Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/91

e-BinaAnak edisi 91 (3-9-2002)

Tugas Bercerita

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                   Edisi 091/September/2002
-----------
 o/ SALAM DARI REDAKSI
 o/ ARTIKEL              : Tugas Bercerita
 o/ TIPS MENGAJAR (1)    : Trik Membuat Anak-Anak Tenang Selama Cerita
 o/ TIPS MENGAJAR (2)    : Cara Membawakan Sebuah Cerita
 o/ BAHAN MENGAJAR       : Menara Babel
 o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Tanggapan untuk Situs PEPAK

**********************************************************************
  Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Syalom,

  Tema besar yang akan kami ambil selama bulan September ini adalah
  tentang "TUGAS GURU". Tugas guru ini akan meliputi topik-topik:
     1. Tugas Bercerita
     2. Tugas Membimbing
     3. Tugas Memberi Teladan
     4. Tugas Berkunjung

  Bercerita adalah topik pertama yang akan kita bahas karena bercerita
  merupakan salah satu tugas utama seorang guru SM. Melalui cerita,
  kebenaran Firman Tuhan dapat disampaikan dengan cara yang lebih
  menarik dan berkesan di hati anak-anak. Karena itu janganlah
  menganggap tugas cerita sebagai tugas yang tidak penting. Kita tidak
  boleh asal ambil cerita tanpa mengadakan persiapan terlebih dahulu.
  Kepiawaian kita dalam bercerita tidak menjamin kalau cerita yang
  kita sampaikan tersebut dapat berkenan kepada Tuhan dan berkesan
  dalam hati murid-murid kita. Sebagai guru SM yang baik, marilah
  kita lebih mendalami ketrampilan mempersiapkan dan menyampaikan
  sebuah cerita agar Roh Kudus dapat bekerja lebih heran ketika kita
  menyampaikan cerita di depan anak-anak yang kita kasihi.

  Selamat bercerita!

  Tim Redaksi

         "Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa
                dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib
           di antara segala suku bangsa." (1Tawarikh 16:24)
         < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Tawarikh+16:24 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL

                          TUGAS BERCERITA
                          ===============

  PERSIAPAN BERCERITA

  Persiapan yang baik dan serius merupakan syarat untuk menghasilkan
  suatu cerita yang baik. Ada tiga macam persiapan yang harus
  dilakukan oleh seorang guru SM untuk mengasilkan sebuah cerita yang
  baik.

  Pertama, persiapan kerohanian. Kehidupan rohani seorang guru SM
  merupakan "sarana transportasi" dari berita yang akan
  disampaikannya. Bila sarana itu "tidak bersih" maka efektifitas
  beritanya sedikit banyak akan terpengaruh. Persiapan kerohanian
  bukanlah barang instan yang dapat terjadi seketika, tetapi merupakan
  perjuangan sehari-hari yang tidak akan pernah selesai sampai hidup
  ini usai. Namun demikian Allah menghargai setiap upaya hamba-Nya
  untuk mencapai tingkat pertumbuhan rohani yang lebih tinggi dan
  roh-Nya akan membantu perjuangan itu. Kerinduan seorang guru SM
  untuk menjadi alat-Nya yang mulia membuat anugerah Allah lebih mudah
  berbuah dalam dirinya (2Timotius 2:20-21).

  Kedua, persiapan materi cerita. Jika dilakukan dengan sungguh-
  sungguh mungkin persiapan ini akan menjadi saat yang paling
  melelahkan bagi seorang guru SM, tetapi sekaligus menjadi saat yang
  paling mengasyikkan. Melelahkan karena pada tahap ini ia perlu
  menyelidiki Alkitab dengan lebih cermat, baik berita dari perikop
  yang akan diceritakan maupun informasi rinci mengenai konteks saat
  itu. Di sini pula ia perlu merumuskan apa tujuan dari cerita yang
  akan diceritakan.

