Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/254

e-BinaAnak edisi 254 (10-11-2005)

Televisi

   ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><
        ==================================================

Daftar Isi:                                    Edisi 254/Nopember/2005
----------
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL           : Mewaspadai Guru Bertombol (TV)
    o/ TIPS              : Anak dan Televisi (Transkrip TELAGA T066A)
    o/ BAHAN MENGAJAR    : Apakah Kamu Memerlukan Sebuah Perisai?
    o/ DARI MEJA REDAKSI : Drama Natal
    o/ MUTIARA GURU

o/----------------------------------------------------------------o/
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/

  Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus,

  Anak-anak dapat dengan mudah menirukan berbagai perbuatan dan tutur
  kata yang mereka lihat dalam tayangan televisi. Tidak akan menjadi
  suatu masalah jika yang ditiru tersebut ialah perkara yang baik,
  tetapi bagaimana jika yang mereka tiru ialah perkara yang buruk?
  Sementara itu, melarang anak-anak untuk tidak menonton televisi sama
  sekali tentu saja bukanlah solusi yang mudah.

  Nah, untuk mengetahui secara rinci bagaimana televisi mempengaruhi
  anak dan bagaimana kita dapat mememanfaatkannya sebagai alat untuk
  mendidik anak, silakan Anda menyimak sajian dalam e-Bina Anak edisi
  kali ini yang mengambil topik TELEVISI.

  Selamat membaca. Tuhan memberkati! (Har).

   Saudaraku yang kekasih,
    janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik.
     Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah,
      tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.
                                                      (3Yohanes 1:11)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=3Yohanes+1:11 >

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL -------------------------------------------------------o/

                -o- MEWASPADAI GURU BERTOMBOL (TV) -o-
                    ==============================

  "Pusssinnnngggg!!!" begitulah teriak Ina, seorang gadis mungil
  berusia 7 tahun sepulang dari sekolah. Gaya dan lagaknya persis
  Peggy dalam sinetron `Gerhana`. Kontan saja sang Mama yang melihat
  gaya anaknya tertawa terbahak-bahak diikuti oleh seisi rumah yang
  melihat tingkah lucu Ina.

  "Saras kosong kosong delapan!!!" teriak Susi yang baru berusia 2
  tahun sambil memperagakan gaya Saras 008, cerita di televisi yang
  saat itu digandrungi anak-anak. Seraya melompat dan berputar, Susi
  beraksi dengan begitu gagahnya sambil berlari-lari mengelilingi
  ruang tamu di rumahnya. Ayah ibunya pun tersenyum geli sambil
  memperhatikan lagak anaknya.

  Dua cuplikan adegan di atas mungkin tidak asing bagi Anda semua.
  Bahkan mungkin adegan itu justru sedang dan sering terjadi di rumah
  Anda sendiri. Sangat mungkin pula adegan tersebut menjadi "ritual"
  menarik dalam acara kumpul bersama keluarga Anda. Namun, sadarkah
  Anda apa yang menyebabkan anak-anak Anda berperilaku demikian?
  Tahukah Anda bahwa sebenarnya mereka sedang memperagakan hasil
  belajar dari apa yang dipelajari di rumah Anda, tetapi bukan melalui
  Anda? Bukan pula melalui guru sekolah atau guru Sekolah Minggu,
  tetapi oleh "guru" yang selalu hadir di rumah Anda sendiri, yakni
  "guru bertombol" alias televisi.

  "Guru" ini siap beraksi tiap waktu tanpa mewajibkan anak-anak
  mengenakan seragam sekolah, mengharuskan anak duduk di dalam kelas
  dan membaca buku. "Guru" ini bukan saja dinantikan anak-anak. Lebih
  dari itu, "guru" ini bahkan dicari dan dikejar-kejar. Bahkan
  sekalipun bila orangtua melarangnya, anak-anak akan berusaha
  melanggar larangan itu dengan keberanian yang tidak terduga untuk
  menanggung resiko pelanggaran mereka. Televisi memang layak
  memperoleh gelar sebagai "guru bertombol". Mengapa? Karena guru yang
  konvensional serta orangtua telah ‘dikudeta’ olehnya dan perannya
  diambil alih. Bukankah televisi dan acara yang disajikannya
  mempunyai daya edukasi (didik) yang luar biasa, di samping
  memberikan informasi dan rekreasi (hiburan)? Tetapi cobalah
  perhatikan apa yang diajarkannya sebelum Anda menentukan sikap
  terhadapnya.

