Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/106

e-BinaAnak edisi 106 (17-12-2002)

Hari Ibu

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                    Edisi 106/Desember/2002
-----------
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL              : Ibu yang Hebat
    o/ TIPS MENGAJAR        : Acara Hari Ibu
    o/ BAHAN MENGAJAR (1)   : Sifat-sifat yang Diinginkan Ibumu
    o/ BAHAN MENGAJAR (2)   : Memelihara Seperti Gembala
    o/ KESAKSIAN            : Kue Arbei Raksasa Buatan Ibu
    o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Penjelasan

**********************************************************************
  Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam kasih dalam Yesus Kristus,

  Merayakan Hari Ibu di Sekolah Minggu merupakan hal yang sangat
  menyenangkan, karena ibu adalah tokoh yang paling dikenal oleh anak-
  anak dan yang memberi pengaruh paling besar dalam hidup mereka.
  Selain menjadi kesempatan bagi guru-guru SM untuk berkenalan dengan
  ibu anak-anak SM Anda, ini juga merupakan kesempatan yang indah
  untuk mengajarkan bagaimana menghormati orang tua kepada anak-anak.

  Hari Ibu pada tahun ini, tgl. 22 Desember 2002, tepat jatuh pada
  hari Minggu. Nah, tepat sekali untuk dirayakan bersama anak-anak SM
  Anda, bukan? Silakan simak sajian kami minggu ini, kami yakin Anda
  akan mendapat banyak ide dan inspirasi untuk merayakannya, seperti
  sajian Tips dan Bahan-bahan Mengajar.

  Jadikanlah perayaan Hari Ibu di Sekolah Minggu Anda sebagai hari
  istimewa dan penuh kenang-kenangan bagi anak-anak dan ibu-ibu
  mereka. Bagi Anda yang sudah menjadi Ibu, kami segenap Redaksi
  mengucapkan:

                          Selamat Hari Ibu!

  Tim Redaksi

            "Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur,
            yang tertanam dekat air, berbuah dan bercabang
         karena air yang berlimpah-limpah." (Yehezkiel 19:10)
          < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Yehezkiel+19:10 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL

                            IBU YANG HEBAT
                            ==============

  Seorang guru taman kanak-kanak dari kota kami bertanya di kelas
  sebelum Hari Ibu,
     "Mengapa kalian menganggap bahwa ibu kalian yang terhebat?"

  Jawaban murid-muridnya sungguh mengharukan. Perhatikan jenis-jenis
  jawaban yang banyak muncul. Hal-hal kecil yang dikerjakan bersama-
  sama nampak menonjol. Amat menarik untuk memperhatikan hal-hal apa
  yang tidak ada dalam daftar. Inilah daftar jawaban dari pertanyaan
  "mengapa kalian menganggap bahwa ibu kalian yang terhebat?"

   1. Ibu saya sering bermain bersama saya.

   2. Karena ia bermain halma semalam dan ia memberikan obat untuk
      mengobati flu saya.

   3. Karena ia membelikan saya barang-barang.

   4. Karena ibu saya mencucikan baju untuk kami dan mencium saya
      kalau saya akan berangkat ke sekolah.

   5. Karena ia masak, mencuci baju, dan mengasihi.

   6. Karena ia memasak makan malam dan memotong rumput.

   7. Karena ia masak untuk kami.

   8. Karena ia memanggang kentang dan membuat makan malam, dan
      merawat adik laki-laki saya.

   9. Saya tidak dapat memikirkan kata yang tepat.

  10. Karena ia memeluk saya dan ia sangat cantik.

  11. Karena ia mencium dan memeluk saya dan merawat saya.

  12. Ia adalah tukang masak yang terbaik dan membuatkan saya sup
      yang enak.

  13. Ia memasak makanan saya dan membawa saya ke tempat tidur.

  14. Ia membuatkan daging panggang untuk ayah saya.

  15. Ia membersihkan rumah, merapikan tempat tidur, mencuci piring
      sehingga kami bisa makan sepanjang waktu.

  16. Karena ia memberi hadiah untuk ulang tahun saya.

  17. Karena ia merapikan tempat tidur dan menyelimuti kami pada
      waktu malam.

  18. Karena ia menolong saya, Jeff, Greg dan ayah main ping-pong.

  19. Karena ia menolong kami mengerjakan hal-hal. Ia memasak
      makanan dan memanggil kami bila waktu makan tiba.

  20. Karena saya mengasihinya, dan ayah sangat mencintainya, adik
      saya tidak mau menciumnya, tapi suatu saat nenek mencium adik
      saya sewaktu ia sedang tidur. Ha!

