Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/179

e-BinaAnak edisi 179 (27-5-2004)

Bermain

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><

Daftar Isi:                                         Edisi 179/Mei/2004
~~~~~~~~~~~
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL (1)          : Bermain Sambil Belajar
    o/ ARTIKEL (2)          : Permainan Yang Mengasah Ketrampilan
    o/ BAHAN MENGAJAR       : Taruh di Sakumu
    o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Pembentukan Pengurus Kelompok Kerja
                                  Pembina Anak
    o/ MUTIARA GURU

=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam dalam kasih Yesus Kristus,

  Bermain merupakan kegiatan yang paling menyenangkan bagi setiap
  anak. Saat bermain mereka selalu bergerak, seakan-akan tidak
  mengenal rasa lelah. Saat melihat anak-anak atau murid Anda bermain,
  evaluasilah permainan yang sedang mereka lakukan. Apakah permainan
  itu hanya memberikan kesenangan saja ataukah melalui permainan itu
  anak-anak juga dapat belajar sesuatu? Nah ... sajian Artikel kami
  minggu ini akan menolong Anda untuk mengerti lebih banyak tentang
  manfaat permainan bagi anak-anak.

  Selain itu kami juga menyajikan Bahan Mengajar yang dapat Anda pakai
  untuk mengajar di Sekolah Minggu. Juga, jangan lupa Anda tengok
  Mutiara Guru minggu ini, karena kami yakin dapat menjadi berkat bagi
  pelayanan Anda.

  Selamat membaca!

  Tim Redaksi

          "Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki
          dan anak perempuan yang bermain-main di situ." (Zakharia 8:5)
             < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Zakharia+8:5 >


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ ARTIKEL (1)

                        BERMAIN SAMBIL BELAJAR
                        ======================

  Buat anak balita, bermain adalah pekerjaannya. Makanya dikatakan,
  dunia anak adalah dunia bermain. Namun, sambil bermain, sebenarnya
  anak belajar, yaitu mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya.

  DEFINISI

  Bermain ialah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi
  kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi,
  apa pun kegiatannya, bila dilakukan dengan senang bisa dikatakan
  bermain. Pun bila sebenarnya bekerja, misal, membantu ibu memotong
  sayur di dapur, tapi karena dilakukan dengan senang dan atas
  inisiatif si anak, maka pekerjaan itu baginya dinamakan bermain.
  Begitu pula bila inisiatif bermain atas ajakan orangtua, tetap
  dikatakan bermain, asalkan anak senang melakukannya. Sebaliknya,
  jika anak melakukan perbuatan yang kita anggap bermain, tapi dengan
  terpaksa atau karena dipaksa, maka tak bisa dikatakan bermain.

  Itu sebab, bermain dikatakan sebagai kegiatan inklusif dan inheren,
  yaitu muncul atas motivasi dari dalam diri dan tak perlu diajarkan
  lagi. Soalnya, sejak bayi memang ada kebutuhan bermain. Namun
  begitu, suatu kegiatan baru dikatakan bermain bila dilakukan setelah
  usia 3 bulan. Sebelum usia 3 bulan, kegiatannya lebih banyak
  menggambarkan refleksnya. Setelah usia 3 bulan, kegiatannya
  didasarkan dorongan untuk mencapai kesenangan.

  Definisi bermain berlaku sampai tua. Hanya, orang dewasa menyebutnya
  bukan bermain, melainkan berekreasi. Sementara bermain untuk anak
  usia sekolah bukan atas dorongan semata, tapi juga disertai rasa
  ingin menang. Jadi, belum pantas bila anak balita dipacu untuk
  menang semisal mengikuti lomba-lomba yang menekankan kesempurnaan
  hasil. Hal ini sama saja dengan merampas hak anak.

  MANFAAT BERMAIN

  Manfaat bermain amat banyak dan selalu menyangkut tiga ranah yaitu:

  1. Fisik-Motorik
     -------------
     Anak akan terlatih motorik kasar-halusnya. Dengan bergerak, ia
     akan memiliki otot-otot tubuh yang terbentuk secara baik dan
     lebih sehat.

