Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/291

e-BinaAnak edisi 291 (3-8-2006)

Hukum Guru

      
______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                           291/Agustus/2006
----------
      - SALAM DARI REDAKSI
      - ARTIKEL (1)         : Hukum Guru
      - ARTIKEL (2)         : Pelatihan Bagi Guru:
                              Proses yang Berkelanjutan
      - TIPS                : Langkah Dasar Persiapan Seorang Guru
      - WARNET PENA         : Young Resources
      - STOP PRESS!         : Tampilan Baru SABDA.org
      - MUTIARA GURU

----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
======================================================================

                      -=- SALAM DARI REDAKSI -=-

  Salam damai,

  John Milton Gregory pernah mencetuskan ide yang disebutnya sebagai
  "Tujuh Hukum Mengajar". Hukum tersebut bertujuan untuk memberi dasar-
  dasar dalam mengajar agar guru dapat mengajar dengan berhasil. Oleh
  karena itu, sepanjang bulan Agustus ini e-BinaAnak akan mengusung
  tema "Hukum Mengajar" yang tiap minggunya akan membahas topik-topik
  berurutan berikut ini:
     1. Hukum Guru
     2. Hukum Murid
     3. Hukum Bahasa
     4. Hukum Proses Belajar dan Mengajar
     5. Hukum Ulangan dan Penerapannya

  Dalam topik pertama minggu ini, kita akan melihat pendapat John
  Milton Gregory mengenai Hukum Guru. Ada pula artikel tentang mengapa
  pelatihan sangat penting untuk menajamkan kemampuan guru dalam
  mengajar. Tips minggu ini membahas langkah dasar yang perlu
  dipersiapkan guru dalam mengajar. Nah, selamat belajar dan menikmati
  sajian kami.

  Selamat belajar!
  Redaksi e-BinaAnak
  Davida

        "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
         maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang
               dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)
         < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+22:6 >


                         -=- ARTIKEL (1) -=-

                             HUKUM GURU
                             ==========

  Kata MENGETAHUI merupakan kata kunci dalam hukum guru. Pengetahuan
  adalah bahan baku bagi pekerjaan seorang guru dan alasan pertama
  bagi hukum ini menyangkut sifat pengetahuan itu sendiri. Apa yang
  oleh manusia disebut pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan.
  Mulai dari setitik sinar kebenaran yang mula-mula terlihat, sampai
  kepada tingkat pengertian yang matang. Tingkat pengalaman hidup umat
  manusia sementara diperolehnya tahap demi tahap, yaitu: (1)
  pengenalan yang samar-samar; (2) kemampuan untuk mengingat sendiri
  atau menguraikan apa yang telah kita pelajari itu kepada orang lain
  secara garis besar; (3) kemampuan untuk langsung menerangkan,
  membuktikan, melukiskan, dan menerapkannya; dan (4) tahap di mana
  pengetahuan serta penghargaan mengenai kebenaran itu dalam arti yang
  sedalam dan seluas-luasnya sudah sedemikian rupa sehingga oleh
  karena kepentingannya kita bertindak -- sikap (kelakuan) kita
  berubah olehnya. Sejarah baru bernilai sejarah bagi orang yang telah
  membaca dan mengetahuinya. Tahap pengetahuan atau pengalaman
  terakhir inilah yang dimaksudkan dalam hukum yang berlaku untuk
  seorang guru yang sejati.

  Tidak berarti bahwa orang yang belum lengkap pengetahuannya sama
  sekali tidak bisa mengajar. Juga tidak berarti bahwa orang yang
  dengan sempurnanya menguasai bahan pelajaran itu pasti akan berhasil
  sebagai seorang guru. Tetapi bila pengetahuan guru belum sempurna,
  jelas hal itu akan nampak dalam cara mengajar yang tidak sempurna.
  Apa yang tidak diketahui seseorang, tak mungkin dapat ia ajarkan
  dengan baik. Tetapi hukum keguruan ini baru satu di antara tujuh
  hukum mengajar itu. Maka kegagalan bisa juga terjadi karena ada
  hukum lain yang dilanggar, bukan hukum yang satu ini saja. Demikian
  pula, sampai batas tertentu sukses mungkin saja dicapai karena
  ketaatan terhadap hukum-hukum yang lainnya. Namun demikian,
  pengajaran pasti akan timpang dan penuh keragu-raguan, jika gurunya
  tidak cukup memahami apa yang harus diajarkan.