  21. Saya tidak tahu mengapa.

  22. Karena ia membuat jagung brondong dan selalu baik pada saya.

  23. Karena ia memberikan obat-obatan yang saya perlukan dan ia
      merawat saya.

  Sumber:
  Judul Buku: Tujuh Kebutuhan Anak
  Pengarang : John M. Drescher
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992
  Halaman   : 45 - 46


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR

                            ACARA HARI IBU
                            ==============

  Acara Hari Ibu diselenggarakan pada bulan Desember minggu ke-3 atau
  ke-4. Untuk acara Hari Ibu ini, Sekolah Minggu mengedarkan undangan
  kepada semua Ibu dari murid SM ataupun ibu-ibu yang belum ke gereja.
  Acara Hari Ibu juga dapat diadakan pada saat ibadah SM.

  Saran-saran:
  ------------

  1. Dalam acara Hari Ibu, Sekolah Minggu atau murid-murid SM
     menyiapkan hadiah yang sederhana untuk ibu mereka. Hadiah ini
     bisa berupa kembang, sapu tangan, atau gambar dari anak-anak SM
     yang akan dihadiahkan kepada ibunya.

  2. Ibu-ibu diundang ke depan untuk foto bersama.

  3. Tanyakan kesan-kesan para ibu tentang acara Hari Ibu.

  4. Doa khusus untuk ibu-ibu yang dipimpin oleh gembala sidang atau
     pemimpin Sekolah Minggu.

  5. Mintalah salah seorang anak SM untuk membacakan puisi tentang
     "Ibu".

  6. Berilah penghargaan kepada ibu yang usianya paling tua atau yang
     anaknya paling banyak.

  7. Bagi ibu-ibu yang baru pertama kali ke gereja, dapat diminta
     untuk mengisi formulir data agar Sekolah Minggu atau gereja dapat
     membuat tindak lanjut dengan cara mengundang ibu tersebut untuk
     mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja.

  Sumber:
  Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang, 1996
  Halaman   : 70


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR (1)

  Acara ini khusus diadakan untuk merayakan Hari Ibu di Sekolah Minggu
  Anda. Mintalah anak-anak SM Anda untuk mengajak ibu mereka
  menghadiri Sekolah Minggu dalam rangka perayaan tersebut. Bisa juga
  Anda mengundang ibu-ibu tersebut dengan mengunjungi mereka atau
  membuat kartu undangan khusus. Kalau bisa, cerita untuk acara
  ini dibawakan oleh salah seorang ibu atau guru SM yang sudah menjadi
  seorang ibu.

                   ACARA HARI IBU DI SEKOLAH MINGGU:
                   =================================
                   Sifat-sifat yang Diinginkan Ibumu

  Persiapan:
  ----------
  Sediakanlah bunga mawar secukupnya untuk dibagikan satu-satu kepada
  setiap ibu pada waktu acara dilangsungkan. Jika bunga mawar hidup
  sukar didapat, buatlah dari kertas krep saja.

  Nyanyian Bersama:
  -----------------
  Anak-anak kecil Tuhan Cinta; Kasih Ibu kepada saya.

  Cerita (oleh seorang ibu):
  --------------------------
  Menjadi seorang Ibu Kristen merupakan berkat yang terbesar dan
  tanggung jawab yang terbesar bagi orang perempuan. Rumah tangga
  bahagia tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan hasil dari
  usaha yang bersatu. Jika para ibu dapat menyatakan keinginannya
  hari ini, barangkali mereka ingin agar anak-anaknya memiliki
  sifat-sifat ini.

  1. Kasih.
     ------
     Kasih yang dinyatakan melalui kata-kata dan perbuatan terhadap
     seluruh anggota keluarga akan membuat rumah tangga itu bahagia
     (Roma 12:10).