  Ketiga, persiapan penyampaian cerita. Mungkin kebanyakan guru SM
  tidak terlalu memikirkan tentang bagaimana ia akan menceritakan
  cerita yang telah dipersiapkannya. Ia sudah puas dengan mengetahui
  apa yang harus ia ceritakan. Bagian bagaimana menyampaikan,
  memperagakan atau menyampaikan tidak terlalu dipikirkan, karena
  dipikir akan timbul dengan sendirinya nanti sementara menguraikan
  cerita tersebut. Padahal bagian ini sangat penting. Seorang guru SM
  yang mengabaikan bagian penyampaian dalam persiapannya akan merasa
  adanya kekurangan besar pada waktu ia bercerita. Dalam pembahasan
  selanjutnya, pembicaraan akan difokuskan hanya kepada masalah
  persiapan materi cerita, sementara persiapan kerohanian tidak akan
  disinggung, karena merupakan topik sendiri yang cukup luas.

  PERSIAPAN MATERI CERITA

  Hal pertama yang mesti dilakukan dalam bagian ini adalah memilih
  perikop Alkitab yang akan diceritakan. Karena cerita-cerita Alkitab
  itu begitu banyak dan mungkin juga panjang untuk diceritakan dalam
  satu waktu cerita, maka seorang guru SM perlu memilih dan memilah
  dengan tepat bagian Alkitab mana yang akan diceritakannya, kemudian
  mendoakan dan menggumuli berita yang terkandung didalamnya. Pada
  tahap ini seorang guru SM memerlukan buku-buku penolong yang dapat
  membantunya untuk mengerti dengan baik segala hal tentang perikop
  atau cerita itu. Setelah itu usahakan untuk mencari berita dari
  cerita atau perikop tersebut. dengan mengacu cerita yang ada dalam
  Alkitab, kita dapat melihat bahwa cerita tersebut mengandung
  signifikasi teologis, atau dengan kata lain mengandung berita
  mengapa cerita itu ditulis atau dimuat dalam Alkitab. Oleh karena
  itu, seorang guru SM harus dapat menyimpulkan dalam suatu kalimat
  mengenai apa yang menjadi berita dari cerita yang sedang
  dipersiapkannya.

  Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan cerita. Suatu cerita
  seharusnya mempunyai tujuan, yaitu untuk apa atau dengan maksud apa
  cerita itu disampaikan. Tidak peduli betapa baik atau Alkitabiahnya
  suatu cerita, namun tanpa tujuan yang jelas suatu cerita bukanlah
  cerita yang layak. Jika seorang guru SM tidak mengetahui tujuan dari
  ceritanya, semuanya akan menjadi tidak jelas; tidak jelas bagi
  dirinya sendiri dan pada akhirnya juga tidak jelas bagi anak-anak
  yang mendengarnya.

  Yang terakhir adalah membuat plot cerita. Plot cerita adalah alur
  atau jalan cerita yang terdiri dari pendahuluan, isi, klimaks, dan
  penutup. Dalam sebuah cerita, plot memegang peranan sangat penting,
  sebab plot akan menjadi kerangka cerita. Sebuah cerita dikatakan
  baik apabila semua unsur cerita terpadu menjadi suatu kebulatan yang
  berpusat pada tujuan yang ada dalam cerita. Di dalam membuat plot
  seorang guru SM perlu memperhatikan unsur-unsur suatu cerita dan
  waktu yang digunakan.

  Komposisi cerita yang baik adalah sebagai berikut:

        UNSUR            WAKTU      KETEGANGAN
        Pendahuluan       10%           20%
        Isi Cerita        80%           80%
        Klimaks            5%          100%
        Penutup            5%           95%


  PENDAHULUAN CERITA

  Hampir sebagian besar perhatian anak dimenangkan pada saat
  pendahuluan. Pendahuluan mempunyai tujuan untuk menarik perhatian
  atau konsentrasi anak kepada cerita kita dan mempersiapkan mereka
  untuk menerima berita yang terkandung di dalamnya. Suatu pendahuluan
  yang baik mempunyai kriteria: singkat, menarik, dan relevan. Berapa
  lama waktu yang dibutuhkan untuk suatu pendahuluan cerita memang
  tidak ada ketetapan yang pasti, mungkin berkisar antara 5-15% dari
  waktu bercerita. Tetapi yang pasti suatu pendahuluan cerita yang
  panjang apalagi bertele-tele, akan kehilangan daya tariknya. Menit-
  menit pertama bahkan kalimat pertama, suatu cerita penting sekali,
  karena dari situlah seorang pencerita akan mendapat atau kehilangan
  perhatian pendengarnya. Oleh karena itu ia harus membuat pembukaan
  ceritanya semenarik mungkin. Ketika seorang pencerita mulai membuka
  ceritanya, ia tidak harus melucu dan tidak harus nampak pintar.
  Tetapi jangan sekali-sekali membosankan. Suatu pendahuluan yang baik
  bukan hanya singkat dan menarik tetapi juga harus relevan dengan
  tujuan cerita. Sebab itu pendahuluan tidak boleh umum atau melebar,
  sebaliknya harus sangat khusus dan tajam, terfokus pada tujuan
  cerita.

