Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/293

e-BinaAnak edisi 293 (17-8-2006)

Hukum Bahasa

       

----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
======================================================================

                      -=- SALAM DARI REDAKSI -=-

  Salam kasih,

  Menyambung edisi-edisi sebelumnya mengenai tema `Hukum Mengajar`,
  e-BinaAnak minggu ini membahas tentang hukum bahasa. Aspek berbahasa
  merupakan hal yang harus diperhatikan oleh para guru. Ketika
  menghadapi anak-anak yang relatif masih miskin kosa kata, setiap
  guru diwajibkan untuk lebih bijaksana dalam memilih kata. Apalagi
  ketika mereka hendak menyampaikan kebenaran firman Tuhan yang
  sebagian besar berisi konsep-konsep yang abstrak. Pemilihan kata
  yang salah dan tidak jelas (tidak kongkrit untuk anak) bisa
  menimbulkan kesalahpahaman dalam menerima kebenaran tersebut.

  Masalah bahasa turut menjadi perhatian John Milton Gregory. Itulah
  yang menyebabkan ia turut mengangkat hukum bahasa sebagai salah satu
  dari hukum mengajar yang dicetuskannya. Artikel dan dua tips yang
  disajikan kali ini tentunya akan membuka wawasan Anda, para guru,
  untuk lebih memikirkan aspek penguasaan berbahasa Anda dan
  bagaimana memakainya dengan baik untuk melayani anak-anak.

  Selamat melayani!

  Penyunting,
  RS Kurnia

          "Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu,
       aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya
           dan dia orang asing bagiku." (1 Korintus 14:11)
           < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Korintus+14:11 >


                           -=- ARTIKEL -=-

                             HUKUM BAHASA
                             ============

  Hukum Bahasa ini meliputi fakta-fakta pikiran manusia yang sedalam-
  dalamnya dan mencakup hubungan pikiran yang paling luas dengan
  kehidupan dan dengan dunia luar di mana kita hidup. Kekuatan
  berpikir bertumpu hampir sepenuhnya pada struktur bahasa.

  Dalam bentuknya yang paling sederhana, bahasa merupakan suatu sistem
  tanda buatan (pikiran manusia). Kata-kata atau tanda-tanda itu kalau
  terpisah satu dari yang lain mungkin sama sekali tidak mempunyai
  persamaan dengan apa yang digambarkannya, dan juga tidak mempunyai
  arti lain kecuali makna yang kita beri kepadanya. Sebuah kata
  merupakan tanda suatu gagasan hanya bagi si empunya gagasan serta
  yang telah mempelajari kata tadi sebagai sebuah tanda atau simbol
  gagasan itu. Tanpa suatu gambar atau gagasan yang timbul dalam
  pikiran, maka kata itu hanya terdengar oleh telinga sebagai sebuah
  bunyi yang tak ada artinya. Bahasa seseorang tidak mungkin melebihi
  apa yang pernah dipelajarinya. Perbendaharaan kata seorang guru
  mungkin lebih besar daripada perbendaharaan kata seorang murid,
  tetapi gagasan-gagasan anak itu digambarkan oleh perbendaharaan
  katanya sendiri. Oleh karena itu, agar pelajarannya dapat
  dimengerti, guru harus menggunakan kata-kata yang termasuk dalam
  kemampuan bahasa anak itu. Di luar batas-batas ini, bahasa guru itu
  tidak akan bermakna apa-apa atau malah menimbulkan pengertian yang
  salah jika kata-kata yang asing melebihi kata-kata yang sudah
  dikenal.