  Suatu segi kebenaran dapat diketahui karena mirip dengan sesuatu
  yang sudah diketahui, karena itu lebih mudah untuk dilihat bila
  diperbandingkan dengan segi-segi kebenaran yang lain. Murid-murid
  hendaknya jangan melihat segi kebenaran itu sebagai sesuatu yang
  berdiri sendiri, melainkan harus melihat kaitannya dengan kebenaran-
  kebenaran secara keseluruhan dan hubungan yang bermanfaat satu sama
  lain. Prinsip-prinsip besar biasanya ditemukan dalam kaitan dengan
  fakta-fakta dan konsep-konsep yang sudah diketahui. Kemampuan untuk
  melukiskan, yaitu salah satu segi yang paling penting dari seni
  mengajar, hanya akan timbul dari pengetahuan yang sudah jelas dan
  umum diketahui. Guru yang tidak cukup pengetahuannya sama seperti
  orang buta yang mencoba membimbing orang buta lain dengan penerangan
  lampu yang sudah padam.

  Ambillah contoh, misalnya pengetahuan umum ilmu bumi (geografi) yang
  diajarkan di sekolah -- mengenai bentuk bumi yang bulat, samudera
  dan benua-benua yang luas, gunung, sungai, negara dan kota yang
  berpenduduk, dan sebagainya -- betapa dangkal dan menjemukannya hal-
  hal itu bagi seorang guru dan murid-muridnya yang kurang
  mendalaminya. Tetapi betapa mengasyikkan materi tersebut bagi tokoh-
  tokoh geografi. Di depan matanya seolah-olah terbentang sejarah bumi
  ini dari zaman ke zaman sampai mencapai bentuknya yang bulat
  sekarang ini. Bagi guru-guru seperti itu, ilmu bumi merupakan sebuah
  pasal yang tidak terlepas dari seluruh khazanah ilmu mengenai asal-
  usul sejarah alam semesta. Demikian pula halnya, apabila kita
  mengajar kebenaran dari Alkitab. Bagi pembaca yang acuh tak acuh
  atau guru yang tidak cukup mendalam mempelajarinya, semua itu hanya
  menjadi fakta-fakta yang kering tanpa ada artinya. Tetapi bagi orang
  yang benar-benar menyelidikinya, kebenaran tersebut menjadi hidup
  dan luas artinya karena disoroti dengan pengetahuan lain seperti
  sejarah, ilmu pengetahuan, dan berbagai pengalaman yang pernah
  tercatat oleh manusia.

  Hukum mengajar yang bersangkutan dengan guru tentu lebih dalam lagi.
  Sebelum suatu kebenaran itu sungguh-sungguh dapat dihayati, terlebih
  dahulu ia harus dimengerti dengan jelas. Hanya orang yang benar-
  benar mempelajari suatu ilmu sajalah yang akan merasa bersemangat
  melakukannya. Keluwesan kata-kata yang menakjubkan dari seorang
  pujangga atau ahli pidato bersumber dari wawasan mereka yang begitu
  luas. Tidak heran bahwa merekalah yang jadi perintis jalan bagi umat
  manusia di zaman mereka. Sudah pasti, guru yang hanya setengah-
  setengah mengetahui bahan yang akan diajarkannya akan menimbulkan
  kesan yang dingin dan menjemukan. Sebaliknya, guru yang begitu
  menghayati apa yang diajarkannya, dengan semangatnya, akan membuat
  murid-murid ketularan minatnya yang besar itu.