  MACAM-MACAM PENDAHULUAN CERITA

  Seorang pencerita yang baik tidak akan pernah kehabisan daya
  kreatifitas dalam membuka cerita. Ia tidak akan membiarkan ceritanya
  dibuka dengan pendahuluan yang selalu sama atau hampir sama. Ada
  beberapa macam pendahuluan yang dapat dipakai di dalam sebuah
  cerita.

  Pertama; mengulang cerita yang lalu, pengulangan tersebut harus
  dilakukan sama baiknya dengan minggu lalu, namun dengan waktunya
  yang lebih singkat. Seakan-akan ia memutar kembali atau mereview
  suatu film dari episode minggu lalu yang telah disaksikan anak-anak
  dengan segala ketegangannya sehingga mereka merasakan kembali
  perasaan-perasaan tersebut.

  Kedua; menggunakan suatu ilustrasi atau cerita lain sebelum masuk ke
  cerita yang utama. Memulai cerita dengan mengisahkan suatu ilustrasi
  merupakan hal yang menarik bagi anak-anak, khususnya anak besar.
  Pada umumnya mereka telah dapat menangkap kesejajaran atau analog
  yang terdapat dalam suatu ilustrasi dengan cerita utama. Walaupun
  demikian, yang perlu dipertimbangkan apakah ilustrasi itu mengandung
  makna atau pokok tema yang sama dengan cerita yang akan diceritakan.
  Demikian pula lamanya waktu untuk menceritakan ilustrasi itu perlu
  menjadi bahan pertimbangan. Cerita-cerita atau ilustrasi-ilustrasi
  yang digunakan mungkin saja bersumber dari pengalaman pribadi
  sendiri, pengalaman orang lain, atau kisah tentang suatu kejadian
  yang "hangat" di masyarakat. Bisa juga dengan memperlihatkan atau
  melukiskan suatu benda. Ini akan sangat menarik bagi anak-anak.

  Ketiga; melukiskan suatu suasana. Pelukisan suatu suasana dapat
  menjadi pendahuluan cerita yang cukup menarik, apalagi jika si
  pencerita pandai memilih dan menggunakan kata-kata yang tepat.
  Seorang pencerita dapat memulai cerita dengan melukiskan suatu
  suasana di dalam cerita itu. Umpamanya, tentang keadaan alam yang
  tenang di danau Galilea atau suasana meriah pesta kawin di Kana atau
  perasaan cemas Elia yang takut kepada Izebel.

  Keempat; membangkitkan rasa ingin tahu anak. Jika sebuah pendahuluan
  telah dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak,itu berarti perhatian
  mereka telah dimenangkan. Selanjutnya akan lebih mudah untuk
  mengajak mereka masuk ke dalam inti cerita. Rasa ingin tahu anak
  dapat kita bangkitkan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang
  memancing pendapat mereka atau dengan kalimat-kalimat cerita yang
  mengundang tanda tanya dan rasa ingin tahu atau juga dengan membawa
  benda peraga yang menarik.