  POTRET PENGAJARAN ALA GURU BERTOMBOL

  Harus diakui bahwa memang ada unsur pendidikan yang bersifat positif
  yang diberikan televisi. Banyak orangtua menceritakan bagaimana
  anak-anaknya jadi semangat mempelajari Fisika atau IPA (bagi yang
  masih SD) sejak ditayangkannya Indosat Galileo setiap Minggu malam.
  Melalui Keluarga Cemara, anak-anak dapat belajar tentang nilai
  keluarga dan bagaimana cara keluarga sederhana itu mengatasi
  kesulitan hidup mereka. Ada orangtua yang mengatakan bahwa anaknya
  yang kelas 3 SD memahami bahaya narkoba dan cara kerja para pengedar
  melalui program pemberitaan di televisi. Ini adalah beberapa daftar
  manfaat edukatif positif yang diberikan televisi melalui program-
  program tertentu.

  Meskipun demikian, kita tetap perlu berhati-hati untuk menyimpulkan
  bahwa televisi memang merupakan alat pendidikan yang baik bagi anak.
  Kenyataan menunjukkan bahwa televisi juga memberikan banyak pengaruh
  negatif atas perilaku, perkataan, pola pikir, sikap, dan gaya hidup
  anak.

  PERILAKU

  Beberapa waktu yang lalu ketika saya berada di sebuah sekolah di
  Jakarta, saya melihat anak-anak SD yang berlari ketakutan sambil
  berteriak. Mereka meneriakkan, "Ada Mister Gepeng di WC ...." dan
  mereka saling mendorong untuk keluar dari WC secepatnya. Peristiwa
  ini tidak hanya terjadi satu kali, tapi di setiap jam istirahat dan
  selama berhari-hari. Saya berusaha mencari tahu apa yang
  sesungguhnya mereka takuti. Beberapa anak saya tanyai, juga petugas
  cleaning service yang bertugas di WC tersebut. Ternyata Mister
  Gepeng itu adalah tokoh penjahat yang ada di salah satu sinetron
  yang banyak ditonton anak-anak. Setelah kejadian itu, saya juga
  mendapatkan cerita dari beberapa orangtua yang melihat anak-anak
  mereka jadi ketakutan di rumah. Ada juga anak yang takut keluar
  rumah atau bepergian sendirian karena merasa orang-orang yang di
  luar sana adalah orang-orang jahat yang mungkin saja mencelakakan
  dirinya.

  Pernah seorang ibu dengan panik menelepon saya menanyakan apa yang
  harus ia lakukan karena anaknya yang berusia 7 tahun membawa pisau
  dan mengacung-acungkannya ke arah pembantu karena pembantu minta
  anak tersebut untuk tidak mengganggu adiknya. Ia berteriak, "Saya
  bunuh kamu!" Gaya yang pernah dilihatnya di televisi. Perlu waktu
  cukup lama untuk dapat memperoleh kembali pisau itu dan menenangkan
  kedua belah pihak. Lalu ada juga berita tentang seorang anak yang
  matanya ditusuk dengan jari oleh kakaknya karena ia meniru jurus
  film kungfu yang pernah dilihatnya di televisi. Di tempat lain,
  setelah menonton acara tinju, seorang ayah melihat anaknya terus
  menyerang adik-adiknya. Dan masih banyak lagi kisah nyata lainnya
  sehubungan dengan meningkatnya kekerasan pada perilaku anak-anak
  karena menonton televisi.

  PERKATAAN

  Beberapa waktu yang lalu seorang ibu yang baru pulang studi dari
  Kanada bercerita kepada saya bahwa betapa terkejut anak-anaknya
  mendengar teman mereka di Jakarta saling memaki dalam bahasa Inggris
  dengan kata-kata yang sangat kasar dan kotor. Mereka tidak habis
  pikir karena ketika di Kanada pun mereka dilarang keras untuk bicara
  dengan bahasa seperti itu. Mereka akan mendapat teguran yang sangat
  keras bahkan dihukum oleh guru jika kedapatan mengucapkan hal itu.
  Setelah beberapa lama di Jakarta, mereka mulai mengerti bahwa cara
  bicara seperti itu rupanya sudah menjadi trend di kalangan anak-anak
  sekolah meskipun anak-anak tersebut tidak mengerti maksud sebenarnya
  kata-kata itu. Anak-anak merasa hebat kalau bisa mengucapkan kata-
  kata itu karena seperti gaya jagoan dalam tayangan film layar emas
  di televisi yang kebanyakan mempertontonkan film kekerasan.