  2. Sosial-Emosional
     ----------------
     Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun-tahun
     pertama kehidupan, orangtua merupakan teman bermain yang utama
     bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang dan ada kelekatan
     dengan orangtua, selain belajar komunikasi dua arah.

  3.  Kognisi
      -------
      (Berhubungan dengan berpikir/kecerdasan)
      Anak belajar mengenal atau punya pengalaman mengenai objek-
      objek tertentu seperti: benda dengan permukaan kasar-halus, rasa
      asam, manis, dan asin. Ia pun belajar perbendaharaan kata,
      bahasa, dan berkomunikasi timbal balik. Makin usia bertambah, ia
      pun tertarik memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian dan
      mengamati, misal, kala diperlihatkan buku-buku bergambar.

  Pada anak-anak yang mengalami gangguan seperti autisme atau
  hiperaktif, lewat media bermain juga dilatih berkonsentrasi,
  mengenal warna atau bentuk, dan sebagainya. Anak autis juga dilatih
  untuk bisa melakukan kontak dengan orang lain; sedangkan anak
  hiperaktif atau gangguan atensi dilatih untuk memperhatikan dengan
  lebih sabar dan mau mencoba menyelesaikan tugasnya.

  HARUS SEIMBANG

  Kita hendaknya tak cuma mengembangkan aspek tertentu. Kalau tidak,
  misal, hanya aspek kognisinya yang distimulasi sejak dini agar
  cerdas, bisa-bisa anak jenuh. Berdasarkan studi banding di Amerika
  Serikat, dilakukan penelitian longitudinal terhadap anak-anak TK
  antara kelompok yang diberikan program 3 M (membaca, menulis,
  menghitung) dengan yang tidak, ternyata 10 tahun kemudian kemampuan
  akademis mereka sama. Bahkan, anak yang dirangsang terlalu dini,
  akhirnya mengalami gangguan-gangguan emosi, tak mau sekolah,
  berperilaku menyimpang, atau memberontak.

  Seimbangkan juga kegiatan fisik dengan kegiatan di tempat seperti
  main lego, meronce, atau menggambar. Meski si anak tipe aktif yang
  tak suka permainan diam di tempat atau sebaliknya, kita tetap harus
  menyeimbangkannya. Jadi, anak harus punya kesempatan bermain yang
  melibatkan fisiknya, selain bermain yang perlu ketekunan. Dengan
  begitu, wawasannya jadi luas. Bila ia hanya bermain secara fisik
  terus, anak kurang mendapat kesempatan memperoleh berbagai
  pengetahuan dan kurang terlatih ketekunan serta konsentrasinya.

  Sebaliknya, jika hanya bermain di tempat, tapi kurang kegiatan
  fisik, ia jadi kurang terampil pada kegiatan luar yang akan
  berdampak pada sosialisasi dengan teman-temannya kelak, juga
  mempengaruhi kepercayaan dirinya. Jadi, bila ia keasyikan bermain di
  tempat, dorong ia bermain di luar rumah (outdoor). Ajak ia bermain
  ayunan, meniti di atas balok, bermain bola, atau melompat. Selain
  melatih ketrampilan fisiknya, bermain di luar memberinya kesempatan
  bertemu teman sebayanya. Ia pun bisa bebas mengekspresikan emosinya:
  bebas berteriak, jingkrak-jingkrak. Dengan demikian, selain fisik
  motoriknya berkembang, juga emosi-sosialnya.

  TAK PERLU MAHAL

  Bermain sambil belajar bisa dilakukan melalui aktivitas:

  1. Kegiatan fisik.
     ---------------
     Maksudnya merangkak, berjalan, berayun, atau ciluk-ba. Dalam
     merangkak, misal, selain melatih motorik kasarnya, juga
     mengaktifkan otak kanan dan kirinya. Jadi, saat anak merangkak,
     kita bisa menemaninya (ikut merangkak) semisal "berlomba" sampai
     tujuan tertentu. Ketika ia mulai belajar berjalan dengan cara
     merambat, tirukan dan ajaklah ia "berlomba". Hingga, ia terdorong
     melatih motorik kasarnya, selain juga mendekatkan hubungan dengan
     ayah-ibu.