  Banyak kata dalam bahasa kita mengandung lebih dari satu makna.
  Misalnya, kita ambil ungkapan-ungkapan seperti "hati", "hati-hati",
  "baik hati", "sakit hati", "besar hati", "perhatian", .... Kata yang
  sama dapat mengandung berbagai makna. Variasi makna-makna ini dapat
  menambah kekayaan bahasa seorang ahli pidato atau seorang penyair,
  tetapi bagi seorang yang baru belajar hal itu hanya akan menimbulkan
  kesulitan. Sesudah mulai mengenal sebuah kata tertentu sebagai tanda
  yang menggambarkan gagasan tertentu, tiba-tiba anak itu berhadapan
  dengan kata yang sama tetapi dengan makna lain yang belum
  diketahuinya. Mungkin ia belajar mengirim surat lewat pos, tetapi
  tiba-tiba ia mendengar kalimat yang aneh, "Catat pengeluaran uang
  itu pada pos bulan depan," atau ia mendengar perintah, "Harus
  melapor di pos militer." Guru mengetahui semua arti kata itu dan
  berdasarkan konteksnya memilih makna yang tepat dari gagasannya.
  Lalu ia meneruskan pembacaan atau pembicaraannya, sangkanya bahwa
  bahasanya kaya dengan variasi. Tetapi mungkin murid-muridnya mulai
  bingung tidak mengerti, seperti ada sesuatu yang terlompati oleh
  karena mereka hanya mengenal kata itu dengan satu makna saja. Maka
  mereka hanya mendengar bunyi sebuah kata tanpa mengerti maksudnya.
  Kadang-kadang kita akan tertawa geli setelah mengetahui pikiran yang
  terlintas pada anak-anak kecil yang mendengar kata-kata yang kita
  ucapkan. Contohnya adalah anak kecil yang minta dibelikan buku yang
  ada di pohon bambu karena mendengar kakaknya menghafal pelajaran
  tentang "buku pada pohon bambu". Atau yang lain itu yang mau melihat
  `ulat yang rajin belajar` karena ia salah mengerti ketika mendengar
  orang tuanya menasihati abangnya untuk "ulet dan rajin belajar di
  sekolah".

  PELANGGARAN DAN KESALAHAN

  Hukum mengajar yang berhubungan dengan bahasa ini lebih sering
  dilanggar di luar kesadaran guru-guru terbaik sekalipun.

  1. Guru sering terperdaya melihat pandangan mata murid-muridnya yang
     begitu berminat sehingga ia berpikir bahwa bahasanya cukup
     dimengerti. Bahkan lebih celaka lagi, kadang-kadang murid itu
     sendiri terperdaya dan mengira ia sudah mengerti, padahal ia
     hanya mengerti sebagian kecil saja.

  2. Anak-anak sering terbawa oleh cara dan gaya si pengajar sehingga
     tampak seolah-olah memerhatikan kata-katanya, padahal perhatian
     mereka lebih tertuju kepada mata, mulut, dan gerak-gerik gurunya.
     Demikian juga, mereka kadang-kadang mengatakan sudah mengerti,
     sekedar untuk menyenangkan guru dan agar mendapat pujian
     daripadanya.

  3. Penyalahgunaan bahasa merupakan salah satu kesalahan umum dalam
     mengajar. Kita tidak perlu menyebut guru-guru yang mencoba
     menutupi ketidaktahuan atau sikap masa bodoh mereka dengan banjir
     kata-kata yang mereka tahu pasti tidak dimengerti oleh para
     siswanya. Begitu juga, kita tidak perlu menyebut guru-guru yang
     lebih suka memamerkan kepandaiannya sendiri, bukan untuk mendidik
     para muridnya. Namun ada banyak guru jujur yang berusaha untuk
     menjelaskan pelajaran, lalu mengira bahwa tugas mereka hanya
     berhenti sampai di situ. Mereka secara tulus berpendapat bahwa
     jika anak-anak itu belum juga mengerti pelajarannya, itu tak lain
     karena mereka kurang memerhatikan pelajaran atau karena anak itu
     sendiri kurang cerdas dan sulit untuk diperbaiki. Sama sekali
     tidak terpikir oleh guru-guru ini bahwa ada kemungkinan mereka
     telah memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh para muridnya,
     atau kata-kata yang justru disalahartikan oleh mereka.

  4. Kadang-kadang jalur cerita seorang guru terputus oleh karena ia
     mengucapkan sebuah kata yang asing dan kurang dimengerti oleh
     muridnya, tetapi tidak terpikir olehnya untuk meneliti kembali di
     mana jalur ceritanya terputus, kemudian menyambung kembali
     seluruh uraian penjelasannya. Anak-anak itu tidak selalu bertanya
     meminta penjelasan karena kadang-kadang mereka tidak berani
     bertanya sebab takut terhadap guru atau malu karena ketidaktahuan
     mereka. Tidak jarang mereka disangka anak yang tidak pintar atau
     kurang memerhatikan, padahal tidak mungkin bagi mereka untuk
     mengerti bahasa yang belum dikenal itu, berapa pun besarnya
     perhatian mereka.