  Rahasia dari semangat berapi-api yang begitu kita kagumi dan puji
  pada seorang guru dan pengkhotbah adalah bahwa di samping pengertian
  yang jelas tentang kebenaran yang diungkapkannya, mereka juga benar-
  benar menghayatinya dengan perasaan mereka. Bagi guru semacam itu,
  kebenaran yang biasa seolah-olah menjadi hidup. Sejarah berubah
  menjadi suatu panorama kehidupan yang amat menarik; ilmu bumi
  berkembang menjadi suatu perjalanan yang mengasyikkan melihat benua-
  benua dengan berbagai suku bangsa yang menghuninya; astronomi (ilmu
  perbintangan) berubah seakan menjadi suatu pameran raksasa yang
  memperkenalkan dunia-dunia yang lain dengan sistem-sistemnya
  sendiri. Bagaimana seorang guru tidak memukau jika dengan
  kesungguhannya, bahan pelajaran yang diberikannya itu begitu kaya
  dengan hal-hal yang memesonakan?

  Karena pengetahuan yang begitu dikuasainya, semua kemampuan yang ada
  pada sang guru mulai hidup sendiri. Tetapi sebaliknya pula,
  pengetahuan itulah yang memungkinkan dia untuk mengembangkan dan
  menggunakan semua kemampuan tersebut. Seorang guru yang benar-benar
  memahami pelajarannya tidak akan terikat seperti seorang budak
  kepada buku teks, tetapi dengan mudah akan mengemukakan semua yang
  terdapat dalam buku pedomannya itu, sambil mengawasi murid-muridnya,
  dan dengan tangkas membimbing arah pemikiran mereka. Ia benar-benar
  siap untuk mengenali bagaimana dan sampai di mana mereka mulai
  mengerti kebenaran itu. Ia langsung dapat menyingkirkan hal-hal yang
  dapat merintangi kemajuan mereka serta membantu dan memberi semangat
  kepada mereka.

  Pengetahuan guru yang benar-benar matang dengan sendirinya akan
  membantu menambah kepercayaan para murid. Umumnya kita lebih senang
  dan dengan penuh perhatian mengikuti penjelasan seorang penunjuk
  jalan yang sudah hafal benar jalan yang akan kita tempuh. Tetapi
  sebaliknya, betapa segan dan jemunya kita mengikuti petunjuk seorang
  pemimpin yang tidak tahu apa-apa dan kurang kompeten. Anak-anak
  tidak senang diberi pelajaran oleh seorang guru yang kurang mereka
  percayai. Dan bukan itu saja. Sarjana-sarjana besar -- seperti
  Newton, Humboldt, dan Huxley -- membangkitkan minat orang lain untuk
  mempelajari ilmu mereka. Demikian pula seorang guru yang benar-benar
  telah mempersiapkan diri membangkitkan dalam murid-muridnya
  keinginan untuk memperdalam studi mereka. Sayang sekali, pernah
  terjadi bahwa pengetahuan yang begitu banyak tidak diimbangi dengan
  kemampuan untuk membangkitkan minat belajar pada murid-murid. Hal
  ini menyebabkan gagalnya pengajaran, terutama jika anak-anak itu
  masih muda. Lebih baik seorang guru yang berpengetahuan terbatas,
  tetapi punya kemampuan untuk membangkitkan semangat murid-murid,
  daripada seorang cendekiawan yang tidak punya kemampuan demikian.

  Demikianlah falsafah di balik hukum mengajar ini. Dilihat dari sudut
  ini, maka kita mulai mempunyai gambaran seorang guru yang ideal.
  Hanya Tuhan Yesus sebagai Guru Teladan yang sudah memenuhi harapan
  tersebut. Tetapi semua guru yang sejati harus berusaha mencapainya.
  Hukum ini dengan tepat menunjukkan semua sumber daya yang harus
  digunakan oleh seorang guru dalam pekerjaannya. Mulai dari seorang
  ibu yang mengajar anaknya yang kecil, sampai kepada mahaguru yang
  mengajarkan ilmu yang paling abstrak sekalipun, atau orator yang
  bicara di hadapan wakil-wakil rakyat, atau pengkhotbah yang bicara
  di depan jemaat di gereja yang besar, hukum ini berlaku tanpa
  terkecuali dan tak dapat dilanggar begitu saja tanpa konsekuensi
  tertentu. Dengan tegas hukum ini mengatakan bahwa di mana pun juga
  seorang guru harus mengetahui apa yang akan diajarnya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul buku   : Tujuh Hukum Mengajar
  Judul artikel: Falsafah di Balik Hukum Ini
  Penulis      : John Milton Gregory
  Penerbit     : Gandum Mas, Malang
  Halaman      : 21 - 29