  2. Memanfaatkan benda-benda yang ada.
     ----------------------------------
     Anak bisa bereksplorasi dengan barang-barang rumah tangga,
     semacam centong kayu dengan panci sebagai alat musik, belajar
     memutar atau memasukkan wadah dengan tutupnya, atau bermain
     dengan cermin, dan lainnya.

  3. Menggunakan alat permainan edukatif.
     ------------------------------------
     Alat permainan edukatif adalah alat yang sengaja dirancang untuk
     tujuan tertentu. Syaratnya:

     a. Dapat digunakan dalam berbagai cara atau dapat dibuat dalam
        macam-macam bentuk, dengan macam-macam manfaat dan tujuan.
        Misal, mainan balok-balok atau meronce, yang bisa disusun
        sesuai kehendak, apakah diurutkan dari yang besar ke kecil
        ataukah berdasarkan warna/bentuk tertentu. Selain melatih
        motorik halus, juga pengenalan warna, bentuk, dan ukuran.
        Lilin mainan atau playdough juga termasuk mainan edukatif
        karena bisa mendorong imajinasi anak dan melatih jari-
        jemarinya, meski sebelumnya kita harus memberi contoh
        bagaimana menggunakannya. Kalau tidak, anak tak tahu mau
        diapakan karena permainan ini tak terstruktur.

     b. Ditujukan untuk anak usia di atas 1,5 tahun dan berfungsi
        mengembangkan berbagai aspek perkembangan, baik fisik,
        emosi, sosial, atensi, serta kognisi, entah berupa daya nalar,
        bahasa, konsep dasar, warna, bentuk, dan lainnya. Anak usia 10
        bulan juga sudah bisa dikenalkan dengan puzzle tunggal,
        dikenalkan pada warna dan binatang.

     c. Aman bagi anak, baik dari cat, warna, serta bahan dasarnya
        yang rapi atau tak tajam. Jadi, perhatikan kalau-kalau catnya
        mudah terkelupas atau permukaannya runcing.

     d. Membuat anak terlibat secara aktif atau melakukan sesuatu.
        Beda dengan mendengarkan cerita atau menonton TV yang hanya
        pasif mendengarkan dan melihat di mana anak tak aktif
        melakukan sesuatu dengan intensif.

     e. Sifatnya konstruktif. Jadi, ada sesuatu yang dihasilkan dari
        apa yang ia buat, entah bermain lego, balok, atau menggambar,
        misal.

  Jika alat permainan edukatif tak bisa terbeli karena keterbatasan
  ekonomi, kita bisa berkreasi dengan membuatnya dari bahan-bahan yang
  ada di sekitar rumah. Misal, bagi yang tinggal di dekat pantai bisa
  menggunakan kumpulan kerang-kerang aneka bentuk dan ukuran yang
  telah dicuci bersih. Anak bisa diminta menyusun dari ukuran yang
  besar ke kecil atau dibuat bentuk tertentu, dironce.

  Jadi, asalkan orangtua kreatif, sebenarnya mainan tak perlu mahal,
  tapi bisa dibuat sendiri. Misal, untuk melatih indera pendengaran,
  isilah botol bekas dari bahan kaleng dengan sesuatu agar berbunyi
  kala dikocok; untuk mengenalkan warna, bisa diambil berbagai jenis
  bunga atau buah. Kulit jeruk atau kotak korek api bisa dibuat mobil-
  mobilan. Pun bila ingin punya puzzle, kita bisa membuatnya dari
  potongan gambar di majalah yang ditempelkan ke kertas karton lantas
  dipotong-potong membentuk puzzle. Tentu tinggal menyesuaikan dengan
  usia anak; untuk usia lebih dini, dibuat puzzle tunggal, misal,
  gambar gajah utuh atau bunga mawar utuh; untuk tahapan selanjutnya,
  puzzle bisa lebih rumit lagi.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Majalah: Nakita - Mainan dan Permainan
  Penerbit     : PT Sarana Kinasih Satya Sejati, Jakarta, 2001
  Halaman      : 4 - 5


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ ARTIKEL (2)

                 PERMAINAN YANG MENGASAH KETRAMPILAN
                 ===================================

  Setiap anak dilengkapi dengan energi yang tidak ada habis-habisnya
  untuk terus bergerak dengan lincahnya. Mengenal dan menerima
  perbedaan-perbedaan pada anak yang seusia akan memudahkan para guru
  untuk bersikap fleksibel dalam mengatur kegiatan-kegiatan untuk
  memenuhi kebutuhan setiap anak.