  5. Bahkan guru-guru yang biasanya memakai bahasa yang sederhana di
     depan murid-muridnya pun sewaktu-waktu gagal mencapai kegunaan
     lebih tinggi dari sarana mengajar ini. Guru-guru ini tidak
     berusaha mendengar tanggapan anak-anak terhadap pengajaran
     mereka, oleh karena itu mereka tidak dapat menguji kesuksesan
     mereka. Anak-anak itu tidak mengutarakan pendapatnya dan
     perbendaharaan kata mereka pun tidak bertambah.

  6. Banyak guru kurang menghargai keindahan dan kerumitan bahasa.
     Tidak terpikir oleh mereka bahwa masyarakat modern tidak mungkin
     berkembang tanpa kemampuan berbicara. Banyak orang memilih
     perbendaharaan kata yang miskin. Telah ditemukan bahwa salah
     satu hambatan terbesar untuk memberi penerangan kepada masyarakat
     adalah bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan dasar yang bisa
     menjadi jembatan untuk menyampaikan informasi itu. Pernah ada
     rombongan parlemen Inggris yang diutus untuk mempelajari bahasa
     pergaulan buruh pekerja tambang batu bara dan buruh kasar lainnya
     di Inggris supaya memastikan kemungkinan memberi penerangan di
     kalangan mereka melalui risalah-risalah dan buku. Ternyata banyak
     di antara buruh kasar tersebut begitu miskin pengetahuan
     bahasanya sehingga tidak mungkin untuk memberi penyuluhan dengan
     cara demikian. Betapa lebih berat permasalahan yang dihadapi
     dengan anak-anak kecil yang jauh lebih terbatas pengalaman
     hidupnya itu. Maka itu, jika kita hendak mengajar anak-anak
     dengan berhasil kita perlu memperluas bahasa yang menjadi sarana
     komunikasi antara kita dengan mereka itu.

  7. Banyak dari antara pokok-pokok pelajaran di sekolah tidak
     berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari dan bahasa
     anak-anak. Dan setiap cabang ilmu pengetahuan mempunyai perangkat
     bahasanya sendiri yang harus dipahami oleh seorang siswa yang
     ingin maju di bidang studi itu. Guru sekolah minggu pun
     seharusnya menyadari ini sebagai salah satu masalah yang
     dihadapinya. Banyak kali fakta-fakta dan segi-segi kebenaran di
     bidang agama terputar balik oleh karena istilah atau kata-kata
     yang disampaikan hanya dimengerti setengah-setengah saja. Karena
     itu, guru untuk anak-anak yang belajar Alkitab diperingatkan
     untuk selalu berbicara dengan memakai kata-kata yang jelas.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Tujuh Hukum Mengajar
  Penulis   : John Milton Gregory
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang
  Halaman   : 59 - 61 dan  74 - 77


                           -=- TIPS (1) -=-

                 BERBICARA DENGAN SEORANG ANAK KECIL
                 ===================================

  Di antara kita yang bekerja dengan anak-anak kecil, sering terasa
  bahwa anak-anak itu seperti pengering, menyerap setiap kata yang
  kita ucapkan. Kadang-kadang kita berbicara dari saat anak pertama
  datang sampai kita mengucapkan sampai jumpa pada anak yang terakhir.
  Namun, sering kali seorang anak berbuat sebaliknya! Dan kemudian
  tentu saja anak tersebut tidak mendengarkan apa yang kita ingin
  supaya mereka pelajari. Jadi, penting bagi kita untuk bijaksana
  dalam memilih kata-kata, kita harus belajar berbicara dengan seorang
  anak daripada selalu berbicara kepada anak.

  Mulailah dengan mendengarkan.
  -----------------------------
  Dengarkanlah seorang anak seolah-olah dia adalah satu-satunya anak
  di kelas itu. Berikan perhatian penuh meskipun mungkin Anda tidak
  mengerti setiap kata yang diucapkannya. Perhatian khusus Anda pada
  apa yang dikatakan anak tersebut mendorongnya untuk meniru. Hal ini
  akan menolong anak supaya menjadi pendengar yang lebih baik lagi
  ketika Anda berbicara dengannya.

  Biarkan anak memimpin.
  ----------------------
  Setiap anak memiliki tingkat perhatian yang berbeda-beda terhadap
  apa yang Anda katakan. Pada saat Anda melampaui level tersebut,
  anak-anak secara mental berbalik arah dan mengabaikan Anda. Ketika
  seorang anak datang kepada Anda, itu berarti dia sedang menunjukkan
  apa yang menarik perhatiannya. "Allison, saya senang kamu mau
  menunjukkan lukisanmu kepadaku. Ceritakan lukisan itu."

