli tersebut dilatih untuk meningkatkan pendengarannya,
        orang tua, anggota keluarga, atau guru juga perlu dilatih
        untuk menolong si penderita.

  4. Memupuk suasana belajar
     Kita mengetahui bahwa semakin parah penyakit tuli seorang anak,
     semakin sulit ia menjalani proses belajarnya. Bagi yang sudah
     parah, ada lembaga pendidikan tuna rungu, di mana ada para ahli
     yang menolong. Namun, bila telah diketahui anak menderita
     ketulian, yang terpenting ialah agar sedini mungkin pendidikan
     diberikan. Bayi dapat belajar melalui ayunan, pelukan, mimik
     muka, dan gerakan si ibu. Gelengkan kepala untuk mengatakan
     "tidak" atau "jangan" dan dengan anggukan kepala untuk
     menyatakan, "ya". Bayi dapat mempelajari gerakan bibir yang
     disertai dengan gerakan wajah dan sikap. Dengan gerakan-gerakan
     itu, orang tua berkomunikasi dengan anak, meskipun pada mulanya
     tidak dimengerti, tetapi sudah memberi kesan mendidik. Peranan
     orang tua dalam mengatur suasana belajar anak sangat penting.

  5. Memakai pertolongan komputer
     Dewasa ini pendidikan melalui komputer sudah sangat canggih,
     dimana ketajaman mata menjadi unsur utama dalam menerima atau
     menyampaikan berita. Pendidikan ini menuntut murid terlibat
     dengan aktif, selain meminta pertanggungjawaban murid untuk
     belajar dengan aktif. Diharapkan akan lebih banyak lagi program
     khusus untuk menolong anak yang rusak pendengarannya supaya
     mereka pun dapat menerima pendidikan yang sepadan. Pendidikan
     Kristen sebaiknya juga berusaha untuk mengembangkan program
     komputer untuk pendidikan agama.

  Bahan disunting dari sumber:
  Judul buku: Menerobos Dunia Anak
  Penulis   : Dr. Mary Go Setiawani
  Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2000
  Halaman   : 82 — 88


                             -=- TIPS -=-

        MENGAJAR ANAK YANG MEMILIKI KELEMAHAN PADA PENDENGARAN
        ======================================================

  Berikut ini beberapa saran dan informasi yang dapat dipakai sebagai
  arahan saat mengajar anak yang memiliki kelemahan pada
  pendengarannya.

  1. Kemampuan Berkomunikasi

  Kemampuan ini meliputi kemampuan oral (kemampuan berbicara, membaca
  gerakan bibir, dan mendengarkan dengan memakai alat bantu), manual
  (bahasa isyarat dan gerakan jari), atau komunikasi total (kemampuan
  oral dan manual). Bicarakanlah dengan orang tua mengenai kosakata
  oral atau manual yang saat ini dikuasai oleh anak mereka. Hal ini
  akan membantu Anda memutuskan tingkat bahasa yang sesuai digunakan
  ketika mengajar anak tersebut. Adakan pertemuan dengan orang tua di
  awal atau di tengah-tengah pembahasan pelajaran yang baru. Pertemuan
  ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada orang tua mengenai
  konsep dan kosakata yang akan Anda gunakan dalam mengajar. Berikan
  dorongan kepada orang tua agar selama minggu itu dapat belajar
  bersama anak-anak mereka dengan memakai kosa kata baru yang akan
  digunakan pada pelajaran berikutnya.

  2. Bahasa Isyarat

  Jika isyarat adalah alat utama anak dalam berkomunikasi, mintalah
  bantuan dari orang tua anak untuk mengajari Anda beberapa dasar
  bahasa isyarat yang dapat digunakan, misalnya isyarat nama anak,
  kata kunci untuk tiap bagian pelajaran (misalnya Yesus, mati,
  hidup), arahan sederhana (misalnya "duduklah", "kemari",
  "berhenti"), dan beberapa isyarat persahabatan (misalnya, "terima
  kasih", "saya senang bertemu denganmu lagi", "kamu sangat
  membantu"). Doronglah anak-anak yang lain untuk belajar beberapa
  isyarat tersebut. Anda dapat meminjam buku bahasa isyarat dari orang
  tua anak.