  2. "Hormatilah ayahmu dan ibumu", adalah perintah Allah.
     -----------------------------------------------------
     Terimalah nasihat orang tuamu. Itu berdasarkan pengetahuan
     yang diperoleh melalui pengalaman (Amsal 13:1).

  3. Taatilah orangtuamu dalam segala hal.
     -------------------------------------
     Mereka berusaha membimbing kita dan menjauhkan kita dari
     kesalahan yang akan merugikan kita (Kolose 3:20).

  4. Hidup berkenan kepada Allah adalah dasar untuk kebahagiaan
     sejati.
     ----------------------------------------------------------
     Anak-anak dapat memperkenalkan Allah dengan hidup bagi Dia di
     manapun mereka berada.

  5. Kesopanan.
     ----------
     Kesopanan adalah bagaikan oli atau minyak yang dapat mengurangi
     pergeseran (perselisihan) yang tidak perlu (Amsal 15:1).

  6. Bersih dan rapi.
     ----------------
     Kerapihan dalam hidup pribadi kita akan menghasilkan keharmonisan
     yang lebih besar dalam keluarga.

  7. Usaha.
     ------
     Pikirlah dengan serius cara-cara kamu dapat menjadikan rumahmu
     itu menjadi suatu tempat yang lebih berbahagia. Hindarilah
     perselisihan (1Petrus 4:8).

  [Tulislah di papan tulis kata-kata di atas pada waktu disebutkan.]

  Pembacaan Puisi:
  ----------------
  Seorang anak membacakan puisi ini pada saat ibu-ibu diberikan bunga
  mawar oleh anak-anak mereka.

            Sekuntum Mawar untuk Ibu
            ------------------------

      Seandainya mawar-mawar ini dapat berkata,
      saya tahu apa yang dikatakannya;
      Akan dikatakan pada ibu-ibu kami bahwa
      kami ingin menghormatinya hari ini.
      Sangat lembut harum baunya,
      Semerbak memenuhi udara.
      Ibu-ibu, tamu yang kami hormati,
      Kami ingin nyatakan cinta kami setiap hari.

  Doa:
  ----
  Tutuplah acara ini dengan doa ucapan syukur dan penutup.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang, 1997
  Halaman   : 60


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR (2)

                     MEMELIHARA SEPERTI GEMBALA
                     ==========================

  Alat Peraga:
  ------------
  Gambar Yesus dengan kawanan domba.

  Ayat Alkitab:
  -------------
  Yesaya 40:11

  Tema:
  -----
  Ibu Membimbing Kita Seperti Gembala.

  Penyampaian Cerita:
  -------------------
  [Tunjukkan gambar kawanan domba yang Anda sediakan.]

  Gambar ini memperlihatkan Yesus bersama domba-domba. Dan kita dapat
  melihat sifat Yesus yang baik dan penuh kasih dari cara Dia
  memelihara domba-domba-Nya. Lihatlah, bagaimana Dia menggendong
  domba di tangan-Nya. Semua domba lain berkumpul dekat kaki Yesus.

  Seorang gembala menjalankan tugas yang penting. Gembala memelihara
  domba-dombanya dengan memberi mereka makan, tidak membiarkan mereka
  pergi jauh, dan dengan merawat mereka kalau mereka terluka.

  Sebagai anak-anak, kita tidak membutuhkan seorang gembala seperti
  domba-domba itu, tetapi kita membutuhkan ibu. Seorang ibu melakukan
  tugas-tugas yang sama seperti yang dilakukan oleh seorang gembala.
  Seorang ibu memberi makan anak-anaknya dan mengetahui kemana mereka
  pergi.

  Seorang ibu membimbing anak-anaknya dan dia melindungi anak-anaknya
  sekuat tenaga.

  Ada banyak cara seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya kepada anak-
  anaknya. Kasih seorang ibu itu bukan hanya ditunjukkan melalui
  pelukan dan ciuman dan mengatakan, "Ibu sayang kamu," tetapi juga
  ditunjukkan melalui segala hal yang dilakukannya bagi anak-anaknya.

  Hari ini adalah Hari Ibu. Inilah hari yang tepat untuk mengingat
  ibumu dan mengucapkan terima kasih kepada ibumu atas semua yang
  telah dia lakukan bagimu. Kamu dapat menunjukkan kasih sayang kamu
  kepada ibumu dengan pelukan dan ciuman, serta melakukan hal-hal yang
  baik baginya. Dan kamu dapat berterima kasih kepada Tuhan karena
  telah memberimu ibu.

