Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/87

e-BinaAnak edisi 87 (7-8-2002)

Rasa Percaya Diri Anak


     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                     Edisi 087/Agustus/2002
-----------
 o/ SALAM DARI REDAKSI
 o/ ARTIKEL (1)          : Membina Rasa Percaya Diri
 o/ ARTIKEL (2)          : Keyakinan Diri
 o/ TIPS MENGAJAR        : Hal-hal Apa Saja yang Membangun Rasa
                               Diterima?
 o/ BAHAN MENGAJAR       : Mengajarkan Menerima Diri Sendiri
                               yang Unik dan Istimewa
 o/ AKTIVITAS            : Si Semut yang Kecil
 o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Edisi Khusus Kelas Batita

**********************************************************************
  Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam sejahtera,

  Selama bulan Agustus, e-BinaAnak akan membahas topik-topik khusus
  yang akan menolong kita, guru-guru SM, untuk mengenal anak-anak SM
  kita dengan lebih baik. Sebagai garis besar topik-topik yang akan
  kami bahas adalah:
                Minggu I   : Rasa Percaya Diri Anak
                Minggu II  : Cara Anak Berpikir
                Minggu III : Cara Anak Belajar
                Minggu IV  : Cara Anak Berkomunikasi

  Untuk edisi Minggu pertama bulan Agustus ini, topik kita adalah
  "Rasa Percaya Diri Anak". Rasa percaya diri tidak dapat terbentuk
  begitu saja. Banyak faktor yang menentukan terbentuknya rasa percaya
  diri dalam seorang anak. Orangtua tentu saja memegang peranan
  penting dalam hal itu, tetapi kita juga harus akui bahwa guru SM pun
  turut berperan banyak dalam membentuk rasa percaya diri dalam diri
  seorang anak. Guru SM merupakan agen pendidikan yang dipercaya oleh
  Tuhan -- selain orangtua tentu saja -- untuk menanamkan dalam diri
  masing-masing anak Sekolah Minggu mereka bahwa mereka memiliki
  keistimewaan yang diberikan oleh Tuhan. Jika guru dapat menolong
  anak untuk menyadari kelebihan-kelebihan yang mereka miliki,
  sekaligus juga kekurangan-kekurangannya, maka mereka akan belajar
  mengenal dirinya lebih baik dan mereka akan dapat menerima diri dan
  menghargai diri dengan sehat. Yang harus diingat dalam menanamkan
  rasa percaya diri seorang anak ialah menerapkan "Percaya Kristus"
  dalam setiap langkah dan setiap tindakan yang akan dia lakukan. Rasa
  percaya diri dalam seorang anak hendaknya terbentuk dengan didasari
  "Identitas-Nya dalam Kristus", sehingga rasa percaya diri yang ada
  dalam seorang anak tidak menjadikan mereka manusia individualistis.

  Nah, sajian-sajian kami berikut ini akan menolong guru-guru untuk
  bisa belajar banyak lagi bagaimana mengenal anak dan bagaimana
  menumbuhkan rasa percaya diri mereka.

  Selamat membaca!

  Tim Redaksi

  "Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka
                                          ketetapan-ketetapan
                                      dan keputusan-keputusan,
   dan memberitahukan kepada mereka
                                   jalan yang harus dijalani,
                           dan pekerjaan yang harus dilakukan."
                                              (Keluaran 18:20)
            < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Keluaran+18:20 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (1)

                       MEMBINA RASA PERCAYA DIRI
                       =========================

  Sudah seyogyanya jika dalam diri anak ditanamkan satu kepercayaan
  pada kemampuannya untuk membuat suatu keputusan sendiri dan untuk
  melakukan pilihan sendiri. Di samping itu anak haruslah diberi
  kesempatan untuk menempuh sesuatu resiko. Dengan demikian si anak
  akan berkembang dengan baik.