  Sejumlah orangtua juga menceritakan bahwa anak-anak mereka sekarang
  suka menggunakan kata-kata goblok, bajingan, dan jahanam akibat
  sinetron dan telenovela yang secara teratur mereka tonton. Sama pula
  halnya yang terjadi pada anak yang mengenal kosa kata selingkuh,
  nyeleweng, istri simpanan, cerai -- walaupun tidak ada orang dekat
  yang bercerai -– padahal mereka baru kelas 1, 2, atau 3 SD.

  Cerita lain dikemukakan oleh orangtua dari anak berusia 4 tahun.
  Setiap kali anak ini tertangkap basah melakukan kesalahan, sebelum
  dimarahi ibunya, anak ini segera memeluk ibunya seraya meminta maaf
  dengan kata-kata manis yang teruntai indah. Yang begini
  dipelajarinya dari tayangan telenovela setiap sore.

  POLA PIKIR, SIKAP, DAN GAYA HIDUP

  Televisi membuat cara berpikir anak sekarang ini seolah jauh di atas
  usia mereka yang sebenarnya, namun tanpa konsep berpikir yang benar
  dan tanpa melalui tahapan proses berpikir yang berjenjang. Contoh
  berikut ini secara getir menunjukkan hal demikian.

  Seorang ibu memperlihatkan kejengkelannya karena anak perempuannya
  dikabarkan diperkosa dan sedang hamil. Kabar ini disebarkan oleh
  teman-teman sekelas anaknya yang duduk di kelas 1 SD. Gara-garanya
  adalah anaknya ini sakit perut dan tidak masuk sekolah selama
  beberapa hari. Berita mengenai perkosaan dan kehamilan ini sudah
  tersebar ketika anak yang bersangkutan kembali bersekolah. Selidik
  punya selidik, guru anak ini akhirnya memperoleh jawaban mengenai
  apa yang terjadi. Seorang teman anak ini mengaku bahwa ia sering
  melihat di televisi bahwa orang diperkosa itu bisa hamil dan orang
  yang hamil itu perutnya sakit. Jadi rupanya masalah perut sakit yang
  didengarnya lalu dikaitkannya dengan kehamilan akibat diperkosa.

  Gaya hidup anak-anak sekarang juga banyak sekali didikte oleh iklan
  di televisi. Banyak orangtua yang mengeluh bahwa anak-anak menuntut
  dibelikan barang atau makanan sebagaimana yang mereka lihat di
  televisi. Anak-anak memilih susu merek apa yang mau diminum, makanan
  kecil apa yang berhadiah, dan restoran mana yang hendak mereka
  kunjungi. Secara efektif iklan yang tidak jarang menggunakan bintang
  cilik terkenal ‘menghasut’ anak-anak untuk menjadi ‘teroris kecil’
  bagi orangtua mereka.

  Sikap hidup konsumtif juga mencengkeram para ABG (Anak Baru Gede),
  dan membuat mereka bukan saja ingin mencoba makanan kecil atau
  restoran tertentu, melainkan juga meniru habis model dan cara
  berpakaian, potongan dan warna rambut, rokok yang dihisap dan bir
  yang diminum, telepon genggam, dan sebagainya. Semua asesori ini
  menjadi ‘wajib’ agar mereka merasa diterima lingkungan pergaulannya.
  Tentu saja ini semua menuntut biaya yang tinggi. Sampai-sampai
  beberapa ABG yang memaksa diri hidup dengan standar sedemikian
  tinggi rela menemani `om senang` dan berkencan dengan mereka. Hal-
  hal demikian dapat mereka lihat dan pelajari dari tayangan sinetron
  dan film-film yang mengisahkan gaya hidup mewah tanpa disertai
  latar belakang memadai tentang upaya kerja keras dan jujur untuk
  mencapai kesuksesan tersebut.

