Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/282

e-BinaAnak edisi 282 (1-6-2006)

Mengajar Lewat Keteladanan

   
   ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><
        ==================================================

Daftar Isi:                                               282/Mei/2006
----------
    ^o^ SALAM DARI REDAKSI
    ^o^ ARTIKEL (1) : Mengajar Lewat Keteladanan
    ^o^ ARTIKEL (2) : Teladan Guru
    ^o^ TIPS        : Menjadi Teladan Rohani
    ^o^ KARYA ANDA  : Kesaksian GSM: Budi Tidak Masuk Lagi!
    ^o^ WARNET PENA : MSSS Crafts Mission Statement
    ^o^ MUTIARA GURU

^o^---------------------------------------------------------------^o^
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
^o^ SALAM DARI REDAKSI

  Salam kasih,

  Dalam masyarakat Jawa, kata "guru" adalah singkatan dari "digugu lan
  ditiru". Artinya, seorang guru adalah orang yang menjadi panutan dan
  diteladani oleh murid-muridnya. Tentu yang dianut dan diteladani
  adalah hal-hal yang baik. Demikian pula dengan guru sekolah Minggu.
  Seorang guru sekolah Minggu tidak hanya dituntut untuk bisa mengajar
  firman Tuhan dengan baik, namun juga harus bisa melakukan apa yang
  diajarkan kepada murid-muridnya itu dalam kehidupan sehari-hari.
  Setiap perkataan, sikap, dan tindakan seorang guru sekolah Minggu
  harus bisa mencerminkan apa yang selama ini diajarkannya. Melalui
  ketiga hal itulah seorang guru bisa menjadi teladan bagi murid-
  muridnya.

  Bagi Anda para pendidik anak, sajian berikut ini kami harapkan bisa
  menolong Anda untuk semakin memahami bahwa tugas seorang guru
  sekolah Minggu yang sangat berdampak adalah dengan menjadi teladan
  bagi murid-muridnya.

  Selamat menyimak!

  Staf Redaksi e-BinaAnak,
  Ratri

              "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
       dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
      dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1Timotius 4:12b)
         < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Timotius+4:12 >


^o^ ARTIKEL (1) ---------------------------------------------------^o^

                    ^ MENGAJAR LEWAT KETELADANAN ^
                      ==========================

  Baru-baru ini, seorang teman saya menceritakan percakapannya dengan
  anaknya yang sudah menginjak remaja. Teman saya ini merasa perlu
  mengaku dosa kepada anaknya dan meminta ampun kepadanya. Tentu saja,
  dia sangat ragu melakukan hal ini.

  "Akankah anakku mengerti?" tanyanya. "Akankah dia memaafkanku? Apa
  yang akan dilakukannya kepadaku di masa yang akan datang?" Di antara
  ketakutan dan kekuatirannya itu, akhirnya ia memberanikan diri dan
  meminta maaf pada anaknya.

  Ketika anak itu mendengar pernyataan dan permohonan ayahnya, respon
  anaknya membuat ia sangat lega. "Ayah, apakah ayah masih ingat musim
  panas yang lalu ketika aku mengaku bahwa aku telah berbohong
  kepadamu? Ayah mengampuni aku dan memelukku. Bagaimana mungkin aku
  tidak melakukan hal yang sama kepadamu sekarang?"

  Saya senang situasi itu bisa diselesaikan dengan cara demikian.
  Karena dalam situasi yang berbeda, akhir dari situasi semacam ini
  bisa sangat merusak. Semisal dulu ia menghukum anaknya dengan kejam
  karena berbohong. Bagaimana jika ia berlaku kasar, tidak mengasihi,
  dan tidak peka? Anaknya mungkin akan merespon dengan cara yang sama
  pula. Tetapi teman saya telah melakukan kasih dan pengampunan yang
  kristiani. Hasilnya, anaknya mempelajari hal yang sama dan kita
  semua memuliakan Tuhan.

  Guru sekolah Minggu juga mengajar dengan menjadi teladan. Itulah
  sebabnya Paulus menantang Timotius untuk hidup taat -- mengajar
  dengan menjadi teladan.