  Dapatkan perhatian anak sebelum mulai berbicara.
  ------------------------------------------------
  Orang dewasa sering berbicara ketika tidak ada seorang pun yang
  mendengarkan. Contohnya, berteriak kepada seorang anak di dalam
  kelas hanya akan membuat kebingungan bukannya komunikasi. Datangilah
  anak tersebut. Bungkukkan badan Anda sehingga wajah Anda sejajar
  dengan matanya. Sebutlah nama anak tersebut. "Seth, pandanglah
  wajahku sebentar saja. Bagus. Seth, sekarang letakkan piringmu di
  meja itu."

  Berikan komentar dengan kalimat-kalimat yang positif.
  -----------------------------------------------------
  "Patrick, balok-balok itu untuk disusun bukan untuk dilempar-
  lempar."

  Ucapkan kata-kata yang terpenting terlebih dahulu.
  --------------------------------------------------
  Setelah Anda menyebutkan nama anak tersebut, sebutkan dengan singkat
  tindakan apa yang Anda ingin anak tersebut lakukan. Kemudian
  sebutkanlah alasannya. "Mathew, sekarang kamu boleh memberi makan
  kura-kura itu. Aku rasa dia sudah lapar."

  Gunakan kata-kata sederhana dan intonasi suara yang natural.
  ------------------------------------------------------------
  Berbicaralah pelan-pelan dan jelas sehingga terdengar lembut.
  Ekspresikan antusiasme dan perhatian Anda melalui suara Anda.
  Tambahkan senyuman pada kata-kata Anda. Hindari sikap kekanak-
  kanakan atau "meledak-ledak".

  Gunakan kata-kata yang spesifik.
  --------------------------------
  Kata-kata umum justru membuat anak-anak bingung, tidak tahu pasti
  apa yang Anda maksudkan. Daripada mengatakan, "Singkirkan mainan
  itu," lebih baik Anda mengatakan, "Alex, truk merahmu perlu ditaruh
  di rak ini."

  Kaitkan kata-kata dengan pengalaman.
  ------------------------------------
  Pemahaman muncul ketika seorang anak mendengar kata-kata dan pada
  saat yang sama dia melihat kata-kata itu dilakukan. Tunjukkan kepada
  anak tindakan yang sesuai dengan gambaran Anda. Contohnya, "Eric,
  begini cara menggosok gambar ini sehingga stikernya bisa menempel."
  Eric akan segera memahaminya.

  Hubungkan kegiatan anak dengan fokus pelajaran.
  -----------------------------------------------
  Ingatlah fokus pelajaran dan ayat Alkitab dari setiap pelajaran.
  Maka percakapan Anda secara natural dapat dihubungkan dengan
  kegiatan dan pemikiran anak-anak tentang pelajaran kebenaran
  Alkitab. Menceritakan secara singkat bagian-bagian dari cerita
  Alkitab dapat juga membantu untuk menghubungkannya.

  Misalnya, pada saat anak-anak sedang menyusun balok dalam suatu sesi
  yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kasih dan perhatian
  Tuhan. Anda bisa katakan pada murid Anda, "Kyle, saya senang melihat
  susunan balok-balokmu ini. Kamu menggunakan lenganmu yang kuat untuk
  mengangkat balok-balok besar ini. Tuhanlah yang membuat lenganmu
  kuat, Kyle." Bukalah Alkitab Anda dan katakan, "Alkitab kita
  mengatakan, Tuhan memelihara engkau!"

  Buatlah perbedaan yang jelas.
  -----------------------------
  Buatlah perbedaan yang jelas antara saat anak bisa dan tidak bisa
  memilih. Ajukan sebuah pertanyaan atau tawarkan sebuah pilihan hanya
  pada saat Anda ingin memberikan alternatif kepada anak. Jika
  diperlukan ketaatan, buatlah kalimat langsung yang berdampak dan
  menunjukkan kerja sama. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Colin, bisa
  kamu menyingkirkan trukmu?" justru berpeluang besar untuk jawaban
  "Tidak," yang perlu untuk dihormati. Pernyataan positif seperti,
  "Colin, tolong singkirkan trukmu," justru akan membuat Colin
  mengerti maksud Anda dan dia tidak memiliki pilihan lain. Pendekatan
  dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memfokuskan perhatian
  anak pada situasi, namun membebaskan dia untuk menentukan apa yang
  ingin dilakukannya. "Colin, sekarang saatnya makan snack. Apa yang
  harus kamu lakukan dengan trukmu itu?" Atau, "Colin, apakah kamu mau
  menggulingkan trukmu itu atau membawanya ke rak?"