  Masih banyak macam pendahuluan yang dapat dipikirkan oleh seorang
  pencerita yang baik, namun keempat macam pendahuluan di atas biarlah
  dapat menjadi jendela mengalirnya udara kreatifitas dari seorang
  guru SM

  ISI CERITA

  80% waktu cerita berada di bagian ini. Karena itu pencerita perlu
  memikirkan dengan matang urutan cerita, karakter dan tokoh-tokoh
  yang terlibat dan pesan atau tujuan yang akan dicapai. Urutan cerita
  harus dijalin dalam kesatuan yang berkesinambungan dan logis, dari
  ringan ke berat, dari negatif ke positif, dari persoalan ke
  penyelesaian menuju ke arah klimaks cerita. Urutan yang tidak
  tertata dengan baik membuat cerita menjadi sukar untuk dimengerti
  dan anti klimaks. Karakter tokoh-tokoh yang terlibat harus jelas.
  Kita perlu mempunyai bayangan akan karakter setiap pelaku dan
  suaranya. Usahakan untuk tetap konsisten. Kemudian pesan cerita yang
  menjadi tujuan cerita dituangkan kepada anak dalam bentuk aplikasi.

  Karena aplikasi adalah bagian yang terpenting, ada beberapa hal
  yang perlu diperhatikan. Hal yang pertama adalah jangan menaruh
  aplikasi setelah klimaks cerita, karena setelah klimaks minat anak
  terhadap cerita akan menurun drastis. Aplikasi paling efektif
  ditempatkan dalam jalinan cerita selama cerita itu berlangsung di
  mana perhatian anak-anak masih dalam keadaan baik. Lagi pula dengan
  berbuat begini kesan menggurui anak dapat dikurangi. Hal lain yang
  harus diperhatikan adalah menyampaikan pesan itu berulang kali
  selama cerita berlangsung agar anak-anak dapat lebih menangkap
  maksudnya. Tentu saja perlu digunakan formula kalimat yang berlainan
  namun dengan maksud yang sama.

  KLIMAKS CERITA

  Sebuah cerita yang baik selalu mempunyai klimaks. Kata "klimaks"
  berasal dari kata Yunani yang artinya "tangga". Kamus besar Bahasa
  Indonesia mendefinisikan klimaks sebagai "puncak dari suatu hal,
  kejadian, keadaan dan sebagainya yang berkembang secara berangsur-
  angsur." Klimaks dapat pula berarti "kejadian atau adegan yang
  paling menarik (menegangkan) atau penting." Seorang pencerita yang
  baik selalu memikirkan atau menata cerita ke arah klimaks sehingga
  pendengar merasakan keagungan, kemenangan, keindahan cerita
  tersebut.

  Membuat suatu klimaks dalam sebuah cerita memang bukan hal yang
  mudah, terutama bagi pencerita yang baru, namun bukan berarti tidak
  mungkin. Yang perlu diperhatikan sejak awal adalah mengetahui faktor-
  faktor apa yang dapat membentuk suatu klimaks itu dan kemudian
  berupaya untuk menata dan melatihnya terus-menerus. Ketekunan pasti
  membuahkan keberhasilan. Dalam menata klimaks yang perlu disadari
  dari awal adalah bahwa klimaks lahir dari sebuah plot cerita yang
  baik. Sebuah plot cerita yang baik selain memiliki keutuhan,
  kebulatan dan komposisi unsur-unsur cerita juga merancang kapan dan
  di mana terjadinya klimaks, sehingga secara struktur cerita tersebut
  mempunyai bobot ketegangan yang semakin lama semakin meninggi dan
  menuju klimaks. Jika plot suatu cerita lemah atau salah dalam
  alurnya, maka klimaks akan sukar dicapai.

  Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat klimaks cerita adalah
  menata kontras-kontras yang ada di dalam cerita. Jika pencerita
  pandai menggunakan dan melukiskan kontradiksi-kontradiksi yang ada,
  ketegangan cerita akan terus meningkat dan klimaks akan dapat
  dicapai. Hal-hal yang bersifat kontras umpamanya gelap terang,
  jahat-baik, besar-kecil, ketakutan-ketenangan, badai gelombang-
  tenang, kebencian-kasih, miskin-kaya dan sebagainya. Selain itu
  -- dan ini mungkin jarang disadari oleh banyak pencerita -- klimaks
  dapat tercapai dengan adanya peninggian atau pengagungan Tuhan di
  dalamnya. Suatu cerita yang mengagungkan Tuhan dan memperlihatkan
  bahwa pada akhirnya Dialah Pemenang, Pengasih, Pengampun, dan
  sebagainya akan menghasilkan klimaks yang mengesankan.