     "Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorang pun
     menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
     orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
     dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."
     (1Tim. 4:11-12)

  Seorang guru harus terlebih dulu menjadi seperti apa yang akan
  diajarkannya -- itulah sebabnya seorang guru yang tidak bisa menjadi
  murid yang baik juga tidak bisa menjadi guru yang baik. Hanya dengan
  mempelajari apa yang sudah Tuhan ajarkan kepada kita, barulah kita
  dapat melayani sebagai teladan bagi murid-murid kita. Para guru
  membimbing murid-muridnya dan menunjukkan kebenaran dalam
  tindakannya terhadap mereka. Singkatnya, mereka meneladani kehidupan
  Kristen.

  Pelayanan Yesus di dunia ini hanya berlangsung selama tiga tahun.
  Namun dalam waktu yang singkat itu, Dia menyiapkan sekelompok murid
  pilihan untuk melanjutkan pekerjaan-Nya setelah kenaikan-Nya. Dengan
  demikian, apa yang telah Kristus kerjakan dalam tiga tahun tersebut
  sangatlah penting. Dia harus membawa sekelompok kecil orang dengan
  berbagai latar belakang dan pengetahuan dan melengkapi mereka untuk
  menggenapi tugas terpenting yang pernah diberikan kepada dua belas
  orang.

  Teladan adalah bagian penting dari pengajaran pelayanan Kristus.

      "Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang
      yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia
      menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-
      Nya memberitakan Injil." (Markus 3:13-14)

  Perhatikan bahwa suatu bagian penting dari proses belajar para murid
  adalah bahwa mereka ada bersama-sama dengan Dia. Pada saat para
  rasul mempelajari perintah yang diucapkan Kristus, waktu yang mereka
  habiskan pada saat Kristus hadir juga merupakan hal penting. Karena
  dengan melihat pelayanan Yesus, mereka mendapat suatu pemahaman
  lebih daripada apa yang terkandung dalam kata-kata yang mereka
  dengarkan. Mereka mengasihi dan mengikuti Guru mereka. Dan karena
  itu yang terjadi, kemampuan pelayanan mereka juga terbangun. Kristus
  mengajar murid-murid-Nya melalui "siapa" dan "apa" Dia sebagaimana
  yang Dia sampaikan.

  Pemuridan adalah suatu bentuk pengajaran dengan dampak yang lebih
  luas dari pengajaran. Dengan kata lain, pengajaran ini juga
  dilakukan dengan membangun hubungan pribadi dengan murid. Pada
  akhirnya, tujuan pemuridan adalah untuk memasukkan kualitas positif
  guru ke dalam hidup para murid. Ketika Kristus memuridkan para
  pengikut-Nya, Dia menjelaskan dampak pengajaran yang benar.

      "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa
      yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya." (Lukas
      6:40)

  Seperti itulah yang terjadi dalam pelayanan Kristus. Murid-murid-Nya
  hidup bersama dengan Dia, belajar dari-Nya, dan menjadi seperti Dia.
  Sifat dan komitmen Yesus memiliki efek yang dapat ditularkan kepada
  sebelas dari kedua belas pengikut-Nya. Dan pada tahun-tahun berikut
  setelah kebangkitan-Nya, kelompok kecil ini mengubah dunia (Kis.
  17:6). Sekarang ini kita hidup dan melayani Kristus karena dampak
  dari pelayanan mereka dan orang-orang yang mengikut Dia.

  Rasul Paulus juga memuridkan mereka yang diajarnya. Dia mengajar
  Timotius dengan penuh kasih, seperti seorang bapa mengajar anaknya:

       "kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia,
       rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus,
       Tuhan kita, menyertai engkau." (1Tim. 1:2)

  Karena kata-katanya benar-benar menyentuh, jelaslah bahwa Paulus
  benar-benar memberikan perhatian penuh kepada mereka yang
  diajarnya.

    "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan
    saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami
    sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." (1Tes. 2:8)

  Berdasarkan ayat di atas, Paulus mendorong jemaat di Filipi dan
  Korintus untuk hidup meneladani dia dan guru-guru Kristen lain yang
  telah mereka kenal.

