Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/255

e-BinaAnak edisi 255 (17-11-2005)

Video Games

   ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><
        ==================================================

Daftar Isi:                                    Edisi 255/Nopember/2005
----------
  o/ SALAM DARI REDAKSI
  o/ ARTIKEL     : Anak dan Video Games
  o/ TIPS        : Permainan Anak -- Menghibur atau Menghancurkan?
  o/ STOP PRESS! : Konsultasi Nasional dan Pameran Pelayanan
                    Anak Beresiko
  o/ MUTIARA GURU

o/----------------------------------------------------------------o/
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/

  Sua dalam kasih sayang Sang Guru Agung,

  Jumlah mainan anak sekarang jauh lebih banyak dibandingkan dengan
  mainan anak di zaman `doeloe`. Jika dulu adalah mainan tradisional
  yang dibuat dengan kulit jeruk atau kaleng bekas, maka sekarang
  kebanyakan adalah mainan elektronik. Tapi apapun bentuknya, mainan
  anak merupakan salah satu alat yang secara langsung atau tidak
  langsung membawa dampak pertumbuhan bagi kehidupan anak. Dampak itu
  bisa baik, tapi juga bisa buruk. Berkembangnya berbagai macam mainan
  elektronik anak sekarang ini, banyak dinilai para pendidik sebagai
  alat yang justru membawa dampak negatif pada anak. Mengapa demikian?
  Apa yang harus kita, sebagai pendidik dan orangtua, lakukan? Untuk
  mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan di atas, maka e-BinaAnak
  edisi 255 secara khusus menyajikan Artikel dan Tips yang membahas
  tentang "Video Games".

  Selain itu, bagi Anda yang terlibat dalam aktivitas pelayanan anak
  beresiko, silakan menyimak informasi penting di Kolom Stop Press.

  Selamat membaca. Tuhan memberkati! (Har).

    "Tetapi barangsiapa menyesatkan
       salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku,
         lebih baik baginya
           jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
             lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (Matius 18:6)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Matius+18:6 >

______________________________________________________________________
o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/

                      -o- ANAK DAN VIDEO GAME -o-
                          ===================

  Dulu waktu masih kecil kita bermain di playground, sekarang anak-
  anak kita bermain di play-station. Dulu kita bermain di lapangan,
  kejar-kejaran, petak umpet dan sebagainya, sekarang anak-anak
  bermain petak umpet di play-station, mereka bisa mencari musuh,
  saling mengalahkan, dan sebagainya. Tentunya semua ini membawa
  pengaruh terhadap anak-anak. Yang pertama harus kita sadari adalah
  bahwa benda-benda ini sebetulnya tidak harus berkonotasi atau
  berarti negatif dan jelek. Jadi saya juga tidak setuju dengan reaksi
  yang berlebihan dari orang yang mengenyahkan play-station atau video
  game. Banyak hal-hal yang baik dari benda-benda ini asalkan kita
  tahu bagaimana mengatur dan memanfaatkannya.

  Secara umum video game dan play-station terdiri dari beberapa jenis:
  Yang pertama adalah untuk hiburan. Ada game yang memang hanya
  bersifat hiburan, tidak ada tantangan-tantangan dan yang diperlukan
  hanya konsentrasi. Misalnya, beberapa tahun yang lalu, (mungkin
  lebih 10 tahun yang lalu) diperkenalkan PacMan yang makan-makan.
  Dari PacMan ini dikembangkan banyak sekali game yang tidak
  memerlukan terlalu banyak tantangan, syaratnya hanya konsentrasi.
  Yang penting adalah ada unsur hiburannya setelah kita menang, kita
  main, kita senang dapat nilai dan sebagainya.