  Yang terakhir yang tidak kalah penting dalam menata klimaks adalah
  teknik penyampaian yang mendukung. Klimaks tidak akan pernah
  tercapai tanpa panduan kata, mata, wajah, perasaan dan gerak tubuh
  yang menopang dengan baik. Jika plot cerita sudah menuju klimaks dan
  ketegangan yang disebabkan adanya kontradiksi terpelihara dengan
  baik, maka penyampaian cerita juga harus bergerak setara dengan
  kedua hal di atas, sehingga kekuatan cerita dapat menuju klimaks.

  PENUTUP CERITA

  Banyak pencerita mempersiapkan pendahuluan dengan baik, tetapi
  mungkin sedikit yang mempersiapkan bagian penutup dengan matang.
  Sebenarnya penutup cerita sama pentingnya (jika tidak mau dikatakan
  jauh lebih penting) dari pada pendahuluan cerita. Karena sewaktu
  aplikasi cerita berlangsung, anak-anak sudah mengetahui dan
  merasakan apa yang diinginkan oleh kebenaran Allah dari diri mereka
  dan pada bagian penutup cerita si pencerita menghimbau, membujuk,
  mendorong mereka untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan
  kehendak Allah. Penutup cerita yang lemah seringkali melumpuhkan
  kekuatan cerita yang baik sehingga tujuan cerita tidak tercapai.
  Mengingat pentingnya hal ini seorang pencerita sepatutnya memberikan
  perhatian yang serius pada bagian penutup.

  Untuk membuat penutup cerita yang baik ada beberapa hal yang perlu
  diperhatikan. Pada dasarnya penutup cerita harus mencakup inti sari
  tujuan cerita, sehingga berita cerita tersebut benar-benar
  dimengerti dan diingat oleh anak-anak. Kemudian penutup harus jelas.
  Penutup tidak perlu panjang, kurang lebih hanya 5 % dari waktu
  keseluruhan. Semakin panjang suatu penutup semakin menurun
  konsentrasi anak, karena hal yang paling menarik telah diperoleh
  pada bagian klimaks dan fisik anak juga tidak menunjang lagi karena
  mereka memiliki batas konsentrasi. Faktor lain yang perlu
  diperhatikan adalah bahwa penutup tidak boleh mengandung gagasan
  atau pokok pikiran yang baru yang akan melemahkan tujuan cerita kita
  dan akan membingungkan anak yang akan mendengar. Plot cerita dari
  pendahuluan sampai penutup harus merupakan keterpaduan. Terakhir
  penutup harus mengandung tantangan kepada anak-anak yang mendengar
  untuk memberi respons pada kehendak Allah. Anak-anak harus merasa
  bahwa cerita itu adalah untuk dirinya pribadi dan ia merasakan
  adanya suatu desakan untuk mengambil sikap atau keputusan kepada
  Allah yang telah berbicara kepadanya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Veritas -- Jurnal Teologi dan Pelayanan,
              Volume I, Jilid I (April 2000)
  Pengarang : Benny Solihin
  Penerbit  : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2000
  Halaman   : 86 - 92


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR (1)

            TRIK MEMBUAT ANAK-ANAK TENANG SELAMA BERCERITA
            ==============================================

  Gangguan utama saat guru melaksanakan tugas bercerita adalah adanya
  beberapa anak tertentu yang "gelisah" atau memang "nakal" sehingga
  menganggu cerita. Apalagi jika cerita (disampaikan dengan) kurang
  menarik. Namun, beberapa trik untuk mengatasi hal itu dapat
  dilakukan, seperti:

  1. Simulasi Kunci Mulut
     --------------------
     Sebelum cerita diberikan, buatlah suatu acara "penguncian mulut"
     secara menarik. Mintalah supaya anak-anak mengikuti gerakan guru.
     Pertama, gerakan "mengunci mulut" (dengan tanpa suara). Kemudian
     diteruskan dengan gerakan "memasukkan kunci tersebut ke dalam
     saku".