                         -=- ARTIKEL (2) -=-

           PELATIHAN BAGI GURU: PROSES YANG BERKELANJUTAN
           ==============================================

  Hanya sedikit saja guru yang dapat terus melanjutkan menceritakan
  sebuah kisah Alkitab terkenal tanpa merasa tertohok oleh seorang
  murid yang mengangkat tangan dan mengatakan bahwa cerita itu sudah
  didengarnya tahun lalu. Bagaimana seharusnya guru menanggapinya?
     "Saya akan menceritakan bagian yang berbeda dari cerita itu."
     "Sudah waktunya kamu mendengarkannya lagi."
     "Apakah kamu mau saya memanggil orang tuamu?"
  Seandainya murid hanya diam dan tidak mengatakan hal seperti di
  atas, tetap ada kemungkinan pendapat itu mampir di benak mereka,
  bahkan dalam banyak kesempatan.

  Sekarang, mari kita mengganti tokoh yang ada di adegan ini. Orang
  yang berdiri di depan kelas itu kini adalah seseorang yang
  bertanggung jawab dalam hal pendidikan pelayanan gereja dan dia
  sedang mengumpulkan para guru untuk mengikuti sebuah kegiatan
  pelatihan. Lalu ada seorang guru yang punya pengalaman mengikuti
  pelatihan, dan ia yakin bahwa sebelumnya ia sudah pernah mendengar
  semua yang dikatakan di situ. Bagaimana penanggung jawab tersebut
  menanggapi keberatan dari guru itu?

          "Pasti ada hal baru yang akan Anda dengarkan."

  Kegiatan pelatihan bertujuan memperkenalkan materi, metode, dan
  program-program baru. Masyarakat berubah sedemikian cepat dan
  pembuat kurikulum menanggapinya dengan menyiapkan materi-materi yang
  disesuaikan dengan kebutuhan anak sekarang. Tentu saja, kalimat
  "firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya" (Yes. 40:8) adalah
  benar, namun cerita-cerita yang dipakai untuk mengilustrasikan
  penerapan Alkitab dalam hidup perlu terus berubah seperti halnya
  kehidupan si penerima.

  Inovasi-inovasi teknologi telah membawa keuntungan bagi dunia
  pendidikan dan pendidik Kristen tidak boleh mengabaikan potensi luar
  biasa yang dimiliki oleh komputer, peralatan audio visual, dan
  sumber daya lainnya. Sebuah pelayanan pendidikan perlu tetap terbuka
  terhadap pemanfaatan sumber daya baru, meski sambil tetap melakukan
  evaluasi secara saksama.

  Penelitian-penelitian baru tentang perkembangan anak memberi
  pemahaman tentang masalah tingkah laku, kesulitan belajar, dan
  keluarga yang tidak harmonis. Memahami karakter-karakter khas dan
  kebutuhan dari setiap kelompok usia sangatlah penting bagi semua
  guru yang ingin dapat mengajar dengan maksimal, membangun hubungan
  dengan anak, dan mengenali mereka sebagai satu pribadi.

  Banyak acara pelatihan besar, seperti konferensi atau seminar, yang
  menawarkan lokakarya-lokakarya di bidang khusus, misalnya membawakan
  cerita, berorganisasi, atau lokakarya panggung boneka. Guru-guru
  baru akan memperoleh banyak keuntungan dari pelatihan-pelatihan
  tersebut secara keseluruhan dan seorang guru yang membutuhkan
  informasi untuk bidang-bidang pelayanan tertentu, di situ dapat
  belajar dari seorang spesialis secara lebih mendalam.