  Permainan yang mengasah ketrampilan, misalnya puzzle, menyusun
  balok, menyambung balok, dan bongkar pasang adalah permainan-
  permainan yang sesuai untuk kegiatan berkelompok yang membutuhkan
  tingkat kemampuan yang tinggi. Sediakan permainan-permainan yang
  menantang anak untuk mengasah ketrampilannya. Keberhasilan dalam
  menggunakan permainan itu tergantung pada kesabaran, koordinasi dan
  ketangkasan anak tersebut tanpa melihat berapa usianya. Misalnya,
  kebanyakan anak yang berusia di bawah dua tahun memerlukan puzzle
  yang hanya terdiri dari tiga atau empat keping. Setiap keping harus
  berupa gambar utuh sebuah benda (kucing, drum, dll.). Seiring dengan
  perkembangan anak, mereka akan menikmati puzzle dengan jumlah
  kepingan yang lebih banyak dan merupakan potongan-potongan dari
  sebuah benda.

  Ketika Anda melihat seorang anak mulai frustasi dengan sebuah
  puzzle, dekati dan berikan saran-saran yang menyemangati anak untuk
  menyelesaikan sendiri puzzle tersebut. "Mungkin kepingan puzzle itu
  akan lebih pas jika dibalik. Bagian yang ini berwarna merah. Bisakah
  kamu mencari yang lainnya yang berwarna merah yang cocok ditempatkan
  disini?" Berikan ucapan terima kasih dan dukungan pada setiap usaha
  anak tersebut.

  Anak-anak akan lebih senang berpartisipasi dalam kegiatan ini jika
  Anda meletakkan kepingan puzzle di lantai atau di atas meja.
  Mulailah menyusun permainan itu bersama-sama. Ajaklah seorang anak
  untuk mulai menyusun sendiri atau membantu menyelesaikan apa yang
  sedang Anda kerjakan.

  Permainan yang mengasah ketrampilan membantu anak untuk mendapatkan
  rasa puas terhadap kemampuannya. Permainan-permainan ini memberikan
  sebuah kesempatan bagi seorang anak untuk bekerja sendiri atau
  berkelompok. Anak bisa belajar untuk berbagi dan memberi kesempatan.
  Ketika seorang anak sedang menyusun puzzle atau membangun sebuah
  menara dengan balok-balok, dia belajar untuk berpikir, berpendapat,
  dan menyelesaikan masalah. Bermain dengan permainan yang mengasah
  ketrampilan juga menolong anak-anak untuk membangun koordinasi
  antara mata dan tangan mereka sehingga bisa menyiapkan anak untuk
  belajar membaca dengan menolong mereka membedakan bentuk dan pola-
  pola.

  Rencanakan untuk mulai membuat sebuah bangunan atau menyusun puzzle
  sebanyak beberapa kali saat kegiatan memahami Alkitab. Seorang anak
  bisa benar-benar belajar ketika dia berhasil dalam belajar. Dan
  mengulang kembali kegiatan itu akan menolong anak untuk mendapatkan
  kembali keberhasilannya.

  PERANAN GURU

  Guru memiliki empat tugas utama dalam membimbing anak-anak
  menggunakan permainan yang mengasah ketrampilan sebagai sumber-
  sumber yang menolong dalam mempelajari Alkitab.