  BERSAING DENGAN GURU BERTOMBOL

  Bagaimana agar pengaruh kita dalam mendidik dapat mengalahkan
  pengaruh televisi secara meyakinkan? Beberapa saran berikut ini
  sebaiknya kita kaji:

  1. Usahakan agar sesedikit mungkin menghidupkan pesawat televisi,
     batasi secara selektif acara apa yang hendak ditonton. Aturan
     ini tidak saja berlaku bagi anak, melainkan bagi seluruh
     keluarga. Bila orangtua menonton acara tertentu apalagi
     menggemarinya, maka apapun yang kita katakan kepada anak tentang
     hal buruk dari acara yang kita tonton itu tidak akan efektif.
     Karena anak akan berpikir bahwa orangtuanya sendiri tidak
     melakukan apa yang mereka katakan atau ajarkan. Selektif berarti
     orangtua juga memfungsikan dirinya sebagai filter pertama bagi
     anak dengan memilah-milah acara mana yang baik untuk ditonton.
     Beberapa contoh kasus dalam tulisan ini dikemukakan sebagai
     salah satu pertimbangan dalam memilih acara atau film di
     televisi.

  2. Usahakan untuk menonton bersama anak. Dengan menonton bersama
     anak, kita akan memahami lebih baik apa yang dipikirkan atau
     dilihat anak kita. Sekalipun demikian, hendaknya orangtua tidak
     setiap saat berkomentar tentang film yang ditonton. Bila kita
     sering mengeluarkan komentar, kita justru akan lebih berperan
     sebagai pengganggu dan komentar kita pun akan lebih membangkitkan
     rasa antipati anak.

  3. Ajarkan anak membedakan antara yang nyata dengan yang khayalan.
     Acapkali anak yang terlalu muda tidak mampu memahami bahwa banyak
     hal yang mereka tonton sebenarnya adalah tipuan kamera atau
     khayalan pembuat cerita. Ada baiknya orangtua menjelaskan, atau
     bila mungkin, mengajak anak menyaksikan bagaimana caranya sebuah
     film dibuat. Dengan cara ini, orangtua akan lebih mampu melakukan
     pencegahan terhadap bahaya tindakan yang anak tiru dari televisi.

  4. Ajarkan anak dengan ajaran yang benar dan sehat sedini mungkin.
     Dengan mengajarkan anak ajaran dari Firman Tuhan dan etika dasar
     yang lain sedini mungkin, kita seolah menyiapkan filter bagi
     mereka untuk menyaring informasi dan ajaran lain dari lingkungan
     mereka. Bila mereka menerima ajaran Firman Tuhan sebelum mereka
     memperoleh ajaran lain, Firman Tuhan akan lebih tertanam baik
     dalam diri mereka.

  5. Isi waktu luang Anda dan anak Anda sebanyak mungkin dengan
     kegiatan bermanfaat dan mendidik. Kegiatan membaca, bercerita,
     bermain games, mengunjungi museum, kebun binatang, atau alam
     terbuka, serta berolah raga harus disediakan sebagai alternatif
     untuk mengisi waktu luang bagi keluarga. Seyogyanya orangtua
     secara dominan mengisi ruang hidup anak dengan ajaran dan hiburan
     yang benar dan sehat, terutama selagi anak belum mencapai usia
     remaja, dalam hal ini termasuk dengan cara membina kehidupan
     keluarga yang harmonis.

  6. Bersikaplah terbuka dan sabar terhadap pertanyaan yang diajukan
     anak, seberapa aneh atau tidak sopannya pun pertanyaan itu.
     Hal ini perlu sedapat mungkin dilakukan oleh semua orangtua.
     Karena dengan demikian kita akan menangkap cara berpikir anak dan
     dapat dengan segera melakukan koreksi jika cara berpikir anak
     telah terkontaminasi oleh kesalahpahaman atau ajaran dari acara
     televisi yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan bertindak
     terbuka, kita juga telah menjadi semacam narasumber yang
     menyejukkan bagi mereka, membuat mereka tidak banyak menggunakan
     kerangka acuan yang didiktekan dunia ini secara terus-menerus
     melalui televisi dan film. Tentu saja untuk melakukan itu
     orangtua sendiri juga perlu membekali dirinya dengan pengetahuan
     yang benar dan sehat dari ajaran Alkitab.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Artikel: Mewaspadai Guru Bertombol (TV)
  Penulis      : Esther Tjahja, S.Psi.
  Nama Situs   : Christian Counseling Center (Situs C3I)
  Alamat URL   : http://www.sabda.org/c3i/artikel/isi/?id=76&mulai=210