  Anak pada umumnya dapat dengan mudah dipimpin dan diarahkan jika
  ia sendiri mempunyai kepercayaan terhadap orang-orang disekitarnya
  (keluarganya, gurunya, atau pun teman-temannya), dan jika orang-
  orang tersebut menunjukkan bahwa mereka menghormatinya dan
  menghargai kesanggupannya.

  Berdiri di atas kaki sendiri dapat diartikan sebagai keinginan untuk
  menguasai dan mengendalikan tindakan-tindakan sendiri, serta bebas
  dari pengendalian luar. Sebenarnya tujuan dari berdiri sendiri hanya
  bisa dicapai jika anak itu diberi banyak kesempatan untuk mencoba
  dan menjelajahi berbagai kesukaran dan resiko, namun tentunya masih
  dalam batas-batas tertentu. Guru yang bijaksana tidak akan terlalu
  banyak membantu atau melakukan sesuatu bagi murid-muridnya, selama
  sesuatu itu dapat dilakukan oleh anak itu sendiri.

  Suatu keseimbangan yang layak antara kebebasan pribadi pembatasan
  dalam kehidupan seorang anak adalah menjadi hakekat dari
  pendisiplinan dan merupakan suatu pertanda dari orangtua dan guru
  yang baik. Umumnya suatu kesukaran yang dihadapi dalam hal ini,
  bahwa orangtua maupun guru biasanya tidak menyadari kematangan atau
  kesediaan seorang anak untuk tingkat perkembangan berikutnya yang
  lebih tinggi. Sebagai suatu akibat, kita cenderung untuk menjadi
  terlalu lambat dalam memberi suatu kebebasan.

  Adalah sangat bijaksana apabila kita sebagai orangtua dan guru dapat
  bersifat realistik dalam menghadapi pengalaman baru yang akan
  dihadapi seorang anak. Seperti juga halnya yang dilakukan oleh
  seorang ayah dan seorang ibu yang sedang menunggu keberangkatan
  putrinya yang berusia sepuluh tahun, menuju ke sekolahnya.
  Perjalanan ini sebenarnya cukup jauh bagi seorang anak, namun dengan
  naik kendaraan umum, jarak yang dua puluh lima kilometer itu hanya
  ditempuh tidak lebih dari tiga puluh menit. Bagi anak tersebut,
  perjalanan ini adalah untuk pertama kalinya dilakukan seorang diri,
  namun dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri seperti orang yang
  sudah biasa bepergian, anak itu segera mencari tempat duduknya,
  duduk dengan tenang sambil membuka majalah anak-anak yang dibawanya.
  Secara resmi ia telah memulai perjalanannya sendiri.

  Seiring dengan pertambahan usia, rasa ingin tahu seorang anak,
  terhadap dunia sekelilingnya, akan semakin bertambah pula. Semua
  ini ditunjang oleh perkembangan ketrampilan dan perkembangan yang
  dialaminya. Perasaan ingin tahu akan mendorong seorang anak untuk
  melakukan penjelajahan terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya,
  walaupun terkadang penjelajahan ini menempuh suatu resiko yang amat
  berat.

  Dalam melakukan penjelajahan, si anak tentu berharap, agar ia
  memperoleh suatu hasil yang dapat memuaskan rasa ingin tahunya.
  Tetapi karena kemampuannya masih sangat terbatas, terkadang ia
  menjadi begitu kesal, karena tidak semua keinginannya dapat
  terlaksana. Keinginan anak melakukan sendiri hal-hal yang belum ia
  ketahui, sebenarnya merupakan awal dari keinginan untuk berdiri
  sendiri. Jadi perhatikanlah bila anak mencoba atau berusaha
  melakukan sesuatu. Bantulah ia bila perlu. Tetapi harus pula kita
  ingat, bahwa cara memberi bantuan yang paling baik adalah dengan
  membiarkan anak untuk berusaha sendiri. Perhatiannya terhadap
  sesuatu mungkin hilang atau timbul, akan tetapi bagaimana pun juga
  orangtua akan tetap merasa bangga bila sudah tiba saatnya seorang
  anak mampu melakukan sendiri, dan lebih lagi bila kemampuannya itu
  menjadi kebiasaannya setiap hari.