  Yang kedua adalah unsur misteri. Cukup banyak video game dan play-
  station game yang memuat aspek-aspek misteri. Di sini si pemain
  misalnya harus mencari jalan keluar, atau misalkan ada yang mencari
  harta karun, dia pun harus melalui begitu banyak jebakan dan hal-hal
  yang berbahaya supaya bisa sampai di tujuannya untuk mendapatkan
  harta karun itu. Dia harus memecahkan banyak sekali persoalan karena
  tidak gampang untuk direka. Jadi si anak harus berpikir, harus
  mencoba ini dan itu, perlu konsentrasi yang tinggi dan usaha untuk
  bisa menaklukkan tantangan. Hal ini sebetulnya mempunyai aspek yang
  positif bagi anak. Karena dengan berusaha mengatasi tantangan dalam
  game tersebut, kreativitas anak bisa tumbuh. Memang game yang memuat
  misteri bisa mengasah kreativitas anak dan daya pemecahan
  problemnya. Dia harus memikirkan banyak unsur dari banyak sudut,
  sebab jalan keluarnya muncul dari tempat-tempat yang biasanya tak
  terduga. Hal-hal itu yang harus dia pikirkan dan tidak ada yang
  boleh luput dari pengamatannya.

  Kartun memang lebih mudah buat si anak untuk mencernanya sebagai
  sesuatu yang tidak riil. Karena dia tahu dia bukanlah kartun, dan
  kartun bukanlah dia, sehingga dia memang masih bisa memisahkan
  dirinya di kartun itu. Video game dan play-station game setahu saya
  masih menggunakan kartun, jadi dampaknya tetap tidak sekuat kalau
  itu benar-benar diperankan oleh manusia. Walaupun akhir-akhir ini
  animasinya makin halus saja seperti manusia, apalagi ada tiga
  dimensinya.

  Yang juga cukup sering dimainkan adalah yang berjenis pertandingan.
  Dalam pertandingan ini, terdapat 2 orang yang bertanding atau
  berkelahi. Kadang-kadang cukup sadis, misalnya dipukul hingga
  kepalanya copot, atau waktu ditusuk darahnya muncrat. Meskipun hanya
  kartun, tetap bagi saya cukup sadis dan berdarah. Pertandingan dalam
  play-station juga bisa demikian, misalnya salah satu pihak hendak
  mengalahkan musuh perang di udara dengan pesawat terbang atau
  memasuki benteng musuh dengan cara-cara yang pandai, jadi game
  pertandingan pada intinya adalah berusaha mengalahkan musuhnya. Ini
  bisa juga mempunyai dampak, kalau dia terlalu sering bermain dengan
  hal-hal yang bersifat keras seperti perkelahian atau pukul-memukul.
  Itu harus kita waspadai, jangan sampai membawa dampak negatif pada
  anak.

  Ada juga game yang memang khusus dibuat untuk mendidik. Misalnya ada
  yang melatih anak untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Ia harus
  mencari arti dari kata-kata yang khusus, dan nanti dijelaskan
  artinya. Waktu dia menekan tombol yang benar maka akan keluar
  pujian, "Kamu telah melakukannya dengan tepat dan sekarang mulai
  lagi yang baru." Atau misalnya program yang menolong anak untuk
  mengasah kemampuan matematisnya. Jadi mereka diberikan contoh atau
  soalnya, lalu si anak harus memecahkannya kemudian diberitahu
  bagaimana menyelesaikan masalahnya. Hal-hal itu adalah hal-hal yang
  positif, belum lagi anak-anak bisa juga melihat gambar tentang bumi
  dan sebagainya sehingga menambah wawasan anak. Jadi ada game yang
  memang bersifat sangat edukatif, itu juga baik untuk dilihat oleh
  anak-anak kita. Dalam hal ini peran orangtua sangat besar.