    "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka,
    yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." (Filipi
    3:17)

    "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut
    Kristus." (1Korintus 11:1)

  Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa pengajaran yang alkitabiah
  lebih dari sekadar memindahkan isi. Tentu saja, kita tidak boleh
  meremehkan pentingnya isi Alkitab, namun pesan kebenaran itu tidak
  dapat dipisahkan dari orang yang memberitakan kebenaran itu. Alkitab
  adalah kebenaran Allah dan wahyu yang akurat -- apakah itu diajarkan
  atau tidak, dipahami atau tidak, bahkan dibaca atau tidak. Namun
  untuk mengajarkan kebenaran ini dengan efektif, Alkitab harus
  ditunjukkan dan diterapkan dalam kehidupan guru. Demikian pula dalam
  pelayanan Yesus Kristus dan ajaran Paulus. Pelajaran ini harus
  dilanjutkan dalam pelayanan kita sekarang ini. (t/Ratri)

  Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
  Judul buku         : Make Your Teaching Count
  Judul artikel asli : Teaching through Example
  Penulis            : Wisley R. Willis
  Penerbit           : Victor Books, USA 1986
  Halaman            : 34 - 37


^o^ ARTIKEL (2) ---------------------------------------------------^o^

                            ^ TELADAN GURU ^
                              ============

  Roh Allah menerapkan kebenaran-kebenaran firman itu pada kehidupan
  murid-murid. Akan tetapi, seringkali Roh Kudus memakai guru untuk
  menjelaskan arti sebuah pelajaran, baik dengan teladan maupun dengan
  sikapnya.

  TINDAKAN

  Tidak seorang guru pun yang bisa berhasil menyampaikan kebenaran
  kalau dia tidak menerapkannya pada dirinya sendiri. Murid-murid
  harus senantiasa melihat teladan hidup guru mereka yang
  mempraktikkan nilai-nilai Alkitab yang hendak diterapkan pada
  mereka. Hal ini penting sekali dalam pengajaran Kristen. Jika murid-
  murid akan belajar dari Kristus, guru-guru sendiri harus pasti bahwa
  mereka mengenal-Nya dan hidup seperti yang diinginkan-Nya.

  Pengajaran Tuhan Yesus selalu disertai oleh pernyataan kebenaran
  yang diajarkan-Nya. Dia memberikan contoh tentang kerendahan hati
  dengan mencuci kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:14). Dia sering
  mengajarkan tentang pengampunan (Matius 6:15, 18:21, 22), dan dengan
  pandangan-Nya yang penuh pengampunan itulah, Petrus belajar arti
  pengampunan yang sesungguhnya setelah dia menyangkal Tuhannya (Lukas
  22:61, 62).

  Kristus memperlihatkan pengampunan di atas kayu salib ketika Dia
  berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
  mereka perbuat" (Lukas 23:34). Bahkan kepala pasukan yang kejam
  mengakui bahwa Yesus itu orang yang benar (Lukas 23:47). Kristus
  mengajarkan tentang doa, tetapi murid-murid-Nya tidak memahaminya
  sampai "pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat.
  Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya:
  "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes
  kepada murid-muridnya" (Lukas 11:1).

  SIKAP

  Kebenaran diteruskan melalui hubungan maupun melalui kata-kata.
  Penyelidikan yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa sikap
  murid SMP terhadap Allah tidak bergantung kepada jumlah pengetahuan
  Alkitab mereka. Sikap mereka bergantung kepada sikap orang tua
  mereka terhadap Allah. Guru juga meneruskan sikap-sikap melalui
  hubungan yang sering dengan para murid. Seringkali guru lebih
  memengaruhi kehidupan muridnya lewat sikap perilakunya dari pada
  dengan perkataannya.