  Suatu cara pendekatan yang lebih layak ialah dengan memperbesar
  tingkat sifat berdiri sendiri anak-anak dengan bertahap, dengan
  secara tetap memberi anak-anak itu kebebasan serta ketidak-
  bergantungan yang lebih besar. Biarlah anak-anak untuk mengambil
  suatu keputusan, jika mereka itu dapat meramalkan atau
  memperhitungkan dan menaksir berbagai resiko yang mungkin timbul
  dari perbuatan akibat keputusan itu.

  Memberikan bantuan dengan petunjuk-petunjuk yang terlalu lengkap,
  tidak akan dapat mendukung perkembangan seorang anak. Seorang guru
  dapat lebih mempertebal percaya diri muridnya dengan memberinya
  semangat. Misalnya: "Ya, tinggal sedikit lagi, ayo coba terus!",
  "Wah, bagus sekali rumah-rumahannya", "Beben memang anak pintar!"

  Dengan contoh di atas, maksudnya anak dibiarkan berusaha sendiri
  sampai ia berhasil. Semua ini akan memperkuat rasa kepercayaannya
  pada dirinya sendiri. Rasa ingin tahunya juga tetap menyala-nyala,
  sehingga ia lebih bergairah lagi dalam mencari dan menemukan
  pengalaman-pengalaman baru. Dan jika seandainya dalam penjelajahan
  itu anak dihadang oleh berbagai masalah atau tantangan, ia tidak
  akan gentar ataupun takut, ia akan berusaha menghadapi dan
  mengatasinya dengan segala daya upaya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Butir-butir Mutiara Rumah Tangga
  Pengarang : Alex Sobur
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987
  Halaman   : 250 - 252


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (2)

                    KEYAKINAN DIRI (SELF-CONFIDENCE)
                    ================================

  Kita harus dapat membangun murid-murid kita sehingga di dalam hidup
  mereka di dunia ini mereka mempunyai rasa percaya diri, yaitu
  keyakinan bisa melakukan sesuatu. Kemampuan harus disesuaikan dengan
  ambisi. Ketika kemampuan dan ambisi bisa diseimbangkan, anak didik
  kita akan sehat jiwanya. Jangan menuntut anak melampaui apa yang ia
  bisa kerjakan. Jika Saudara menuntut anak terlalu tinggi, akhirnya
  Saudara membunuh mereka secara tidak kelihatan.

  Di Singapore ada seorang anak laki yang sangat tampan berusia 17
  tahun. Saya mengenal dia secara pribadi. Tetapi tiga hari setelah
  lulus SMA, anak ini gantung diri. Mengapa? Karena ayahnya menuntut
  dia harus lulus ranking pertama. Ketika lulus ia mendapatkan ranking
  ketiga. Ia ketakutan sekali karena ayahnya terlalu keras dan
  akhirnya dia bunuh diri. Buat apa menuntut seperti itu kalau pada
  akhirnya harus kehilangan segalanya? Dengan pendidikan yang salah
  kita bisa membunuh terlalu banyak pemuda-pemudi, membunuh anak-anak
  yang Tuhan serahkan di dalam rumah kita atau sekolah kita. Mungkin
  anak-anak yang paling kita benci justru adalah anak-anak yang kelak
  paling dipakai oleh Tuhan. Saya harap Saudara tidak bermain-main
  dengan hal ini.