  Agar anak-anak bisa memainkan video game atau play-station dengan
  aman, orangtua perlu memperhatikan dampak dari game itu terhadap
  anak-anak karena setiap anak unik dan tidak sama. Ada anak yang
  memang dasarnya agak pasif, agak lembut, agak penurut, tapi ada anak
  yang dasarnya agak keras dan sifatnya secara fisik agresif sekali.
  Jika mereka menonton pertandingan atau memainkan game yang bersifat
  pertandingan berkelahi, memukul sampai kepalanya lepas dan
  sebagainya, itu bisa berdampak, bisa pula tidak. Kalau mulai
  berdampak, orangtua bisa menegur si anak dan berkata, "Saya melihat
  sejak kamu menonton atau memainkan game ini kamu menjadi lebih
  agresif. Kamu cenderung suka memukul adikmu dan mau memukul kakakmu,
  saya berikan peringatan. Kalau engkau masih begitu, baik di rumah
  maupun di sekolah tidak boleh lagi menonton atau memainkan game
  ini." Dengan teguran-teguran itu si anak dilatih untuk mengontrol
  dirinya sehingga tidak terlalu agresif. Tapi kalau ia tetap masih
  agresif setelah kita berikan teguran, kita mulai kurangi dan
  berkata, "Hari ini kamu tidak boleh main. Kamu hanya boleh main
  besok, jadi 2 hari sekali." Masih agresif lagi kita tambahkan
  hukuman menjadi 3 hari sekali, jadi tidak 100% dihentikan sehingga
  ia tidak boleh main sama sekali. Kita mengurangi hukumannya supaya
  si anak bisa belajar untuk mengendalikan energinya itu.

  Ada pula salah satu jenis permainan yang di dalamnya anak berusaha
  menang dan akhirnya selalu menang, sehingga itu terbawa di dalam
  kehidupannya. Kalau ada anak yang karena permainan itu jadi mau
  menang sendiri terus, itu pun perlu diperhatikan orangtua. Orangtua
  perlu mengamati perilaku anak, apakah makin susah mengalah. Kalau
  makin susah mengalah, dapat langsung kita kaitkan dengan permainan-
  permainan itu. Dan kita katakan, "Saya akan kurangi waktu bermain
  play-station." Dengan demikian kita menggunakan permainan untuk
  memberikan sanksi atau membentuk perilakunya.

  Jadi bentuk-bentuk permainan memang bisa kita manfaatkan untuk
  membentuk perilaku anak. Sebab cukup banyak permainan yang
  menyuburkan insting kompetitif anak. Artinya menanamkan konsep
  jangan sampai kalah, engkau harus menang. Kalau tidak hati-hati anak
  akan mulai menyerap insting kompetitif ini dengan berlebihan,
  sehingga dalam kehidupannya dia susah untuk mengalah. Kalau sifat
  yang tidak mau kalah makin tertanam, yang dikhawatirkan adalah dia
  menghalalkan segala cara untuk dapat menang. Sebab harus disadari
  kita sendiri pun jika memainkan satu permainan pasti ingin menang,
  tapi memang kita tidak terlalu ditantang seperti kalau kita main
  video game. Jika dalam pertandingan kita kalah dan teman yang
  menang, tentu kita merasa kesal, kita mau menang lagi, menang lagi,
  apalagi jika mainnya berdua. Dengan demikian akan muncul godaan
  untuk menghalalkan segala cara, misalnya dengan cara kasar, dengan
  meninju supaya kita bisa mengalahkan dia. Orangtua perlu
  memperhatikan semua dampak itu pada perilaku dan nilai-nilai hidup
  si anak. Kalau mulai kelihatan perilakunya terpengaruh dan berubah,
  orangtua harus membuat sanksi-sanksi.

  Ada juga pengaruh lainnya, kalau sudah melihat dan bermain video
  game atau play-station, anak-anak jadi malas untuk pergi atau
  bergaul dengan teman-temannya. Ini sering kali saya jumpai pada
  anak-anak saya. Ketika teman-temannya datang, mereka hanya duduk
  berjam-jam di depan televisi untuk bermain game. Padahal, dulu
  mereka sering bermain lari-larian ke sana ke sini. Jadi unsur ini
  juga harus kita seimbangkan, jangan sampai terlalu cepat puas kalau
  anak-anak kita bisa duduk diam di depan gamenya. Kita perlu anjurkan
  dia untuk bermain di luar, untuk lari ke sana, ke sini karena itulah
  yang sehat buat anak-anak.