  Doa:
  ----
  Ya Tuhan, terima kasih untuk ibu yang Tuhan berikan kepada kami,
  yang selalu membimbing kami dan menyayangi kami seperti gembala.
  Amin!

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu:
              Sebuah Sumber Ibadah
  Pengarang : Donna McKee Rhodes
  Penerbit  : Gospel Press, Batam
  Halaman   : 75 - 77


**********************************************************************
o/ KESAKSIAN

                    KUE ARBEI RAKSASA BUATAN IBU
                    ============================

  Waktu saya masih seorang gadis kecil, nenek teman saya, orang
  Polandia, selalu menambah satu kursi tambahan di ruang makan
  keluarga mereka pada Hari Natal. Saya masih ingat, dengan aksen
  Inggris yang kental, nenek itu menjelaskan, "Kita harus selalu siap
  untuk menyambut Tuhan di dalam hati kita dan rumah kita. Siapa yang
  tahu kapan Ia akan datang kembali?"

  Setiap Hari Natal, kata-katanya pasti muncul dalam ingatan saya,
  sama seperti gemerlapnya pohon terang. Namun sejak suami saya
  bergurau menyebut "'Kue Arbei Raksasa' Buatan Ibu", kata-kata itu
  memiliki arti yang jauh lebih dalam daripada yang pernah saya
  bayangkan.

  Seandainya Natal tahun itu tidak jatuh pada hari Sabtu, mungkin tiga
  hari sebelumnya saya tidak akan pernah berpikir untuk mengundang
  lima puluh keluarga tetangga menikmati kue dan minuman pada pesta
  hari Minggu sore.

  Suami saya dan ketiga anak laki-laki saya yang masih remaja mencoba
  mengendurkan semangat saya dengan berbagai alasan: tidak ada cukup
  waktu untuk mempersiapkan ... terlalu dekat dengan Hari Natal ...,
  terlambat untuk mengirim undangan.

  Karena saya sudah dapat mengantisipasi keberatan mereka, saya
  langsung menyela, "Saya sudah mengundang melalui telepon. Sejauh ini
  tanggapan mereka baik sekali! Hampir setiap orang berkata,
  'Sepertinya menyenangkan -- kami akan berusaha datang.'"

  "Lagi pula bukankah Natal merupakan waktu untuk menebarkan kasih
  kepada tetangga kita? Jangan ditunda-tunda lagi!"

  Apa yang tidak diketahui oleh suami saya dan ketiga anak laki-laki
  saya ialah hal yang tersembunyi di balik gagasan saya yang tiba-
  tiba ini, yaitu angan-angan yang terus saya kembangkan dalam
  kehidupan pernikahan saya: membuat pesta Natal yang meriah seperti
  yang terpampang di majalah keluarga edisi Natal. Unsur-unsur yang
  mendukung pesta semacam itu tidak banyak -- rumah yang dihias
  dengan indah, hidangan khas Natal yang berlimpah-ruah, wajah ramah
  tuan dan nyonya rumah, cahaya lilin yang lembut dan tamu yang
  memenuhi ruangan yang wajahnya tersenyum gembira penuh penghargaan.

  Tanpa mempedulikan kecemasan dan peringatan mereka, saya tetap
  melanjutkan, "Kita bisa menaruh lampu-lampu Natal pada kedua pohon
  cemara di dekat pintu masuk, menjalin pita dan hiasan Natal di
  sepanjang tangga, menggantung buah 'mistletoe'*1 di ruangan dekat
  pintu masuk dan deretan daun 'poinsettia'*2 menghias jendela."
  Lalu saya menambah dengan penuh keyakinan, "Saya tahu kita bisa
  mengerjakannya, asalkan kita semua bekerja sama."

  [Red.:
  *1 (Mistletoe: tanaman hijau sepanjang tahun dengan buah kecil
      berwarna putih yang tumbuh sebagai parasit pada beberapa pohon
      tertentu -- jika ada dua orang yang berdiri di bawah tanaman
      mistletoe tersebut, itu berarti salah satu dari orang tersebut
      harus memberi ciuman kepada orang yang satu lagi.)
  *2 (Poinsettia: sejenis tanaman tropis dengan bunga kecil berwarna
      kuning dan berdaun merah -- biasanya tanaman ini berbunga di
      musim Natal.)]