  Hindari mempermalukan anak.
  ---------------------------
  Sindiran tajam dan olokan tidak tepat untuk anak-anak yang masih
  kecil dan sensitif. Ingatlah bahwa anak-anak menyerap kata-kata Anda
  secara apa adanya. Selera humor mereka tidak sama dengan orang
  dewasa. Sering kali orang dewasa mencoba membuat lelucon, namun
  hasilnya justru melukai perasaan mereka. Ketika seorang anak membuat
  kesalahan, yang paling diperlukannya adalah kata-kata dukungan dari
  Anda. Pertama, gambarkan apa yang Anda lihat. "Ashley, kamu sedih ya
  karena jusmu tumpah." Lalu tawarkan pemecahannya atau biarkan anak
  memilih bagaimana harus membantu. "Kita bisa menggunakan kain lap
  atau spons untuk membersihkannya."

  Tunjukkan kepada anak sopan santun.
  -----------------------------------
  Sopan santun yang ditunjukkan adalah sopan santun yang juga berlaku
  bagi orang dewasa. Seorang anak adalah orang yang nyata dengan
  perasaan yang nyata pula! Perasaan-perasaan ini penting baginya.
  Ketika kita dengan kasar menghentikan kegiatan dan percakapan anak,
  kita menunjukkan bahwa kita kurang memerhatikan anak tersebut. Kita
  juga menunjukkan perilaku yang tidak kita inginkan untuk ditiru!
  Tanyakan pada diri Anda sendiri sebelum Anda berbicara dan
  bertindak, Akankah saya mengatakan hal itu kepada teman yang baru
  bertumbuh? Bagaimana saya menginterupsi teman saya? Lalu datangilah
  anak tersebut. "Adam, kamu sudah bekerja keras menyelesaikan
  lukisanmu. Kamu boleh menggambar satu lagi dan kemudian cuci
  tangan."

  Ide-ide percakapan dalam kurikulum Anda telah direncanakan digunakan
  sebagai percakapan "pembukaan" -- kata-kata dan saran untuk membuka
  imaginasi Anda sendiri ketika Anda membimbing pikiran dan kegiatan
  anak-anak. Pakailah percakapan-percakapan yang disarankan berikut
  ini yang sesuai dengan minat dan kebutuhan tertentu dari masing-
  masing anak. Perhatikan dan pekalah terhadap setiap anak. "Alangkah
  baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" (Amsal 15:23) (t/rat)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul Buku   : Sunday School Smart Pages
  Judul Artikel: When You Talk with a Young Child
  Editor       : Wes dan Sheryl Haystead
  Penerbit     : Gospel Light, Ventura, USA, 1992
  Halaman      : 41 - 42


                           -=- TIPS (2) -=-

  Dalam tulisan berikut ini, kita dapat lebih mengerti lagi bagaimana
  pemilihan bahasa/kata yang tepat sangat perlu dikuasai guru. Jika
  tidak, anak-anak bisa salah mengerti dengan semua pengajaran yang
  mereka terima.

                    PERHATIKAN KATA-KATA SAUDARA:
                 BILA BERBICARA TENTANG PERSEMBAHAN
                 ==================================

  "Ibu guru mencuri uang!" kata Susi yang berusia 4 tahun kepada
  ibunya.

  "Kamu mungkin keliru, Nak," jawab ibunya.

  "Sungguh Bu, dia telah mencuri uang persembahan!" desak Susi.

  Setelah menanyai Susi dengan teliti, ibunya mendapati bahwa Susi
  telah melihat gurunya keluar dari kelas dengan membawa kantong yang
  berisi uang persembahan.

  "Ibu guru mengatakan bahwa kita memberikannya kepada Allah," Susi
  mendesak. "Kemudian dia yang mengambilnya."

  Pengalaman Susi menunjukkan bahwa para pekerja Kristen perlu
  memikirkan dengan saksama kata-kata yang mereka gunakan sehubungan
  dengan uang persembahan yang diterima di gereja.

  Kata-kata yang kurang tepat, meskipun dalam soal yang tampaknya
  sangat kecil, dapat menimbulkan salah pengertian yang serius.