  Tidak semua pelatihan diadakan dalam skala besar seperti konferensi
  atau konvensi. Banyak gereja memberikan pelatihan berkala sebagai
  bagian dari agenda bulanan. Beberapa gereja, terutama yang kecil,
  bergabung dengan gereja-gereja lain untuk mensponsori acara dalam
  skala kota atau daerah. Teruslah ikuti pelatihan-pelatihan seperti
  itu, walaupun sebelumnya sudah pernah diikuti.

  Banyak guru yang setia menghadiri pelatihan yang sama setiap
  tahunnya -- mencatat, bertanya, dan dari yang mereka dengar itu,
  mereka memeriksa apa saja yang bisa mereka pakai, dengan berdasarkan
  pengalaman mereka. Pemahaman dan anekdot-anekdot mereka dapat
  memberikan kredibilitas pada peraturan, terutama bagi para pemula.
  Guru yang berpengalaman secara naluriah tahu apa yang bisa dipakai
  di kelasnya sendiri untuk kemudian menemukan cara yang produktif
  dalam memanfaatkan pelajaran itu.

  Kadang seorang guru yang berpengalaman ingin mengembangkan
  talentanya dalam bidang pelayanan tertentu. Dalam situasi mengajar
  sebuah tim, misalnya, seorang guru yang istimewa dalam hal bercerita
  mungkin akan menginginkan pelatihan ekstra dalam bidang itu,
  sementara guru yang lain akan mengembangkan ketrampilan mereka dalam
  hal memimpin pujian, permainan, atau aktivitas kesenian. Seorang
  guru yang bekerja sendirian harus menguasai semua ketrampilan dan
  membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan bidang yang masih menjadi
  kelemahannya.

  Yakobus mengatakan, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di
  antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru
  kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat." (Yak. 3:1).
  Dengan kata lain, satu hari nanti kita akan mempertanggungjawabkan
  apa yang telah Tuhan taruh dalam kita, yaitu kepercayaan untuk
  mengaruniai kita talenta mengajar. Karunia mengajar adalah seperti
  uang yang dititipkan oleh seorang tuan yang hendak bepergian kepada
  hambanya. Orang yang ingin mempergunakan karunia tersebut untuk
  kemuliaan Tuhan akan mencari pelatihan agar ia dapat memakai karunia
  tersebut dengan bijaksana dan produktif, tapi orang yang tak ingin
  meningkatkan ketrampilannya atau memperbaharui motivasinya lewat
  pelatihan berkelanjutan adalah seperti hamba yang tidak mau
  menjalankan uang yang dititipkan tuannya.

  Panggilan mulia untuk mengajar adalah karunia sekaligus sebuah
  tanggung jawab. Dan ketika ada kesempatan untuk menghadiri sebuah
  pelatihan, guru yang bijaksana akan menggali talentanya itu,
  membersihkan debu-debu yang menempel dan memolesnya.

  PETUNJUK UNTUK PELATIH

  1. Pelatihan harus diadakan secara berkelanjutan, baik sebelum
     maupun ketika acara berlangsung.
  2. Pelatihan harus diadakan di waktu yang tepat dan nyaman bagi tiap
     peserta.
  3. Pelatihan harus dapat memenuhi kebutuhan.
  4. Pelatihan harus berdasarkan Alkitab dan ilmu pendidikan.

  PETUNJUK UNTUK GURU

  1. Ikutilah pelatihan-pelatihan.
  2. Lakukan evaluasi tentang teknik-teknik dan materi baru yang
     terkait dengan kebutuhan anak didik Anda.
  3. Lakukan perubahan hanya sejauh dalam hal-hal yang berhubungan
     dengan pelayanan Anda.
  4. Untuk acara berskala luas, lakukan penilaian saksama dalam
     memilih lokakarya.
  5. Belajarlah dengan mengamati guru yang bisa dijadikan teladan.