  1. Pilihlah permainan yang mengasah ketrampilan yang bisa benar-
     benar digunakan oleh kelompok usia anak. Misalnya, guru yang
     mengajar anak usia 2 sampai 3 tahun harus memilih puzzle yang
     jumlahnya tidak lebih dari delapan atau sepuluh keping, sedangkan
     anak yang berusia 4 atau 5 tahun akan tertantang untuk
     menyelesaikan puzzle yang terdiri dari 12-15 keping. Hindari
     menggunakan permainan atau puzzle kecil-kecil yang berjumlah
     banyak bagi anak yang berusia 2 tahun atau dibawah 3 tahun. Bagi
     anak yang berusia lebih tua, pilih permainan yang menawarkan
     tantangan. Jika kelas Anda terdiri dari anak-anak dari berbagai
     usia, pilihlah benda- benda yang bisa digunakan dengan aman dan
     dapat dinikmati oleh semua anak.

  2. Mainkan permainan Anda sendiri untuk menstimulasi perhatian anak-
     anak. Tetapi jangan membuat permainan yang rumit yang justru akan
     membuat anak merasa bahwa usahanya tidak memuaskan. Anak-anak
     senang dengan kegiatan membuat pola dengan berbagai permainan
     yang mengasah ketrampilan. "Kakak akan membuat modelnya, lalu
     kalian membuat model yang sama dengan yang Kakak buat.", 3. Penting untuk mendampingi anak pada saat kegiatan dimulai dan
     pada saat anak berusaha untuk menyelesaikan permainan itu. Satu
     cara pendekatan yang efektif adalah dengan mengatur anak agar
     bergantian dalam mengerjakannya: "Kakak akan meletakkannya di
     satu tempat, lalu kalian meletakkan di tempat yang lainnya.", 4. Buatlah percakapan untuk menghubungkan kegiatan anak tersebut
     dengan tujuan pelajaran. "Kamu pasti telah mengerjakan tugasmu
     untuk menyusun puzzle ini dengan baik dengan menggunakan kedua
     tanganmu. Di rumah, kegiatan apalagi yang bisa kamu lakukan
     dengan tanganmu untuk menolong orang lain?" "Kakak senang kalian
     bergembira di pagi hari ini. Kakak senang kita bisa berkumpul
     bersama-sama di gereja kita ini."

  KARAKTERISTIK TINGKAT USIA

  Karena kebanyakan permainan kecerdasan membutuhkan koordinasi yang
  baik antara tangan dan mata, Anda sebaiknya memperhatikan kemajuan
  yang nyata/jelas dari kemampuan anak-anak untuk menguasai permainan
  ini seiring dengan pertambahan usia mereka. Selain itu, rencanakan
  untuk lebih sering mengulang kegiatan yang sama bagi anak-anak yang
  lebih muda daripada anak-anak yang lebih tua (beberapa kali menyusun
  puzzle yang sama bersama-sama, membuat bangunan yang sama, dll.).

  Seringkali tingkat kesabaran dan perhatian anak berkembang bersama-
  sama dengan otot kecil pengendali. Anak-anak yang lebih muda lebih
  senang menyelesaikan langkah-langkah yang singkat, membongkar apa
  yang sudah dikerjakan dan memulainya lagi berulang kali, sedangkan
  anak-anak yang lebih tua lebih senang mengerjakan tugas-tugas yang
  membutuhkan waktu lebih lama dan lebih kompleks. Harus diingat, dua
  orang anak yang seusia mungkin saja menunjukkan perbedaan yang
  mencolok dalam perkembangannya. Oleh karena itu pilihlah bahan-bahan
  yang bisa digunakan secara fleksibel, dan bisa diterima oleh semua
  anak dengan tingkat ketrampilan yang berbeda-beda.

  Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
  Judul Buku        : Sunday School Smart Pages
  Judul Artikel Asli: Skill Toys: Puzzles, Pegs, and Patterns
  Editor            : Wes and Sheryl Haysted
  Halaman           : 63 - 64


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ BAHAN MENGAJAR

                            TARUH DI SAKUMU
                            ===============

  Alat Peraga:
  ------------
  Benda-benda yang dapat ditaruh di dalam saku.

  Ayat Alkitab:
  -------------
  1 Tesalonika 3:13

  Tema:
  -----
  Taruh kasih Tuhan di dalam sakumu.