  3. Alat-Alat Bantu Pendengaran

  Mintalah orang tua anak menunjukkan kepada Anda cara kerja alat
  bantu pendengaran yang digunakan anak-anak mereka. Anda akan perlu
  mengetahui bagaimana cara mengatur alat bantu tersebut dengan volume
  yang sesuai. Anak-anak yang masih kecil sering menyesuaikan volume
  alat bantu mereka ini dengan memasangnya terlalu tinggi atau terlalu
  rendah, bahkan malah dimatikan.

  Adanya alat bantu di telinga anak yang memiliki kelemahan pada
  pendengarannya dapat menimbulkan keingintahuan anak-anak lain.
  Katakanlah kepada mereka bahwa alat bantu tersebut digunakan untuk
  menolong orang mendengar, seperti kacamata, dipakai untuk membantu
  orang melihat. Ini mungkin bukan perbandingan yang benar-benar
  akurat, namun paling tidak dapat membantu anak-anak memahami tujuan
  penggunaan alat bantu pendengaran tersebut.

  Karena alat bantu ini memperjelas segala suara, ingatlah bahwa anak
  yang memiliki kelemahan pendengaran akan mengalami kesulitan dalam
  memahami pembicaraan dalam lingkungan yang gaduh/ramai.

  4. Berbicara

  Berbicaralah secara alami dengan volume suara secukupnya. Berikan
  penekanan pada kata kunci. Berbicara dengan suara keras tidak akan
  memperjelas kalimat Anda, namun justru dapat mengubah artinya.
  Melakukan gerakan mulut atau ekspresi wajah yang terlalu berlebihan
  dapat mengakibatkan kalimat yang diucapkan sulit untuk dipahami.
  a. Bibir Anda harus terlihat. Pastikan anak yang memiliki kelemahan
     pada pendengarannya telah melihat Anda sebelum Anda mulai
     berbicara. Jika Anda menunjukkan sesuatu kepada anggota kelas
     selama kegiatan berlangsung, tunjukkan bendanya terlebih dahulu.
     Tunggu sampai anak tersebut melihat Anda, baru kemudian Anda
     dapat berbicara mengenai benda tersebut.
  b. Jangan terlalu banyak bergerak pada saat berbicara, kecuali
     gerakan itu adalah isyarat tertentu yang dipahami oleh anak-anak.
  c. Jangan segan untuk berbicara kepada anak yang memiliki kelemahan
     pada pendengarannya mengenai kata-kata yang diucapkannya. Mungkin
     ada saat-saat di mana anak tersebut perlu diminta untuk berbicara
     lebih keras atau lebih pelan lagi.
  d. Jangan berpura-pura memahami apa yang dikatakan anak tersebut
     jika memang Anda tidak paham akan apa yang dikatakannya.
     Sebaliknya, mintalah anak tersebut mengulangi perkataannya. Jika
     memungkinkan, mintalah ia menunjukkan atau melakukan apa yang
     dikatakannya. Jika Anda masih belum memahami juga, katakan
     kepadanya, "Saya tidak mengerti yang kamu katakan. Kami akan
     bertanya kepada ayah dan ibumu agar dapat membantu kami." (Atau
     Anda bisa meminta pertolongan kepada anak-anak yang lain.
     Anak-anak sering lebih memahami anak-anak lainnya daripada orang
     dewasa.)