  Karena daya khayal anak memang kuat, maka dengan sering memainkan
  permainan seperti itu, daya khayalnya akan bertambah. Pada saat ini
  anak-anak memang masih hidup dalam khayalannya, belum hidup 100%
  dalam dunia realitasnya. Namun kalau tidak hati-hati dia akan
  mengkhayalkan bahwa itulah kenyataan yang terjadi dalam hidup,
  misalnya mencari harta karun, bahwa di hutan itu ada banyak harta
  dan sebagainya, dia pikir itu nyata. Bahkan terkadang bisa terbawa
  sampai ke mimpi, sehingga dia tidak bisa tidur dengan nyenyak dan
  terbangun pada tengah malam. Jadi dampak pada anak-anak, seperti
  susah tidur atau khayalan yang makin menggila juga perlu mendapat
  perhatian orangtua. Kalau memang khayalannya makin liar, kita harus
  kurangi, dan kita juga harus selektif terhadap jenis game yang dia
  mainkan.

  Kadang-kadang anak juga harus dipaksa untuk keluar dari keterikatan
  dan pengaruh permainan itu. Anak-anak perlu mendapatkan pembatasan
  waktu, jadi tidak ada istilah main sepuasnya. Bahkan pada hari libur
  pun anak-anak perlu mendapatkan batasan, sekurang-kurangnya ada dua
  alasan mengapa kita harus membatasi mereka:

  YANG PERTAMA, berlama-lama di depan layar itu tidak baik bagi mata.
  Walaupun sudah dilakukan usaha dengan dibuatnya suatu layar tambahan
  untuk mengurangi radiasi, tapi tetap akan ada radiasi yang terpancar
  keluar. Mata justru akan lebih berfungsi baik kalau sering digunakan
  melihat jauh, itu sebabnya orang-orang yang tinggal di alam yang
  masih asri cenderung mempunyai mata yang baik, karena dia terbiasa
  memiliki ruang penglihatan jauh sekali. Sedangkan anak-anak yang
  hidup di kota-kota besar yang disuruh belajar, membaca, menulis,
  atau membuat paper di depan komputer biasanya akan memakai kacamata
  pada usia muda. Misalkan, saya melihat begitu banyak orang Singapura
  yang memakai kacamata, itu kesan yang saya lihat jelas sekali. Saya
  tidak mempunyai data yang pasti, tetapi begitu banyak anak di sana
  yang menggunakan kacamata, orang dewasa juga sangat banyak yang
  berkacamata. Saya kira itu semua dampak dari melihat dengan dekat,
  layar televisi kita lihat dari jarak yang dekat, video game dan
  sebagainya kita lihat dengan jarak misalnya 1 meter sampai 2 meter.
  Berjam-jam dan kita jumlahkan dalam 1 minggu, dalam 1 tahun dan
  sebagainya akan bisa merusak mata anak.

  YANG KEDUA, bermain di depan televisi atau di depan video game pasti
  akan mengurangi waktu bermain anak. Juga waktu anak untuk
  berinteraksi dengan orang tua. Makin sedikit peluang anak untuk
  bercakap-cakap dengan kita karena dia akan sibuk bermain game. Dan
  permainan itu benar-benar seperti candu, tidak bisa lepas sampai dia
  menemukan jalannya baru dia puas. Sehingga akhirnya akan sangat
  mengurangi waktu interaksi di rumah. Orangtua harus bisa menjaga
  keseimbangan ini, boleh main tapi dibatasi. Dalam rumah kami,
  setelah anak-anak pulang sekolah dan habis makan, biasanya kami
  izinkan main selama 1 jam atau paling lama 2 jam. Setelah itu
  memulai jam belajar atau les sampai malam. Kalau sudah malam
  biasanya kami tidak izinkan lagi untuk main.