  Sebuah buku pendidikan menceritakan tentang seorang anak yang nakal.
  Gurunya sudah mempersiapkan semua kesalahan anak ini dan pergi ke
  rumah orangtuanya untuk mengadukan kesalahan anaknya. Ketika ia
  pergi, ia mulai berubah perasaannya. Rumah anak ini ada di dalam
  sebuah gang yang kecil. Ketika mengetuk rumah yang kecil itu muncul
  seorang ibu tua, yang adalah ibu anak itu. Ketika ia duduk dan siap
  mengutarakan kesalahan anak itu, ibu itu mengatakan: "Kalau tidak
  ada anak itu, saya sudah mati. Anak itu begitu baik." Guru itu mulai
  bingung. Ibu itu menceritakan bahwa anak itu bersaudara 8 orang dan
  sudah tidak memiliki ayah. Sepulang sekolah, anak itu masih membantu
  ibunya membanting tulang mencari uang sampai larut malam. Ia seorang
  yang superaktif, tetapi hatinya baik sekali. Ia bukan hanya telah
  membantu keuangan seluruh keluarga, bahkan ia membantu mencuci dan
  menyetrika seluruh pakaian adik-adiknya. Akhirnya guru itu terharu,
  ia pulang dan bertobat.

  Terkadang kita melihat ada anak yang nakal dan kurang ajar kepada
  kita. Tetapi kita harus berpikir, apabila anak itu kurang ajar
  kepada kita, pasti ia memiliki alasannya sendiri, tetapi jangan
  karena ia tidak baik pada kita, kita memastikan ia adalah anak yang
  kurang ajar. Mungkin ada banyak kebaikannya yang tidak kita lihat.
  Saya merasa, banyak guru ketika mendidik, tujuannya bukan mau
  mendidik anak itu, tetapi cenderung untuk mau membereskan persoalan
  dirinya sendiri. Mungkin ia tidak memiliki pekerjaan, maka mencari
  pekerjaan sebagai guru. Pasti guru seperti itu tidak mengabdi dan
  mendidik. Ia hanya mau memperalat pendidikan untuk kepentingannya
  sendiri. Demikian juga banyak orang tua memukul anak, karena ia
  merasa terganggu oleh tingkah laku anak itu. Jadi pendidikan baginya
  adalah pelampiasan kemarahannya, bukan demi kebaikan yang dididik.
  Seorang yang dirinya penuh dengan masalah tidak akan dapat mendidik!
  Pendidikan seperti ini akan membunuh kepercayaan diri anak. Mari
  kita berubah dan bertobat, agar anak lebih yakin akan kemampuannya
  dan bisa bertumbuh.

  Dan juga, saya minta kepada para guru dan para orangtua, ketika
  murid-murid atau anak-anak kita sedang berprestasi atau melakukan
  hal-hal yang baik, segera pujilah dia. Jangan lupa, puji-pujian yang
  diberikan secara sepatutnya, merupakan hadiah yang paling besar bagi
  pendidikan dan akan merupakan kekuatan membangun yang sangat besar.
  Puji-pujian yang tidak sepatutnya akan menjadikan diri Saudara
  sendiri pura-pura dan mengakibatkan anak-anak menghina wibawa
  Saudara. Sebaliknya, ketika Saudara menegur, marah-marahlah dengan
  sungguh-sungguh dengan jujur, jangan marah pura-pura. Kemarahan yang
  sungguh-sungguh dan jujur, teguran yang betul-betul mau menjadikan
  mereka lebih baik dengan dasar cinta kasih, juga akan menjadi kuasa
  membangun yang menjadi cermin jelas yang dapat dilihat oleh anak.
  Manusia memang harus dipuji dan ditegur. Tetapi banyak guru atau
  orangtua yang terlalu royal menegur, tetapi pelit memuji. Ini
  kesalahan besar. Begitu anak salah sedikit, langsung disemprot habis-
  habisan, tetapi kalau baik didiamkan saja. Akibatnya, anak itu hanya
  akan selalu merasa bersalah. Jadi, kalau anak berbuat yang baik,
  hendaknya dipuji, karena pujian itu akan membentuk 'self-respect'
  dan mereka menjadi lebih percaya diri. Pujian jangan salah, jangan
  bohong, jangan berlebihan, jangan kurang, tetapi harus tepat pada
  tingkat, waktu dan tepat pada orangnya. Demikian pula pada waktu
  menegur harus tepat.