  5. Bahasa

  Gunakan bahasa yang setingkat dengan kemampuan bahasa yang menurut
  Anda akan mudah dipahami oleh anak. Jangan seperti berbicara dengan
  bayi atau berbicara seperti `merendahkan` anak .
  a. Berbicaralah dengan menggunakan kalimat yang lengkap atau pendek.
  b. Setelah Anda memberikan pengarahan khusus untuk sebuah kegiatan,
     mintalah anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya untuk
     mengulangi apa yang dia pahami dari keterangan yang Anda berikan.
     (mis: "Devon, tolong ulangi apa yang saya katakan tadi.") Biarkan
     murid menjawab dan jangan berikan respon negatif jika murid
     tersebut memberikan jawaban yang salah. Pemahaman yang dimiliki
     anak sebagian didasarkan pada apa yang didengar dan sebagian lagi
     dari informasi yang dipahami.
  c. Mengulang dan menyatakan kembali informasi yang Anda katakan akan
     sangat membantu anak-anak yang memiliki kelemahan pendengaran.
  d. Terimalah selalu apa yang dikatakan oleh anak yang lemah
     pendengarannya jika ide yang dikemukakannya benar, walaupun tata
     bahasanya salah. Meskipun demikian, Anda harus tetap memberikan
     contoh tata bahasa yang tepat kepada mereka. Misalnya, jika anak
     berkata, "Aku Yesus cinta," balaslah dengan mengatakan, "Bagus,
     aku cinta Yesus juga.", 6. Kegiatan-kegiatan

  Anak yang memiliki kelemahan pendengaran dapat berpartisipasi dalam
  semua kegiatan belajar. Oleh karena itu, jangan merendahkan
  kemampuan mereka. Selama acara puji-pujian, di mana anak-anak
  diminta untuk melakukan beberapa gerakan, doronglah anak yang
  memiliki kelemahan pada pendengarannya untuk memberikan ide dengan
  membuat gerakan pantomim. Anak-anak yang memiliki kelemahan
  pendengaran, bahkan yang benar-benar tuli sekalipun, bisa juga
  menikmati musik.

  7. Kasih

  Semua anak memberikan respons positif terhadap kasih. Kasih adalah
  salah satu cara terbaik yang Tuhan berikan kepada kita untuk
  berkomunikasi dengan sesama. Ekspresikan kasih ini dengan kata-kata
  ("Tuhan mengasihi kamu. Dan saya juga mengasihi kamu."), dengan
  ekspresi wajah (senyuman ramah), dan dengan sentuhan (memegang
  tangan, memeluk, atau tepukan di pundak). (t/ratri)

  Bahan disunting dan diterjemahkan dari:
  Judul buku   : Sunday School Smart Pages
  Judul artikel: Hearing Impairment
  Penyunting   : Wes dan Sheryl Haystead
  Penerbit     : Gospel Light, Ventura, California 1992
  Halaman      : 81 — 82


                        -=- BAHAN MENGAJAR -=-

                ORANG YANG TULI DAN GAGAP DISEMBUHKAN
                =====================================

  Bahan bacaan:
  -------------
  Markus 7:31—37

  Tujuan mengajar:
  ----------------
  Pelajaran kali ini akan membantu murid-murid dalam hal di bawah ini.
  1. Mengetahui bahwa Yesus mengerti kebutuhan mereka.
  2. Merasakan kasih dan perhatian Yesus kepada mereka.
  3. Percaya bahwa Yesus berkuasa memberikan kesembuhan kepada mereka
     yang percaya.

  Cerita Alkitab:
  ---------------
  Coba tutup kedua telingamu dengan tangan sekuat-kuatnya. Sekarang
  coba dengarkan saya berbicara, apakah kalian dapat mendengarkan
  suara saya dengan jelas? (Biarkan anak-anak menjawab) Ya, benar
  walaupun kalian masih dapat mendengar suara saya, tetapi tidak jelas
  bukan? Sekarang kalian boleh melepaskan tangan dari telingamu. Nah,
  sekarang apakah suara saya bisa terdengar dengan jelas? Mana yang
  lebih terasa menyenangkan, mendengar suara saya saat telinga kalian
  ditutup atau pada saat telinga kalian tidak ditutup? (Beri
  kesempatan kepada anak-anak untuk menjawab)

  Jika saat ini kalian dapat mendengar dan berbicara dengan jelas,
  tidak demikian dengan seorang yang ada dalam cerita Alkitab hari
  ini.

  Yesus baru saja menempuh perjalanan yang sangat jauh. Saat ini Dia
  telah tiba di daerah Dekapolis. Jika kalian baru saja bepergian ke
  tempat yang jauh, kalian pasti merasa lelah dan ingin beristirahat.
  Mungkin itu pula yang dirasakan Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka
  pun beristirahat sejenak untuk melepaskan lelahnya.