  Banyak pemuda yang memberi kesaksian bahwa meskipun mereka sudah
  lupa akan pengajaran yang diterima pada masa mudanya, mereka tidak
  bisa melupakan teladan hidup seorang guru yang saleh. Kehidupan
  keseharian guru harus menunjukkan pengajarannya agar dapat berkesan
  dalam pikiran dan hati murid-muridnya. Kebenaran yang tidak menolong
  guru, tidak akan menolong murid-muridnya juga. Pelajaran itu harus
  memengaruhi guru terlebih dulu sebelum pelajaran tersebut dapat
  menjadi berkat bagi kelasnya.

  Guru dapat memeriksa dirinya sendiri dengan menanyakan, "Apa yang
  telah diajarkan oleh pelajaran ini kepada saya? Apakah saya lebih
  memenuhi syarat untuk pekerjaan saya karena saya telah mempelajari
  pelajaran ini? Apakah saya memberi teladan dalam kebenaran yang saya
  ajarkan kepada murid-murid saya?" Inilah bagian yang sangat penting
  dari persiapan seorang guru.

  Sumber diedit dari:
  Judul Buku   : Teknik Mengajar
  Judul Artikel: Teladan Guru
  Penerbit     : Gandum Mas, Malang 1986
  Halaman      : 97 - 98


^o^ TIPS ----------------------------------------------------------^o^

                     ^ MENJADI TELADAN ROHANI ^
                       ======================

  Anak sekolah Minggu pasti akan merasa senang melihat guru mereka
  bersikap baik, murah senyum, dan sikap-sikap baik lainnya. Sikap-
  sikap yang tampak itu memang dapat menjadi awal yang baik untuk
  menjalankan peran kita sebagai seorang teladan bagi setiap murid.
  Namun, apakah ada hal yang lebih dalam lagi selain sikap lahiriah
  yang dapat kita tunjukkan kepada anak-anak sekolah Minggu? Bagaimana
  kita bisa menjadi teladan yang sejati untuk meletakkan dasar
  pertumbuhan rohani yang sesungguhnya bagi iman anak-anak yang kita
  layani?

  Teladan rohani! Itulah yang harus dinyatakan kepada anak-anak layan
  agar hidup mereka pun menjadi hidup yang sesuai dengan firman Tuhan.
  Lalu bagaimana kita bisa menjadi teladan rohani bagi anak-anak
  tersebut?

  1. Memiliki perkataan dan kehidupan yang sesuai dengan firman dan
     cara Allah.

     Secara tidak langsung seorang guru sekolah Minggu bisa menjadi
     gambar yang menunjukkan kepada anak-anak tentang siapa Allah itu.
     Oleh karena itu, usahakanlah memiliki hidup yang benar-benar
     mewakili semua yang Yesus lakukan dengan meneladani semua yang
     sudah Dia lakukan. Bila guru sekolah Minggu suka mengkritik, anak
     bisa menangkap bahwa Allah juga suka mengkritik. Bila saya
     mengasihi, Allah tentu juga mengasihi. Biasakanlah untuk mengutip
     ayat-ayat Alkitab pada saat berbicara dengan anak.

     Jika kita sudah berkomitmen untuk melayani Dia di sekolah Minggu,
     itu berarti kita juga harus berkomitmen penuh untuk hidup sesuai
     dengan teladan dari Sang Guru Agung. Mungkin sulit dan untuk itu
     kita sendiri butuh pergumulan rohani. Tetapi kuasa Roh Kudus
     pasti akan menguatkan kita untuk menjalani komitmen itu. Yesus
     telah memberikan teladan; itu berarti para pelayan anak pasti
     mampu meneladani-Nya.

  2. Memiliki kehidupan bergereja yang benar.

     Sekolah Minggu adalah dasar gereja masa depan. Oleh karena itu,
     sekolah Minggu harus menjadi kelas persiapan para pemimpin gereja
     di masa depan. Jika kita belum memiliki kehidupan bergereja yang
     benar, pasti kita tidak akan memberi teladan apa-apa kepada para
     penerus gereja tersebut. Pastikan mereka melihat arti bergereja
     itu dalam diri Anda.