  "Nah, anak-anak," keluh suami saya pasrah, "sepertinya Ibu benar-
  benar menginginkan 'Kue Arbei Raksasa' untuk Natal hari Minggu sore
  ini." Mereka semua tahu bahwa rencana ini tidak bisa diubah lagi.

  Bagaimana kami menyelesaikan persiapannya sejak tanggal 22 sampai 26
  Desember masih belum terbayangkan karena kami masih harus merangkai
  daun, membersihkan karpet dua kali, membereskan lemari dinding yang
  penuh sesak dengan hadiah-hadiah yang baru dibuka, memanggang serta
  menyusun kue-kue yang baru keluar dari oven sepanjang siang dan
  malam.

  Hari Minggu, jam tiga sore, kami sudah siap. Meja makan kami penuh
  dengan kue Natal seperti mosaik yang tersusun dari berbagai bentuk
  dan jenis kue buatan sendiri yang membangkitkan selera. Saya berdiri
  di dekat semangkuk minuman buah beri. Suami saya dan anak-anak ada
  di dekat pintu depan. Anjing spaniel kami yang senang melompat,
  berbaring di dekat perapian mengenakan rompi beludru berwarna merah,
  khusus untuk kesempatan ini. Semuanya hampir sempurna. Hanya kurang
  tamu yang memeriahkan rumah kami.

  Setelah satu jam berlalu, saya merasakan ada yang tidak beres. Hanya
  sedikit tetangga yang datang. Pesta itu sangat sepi dan lengang.
  Setelah dua jam berlalu saya merasa seolah-olah kue-kue itu jatuh
  berantakan di sekitar saya. Hanya ada sedikit tamu yang datang lagi,
  mengucapkan selamat Hari Natal. Saya tetap menunggu dan berharap
  pada menit-menit terakhir akan ada tamu berdatangan, tetapi harapan
  itu tidak pernah mewujud.

  Apa yang salah? Bukankah sewaktu ditelepon setiap orang
  kedengarannya tertarik dan berjanji mau datang?

  Pada saat itu saya sama sekali belum siap mendengar berbagai
  penjelasan yang akan muncul: "Anak-anak yang lelah", "Tamu yang
  tidak terduga", "Pulang terlambat", apalagi alasan "Maaf, kami
  lupa." Tentu saja waktu saya mengundang lewat telepon, saya berusaha
  supaya tidak terdengar terlalu mengharapkan. Rupanya nada saya
  terlalu memaksa.

  Waktu kami membereskan piring dan cangkir, suami saya mencoba
  menghibur saya, "Semuanya berjalan lancar. Saya rasa orang-orang
  yang datang benar-benar menikmatinya."

  "Kue-kue itu rasanya sungguh nikmat," sela si bungsu.

  "Ya, tetapi bagaimana dengan begitu banyak kue yang masih tersisa,"
  tanya kakaknya. "Meskipun kita semua memakannya, sisanya pasti masih
  banyak."

  Saya memandang pada tumpukan permen jeruk asem, buah-buahan yang
  berbentuk segi empat, tetesan air jeruk manis dan kuah kari, permen
  coklat dan manisan buah almond, belum lagi gambar-gambar yang biasa
  digunting pada Hari Natal. Sisa kue yang begitu banyak sama sekali
  tidak pernah terpikirkan oleh saya.

  "Saya akan menyimpan semuanya ke dalam lemari," kata saya. "Bila
  kalian tahu kue ini harus diapakan, lakukan saja, tidak usah
  memberitahu saya." Saya membanting pintu lemari dengan pedih dan
  kecewa.

  Tidak ada seorang pun yang menyebut-nyebut 'kue' atau 'pesta' di
  rumah kami sepanjang minggu itu. Karena itu, saya merasa heran
  sewaktu membuka lemari pada akhir minggu dan tidak menemukan satu
  kue pun yang tersisa. Ke mana perginya kue-kue itu?

