Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/27

e-BinaAnak edisi 27 (12-4-2001)

Paskah

      ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><

                                                   Edisi 027/April/2001

   o/ SALAM PASKAH


   Dear guru-guru Sekolah Minggu dan para pelayan anak,

   Salam Sejahtera dalam Kristus.

   Kami yakin saat ini anda sedang sibuk menyiapkan PASKAH, bukan? Nah,
   kami tidak ingin anda bersibuk-sibuk dan lupa bahwa anda sendiri
   perlu mendapatkan berkat-berkat PASKAH. Oleh karena itu edisi kali
   ini adalah cerita untuk anda sebagai perenungan PASKAH.  Selain untuk
   mengingat kita akan kasih Allah yang luar biasa kepada manusia yang
   berdosa, cerita ini juga mengingatkan kita akan pentingnya misi
   melayani anak-anak. Anak-anak yang telah dimenangkan dapat menjadi
   bagian dari rencana keselamatan yang Allah berikan kepada kita. Oleh
   karena itu hargailah anak-anak yang anda layani, jika anda mendidik
   mereka untuk mengasihi Tuhan, maka mereka pun dapat menjadi "malaikat-
   malaikat kecil" untuk dipakai oleh Tuhan.

   Sekali lagi, segenap Redaksi e-BinaAnak mengucapkan:

                           "Selamat PASKAH!

   Staf Redaksi

   "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
      mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang
        percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
                       yang kekal." (Yohanes 3:16)
         < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh3.htm 3:16 >


o/ CERITA PASKAH

                   "YESUS SUNGGUH-SUNGGUH MENGASIHIMU"
                   =================================

   Pada setiap Minggu siang, yaitu sesudah ibadah pagi berakhir, Pak
   Pendeta dengan anak laki-lakinya yang berumur 11 tahun selalu pergi
   ke kota untuk membagikan traktat. Namun pada hari Minggu siang itu
   udara di luar terasa sangat dingin karena hujan telah menyirami bumi
   sejak pagi. Ketika saat untuk membagikan traktat tiba, anak laki-laki
   itu mulai bersiap-siap mengenakan baju hangatnya dan berkata,
      "Aku sudah siap, Pa!"
      "Siap untuk apa?" Pendeta itu menjawab.
      "Pa, bukankah ini waktu bagi kita untuk membagikan traktat-traktat
   ini?". Pendeta itu menjawab,
      "Nak... di luar udara sangat dingin dan hujan masih turun."
   Anak itu memandang papanya dengan penuh keheranan,
      "Tapi Pa, meskipun hujan turun, bukankah masih ada banyak orang
   yang belum mengenal Yesus dan mereka nanti akan masuk neraka?"
   Pendeta itu menjawab,
      "Tapi nak... aku tidak ingin pergi dalam cuaca seperti ini."
   Dengan sedih anak itu memohon,
      "Pa... aku harus pergi, boleh, kan?"
   Pendeta itu ragu-ragu sejenak lalu berkata,
      "Kamu tetap ingin pergi? Kalau begitu, ini traktat-traktatnya dan
   hati-hatilah di jalan, ya."
      "Terima kasih, Pa!!!" Lalu anak itu bergegas meninggalkan rumah
   dan pergi menembus hujan dan udara luar yang sangat dingin.

   Anak laki-laki berusia sebelas tahun ini berjalan di sepanjang jalan-
   jalan kota sambil membagi-bagikan traktat Injil dari rumah ke rumah.
   Setiap orang yang ditemuinya di jalan diberinya traktat. Sesudah 2
   jam berjalan di tengah-tengah hujan, anak ini menggigil kedinginan
   tapi masih ada satu traktat Injil terakhir yang masih di tangannya.
   Lalu ia berhenti di suatu sudut jalan dan mencari seseorang yang
   dapat diberinya traktat, tapi jalanan itu sudah sepi sama sekali.
   Lalu ia menuju ke rumah pertama yang dilihatnya di ujung jalan itu.
   Ia berjalan mendekati pintu depan rumah itu dan membunyikan bel.

   Setelah ia memencet bel, tidak ada jawaban dari dalam. Lalu ia
   memencet bel lagi dan lagi, tapi tetap tidak ada jawaban. Ditunggunya
   lagi beberapa waktu, namun masih saja tidak ada jawaban. Akhirnya,
   anak laki-laki ini memutuskan untuk pergi, tapi ada sesuatu yang
   mencegah keinginannya untuk pergi, maka sekali lagi, dia menuju
   pintu, memencet bel dan mengetuk pintu keras-keras dengan tangannya.
   Ia menunggu, ada perasaan kuat yang membuatnya tetap ingin menunggu
   di depan rumah itu. Dia memencet bel lagi, dan kali ini pintu itu
   perlahan-lahan dibuka.