  Tetapi baru saja akan beristirahat, orang banyak sudah mengikuti
  Dia. Ya, memang banyak orang sudah mendengar mujizat-mujizat dan
  pengajaran-pengajaran Yesus. Hal itu membuat mereka ingin sekali
  bertemu dengan Yesus atau sekadar melihat siapakah Yesus itu.

  Di tengah-tengah kerumunan itu ada orang yang memiliki saudara yang
  tuli dan gagap. "Seandainya saudaraku itu aku bawa kepada Yesus,
  pasti dia bisa mendengar dan berbicara kembali." Dengan segera orang
  itu menjemput saudaranya dan membawanya ke tempat Yesus berada. Dia
  sangat percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan saudaranya itu.

  "Yesus, tolonglah saudaraku ini. Dia tuli dan gagap. Jika Engkau
  meletakkan tangan atasnya, pastilah dia sembuh," mohon orang itu.
  Yesus lalu memandang orang yang tuli dan gagap itu. Dituntunnya
  tangannya dan dibawanya ke tempat yang sepi sehingga hanya tinggal
  mereka berdua saja. Menurut kalian, apa yang Yesus lakukan? Apakah
  Dia menyembuhkan orang yang tuli dan gagap itu? (Minta satu anak
  lelaki dan perempuan memberikan tanggapan mereka)

  Ya, Yesus mengerti kebutuhan orang yang tuli dan gagap itu. Dia
  bersedia menyembuhkan orang tersebut. Bagaimana caranya? Coba kalian
  baca Markus 7:33—34. (Minta seorang anak membacakan ayat-ayat
  tersebut.)

  Ternyata Yesus tidak hanya meletakkan tangan atas orang itu, tetapi
  menyentuh bagian yang sakit dari orang itu. Yesus menyatakan kasih
  dan perhatian yang amat besar melalui sentuhan-Nya. Dan, orang itu
  sembuh. Dia dapat mendengar dan berbicara dengan jelas lagi.

  Yesus tidak hanya mengerti kebutuhan orang yang tuli dan gagap itu.
  Dia juga amat mengerti kebutuhan kalian. Seperti orang yang percaya
  Yesus dapat menyembuhkan saudaranya, kalian juga harus percaya bahwa
  Yesus sanggup menyembuhkan sakitmu, mengerti kebutuhanmu, dan
  mendengar doamu.

  Doa:
  ----
  Sebelum berdoa mulailah dengan pertanyaan, "Apakah ada keluarga,
  teman, atau mungkin kalian sendiri yang sakit dan ingin didoakan?"
  Setelah beberapa anak memberikan jawaban mereka, mulailah berdoa dan
  meminta Tuhan menolong anak-anak atau keluarganya yang sedang
  menderita sakit.

  Oleh: Davida Dana


                         -=- WARNET PENA -=-

                          SITUS e-BINAGURU
                          ================
                http://www.geocities.com/bina_guru/

  Situs e-BinaGuru ini berawal dari milis diskusi e-BinaGuru. Karena
  banyak anggota dalam milis tersebut yang memiliki ide dan kreasi
  dalam mengajar, maka dibentuklah tim kreatif yang bertugas membuat 
  situs untuk mewadahi ide-ide dan kreasi para pelayan anak tersebut. 
  Sesuai dengan tujuannnya, yaitu meningkatkan talenta untuk dapat 
  dibagikan dan digunakan oleh orang lain yang membutuhkan, situs ini
  menyediakan kolom-kolom khusus untuk memudahkan mencari bahan yang
  sesuai dengan kebutuhan pelayanan anak, yaitu kolom Aktivitas, Bahan
  Mengajar, Peraga, Seputar Natal, Seputar Paskah, dan SAL (Sekolah
  Alkitab Liburan). Jadi, jika Anda mempunyai atau membutuhkan ide,
  langsung saja bertandang ke situs ini. Kiranya menjadi berkat.

  [Kiriman dari: Welni <welni2004(at)xxxx>]


                         -=- MUTIARA GURU -=-

              Anak-anak adalah pribadi yang istimewa,
               mereka juga sama seperti orang dewasa
                 yang ingin memahami dan dipahami.


----------------------------------------------------------------------
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org