______________________________________________________________________
o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/

                       -o- ANAK DAN TELEVISI -o-
                           =================

  Tanya jawab berikut ini diringkas dari transkrip kaset TELAGA (Tegur
  Sapa Gembala Keluarga - T066A). Bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.
  sebagai narasumbernya, kita akan bersama-sama mengulas tentang
  televisi dan program siarannya yang bisa memberikan dampak positif
  sekaligus negatif pada anak-anak.
  ----
  T: Televisi rupanya sudah umum ada di setiap rumah, dan sekarang
     makin banyak pilihan saluran televisi dan berbagai program
     acaranya. Kehadiran televisi dan acara-acaranya itu pasti
     membawa dampak pada anak, khususnya anak-anak yang masih di
     bawah usia 10 atau 9 tahun. Bagaimana itu bisa terjadi?

  J: Televisi adalah sesuatu yang menayangkan acara-acara yang
     menarik, menggugah dan dikemas sedemikian rupa untuk bisa menarik
     para pemirsanya. Pada saat ini kita perlu memeriksa apa dampak
     televisi pada anak-anak. PERTAMA, kita perlu melihat, siapakah
     atau bagaimanakah keadaan anak terutama pada anak-anak yang
     berusia di bawah 10 atau 9 tahun. Anak-anak pada usia itu berada
     pada tahap pemikiran yang konkret. Mereka belum mampu berpikir
     dengan abstrak. Anak-anak ini belum mampu melihat hal yang tidak
     tampak dan hal yang tampak. Dengan kata lain, bagi si anak apa
     yang dilihat adalah apa yang terjadi, misalkan dia melihat hal
     yang menakutkan seperti laba-laba yang bisa memakan manusia.
     Bagi dia, hal itu benar-benar terjadi, yakni laba-laba itu bisa
     memakan manusia. Pada usia-usia ini anak-anak belum bisa
     memisahkan yang fiksi dari yang realitas.

     KEDUA, anak-anak berada pada tahap pembentukan moralitas.
     Prinsipnya di sini adalah apa yang dilakukan pahlawannya adalah
     apa yang benar. Anak-anak yang berada pada tahap pemikiran
     konkret dan pembentukan moralitas ini mulai menentukan apa yang
     benar dan apa yang salah. `Apa yang benar apa yang salah` itu
     diserapnya bukan saja dari perkataan orangtua atau guru Sekolah
     Minggu, tapi juga apa yang dikatakan oleh teman-temannya,
     termasuk dalam hal ini adalah apa yang ditangkapnya dari
     televisi. Dia belum mempunyai kemampuan untuk menyortir etika
     situasi dan belum bisa mengerti bahwa ada etika yang absolut.
     Pokoknya apa yang dilakukan oleh jagoannya sudah pasti benar,
     sekalipun dia membunuh orang. Karena pola pikirnya yang masih
     konkret itulah yang menjadi kebenarannya.
  ----
  T: Bagaimana kalau yang dilihat anak adalah sebuah film kartun yang
     menampilkan gambar dan juga tokoh-tokohnya? Dari film itu
     sebenarnya anak sudah bisa membedakan mana yang fiksi dan mana
     yang realitas.

  J: Dari film-film kartun memang dampak riilnya sangat berbeda dari
     film yang lebih nyata, karena film yang nyata lebih mirip dengan
     kehidupan yang dilaluinya. Film kartun lebih mudah diterima anak
     sebagai sesuatu yang tidak riil dalam kehidupannya. Namun tetap
     harus saya ingatkan bahwa apa yang dilihatnya tetap akan
     diserapnya. Dia tidak menyerapnya secara langsung, otomatis dia
     akan menyerapnya tanpa sadar. Nah apa yang dilakukan oleh
     pahlawan-pahlawan kartunnya, tanpa disadari akan dianggap sebagai
     sesuatu yang benar.
  ----
  T: Kalau anak melihat peristiwa yang terjadi berulang-ulang, lama-
     kelamaan akan muncul semacam keyakinan di dalam dirinya.
     Bagaimana itu bisa terjadi?