   Nampak seorang wanita yang berwajah sedih berdiri di depan pintu.
   Wanita itu dengan pelan bertanya,
      "Ada apa, nak? Apa yang dapat kulakukan untukmu?"
   Dengan mata bersinar-sinar dan tersenyum, anak laki-laki ini berkata,
      "Ibu, maafkan aku karena mengganggumu, tapi aku hanya ingin
   mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh mengasihimu, dan aku datang ke
   rumah ini untuk memberikan traktat Injil terakhir yang aku miliki.
   Traktat Injil ini akan menolong Ibu untuk dapat mengetahui segala
   sesuatu tentang Yesus dan Kasih-Nya yang besar."

   Anak itu memberikan traktat terakhirnya kepada wanita itu dan ia
   segera pergi. Saat beranjak pergi, wanita itu berkata,
      "Terima kasih, Nak! Tuhan memberkatimu!"

   Hari Minggu berikutnya, Pak Pendeta, papa dari anak laki-laki tadi,
   berdiri di balik mimbar dan memulai ibadahnya dengan pertanyaan,
      "Adakah di antara jemaat yang ingin memberikan kesaksian atau
   ingin membagikan sesuatu?"

   Di barisan kursi paling belakang, seorang wanita terlihat perlahan-
   lahan berdiri. Saat ia mulai bicara, nampak wajahnya berseri-seri dan
   ia berkata,
      "Tidak satupun di antara anda yang mengenal aku. Aku belum pernah
   ke gereja ini sebelumnya. Anda perlu ketahui, hari Minggu yang lalu
   aku bukanlah seorang Kristen. Suamiku telah meninggal beberapa waktu
   yang lalu dan meninggalkan aku sendiri di dunia ini."

      "Hari Minggu yang lalu," lanjut wanita itu, "dinginnya hatiku
   melebihi dinginnya cuaca dan hujan di luar rumah. Aku berpikir aku
   tidak kuat dan tidak sanggup lagi untuk hidup. Lalu aku mengambil
   tali dan sebuah kursi, kemudian naik tangga menuju ke loteng rumah.
   Aku mengencangkan ikatan tali kuat-kuat di palang kayu penopang atap,
   lalu berdiri di kursi dan mengikatkan ujung tali yang lain di
   leherku. Aku berdiri di kursi itu dengan hati yang hancur. Saat aku
   hendak menendang kursi itu, tiba-tiba bel rumahku berbunyi nyaring."

      "Aku menunggu beberapa saat sambil bertanya dalam hati, 'siapakah
   yang membunyikan bel itu?'. Aku menunggu lagi, karena bel itu berkali-
   kali berbunyi dan semakin lama kedengarannya semakin nyaring, apalagi
   ketika terdengar ketokan pintu. 'Siapa yang melakukan hal ini?'
   tanyaku dalam hati, 'Tak ada orang yang pernah membunyikan bel rumah
   dan mengunjungiku'. Lalu aku mengendorkan ikatan di leherku dan bel
   yang berbunyi mengiringi langkahku menuju pintu depan di lantai
   bawah."

      "Ketika kubuka pintu, aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku
   lihat, karena di teras rumahku berdiri seorang anak anak laki-laki
   yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Wajahnya berseri-seri seperti
   malaikat dan senyumnya... oh aku tidak dapat menggambarkannya pada
   anda! Dan perkataan yang diucapkannya sungguh menyentuh hatiku yang
   telah lama beku, 'Ibu, aku hanya ingin mengatakan bahwa Yesus sungguh-
   sungguh mengasihimu.' Lalu dia memberiku traktat Injil yang saat ini
   kupegang."

      "Saat malaikat kecil itu menghilang dari rumahku, menembus dingin
   udara dan hujan, aku menutup pintu dan membaca setiap kata dalam
   traktat Injil ini. Aku kembali ke loteng untuk mengambil tali dan
   kursi yang akan kupakai untuk bunuh diri, karena aku sudah tidak
   membutuhkannya lagi. Anda lihat, sekarang aku seorang Anak Raja yang
   bahagia dan karena ada alamat gereja ini di bagian belakang traktat,
   maka aku datang ke tempat ini untuk mengucapkan terima kasih pada
   malaikat kecil yang datang tepat pada waktu aku membutuhkannya.
   Tindakannya itu telah menyelamatkan jiwaku dari hukuman neraka yang
   kekal."

   Seluruh jemaat di gereja itu meneteskan air mata. Seiring dengan
   pujian syukur yang dinaikkan untuk memuliakan Raja, yang bergema di
   setiap sudut bangunan gereja, Pak Pendeta turun dari mimbar dan
   pergi menuju ke bangku di barisan depan, tempat dimana "malaikat
   kecil" itu duduk. Pak Pendeta itu menangis tak tertahankan dalam
   pelukan anaknya.

   Terjemahan dari: JESUS REALLY DOES LOVE YOU
   Penulis: unknown


**********************************************************************
berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk
berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk
arsip:  http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?visit=i-kan-BinaAnak
**********************************************************************
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak
2001 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org