  Ketika kecil, setiap kali ibu saya mau memukul saya, ia bertanya
  kepada saya, berapa pukulan yang seimbang dengan kesalahan yang saya
  perbuat. Sebagai orang berdosa, saya selalu mulai dari satu. Tetapi
  ibu akan menegaskan bahwa kesalahan saya lebih besar dari itu.
  Maka terjadi tawar-menawar. Ini bukan permainan. Kalau hukuman itu
  seimbang dengan kesalah saya, maka itu akan menciptakan penghargaan
  saya kepada ibu saya dan disiplin yang ia lakukan. Tetapi andaikan
  ketika saya nakal sekali hanya dipukul satu kali, maka saya akan
  menghina wibawa dia, karena dia tidak berani menghajar saya.
  Mendidik orang tidak mudah.

  Sumber:
  Judul Buku: Seni Membentuk Karakter Kristen
  Penulis   : Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong, DLCE
  Penerbit  : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995
  Halaman   : 105 - 108


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR

                HAL-HAL APA YANG MEMBANGUN RASA DITERIMA?
                =========================================

  Rasa diterima sangat penting bagi sikap percaya diri dan
  keberhasilan, oleh karena itu orangtua dapat melakukan berbagai hal
  untuk menunjukkan kepada anaknya bahwa mereka diterima, yaitu:

  1. Akui bahwa setiap anak adalah unik.
     -----------------------------------
     Orangtua harus melihat bahwa setiap anak adalah berbeda satu
     dengan yang lain, dengan demikian mereka tidak dapat diperlakukan
     sama. Hal yang terpenting ialah bahwa anak harus merasakan cinta
     yang dalam dan penerimaan dari orangtua.

  2. Membantu anak agar mendapatkan kepuasan dalam apa yang berhasil
     dikerjakannya.
     ---------------------------------------------------------------
     Biasanya setiap orangtua memiliki kekuatiran yang berlebihan akan
     terjadinya sesuatu bila anaknya sedang mengerjakan suatu hal.
     Ternyata hal ini tidak menumbuhkan kemampuan si anak itu. Sebagai
     orangtua, sudah seharusnya dapat mendukung segala yang dikerjakan
     anaknya.

  3. Biarkan anak tahu bahwa Anda mencintainya, menginginkannya dan
     senang berada bersamanya.
     --------------------------------------------------------------
     Menyediakan waktu untuk bersama anak-anaknya, menolong mereka
     dengan hal-hal yang dilakukan, dan memanfaatkan kesempatan untuk
     memperlihatkan cinta kasih pada mereka adalah wujud ungkapan
     orangtua yang mengasihi anaknya.

  4. Terimalah teman-teman anak Anda.
     --------------------------------
     Biarkan anak-anak tahu bahwa orangtuanya menghargai dan menerima
     teman-teman anaknya.

  5. Pertahankan hubungan yang jujur dan sungguh-sungguh dengan anak-
     anak.
     ----------------------------------------------------------------
     Seorang anak memiliki berbagai perasaan mengenai hal-hal yang
     dialaminya. Orangtua seharusnya bisa menerima keadaan ini secara
     wajar dan memberi kesempatan anak untuk membicarakannya.

  6. Dengarkan apa yang dikatakan anak.
     ----------------------------------
     Seorang anak merasa diterima ketika orangtua mengambil waktu
     untuk mendengarkan dia.

  7. Perlakukan anak sebagai orang yang berharga.
     --------------------------------------------
     Anak-anak seharusnya dihargai dan diperlakukan sebagai manusia,
     dan orangtua akan mendapatkan anak-anak hidup sesuai dengan
     harapan.

  8. Beri kesempatan pada anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan
     keunikannya.
     ---------------------------------------------------------------
     Berbagai tuntutan orangtua akan membuat diri anak merasa berat.
     Setiap anak bertumbuh dengan wajar dengan keunikannya masing-
     masing.