  2. Ikrar Bersama
     -------------
     Sebelum cerita, ajaklah anak-anak untuk mengucapkan suatu ikrar
     yang berisi kesediaan untuk mendengar Firman Tuhan dengan tenang.
     Tentu saja, pilih ikrar yang singkat dan mudah dihafal. Misalnya,
     diambil dari satu ayat atau dari satu baris teks lagu, misal:
     "Saya siap dan sedia mendengarkan Firman Tuhan dengan tenang."
     Jika anak-anak berisik mintalah mengulang lagi ikrar yang sudah
     dihafal di awal cerita.

  3. Lomba Pendengar Setia
     ---------------------
     Bagilah anak-anak dalam kelompok. Jadikan anak yang paling nakal/
     cerewet sebagai ketua kelompok. Tugas ketua kelompok adalah
     menjaga agar kelompoknya tenang selama guru bercerita. Lombakan!
     Kelompok mana yang paling tenang selama cerita diberikan.

  4. Kuis Cobalah Tebak
     ------------------
     Buatlah kuis di awal acara cerita. Jawaban dari kuis tersebut
     akan ditanyakan pada akhir cerita. Anak-anak harus mendengarkan
     dengan tekun untuk mengetahui "jawaban" dari kuis tersebut.
     Buatlah kuis yang agak sulit sehingga anak-anak perlu serius
     mendengarkan cerita dari guru.

  5. Mendekati Anak yang Gelisah
     ---------------------------
     Mungkin sewaktu guru bercerita ada anak tertentu yang gelisah dan
     biasanya mulai menganggu temannya. Guru dapat mendekati dia
     dengan tetap bercerita, namun kali ini tataplah mata anak
     tersebut. Seolah-olah guru sedang bercerita hanya kepada anak
     tersebut (beberapa saat). Biasanya ia akan tenang karena sadar ia
     diperhatikan gurunya dengan sangat istimewa. Bila anak lain
     gelisah lakukan lagi cara yang sama. Tentu saja guru harus
     mengatur agar guru tidak mendekati anak tersebut secara tidak
     sadar.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif
  Pengarang : Drs. Paulus Lie
  Penerbit  : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1997
  Halaman   : 32 - 34


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR (2)

                     CARA MEMBAWAKAN SEBUAH CERITA
                     =============================

  Latihlah lebih dahulu membawakan cerita di rumah sehingga Anda benar-
  benar hafal dan kenal dengan setiap kejadian dan maksudnya cerita
  yang dibawakan itu. Fahamilah cerita itu sedemikian baiknya sehingga
  Anda dapat menceritakannya seolah-olah Anda benar-benar ada ketika
  kejadian itu berlangsung. Nilailah kecakapan Anda dengan pertanyaan
  di bawah ini:

  1. Apakah gagasannya disajikan secara jelas?
     -----------------------------------------
     Setiap kejadian harus dimengerti secara jelas supaya tidak
     menimbulkan pertanyaan dalam pikiran para murid. Semua keterangan
     yang perlu untuk memperoleh pengertian pada bagian-bagian
     selanjutnya dari cerita itu harus disajikan pada saat yang tepat.
     Janganlah Anda sekali-kali berkata, "Oh, saya lupa menyampaikan
     hal ini kepada kalian."

  2. Apakah Anda memakai percakapan?
     -------------------------------
     Pergunakan sebanyak mungkin percakapan secara langsung
     (interaksi). Usahakanlah untuk melukiskan perasaan setiap
     karakter melalui gaya pengucapan. Anda boleh menghafalkan kata-
     kata yang tepat dalam percakapan langsung.

  3. Apakah cerita itu meyakinkan?
     -----------------------------
     Cerita itu harus jelas bagi Anda kalau Anda menghendaki agar
     cerita itu jelas bagi orang lain. Jika cerita itu bernada ceria,
     Anda harus ikut juga bergembira; jikalau cerita itu sedih setiap
     murid yang ada dalam kelas Anda juga ikut bersedih bersama Anda.
     Lebih baik menggerakkan perasaan daripada suara yang keras.
     Pakailah gerakan yang sederhana untuk menggambarkan suatu adegan.
     Pandanglah ke atas ke arah sebuah pohon seolah-olah Anda betul-
     betul melihat Zakheus sedang turun dari pohon itu.