  Pemimpin harus memutuskan bagaimana menyebut pokok acara itu. Jika
  dia menyebutnya "kolekte", maka acara itu menjadi tidak menarik dan
  tak berarti bagi anak itu. Kata kolekte menitikberatkan tugas orang
  yang memungut uang itu dan menekankan ke ide pengambilan.

  Kata persembahan, mengutamakan anak itu dan tindakan memberi. Karena
  kata ini lebih menarik dan lebih bersifat pribadi, maka anak itu
  lebih memihak kepadanya. Dia tidak memberikan uang itu kepada orang
  yang memungut persembahan, dia sedang memberikan uang itu kepada
  Allah.

  Tetapi sungguhkah dia memberikan uang itu kepada Allah? Seperti
  Susi, banyak anak telah menganggap guru mereka berbohong pada waktu
  melihat mereka mengambil uang yang dimaksudkan untuk Allah. Anak-
  anak berpikir dalam arti kata yang sebenarnya sehingga barangkali
  akan lebih baik untuk mengatakan bahwa kita memberi untuk "pekerjaan
  Allah", "gereja Allah", atau "untuk menolong para pendeta".

  Lalu apa yang kita berikan kepada Allah? Banyak guru berbicara
  tentang hal memberikan "sedikit persembahan" kepada Allah.
  Pernyataan semacam itu dapat berarti "persembahan yang sedikit sudah
  cukup untuk Allah; yang sisa itu untuk saya". Tidak ada guru yang
  dapat berhasil mengajar seorang anak untuk memberi yang terbaik dan
  terbanyak kepada Allah selama menggunakan kata-kata seperti itu.
  Jauh lebih baik untuk tidak menyebut kecil besarnya persembahan itu
  pada waktu kita berbicara kepada anak-anak tentang hal memberikan
  "uang kita" untuk pekerjaan Allah!

  Guru, perhatikan kata-kata Saudara. Perkataan Saudara dapat
  memengaruhi segi pandangan seorang anak seumur hidupnya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang 1996
  Halaman   : 276


                         -=- WARNET PENA -=-

          PUSAT ELEKTRONIK PELAYANAN ANAK KRISTEN (PEPAK):
                       BAHAN-BAHAN MENGAJAR
          ================================================
                 http://pepak.sabda.org/pelajaran/

  Kebutuhan bahan-bahan mengajar bagi para guru sekolah minggu pasti
  tidak ada batasnya. Berbagai buku kita baca dan seminar kita ikuti
  untuk menggali bahan-bahan mengajar sebanyak mungkin. Situs PEPAK
  berusaha membantu dan melengkapi para pelayan anak yang selalu rindu
  mencari sumber-sumber bahan mengajar. Salah satu bagian dalam Situs
  PEPAK adalah Bahan Mengajar. Sampai saat ini sudah ada 355 bahan
  yang dapat Anda pakai, GRATIS.

  [Kiriman: Davida]


                     -=- DARI ANDA UNTUK ANDA -=-

  Dari: Irene P. <irene(at)>
  >Sekolah minggu kami berencana membuat literatur atau buletin
  >bulanan sekolah minggu khusus untuk anak-anak. Besarnya hanya
  >sebesar satu lembar hvs folio di dilipat dua. jadinya ada empat
  >halaman. Saya ingin mendapat masukan dari redaksi atau rekan-rekan
  >e-BinaAnak lainnya. Mungkin sudah punya pengalaman. Sebaiknya
  >isinya apa saja? Tolong pencerahannya ya ....
  >Salam,
  >Iren

  Redaksi:
  Wah, kami salut dengan perhatian sekolah minggu Anda pada literatur
  anak. Buletin sekolah minggu untuk anak merupakan ide yang sangat
  baik. Saran kami, selain diisi oleh guru, misalnya cerita singkat,
  libatkan anak untuk bisa ikut berkreasi, misalnya anak bisa
  mengirimkan karya gambarnya atau kesaksiannya. Berikan juga tempat
  untuk jadwal sekolah minggu atau ayat-ayat hafalan mingu itu, dll.
  Pasti masih banyak ide lain dari para pembaca e-BinaAnak, karena itu
  silakan rekan-rekan yang sudah pengalaman ikut memberi ide. Silakan
  kirimkan ide Anda tersebut ke <staf-binaanak(at)sabda.org>


                         -=- MUTIARA GURU -=-

                 Bernalar dengan anak memang baik,
           jika Anda dapat menerima nalar (alasan) anak
                 tanpa merusak nalar Anda sendiri.
                        - John Mason Brown -


----------------------------------------------------------------------
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org