  Ada orangtua yang berpendapat daripada anaknya bergaul atau
  berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal, lebih aman kalau
  anaknya di rumah, main video game. Pandangan itu ada betulnya, dari
  pada anak kita keluyuran ke mana-mana tidak ada arahnya lebih baik
  di rumah. Tapi orangtua harus mengerti apa yang dilakukan anak di
  rumah, karena apa yang dilakukan anak di rumah itu juga penting.
  Kalau dia menghabiskan berjam-jam di depan layar monitor memainkan
  gamenya, itu sangat tidak sehat. Karena dia kehilangan waktu untuk
  bersosialisasi.

  Permainan seperti ini bisa menimbulkan sifat individualistis yang
  lebih tinggi, karena anak kurang memiliki kesempatan untuk
  bersosialisasi. Itu pasti akan mengakibatkan ketimpangan, dia kurang
  bisa menempatkan diri pada orang lain, tidak bisa mengerti pemikiran
  orang lain, atau pun berempati pada perasaan orang, karena dia hanya
  terus-menerus melihat dari sudut pandangnya sendiri. Jangan sampai
  play-station membunuh kesempatan si anak untuk bermain dengan
  teman-temannya.

  Sumber diedit dari:
  Judul Buku   : Televisi, Video Game dan Anak
  Judul Artikel: Anak dan Video Game
  Penulis      : Paul Gunadi
  Penerbit     : Literatur SAAT, Malang, 2004
  Halaman      : 17 - 25

______________________________________________________________________
o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/

       -o- PERMAINAN ANAK -- MENGHIBUR ATAU MENGHANCURKAN? -o-
           ===============================================

  Dunia anak adalah dunia permainan. Seorang anak akan tumbuh dengan
  wajar bila ia dibiarkan bebas berkembang dengan segala permainan
  yang ada untuk menciptakan kreativitas dan imajinasinya. Para
  pendidik sepakat bahwa proses belajar yang paling cepat dan efektif
  bagi anak adalah bermain. Namun, sadarkah para orangtua dan
  pendidik, bila ada permainan anak-anak yang justru dapat
  menghancurkan masa depannya? Apakah ini tidak terlalu nampak
  mengada-ada?

  Dalam seminar Bahaya Permainan Anak yang diadakan oleh Gerakan
  Peduli Anak Indonesia (GPAI) di Auditorium Universitas Katolik Widya
  Mandala Surabaya pada 10 Nopember 2000 lalu, Dra. Magdalena Pranata
  Santoso, MSi memberikan masukan perihal beberapa permainan anak yang
  dianggap cukup berbahaya bagi perkembangan jiwa serta karakter
  seorang anak. Selain itu, ia juga mengungkapkan beberapa fakta yang
  terjadi berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan oleh permainan
  anak. Ini bukan terjadi di manca negara, melainkan terjadi di
  Indonesia, di negeri kita.

  Menyitir kitab Markus 10:14 dan Matius 18:6,10,14 tentang kerinduan
  Tuhan Yesus agar setiap anak kecil itu tidak disesatkan dan juga
  tidak terhilang, Magdalena, yang juga staf pendidik di Universitas
  Kristen Petra Surabaya ini mengungkapkan iblis selalu ingin
  menyesatkan anak-anak. Dan, jalan yang paling mudah untuk
  menyesatkan mereka adalah melalui permainan, karena memang itulah
  dunia mereka. Lantas, ibu seorang putra ini memberi 4 (empat)
  peringatan.

  PERTAMA, dunia anak dan dunia permainan adalah dua hal yang tidak
  dapat terpisahkan. Yang memberikan peluang untuk kemungkinan yang
  bersifat negatif adalah ketika anak bermain dengan memakai sarana
  yang salah dan tidak mendidik. Salah satu poin yang dibahas di sini
  adalah perihal Kotak Mainan Elektronik, seperti televisi, video
  player, VCD player, nintendo, play station, dan lain-lain. Yang
  menjadi masalah bukanlah sarananya, melainkan pada materinya. Ketika
  materi yang dimunculkan melalui kotak mainan elektronik itu bersifat
  negatif, pengaruhnya dalam diri anak pasti sangat kuat. Anak
  dipengaruhi dan belajar sesuatu yang negatif pula. Hal inilah yang
  akan segera mempengaruhi perilaku, karakter bahkan kepribadiannya.