  PETUNJUK UNTUK GEREJA

  1. Sponsori guru-guru yang mengikuti acara-acara pelatihan.
  2. Rekrutlah guru cadangan untuk memberikan waktu bagi para guru
     yang ada dalam mengamati guru yang lain.
  3. Sediakan bahan-bahan pelatihan.
  4. Carilah spesialis pendidikan yang dapat memandu sebuah lokakarya.
  5. Sensitiflah akan kebutuhan guru dan murid.
  6. Tanamkan hakikat pelatihan sebagai bagian dari komitmen guru
     dalam pelayanan. (t/Ary)

  Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
  Judul buku   : The Complete Handbook for Children`s Ministry
  Judul artikel: Training: The Continuous Process
  Penulis      : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson
  Penerbit     : Thomas Nelson Publishers, Nashvile, USA 1993
  Halaman      : 343 - 346


                             -=- TIPS -=-

                 LANGKAH DASAR PERSIAPAN SEORANG GURU
                 ====================================

  Seorang guru sekolah minggu yang ideal dituntut untuk terus memupuk
  diri. Bagaimanakah seorang guru harus mempersiapkan pelajarannya?
  Bagian ini akan menyajikan langkah dasar bagi persiapan seorang guru
  sekolah minggu.

   1. Berdoa.
      -------
      Sebelum mempersiapkan bahan pelajaran, seorang guru harus
      terlebih dahulu memohon Roh Kudus untuk membuka dan menyucikan
      hatinya, agar ia dapat membuka hatinya dengan rela dan menerima
      kebenaran Allah tanpa mengalami rintangan.

   2. Membaca Alkitab dan menentukan pokok.
      -------------------------------------
      Teliti membaca inti ayat-ayat Alkitab dan menentukan pokok
      pelajaran.

   3. Menetapkan kembali tujuan belajar yang sesuai dengan kebutuban
      murid.
      ---------------------------------------------------------------
      Pada umumnya buku pedoman sekolah minggu yang baik pasti
      memiliki tujuan belajar yang sudah ditetapkan, tetapi tujuan
      tersebut belum tentu sesuai dengan kebutuhan murid. Sebab itu,
      guru harus belajar untuk menetapkan tujuan belajarnya sendiri.
      Pada saat menetapkan tujuan belajar harus diingat bahwa:
      a. titik tolak harus berasal dari pihak murid dan bukan dari
         pihak guru; bukan berdasarkan hal-hal yang diharapkan oleh
         guru, tapi yang harus dilaksanakan murid;
      b. harus mencakup hasil belajar yang dasar: belajar untuk
         memperoleh pengetahuan, belajar memperdalam pengertian,
         belajar dalam sikap dan tingkah laku atau belajar
         keterampilan;
      c. tema harus jelas dan mudah dicerna.

  4. Menyelidiki latar belakang yang berhubungan dengan ayat-ayat
     Alkitab.
     ------------------------------------------------------------
     Sebagian buku pedoman telah melampirkan penjelasan mengenai latar
     belakang Alkitab. Kalau tidak ada, boleh juga menyelidikinya
     melalui Ensiklopedia Alkitab atau Ikhtisar Alkitab; atau bila
     perlu tafsiran Alkitab.

  5. Menyistematiskan bahan pelajaran dengan teratur.
     ------------------------------------------------
     Ketika mempersiapkan pelajaran, bahan-bahan yang telah
     dikumpulkan harus disusun secara sistematis. Ketika menetapkan
     kembali tujuan belajar yang sesuai dengan murid, guru harus
     menyusun isi dan pelajaran Alkitab yang telah dipelajari secara
     sistematis berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

  6. Menuliskan garis besar yang penting.
     ------------------------------------
     Setelah guru menyusun secara sistematis bahan-bahan yang telah
     terkumpul untuk mempersiapkan pelajaran, maka haruslah ia
     menulis garis-garis besar yang penting, antara lain seperti
     berikut ini.
     a. Pendahuluan - Bagian yang dapat menarik minat dan perhatian
        murid.
     b. Inti sari Alkitab - Tuliskan hal-hal penting dan garis-garis
        besar yang mudah diingat, baik dalam bentuk cerita, diskusi
        ataupun PA; haruslah ada pembagian yang jelas.
     c. Penggunaan ayat - Memperluas kebenaran sampai kepada penerapan
        kehidupan sehari-hari. Siapkanlah cerita perumpamaan yang
        sesuai dengan pengalaman murid.