  J: Biasanya waktu anak melihat sesuatu secara berulang kali, yang
     terjadi adalah toleransi. Dia mulai menoleransi bahwa yang
     terjadi itu sesuatu yang memang biasa, sesuatu yang harus
     diharapkannya terjadi dalam hidup ini. Reaksi-reaksi yang
     seharusnya muncul misalnya reaksi jijik, reaksi ini tidak benar,
     akan hilang. Jadi misalkan dalam cerita pembunuhan ada seseorang
     ditusuk, bagi si anak mula-mula dia akan memberikan reaksi yang
     sangat keras terhadap tindakan tersebut. Namun kalau dia terlalu
     sering menyaksikannya, maka terbentuklah toleransi. Dia mulai
     merasa bahwa itu biasa dan tidak lagi menimbulkan reaksi yang
     tidak enak pada dirinya.
  ----
  T: Apa yang ditayangkan di televisi tidak semuanya jelek, ada juga
     acara untuk anak-anak. Adakah sisi positifnya?

  J: Sudah tentu ada, televisi itu mempunyai unsur-unsur hiburan,
     rekreasional dan itu bisa memberi anak kesempatan untuk merasa
     santai, tidak terlalu tegang. Apa yang dilihatnya bisa membawa
     penghiburan baginya, kesenangan hatinya, menenangkan jiwanya, dan
     itu merupakan hal yang positif. Tapi perlu ditegaskan sekali lagi
     bahwa orangtua perlu menolong anak untuk menyeleksi apa yang
     dilihatnya sesuai dengan usia anak. Contohnya untuk kasus yang
     konkret misalnya anak-anak ikut-ikutan orangtua menonton
     sinetron, padahal banyak sinetron yang berisikan kisah
     perselingkuhan dan biasanya si suami yang berselingkuh. Anak
     kecil bisa mengembangkan pikiran bahwa semua pria itu tidak setia
     pada istrinya. Ada kemungkinan anak mulai mengembangkan pikiran
     bahwa papanya juga seorang kandidat ketidaksetiaan, atau papanya
     mungkin mempunyai wanita lain. Hal-hal ini kalau ditonton oleh
     anak, maka orangtua harus menetralisirnya.
  ----
  T: Jadi kuncinya terletak pada bagaimana orangtua mengatur jam
     dimana anak boleh menonton televisi dan memberikan pengarahan.
     Masalahnya orangtua jarang mendapat bimbingan untuk itu,
     bagaimana mengatasi keadaan yang seperti ini?

  J: Disarankan agar orangtua duduk bersama anak-anak waktu menonton
     acara anak-anak sehingga mereka mempunyai gambaran kira-kira
     tentang yang ditonton. Saya dan istri saya juga tidak senantiasa
     menonton bersama anak, tapi ada beberapa kali misalnya seminggu
     sekali kami akan duduk bersama anak-anak, sehingga kita bisa
     menilai apakah tayangan itu cocok ditontonnya dan apakah perlu
     toleransi atau koreksi yang harus kita berikan pada anak kita.
  ----
  T: Bagaimana jika anak kemudian menyangkal atau membantah apa yang
     orangtua katakan?

  J: Itu bisa menjadi ajang diskusi dan menjadi hal yang positif.
     Televisi tidak semuanya jelek, banyak hal yang bagus dan memang
     sangat bermanfaat. Secara keseluruhan televisi banyak manfaatnya
     asalkan kita menyortir dan membimbing anak-anak kita.
  ----
  T: Dalam hal ini adakah Firman Tuhan yang bisa menjadi pegangan dan
     pedoman bagi orangtua khususnya?

  J: Filipi 4:8, "Jadi akhirnya saudara-saudara, semua yang benar,
     semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang
     manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan
     dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Tuhan menginginkan
     kita memasukkan hal yang baik, yang indah ke dalam pikiran kita.
     Jangan sampai kita mengotori pikiran kita. Kita harus melindungi
     anak-anak kita dari pikiran-pikiran yang bisa mencemarinya, baik
     itu seks yang terlalu dini, baik itu film yang terlalu
     menegangkan atau baik itu kisah kehidupan yang tidak riil sama
     sekali. Anak-anak kita perlu menyadari dan menangkalnya sendiri
     sehingga tidak menyerapnya dan membabi buta.