  Bahan dirangkum dari sumber:
  Judul Buku: Tujuh Kebutuhan Anak
  Penulis   : John M. Drescher
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992
  Halaman   : 60 - 65


*********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR

  Melalui bahan mengajar berikut ini, guru SM dapat menanamkan rasa
  percaya diri pada anak SM-nya. Bacalah baik-baik bahan mengajar ini
  dan berdoalan agar pelajaran di bawah ini dapat menjadi berkat bagi
  anak-anak SM dan bagi Anda juga.

            MENERIMA DIRI SENDIRI YANG UNIK DAN ISTIMEWA
            ============================================

  Tujuan:
  -------
  Anak mensyukuri keberadaan dirinya sendiri, dan dengan sukacita
  menerima kelebihan dan kekurangannya.

  Kreasi Simulasi -- Melukis "Siapakah Aku?":
  -------------------------------------------
  Kepada setiap anak dibagikan satu lembar kertas kosong. Mintalah
  anak-anak menggambar satu ciri pada dirinya yang dapat dikenali oleh
  orang lain. Jelaskan bahwa lukisan itu nantinya akan diberikan
  kepada teman yang lain tanpa mengetahui nama orang yang melukisnya.
  Jika teman tersebut tidak bisa mengenali siapa yang dimaksud dalam
  lukisan itu, maka ia akan mendapatkan hukuman. Jadi, ia harus
  berusaha membuat satu lukisan yang menunjukkan ciri-cirinya agar
  orang lain dapat mengenalinya. Misalnya: mode rambutnya, mungkin
  corak bajunya, atau lainnya. Jadi tidak perlu menggambar diri
  secara lengkap, cukup hal yang menjadi cirinya saja, misalnya cukup
  menggambar sepatunya (jika ini cirinya), atau bajunya (jika ini
  cirinya), atau model matanya (jika ini cirinya). Berilah waktu 10
  menit untuk menggambar diri.

  Kemudian kumpulkan kertas-kertas tersebut. Setiap anak dilarang
  mencantumkan namanya di gambarnya. Kemudian bagikan gambar tersebut
  secara acak. Setelah setiap anak memperoleh satu gambar, dalam
  waktu bersamaan mintalah setiap anak menentukan siapa yang dimaksud
  dengan gambar itu. Guru mewawancarai setiap anak dan gambar yang di
  tangannya.

  Tugas guru bukan mengolok-olok kekurangan gambar, apalagi kekurangan
  fisik yang menjadi ciri seorang anak. Guru tidak boleh mengolok-olok
  anak yang gemuk, berkacamata, yang kecil dan sebagainya. Tetapi
  sebaliknya guru mengarahkan bahwa ternyata Tuhan sangat baik,
  diciptakannya manusia dengan berbagai macam, semuanya indah. Setiap
  orang memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi kita tidak perlu
  merasa minder, takut apalagi lalu merasa benci kepada diri sendiri.
  Guru menjelaskan kasih Tuhan dan 1001 macam keunikan manusia ciptaan
  Tuhan, yang lebih cerdas dari semua binatang.

  Acara ditutup dengan upacara "menyayangi diri sendiri". Caranya:
  setiap anak diminta berdiri dan "menyentuh" dengan penuh kasih pada
  bagian badan tertentu dengan kedua telapak tangannya. Misalnya, guru
  mengarahkan: "Ayo kita cintai rambut kita yang selalu tumbuh subur",
  "Mata kita yang dapat dipakai melihat", "Telinga kita yang dapat
  dipakai untuk mendengar", dan seterusnya, dari ujung rambut sampai
  ke kaki. Namun hati-hati agar bagian-bagian tubuh yang sering
  ditafsirkan secara porno oleh anak-anak lebih baik jangan disebut.
  Kemudian acara diakhiri dengan berdoa dan mengucap syukur bersama.