  KEDUA, keluarga modern yang ayah dan ibunya bekerja merasa perlu
  mencari semacam pengganti posisi orang tua untuk anaknya. Pengganti
  itu bisa saja baby sitter, nenek, pembantu, kakak sulung atau juga
  ‘guru’ lainnya. Mereka inilah yang nantinya memberikan atau
  mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Kebetulan, anak-anak adalah murid
  yang baik. Mereka cepat sekali belajar dan beradaptasi, serta
  mengembangkan daya fantasi mereka. Bila guru kehidupan itu tidak
  mengajarkan nilai-nilai kebenaran Allah, kita bisa membayangkan apa
  yang akan terjadi nantinya.

  KETIGA, sesungguhnya guru yang menggantikan posisi ayah dan ibu di
  rumah sudah ada. Mungkin keberadaannya tidak kita sadari, namun
  dapat kita rasakan. Ia hadir di rumah kita karena kita sendirilah
  yang telah mengundang guru itu ke rumah kita. Namanya, Guru
  Elektronik. Kehadirannya kita beli dengan harga mahal, namun kita
  tak dapat mengendalikannya. Apalagi saat ia mengajarkan kekerasan,
  sihir, okultisme, fantasi seksual, kekejaman dan sebagainya. Anak-
  anak terlanjur jatuh cinta pada permainan yang mengajarkan taktik
  berperang, taktik menyerang, dll.. Menurut Dr. Arnold Goldstein,
  direktur pusat agresi di Syracuse University, bila anak bermain
  dengan kekerasan, hal itu akan meningkatkan risiko si anak untuk
  memakai agresi dalam kehidupan nyata. Apa ini ada hubungannya dengan
  kerusuhan yang merebak di tanah air belakangan ini?

  KEEMPAT, kita sudah sepatutnya menyadari bahwa dunia realita dan
  fantasi amat tipis batasnya. Nilai-nilai kenikmatan, kebebasan,
  individualistis, materialistis, kekerasan, kesuksesan sangat
  mendominasi pola pikir dan gaya hidup masyarakat. Lalu, nilai apakah
  yang sudah kita ajarkan pada anak-anak kita? Adakah rasa hormat dan
  mengasihi Allah, adakah cinta kasih, adakah tanggung jawab, taat
  pada otoritas, kebaikan, kejujuran, kesetiaan, keberanian, keadilan,
  kepedulian sosial, persahabatan dan lain-lain?

  Mencermati keempat hal di atas, Magdalena mengajak sekitar 500
  peserta seminar yang hadir untuk membuat komitmen.

  1. Menerima peran orangtua dan pendidik sebagai sebuah tanggung
     jawab hidup serius di hadapan Tuhan. Maksudnya, para pendidik
     Kristen, termasuk orangtua harus dapat mendidik anak di jalan
     Tuhan. Karena permainan elektronik lebih menarik bagi anak-anak,
     maka orangtua dan guru seharusnya memberikan figur dan teladan
     yang lebih kuat dalam hidup anak.

  2. Menyadari bahwa dunia bermain sangat penting dan kuat dalam
     mempengaruhi kehidupan anak-anak. Sebagai orangtua dan pendidik
     Kristen, sudah sepatutnya kita turut melindungi anak-anak dari
     bahaya permainan itu.

  3. Harus ada kerja sama antara orangtua, guru, dan juga rohaniwan.
     Untuk itu, perlu dipersiapkan perpustakaan yang dilengkapi dengan
     hadirnya program TV, VCD, video games, play station serta
     permainan anak yang didesain dengan nilai-nilai yang benar.