  Sumber diedit dan diringkas dari:
  Transkrip Kaset TELAGA No. #066A
  Situs: TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga)
  URL  : http://www.telaga.org/transkrip.php?anak_dan_televisi.htm
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------o/

             -o- APAKAH KAMU MEMERLUKAN SEBUAH PERISAI -o-
                 =====================================

  Ketika Daud pergi bertarung melawan Goliat, ia berhadapan dengan
  seorang yang bertubuh tinggi besar. Goliat membawa sebuah perisai
  yang besar. Bilamana seseorang memanahnya, Goliat menaruh perisai
  itu di depannya dan anak panah itu pun akan tertangkis. Jika
  seseorang mencoba memukul Goliat, ia menaruh perisainya di depannya
  sehingga ia tidak terpukul.

  Perisai-perisai itu melindungi para prajurit pada zaman Alkitab agar
  tidak terluka. Perisai-perisai itu juga melindungi mereka dari
  serangan anak panah, gada, dan tombak.

  Tahukah kamu bahwa Allah adalah Perisai kita?

  Renungan Singkat tentang Perlindungan Allah:
  --------------------------------------------

  1. Menurut kamu, bagaimana Allah dapat diibaratkan sebagai sebuah
     perisai? Dari hal-hal apakah Ia melindungi kita?

  2. Dapatkah kamu menyebutkan saat-saat di mana kamu memerlukan
     perlindungan Allah? Apakah kamu meminta Dia melindungimu?

  Allah berkata kepada Abraham, "Akulah perisaimu" (Kejadian 15:1).
  Beberapa tahun kemudian penulis kitab Mazmur berkata, "Tuhan Allah
  adalah matahari dan perisai" (Mazmur 84:12). Di bagian lain dalam
  Alkitab, Allah juga menjelaskan bahwa kebenaran-Nya melindungi kita
  dari panah api si iblis. Hal ini dinyatakan dalam Mazmur 91:4 dan
  Efesus 6:14. Maukah kamu membacanya?

  Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu:
  ----------------------------------------

  1. Apakah kamu tergoda untuk melakukan sesuatu yang salah minggu
     ini? Bukankah iblis selalu menggoda kita? Apakah kamu meminta
     Allah untuk menolongmu?

  2. Jika suatu waktu kamu tergoda untuk berbuat salah, mintalah Allah
     menjadi perisaimu untuk melawan si iblis.

  Bacaan Alkitab:
  ---------------
  Efesus 6:10-18

  Kebenaran Alkitab:
  ------------------
  Tuhan akan menudungi dan melindungimu. Kebenaran-Nya akan menjadi
  perisaimu. (Mazmur 91:4)

  Doa:
  ----
  Ya Tuhan, sering kali saya tergoda untuk berbuat sesuatu yang
  seharusnya tidak boleh saya lakukan. Terima kasih, Tuhan, karena
  Engkau melindungi saya dari anak-anak panah godaan si iblis. Saya
  sangat senang karena saya dapat tinggal di dekat-Mu.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak
  Penulis   : V. Gilbert Beers
  Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1986
  Halaman   : 38 - 39

______________________________________________________________________
o/ DARI MEJA REDAKSI ---------------------------------------------o/

                         -o- DRAMA NATAL -o-
                             ===========

  Redaksi banyak menerima email yang menanyakan tentang bahan atau
  naskah untuk drama Natal. Dalam Situs PEPAK (Pusat Elektronik
  Pelayanan Anak Kristen) tersedia tiga naskah drama Natal yang bisa
  Anda pakai untuk merayakan Natal bersama-sama anak-anak SM, yaitu:

  1. Naskah Drama Natal
     http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010179/

  2. Naskah Drama: Pujian Maria
     http://www.sabda.org/pepak/pustaka/030326/

  3. Naskah Drama: Andaikata Yesus Jadi Gubernur
     http://www.sabda.org/pepak/pustaka/030327/

  Kiranya informasi ini bisa membantu Anda dalam mempersiapkan drama
  Natal tahun ini.

______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/

      Waspadalah! Ada berjuta-juta pasang mata lugu
               yang setiap waktu sedang menyerap apapun
                        yang disajikan televisi, baik atau buruk.

o/----------------------------------------------------------------o/
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
o/----------------------------------------------------------------o/
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org