   7. Menetapkan metode mengajar yang sesuai.
      ---------------------------------------
      Setelah ada pembagian yang jelas, perlu juga dipikirkan metode
      mengajar yang akan dipakai dalam setiap bagian. Usahakanlah
      memakai metode mengajar yang bervariasi, supaya suasana segar
      selalu dinikmati dalam proses penyampaian pelajaran.

   8. Memilih bahan audio-visual yang sesuai.
      --------------------------------------
      Jikalau dalam bahan pelajaran Sekolah Minggu tidak mencakup
      bahan audio-visual, guru perlu menyediakan waktu untuk
      mempersiapkan bahan audio-visual sendiri. Apakah murid yang
      diajar itu adalah anak-anak atau orang dewasa, guru tetap dapat
      menggunakan gambar-gambar, statistik atau benda-benda nyata, dan
      bahan-bahan lain-lain yang berbeda sesuai dengan tingkatan
      masing-masing sebagai pelengkap pengajaran.

   9. Memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan murid.
      ---------------------------------------------------
      Proses mengajar harus meliputi aktivitas belajar untuk
      memberikan kesempatan bagi murid bereaksi terhadap kebenaran.
      Sebab itu, aktivitas belajar haruslah sesuai dengan tema agar
      dapat mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan semula.

  10. Membuat rancangan rencana pengajaran.
      -------------------------------------
      Bila guru membiasakan diri untuk membuat rancangan rencana
      pengajaran seperti contoh terlampir, tentu ia akan dapat
      mempersiapkan pelajaran dengan lebih matang.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul buku : Pembaruan Mengajar
  Penulis    : Dr. Mary Go Setiawani
  Penerbit   : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman    : 17 - 19


                         -=- WARNET PENA -=-

                           YOUNG RESOURCES
                           ===============
                  http://www.youngresources.co.uk/

  Situs Young Resources mencoba menjadikan dirinya sebagai sumber
  materi untuk pelayanan anak gereja dan kelompok sel ataupun
  pelayanan anak jenis lainnya. Menu yang ditawarkan di situs ini
  dibagi menjadi empat bagian. Pertama, bagian yang berisi menu
  "Shop". Kedua, bagian yang menyuguhkan menu "Biblestart",
  "Earlystart", "Jesus Cards", "Children in Revival", "Pass It On",
  "Spying Out the Land", "Talk about Jesus", "Young Resources Pen",
  dan "Your Father". Ketiga, bagian yang isinya tentang "Online Order
  Form", "Young Resources Explained", "Graeme Young", "Contact Young
  Resources", "Christian Links", dan "News". Yang terakhir, bagian
  yang memiliki menu "Online Childrenīs Ministry Manual". Di samping
  menyediakan berbagai referensi, situs ini juga menyediakan banyak
  fasilitas dalam kegiatan pelayanan anak.

  [ Sumber: Publikasi ICW Edisi 1004/2003
    Arsip : http://www.sabda.org/publikasi/icw/1004 ]


                         -=- STOP PRESS! -=-

                       TAMPILAN BARU SABDA.ORG
                       =======================

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) menginformasikan bahwa situs SABDA.org
  telah memiliki wajah (tampilan) dan format baru yang lebih menarik.
  Dengan wajah baru SABDA.org ini Anda dapat melihat lebih jelas
  kekayaan informasi yang terdapat didalamnya. Lima tab menu utama di
  halaman tengah akan mengantar Anda menuju ke sumber-sumber
  (resources) yang dimiliki SABDA.org. Ditambah mesin pencari yang
  canggih akan membuat Anda serasa dimanjakan karena sekarang dengan
  mudah Anda bisa mencari bahan yang dibutuhkan. Pelayanan Yayasan
  Lembaga SABDA juga dapat lebih Anda kenal melalui empat bidang
  pelayanan yang disingkat BC, DL, DP, dan XC. Selamat berkunjung.
  ==> http://www.sabda.org/


                         -=- MUTIARA GURU -=-

          Guru haruslah seseorang yang mengetahui pelajaran
              atau seni ketrampilan yang akan diajarkan.


----------------------------------------------------------------------
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org