  Penyampaian:
  ------------

  Siapa yang punya saku pada baju yang kamu pakai? Periksalah dan
  lihatlah -- berdirilah kalau perlu. (Tunggu jawaban anak-anak).

  Apakah kamu menaruh sesuatu dalam sakumu itu hari ini? Mungkin kamu
  membawa uang untuk persembahan atau sapu tangan?

  Saku-saku baju adalah tempat yang baik untuk membawa barang-barang.
  Ada orang-orang yang menaruh dompet atau kunci mereka di dalam
  sakunya. Ada anak-anak yang suka menaruh berbagai benda seperti
  batu-batu kecil, krayon, dan permen di dalam sakunya.

  yang penting, kamu harus ingat untuk mengeluarkan semua itu dari
  sakumu dan pastikan sakumu kosong, sebelum kamu menaruh bajumu di
  keranjang cucian.

  Pikiran kita, hati kita, dan jiwa kita juga seperti saku-saku itu.
  Kita dapat mengosongkan saku-saku pikiran kita, hati kita, dan jiwa
  kita di hadapan Tuhan dalam doa.

  Kita tidak dapat memberikan batu-batu, krayon, kunci, atau benda-
  benda lain yang ada di dalam saku kita itu kepada Tuhan. Tetapi kita
  dapat membawa semua perasaan sedih kita, perasaan bahagia, dan semua
  pikiran kita, dan membagikannya dengan Tuhan dalam doa.

  Kita dapat mengosongkan saku-saku kita bagi Tuhan, tetapi kita juga
  dapat mengisi saku-saku kita, hati kita, pikiran kita, dan jiwa kita
  -- dengan janji-janji Tuhan yang besar bagi kita.

  Kita dapat menyimpan janji dan kasih Tuhan yang besar di dalam saku-
  saku jiwa kita.

  Doa:
  ----
  Ya Tuhan, terima kasih atas kasih-Mu bagi kami. Kami bersukacita
  sebab Engkau mempedulikan kami dan mau mendengarkan kami. Kiranya
  kami mengisi saku-saku kami dengan kasih-Mu yang agung itu. Amin!

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu:
                 Sebuah Sumber Ibadah
  Pengarang : Donna McKee Rhodes
  Penerbit  : Gospel Press, Batam Centre, 2002
  Halaman:  : 141 - 142


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: <Fero.Nica@>
  >Kami mengundang kepada rekan-rekan GSM yang ingin ikut serta
  >aktif dalam membina anak dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) pada
  >tanggal 29 Mei 2004 ini (hari Sabtu) pk 13.30 WIB akan mengadakan
  >pembentukan pengurus Kelompok Kerja Pembina Anak, bagi yang
  >berminat dapat menghubungi LAI untuk pendaftaran/konfimasi
  >(sebutkan saja Nama, Asal Gereja dan berapa orang yang akan
  >diundang) sebaiknya yang datang adalah Koordinator dari Sekolah
  >Minggu gereja setempat. Ayoo... bergabunglah bersama kami dalam
  >menjaring dan memperluas kerajaan Allah agar anak-anak mau menjadi
  >Sahabat Alkitab.
  >Tuhan memberkati,
  >Feronica

  Redaksi:
  Bagi rekan-rekan yang ingin mengembangkan diri di bidang pelayanan
  anak, segeralah mendaftarkan diri. Jangan lupa untuk menyebarkan
  kabar ini kepada rekan-rekan lainnya.

  Kepada Sdri. Fero, jangan lupa sharingkan hasil pembinaan ini ke
  e-BinaAnak ya, siapa tahu guru-guru Sekolah Minggu dari luar kota
  Jakarta juga dapat menerima berkatnya.


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ MUTIARA GURU

                   Rencana pelajaran mingguan saya:
                    Hari ini saya akan mengajarkan
             pentingnya usaha penuh dedikasi dan ketekunan.


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
           Staf Redaksi: Davida, Oeni, Ratri, dan Kristian
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                  Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^

Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> ========= PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK ========== <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org