  4. Menyadari bahwa panggilan utama orangtua dan para pelayan anak
     adalah untuk membawa anak-anak dan membimbing mereka sejak kecil
     agar menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat
     pribadinya. Satu pertanyaan untuk direnungkan, kemana anak kita
     akan pergi bila malam ini mereka meninggal dunia?
     <fanny/warningnews.com>

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Artikel   : Permainan Anak -- Menghibur atau Menghancurkan?
  Penulis Artikel : Fanny
  Nama Milis      : Forum Diskusi e-BinaGuru
  Alamat Subscribe: subscribe-i-kan-binaguru(at)xc.org

______________________________________________________________________
o/ STOP PRESS! ---------------------------------------------------o/

   -o- KONSULTASI NASIONAL DAN PAMERAN PELAYANAN ANAK BERESIKO -o-
       =======================================================

  Jaringan Peduli Anak Bangsa (JPAB) bermitra dengan beberapa
  lembaga Kristiani yang bergerak di bidang Pelayanan Anak Beresiko
  tanggal 23 - 26 Nopember 2005 akan menyelenggarakan KONSULTASI
  NASIONAL & PAMERAN PELAYANAN ANAK BERESIKO. Acara ini akan diadakan
  di Graha Bethel, Jl. Ahmad Yani No. 65 Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

  Acara ini bertujuan untuk mempertemukan, memperkenalkan,
  mengkomunikasikan dan membangun kerjasama antara lembaga-lembaga
  pelayanan anak beresiko dari seluruh wilayah di Indonesia dengan
  gereja dan lembaga donor sehingga dapat memberikan pelayanan yang
  terbaik bagi anak beresiko di Indonesia.

  Acara ini akan dihadiri oleh :
  1. 200 Hamba Tuhan dari seluruh Indonesia.
  2. 70 Lembaga pelayanan anak beresiko dari seluruh Indonesia.
  3. 3000 pengunjung pameran selama 3 hari.
  4. Kunjungan siswa/i SLTP sampai dengan Perguruan Tinggi dalam
     rangka Study Tour.

  Dalam Pameran ini juga diselenggarakan seminar-seminar yang membahas
  berbagai isu tentang pelayanan anak beresiko dan presentasi dari
  berbagai lembaga yang melayani anak beresiko.

  Berbagai isu yang diseminarkan, antaranya adalah:
  1. Potret situasi anak di Indonesia & produk hukum yang berhubungan
     dengan anak.
  2. Pemahaman anak beresiko di Indonesia dalam sudut pandang muslim
     (Best Practices Fatayah NU.)
  3. Child abuse di sekitar kita.
  4. Biblical Perspective tentang anak.
  5. Mengembangkan Advokasi yang efektif di sekitar Indonesia.
  6. Issue anak beresiko di Indonesia & tanggapan Civil Society.
  7. Korban HIV/AIDS siapa yang peduli.
  8. Kepedulian Masyarakat Indonesia terhadap anak beresiko.

  Narasumber dari seminar di atas adalah:
   1. Tri Budiarjo (JPAB)
   2. Stephen Tong (Ketua Sinode GRII)
   3. Hj. Susi Tosari Widjaya (Pimpinan Pusat Muslimat NU)
   4. Magdalena Sitorus (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
   5. Arist Merdeka Sirait (Sekretaris Komnas Perlindungan Anak)
   6. Astrid G. Dionisio (Unicef Indonesia)
   7. Nafsiah Mboi (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Komnas
      Perempuan)
   8. Johannes Watilete (Bala Keselamatan)
   9. Bunga Kobong (Sahabat Peduli)
  10. Romo Mudji Sutrisno
  11. Jan Sihar Aritonang (PGI)

  Untuk acara pameran dan presentasi GRATIS, sedangkan seminar
  dikenakan biaya sebesar Rp 10.000,- setiap sesi.

  Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi :
     - Sdri. Martha Ardina : 08158760085
     - Sdr. Andre          : 08135620387
     - Sekretariat PPAB    : (021) 4526235 / 70779840

______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/

              Permainan mungkin menyenangkan hati anak,
            tetapi waspadalah, jangan sampai permainan itu
      membuat anak melakukan yang tidak menyenangkan hati Tuhan.

o/----------------------------------------------------------------o/
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
o/----------------------------------------------------------------o/
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org >
Alamat Berhenti     : < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org >
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org