  Saya sendiri hanya dapat memberi penjelasan untuk dua kotak kue.
  Saya membawanya ke panti asuhan. Di sana, teman saya yang tuna netra
  meraba-raba kue yang saya letakkan dalam tangannya, dan ia tampak
  senang mengenali bentuk bintang, malaikat, serta kue jahe berbentuk
  anak laki-laki.

  Malam itu, di ruang makan, semua misteri saya terjawab. Suami saya
  memberikan satu kotak untuk teman kerjanya yang pergelangan kakinya
  terkilir pada Hari Natal. Anak laki-laki kami yang sulung memberikan
  dua kotak untuk temannya yang bekerja sebagai relawan di penjara
  terdekat dan kue itu dibawanya ke sana. Anak laki-laki kami yang
  kedua memberikan satu kotak untuk tetangga baru kami yang pindah
  tiga hari sesudah Natal. Anak bungsu kami, dalam perjalanannya
  mengantar koran, memberikan satu kotak untuk seorang ibu yang belum
  lama kehilangan suami dan anak laki-lakinya dalam kecelakaan yang
  tragis.

  Tiba-tiba saya merasa lebih dari satu misteri yang sudah terjawab.
  Termasuk kata-kata yang menggema dari masa kanak-kanak saya, "Kita
  harus selalu siap untuk menyambut Tuhan di dalam hati dan rumah
  kita."

  Tetapi sebenarnya saya tidak mengundang siapa pun. Saya juga tidak
  menyediakan tempat. Hati saya meluap dengan kebanggaan dan
  kesombongan untuk mewujudkan pesta sempurna seperti yang terpampang
  di majalah. Tidak ada tempat bagi Tuhan di sana. Justru setelah
  pesta selesai saya baru memberi kesempatan bagi kami semua untuk
  menyediakan tempat bagi Dia.

  "Tahukah kalian," tanya saya perlahan, "bahwa kita merayakan pesta
  Natal yang kedua? Pesta yang sangat sukses. Semua yang diundang
  datang. Bahkan ada tamu yang tidak diundang, tamu yang sangat
  istimewa."

  "Apa maksudmu?" tanya suami saya kebingungan.

  "Siapa?" tanya anak-anak serempak.

  Lalu dengan mantap saya berkata, "Ingat, Segala sesuatu yang kamu
  lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
  kamu telah melakukannya untuk Aku." (Lihat/Baca Matius 25:35-40)

  Semua mata saling berpandangan; tidak ada keraguan di dalam hati
  maupun dalam benak kami siapa "Tamu" yang istimewa itu.

  -Deana Kohl-

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Kisah Nyata Seputar Natal
  Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1998
  Halaman   : 20 - 23


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: From: "Rudyanto Liman (dnet)" <liman@>
  >Terima kasih atas emailnya, sungguh berbobot dan aplikatif. Namun
  >terus terang saya bingung atau mungkin lebih tepat saya lupa,
  >apakah saya pernah submit? Mohon diberi penjelasan. (Saya jangan
  >diremove, ini cuman ingin tahu aja).
  >
  >Terima kasih atas perhatiannya.
  >
  >Rudy

  Redaksi:
  Terima kasih untuk dukungan yang Anda berikan.
  Mengenai terdaftarnya Anda sebagai pelanggan e-BinaAnak, kalau
  memang Anda tidak pernah merasa mendaftarkan diri pasti ada rekan
  Anda yang dipakai Tuhan untuk mendaftarkan e-mail Anda. PUJI TUHAN!

  Surat Anda sangat sesuai dengan suasana Natal. Kita yang tidak bisa
  menyelamatkan diri kita, mendapatkan keselamatan itu dalam Yesus
  Kristus. Begitu juga dengan Anda yang tidak mendaftarkan diri dalam
  e-BinaAnak, tetapi Anda mendapatkannya. WOW ... !!!

  Jangan lupa juga untuk membagikan berkat kepada rekan Anda yang lain
  dengan cara mendaftarkan alamat e-mail mereka sebagai penerima
  e-BinaAnak. Anda dapat mengirimkan alamat e-mail mereka kepada Tim
  Redaksi e-BinaAnak:
==> <Staf-BinaAnak@sabda.org>
  atau melalui situs di alamat:
==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/

  Akhirnya kami ucapkan Selamat Natal, Tuhan memberkati!


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
**********************************************************************
                      Staf Redaksi: Oeni dan Davida
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org