  Sumber:
  Judul Buku: Teknik Kreatif dan Terpadu Dalam Mengajar SM
  Penulis   : Paulus Lie
  Penerbit  : Andi Offset, Yogyakarta, 1999
  Halaman   : 123 - 124


**********************************************************************
o/ AKTIVITAS

  Menanamkan rasa percaya diri dalam anak SM Anda bisa juga dilakukan
  dengan jalan beraktivitas. Aktivitas berikut ini cocok Anda gunakan
  untuk kelas kecil.

                          SI SEMUT YANG KECIL
                          ===================
  Lagu:
  -----
  Si Semut yang Kecil

  Penerapan:
  ----------
  1. Guru membuat alat peraga berupa gambar seekor semut. Buat juga
     gambar pemandangan (misalnya bukit yang naik turun), sebagai
     tempat si semut tersebut akan berjalan-jalan. Jadi gambar
     pemandangan harus jauh lebih besar dari gambar semut.

  2. Ajaklah semua menyanyikan lagu "Si Semut yang Kecil", sementara
     itu gerakkan gambar semut itu berjalan-jalan di gambar
     pemandangan tersebut. Seolah-olah si semut sedang berjalan-jalan
     di sana. Mintalah anak-anak untuk menyanyikan lagu ini dengan
     suara keras apabila si semut berjalan naik (mendaki gunung).
     Sebaliknya mintalah anak-anak menyanyikan lagu ini dengan suara
     pelan, bila si semut berjalan menuruni bukit. Jika si semut
     berhenti berjalan anak-anak pun berhenti menyanyi (maka guru
     harus menyesuaikan saat si semut berhenti dengan lagu tersebut,
     yaitu pada akhir lagu). Jika si semut berjalan kembali maka anak-
     anak juga harus mulai menyanyi lagi.

  3. Saat si semut berhenti (berarti anak-anak tidak bernyanyi), guru
     menceritakan bagaimana Tuhan sangat mengasihi si semut, makhluk
     yang tampak kecil ini. Ceritakan juga ketekunan si semut dalam
     mencari makan, ketekunan ini perlu ditiru oleh anak-anak. Sungguh
     kreasi ini sangat menarik hati anak-anak.

                            Selamat mencoba!

  Sumber:
  Judul Buku: Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajar Sekolah Minggu
  Penulis   : Paulus Lie
  Penerbit  : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1999
  Halaman   : 54


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: Eka < eka_svtr@ >
  >Dear staf BinaAnak,
  >Apakah e-BinaAnak dapat mengirimkan kepada saya edisi-edisi yang
  >membahas hal-hal seputar kelas kelas batita. Saya sangat
  >memerlukannya karena SM kami akan membuka kelas batita.
  >Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
  >
  >Eka Savitri

  Redaksi:
  Kami mempunyai satu edisi khusus mengenai anak batita yaitu pada
  edisi no. 19/2001. Anda dapat mengakses arsipnya di:
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/019/
  Selain itu demi menambah pengetahuan Anda mengenai pembagian kelas,
  Anda dapat mengakses edisi no. 61/2002 di:
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/062/

  Anda juga bisa melihat bahan tersebut di Situs PEPAK, yang saat
  ini sedang kami persiapkan. Melalui Situs PEPAK arsip-arsip
  e-BinaAnak dapat dikirimkan kepada Anda melalui e-mail. Anda dapat
  mengaksesnya di:
  - Situs PEPAK
==> http://www.sabda.org/pepak/

  Untuk keperlun Saudara Eka silakan akses:
  - e-BinaAnak no. 19/2001 (Anak Batita)
==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak /019/
  - e-BinaAnak no. 61/2002 (Pembagian Kelas)
==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak /061/
  - Materi Pengajaran Batita
==> http://www.sabda.org/pepak/buku/001/

  n.b. Karena situs PEPAK masih dalam tahap persiapan/development,
  kami sangat mengharapkan tanggapan, saran, dan ide dari Saudara
  demi perkembangan situs PEPAK selanjutnya. Silakan kirimkan ke:
  ==> < staf-binaanak@sabda.org >


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
**********************************************************************
                Staf Redaksi: Oeni, Davida, Ratnasari
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                  Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org