  4. Apakah cerita itu memberikan suatu tujuan tertentu?
     ---------------------------------------------------
     Pilih dan bawakanlah cerita Anda dengan cara sedemikian rupa
     sehingga cerita itu menjelaskan tujuan dan pelajaran seluruhnya.

  Bahan dikutip dari sumber:
  Judul Buku: Pola Mengajar Sekolah Minggu
  Pengarang : Mavis L. Anderson
  Penerbit  : Kalam Hidup, Bandung, 1993
  Halaman   : 52 - 53


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR

  Berikut ini cerita yang dapat Anda gunakan untuk bahan mengajar yang
  menarik. Selamat bercerita!

                             MENARA BABEL
                             ============

  Untuk Pembina:
  --------------
  1. Bacalah Kejadian 11:1-11 .
  2. Pelajarilah ayat-ayat itu.
  3. Siap bercerita!

  Bacakan:
  --------
  Kejadian 11:4-7

  Cerita:
  -------
  Bertahun-tahun sesudah banjir besar (Cerita tentang Nuh), hanya ada
  satu bahasa di dunia ini. Semua orang berbicara dalam bahasa yang
  sama. Allah menyuruh mereka mengisi seluruh dunia, tetapi mereka
  hanya tinggal tetap di satu daerah. Mereka berkata, "Ayo, kita
  membuat batu bata dan membakarnya sampai keras. Mari kita mendirikan
  kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit supaya
  kita termasyhur dan tidak tercerai berai di seluruh bumi." Mereka
  sombong.

  Allah menghukum mereka oleh karena mereka tidak taat. Allahlah yang
  membuat berbagai bahasa sehingga pembicaraan mereka menjadi kacau
  satu dengan yang lainnya. Semua orang yang berbicara dalam satu
  bahasa berkumpul di satu tempat. Masing-masing kelompok berbicara
  dengan bahasa yang berbeda, sehingga bangunan itu tidak dapat mereka
  selesaikan. Allah mengacaukan usaha mereka.

  Dalam waktu singkat manusia menjadi sombong. Allah akan menghukum
  kejahatan. Allah akan menjatuhkan orang-orang yang sombong.

  Tanyakan kepada Murid-murid:
  ----------------------------
  Sifat-sifat Allah yang mana yang dinyatakan dalam cerita ini?
  Bagaimana sifat-sifat itu dijelaskan?

  Sifat-sifat Allah dalam Cerita Ini:
  -----------------------------------
  1. Allah itu Maha-tahu -- Allah mengetahui pikiran dan perbuatan
     manusia.

  2. Allah itu Maha-suci -- Orang-orang ingin dipuji dan menjadi
     penting. Mereka menjadi sombong, lalu Allah menghukum dosa mereka
     yaitu dosa kesombongan.

  Alat Peraga:
  ------------
  Carilah gambar menara Babel atau ajaklah murid-murid menggambar
  menara sendiri.

  Bahan diringkas dari sumber:
  Judul Buku: Sampaikan Cerita Keselamatan:
              Menyatakan Sifat-sifat Allah dan Kebenaran-Nya
  Pengarang : Dell dan Rachel Schultz
  Penerbit  : Lembaga Literatur Babtis, Bandung, 1994
  Halaman   : 41 - 43


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: jimmy okberto <jimmyokberto@>
  >Salam Damai Yesus Kristus,
  >Terima kasih atas hadirnya PEPAK. Banyak membantu kami sebagai
  >pelayan untuk menambah pengetahuan dan kreativitas sebagai pelayan
  >Anak.

  Redaksi:
  Surat di atas adalah tanggapan dari Sdr. Jimmy Okberto mengenai
  situs PEPAK. Puji Tuhan jika situs PEPAK dapat menjadi berkat bagi
  pelayanan Anda.
  Bagi rekan-rekan e-BinaAnak yang belum mengunjungi Situs PEPAK,
  silakan akses alamatnya di:
==> hhtp://www.sabda.org/pepak/
  Kami menunggu tanggapan, saran, dan ide dari Anda mengenai situs
  PEPAK ini. Segera kunjungi situsnya ...!!! :)


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
**********************************************************************
                 Staf Redaksi: Oeni, Davida, Ratnasari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org