     Teladan yang dapat kita berikan antara lain dengan sering
     membagikan berkat rohani yang Anda terima dalam gereja. Hubungan
     dengan sesama rekan pelayanan menunjukkan bagaimana seharusnya
     anggota keluarga Allah itu berhubungan. Karena gereja adalah
     komunitas keluarga Allah, mendoakan gereja Anda ketika berada
     dalam kelas akan membuat mereka ikut melakukannya juga. Melalui
     kunjungan, kita juga dapat menumbuhkan persahabatan antara anak
     dan keluarganya untuk kemudian mencari dan memenangkan keluarga-
     keluarga yang belum bergereja bagi Kristus dan gereja.

  3. Menerapkan terlebih dahulu pelajaran yang akan kita sampaikan.

     Tujuan kita mengajar tentunya agar anak-anak mengenal firman
     Allah dan melakukannya dalam hidup mereka sehari-hari. Kita tidak
     dapat menuntut anak-anak melakukan hal itu kalau kita sama sekali
     tidak menjadi teladan dalam melakukan apa yang kita sampaikan
     kepada mereka. Jika Anda mengajarkan tentang mengampuni, itu
     berarti anak-anak dapat melihat hal itu dalam diri Anda. Begitu
     juga jika Anda mengajarkan tentang memberikan persembahan,
     pastikan anak-anak tahu bahwa Anda memiliki disiplin rohani yang
     baik mengenai persembahan kepada Tuhan.

  Menjadi teladan memang bukan hal yang mudah. Tetapi kita pasti mampu
  jika kita hidup di dalam pimpinan Roh Kudus yang memberikan kekuatan
  pada Anda. Terutama jika Anda ingin anak-anak melihat dan mengenal
  Yesus melalui Anda.

  Oleh: Davida


^o^ KARYA ANDA ----------------------------------------------------^o^

              ^ KESAKSIAN GSM: BUDI TIDAK MASUK LAGI! ^
                =====================================

  Di tengah gegap gempita tepuk tangan anak-anak sekolah Minggu, aku
  melayangkan pandangan mataku ke ruangan kelas sambil memegang pena
  dan sebuah buku absen. Saat pena yang kupegang membubuhkan satu
  tanda silang pada sebuah nama, aku langsung tertegun. Empat tanda
  silang yang berurutan telah menandai sebuah nama. Itu berarti, sudah
  empat minggu berturut-turut dia tidak datang ke sekolah Minggu.

  Namanya Budi. Anak lelaki yatim yang tidak bisa dikatakan hidup
  berbahagia. Tubuhnya kurus, pendek, dan ia masih duduk di kelas 5
  SD, padahal seharusnya dia sudah duduk di bangku SMP. Rumahnya tidak
  terlalu jauh dari tempat di mana kami mengadakan sekolah Minggu.
  Bisa dikatakan dia adalah anak yang paling tidak menyenangkan bila
  dipandang mata, setidaknya untuk mataku.

  "Budi mana?" tanyaku saat ibadah sekolah Minggu sudah selesai kepada
  seorang anak yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Budi.

  "Tadi sudah kuajak, Kak, tapi katanya malas!"

  Hatiku langsung berdesir menahan rasa kesal, "Uhhh ..., alasan itu
  lagi! Aku pastikan dia tidak akan mendapatkan kado Natal yang
  terbaik di akhir tahun nanti!"

  "Kak, bagaimana kalau kita mengunjungi Budi saja. Kan rumahnya
  dekat, Kak?"

  Apa! Oh tidak, dari luar saja rumahnya tidak sedap dipandang dan
  tampak tidak menyenangkan untuk dijadikan tempat tinggal, apa lagi
  kalau kita berada di dalamnya.

  Aku masih terdiam dan menggerutu dalam hati saat tiba-tiba beberapa
  anak sudah berada di sekelilingku, "Ayo Kak, katanya kalau ada teman
  yang sudah lama nggak ke gereja harus dikunjungi supaya mau datang
  lagi."

  "Iya, Kak. Budi itu malas, maunya nonton film kartun aja. Kalau kita
  ramai-ramai ke sana sama Kakak, mungkin Budi mau bertobat, Kak!"

  "Ehh, iiiiiiya ..., iya ..., iiya ....!" kataku terbata-bata pada
  anak-anak sekolah Minggu-ku yang sudah semakin banyak berkumpul
  untuk mengunjungi temannya yang sudah lama tidak masuk itu.

  Aku tertegun. Saat ini rasa kesalku berganti dengan rasa marah, rasa
  marah pada diriku sendiri. Oh, Tuhan ..., aku telah menjadi guru
  sekolah Minggu `Farisi`, hanya berkata-kata saja tanpa bisa
  membuktikannya dalam keseharianku. Bagaimana bisa aku menghilangkan
  rasa kasih yang harus kumiliki saat aku berkomitmen melayani Engkau
  sebagai seorang guru sekolah Minggu? Ampuni aku Tuhan!

  Tanpa menunggu jatuhnya linangan air mataku, aku langsung berdiri,
  "Ayo, kita ke rumah Budi, kita mau berdoa untuk dia." Langkahku
  begitu mantap. Dengan lembut kuketuk pintu kayu yang sudah mulai
  lapuk itu. Kakiku begitu ringan melangkah saat memasuki rumah yang
  gelap dan tidak berlantai itu. Aroma tidak sedap rumah itu menjadi
  aroma kegirangan dalam hatiku saat Budi berlari ke arahku dan
  menjabat tanganku.

  "Kenapa Budi tidak datang ke sekolah Minggu?" tanyaku.

  "Sakit panas, Kak!"

  Langsung aku sentuh dahinya. Tidak panas! Dan, raut wajahnya pun
  tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sakit. Suara anak-anak
  sekolah Minggu yang ikut dalam kunjungan itu pun kudengar berbisik-
  bisik menyangsikan pengakuan Budi.

  Aku tahu dia berbohong, tetapi kukendalikan diriku karena aku sangat
  tidak suka dibohongi. Dengan memegang tangannya, aku berkata, "Kalau
  begitu kami akan mendoakan kamu ya, Budi!"

  Minggu berikutnya, kembali kulayangkan pandanganku ke setiap bagian
  dalam ruangan sekolah Minggu yang penuh dengan gegap gempita tepukan
  tangan anak-anak yang dikasihi Tuhan. Dan, pena yang kupegang tidak
  menorehkan tanda silang lagi pada sebuah nama anak lelaki yang hari
  ini tampil begitu manis dan bersih.

  Saat kulihat sukacita di wajah Budi hari itu, aku seperti melihat
  wajah Yesus tersenyum padaku. Aku adalah salah satu contoh hamba
  yang tidak setia, tetapi diberikan kesempatan oleh Tuannya untuk
  memperbaiki sikap dan hati dalam melayani-Nya lebih sungguh lagi.
  Ampuni aku Tuhan karena hampir menolak seorang anak yang mau datang
  kepada-Mu dan gagal menjadi teladan bagi domba-domba-Mu.

  Kiriman dari: <Welni(at)>


^o^ WARNET PENA ---------------------------------------------------^o^

                  ^ MSSS CRAFTS MISSION STATEMENT ^
                    =============================
                     http://www.mssscrafts.com/

  Situs ini dibuat khusus untuk menampilkan bahan-bahan dan ide dalam
  membuat keterampilan tangan di Sekolah Minggu. Ide-ide kreatif yang
  didapat dari situs ini ditujukan untuk menjadi alat pendukung bagi
  lebih dari 100 cerita Alkitab dan aktivitas Sekolah Minggu lainnya.
  Untuk melengkapi para guru Sekolah Minggu dalam mengajar,
  ditampilkan pula artikel-artikel dan tips-tips mengajar. Silakan
  gali lebih banyak ide dalam situs ini dengan berkunjung sekarang
  juga.

  [Kiriman dari: Davida]


^o^ MUTIARA GURU --------------------------------------------------^o^

       Yesus sudah terlebih dahulu menjadi teladan bagi kita
            agar kita juga bisa menjadi teladan bagi
                     domba-domba kecil-Nya.

^o^----------------------------------------------------------------^o^
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
^o^----------------------------------------------------------------^o^
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org