Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/106

Bio-Kristi edisi 106 (7-1-2013)

Ronny Pattinasarany

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_______________________Edisi 106, Januari 2013_______________________

Salam sejahtera,

Selamat Tahun Baru 2013! Senang sekali kita bisa bertemu lagi pada 
tahun baru 2013 ini. Mari kita awali pertemuan kita dengan membaca 
renungan "Tahun Baru", untuk menguatkan kita dalam menapaki hari-hari 
ke depan. Setelah itu, Anda dapat menyimak kolom Riwayat yang membahas 
tentang seorang olahragawan Indonesia.

Keberhasilan adalah sesuatu yang didambakan dan diinginkan oleh semua 
orang. Namun, untuk meraih keberhasilan ada harga yang harus dibayar. 
Beberapa orang bahkan tidak sadar bahwa keluarganya menjadi "korban" 
demi mencapai keberhasilan. Keberhasilan karier yang diiringi dengan 
keberhasilan dalam berkeluarga merupakan suatu keberhasilan yang 
besar. Sebaliknya, ketika keberhasilan justru mengakibatkan kehidupan 
keluarga menjadi morat-marit, hal ini tentu memprihatinkan dan 
menyedihkan. Dalam keadaan ini, banyak orang merasa kewalahan untuk 
membuat keputusan. Demikianlah yang pernah dialami oleh seorang mantan 
pemain dan pelatih sepak bola, Ronny Pattinasarany. Ketika perjalanan 
kariernya sebagai pelatih sepak bola melambung, ia harus memilih 
antara karier dan keluarga. Syukurlah, dengan kebijaksanaan dari 
Tuhan, ia lebih mengutamakan keluarganya. Simak kisah hidup Ronny 
selengkapnya dalam edisi ini.

Staf Redaksi Bio-Kristi,
S. Setyawati
< http://biokristi.sabda.org/ >


"Keyakinan yang kuat mengalahkan orang-orang kuat, dan selanjutnya 
membuat mereka lebih kuat." Walter Bagehot -- Jurnalis


                       RENUNGAN: TAHUN BARU

Bacaan: Lukas 4:16-21

Prioritas Utama

Ada kecenderungan di kalangan umat Kristen untuk menganggap bahwa 
ibadah hari Minggu hanyalah sekadar formalitas. Artinya, beribadah 
pada hari Minggu di gereja akan dilakukan bila tidak ada "acara" atau 
"kesibukan lain". Ibadah bersama jemaat di gereja menjadi prioritas 
kedua (second priority). Kecenderungan ini tidak hanya akan 
mengakibatkan hadirnya Kristen-Kristen yang tidak tahu mensyukuri 
kasih dan penyertaan Allah, tetapi juga akan menciptakan Kristen-
Kristen yang tidak tahu menghormati karya dan kebesaran Allah dalam 
hidupnya. Sikap ini sungguh bertentangan dengan pengajaran dan sikap 
yang diperhatikan langsung oleh Tuhan Yesus. Mari kita lihat bagaimana 
Tuhan Yesus memprioritaskan ibadah kepada Allah Bapa-Nya dalam hidup-
Nya. Sikap ini menunjukkan bahwa selain Dia sangat menghormati Bapa, 
Dia juga menghormati ibadah persekutuan umat di rumah Tuhan, dan 
menjadikan ibadah itu sebagai bagian dari hidup-Nya.

Dari Galilea, Yesus kembali ke Nazaret, dan Lukas mempertegasnya 
dengan mengatakan bahwa "inilah tempat Yesus dibesarkan". Mengapa Ia 
ke sana? Kepada orang-orang yang mengenalnya sejak kecil hingga 
dewasa, Ia menegaskan siapa diri-Nya dan apa misi pelayanan-Nya. Ia 
membacakan kitab nubuatan Nabi Yesaya, yang menyatakan beberapa hal, 
yaitu bahwa (a) Roh Tuhan ada pada-Nya; (b) Dia diurapi untuk 
menyampaikan kabar pembebasan kepada para tawanan, memberikan 
penglihatan kepada orang buta; (c) Dia diutus untuk membebaskan orang-
orang yang tertindas, dan (d) memberitakan bahwa Tahun Rahmat Tuhan 
telah datang. Sesungguhnya, ayat tersebut menubuatkan tentang diri-
Nya. Maka, tepatlah bila Tuhan Yesus mengatakan bahwa ayat itu 
digenapi oleh-Nya.

Renungkan: Kedatangan Yesus ke dunia bukanlah sebagai seorang raja 
dengan segala kemegahan dan kejayaannya. Justru Ia datang dengan 
otoritas Allah, untuk membawa pembebasan dan penyelamatan dalam arti 
luas dan sesungguhnya. Bukan hanya dalam dunia, melainkan keselamatan 
yang bersifat kekal dan menyeluruh. Ia membawa Kabar Baik dan itu 
dinyatakan kepada semua orang, baik orang miskin, tawanan, orang buta, 
dan orang tertindas. Ia datang juga untuk membawa kebebasan dan 
keselamatan bagi kita. Betapa mulia dan agungnya misi kedatangan-Nya, 
melalui Dialah kita beroleh keselamatan dan kehidupan kekal.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama publikasi: e-Santapan Harian, Sabtu, 1 Januari 2000
Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2000/01/01/
Tanggal akses: 23 November 2012


                  RIWAYAT: RONNY PATTINASARANY
                   (1949 –- 2008) Olahragawan
                  Dirangkum oleh: S. Setyawati

Ronald Hermanus Pattinasarany yang lebih dikenal dengan nama Ronny 
Pattinasarany, lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada tanggal 9 
Februari 1949. Ronny adalah salah satu pemain sepak bola legendaris, 
sekaligus pelatih sepak bola yang memiliki jam terbang tinggi di 
Indonesia. Dia juga mendapat sebutan "Sang Macan Lapangan" karena 
selalu siap menjemput bola di mana pun berada. Pada masa-masa jayanya, 
ia mendapatkan banyak permintaan untuk bergabung dengan klub-klub 
sepak bola papan atas.

Sejak kecil, Ronny terobsesi untuk menjadi bintang sepak bola. Dengan 
adanya dukungan dari sang ayah, Nus Pattinasarany, ia berhasil 
mewujudkan impiannya. Pada tahun 1970 -- 1980, Ronny Pattinasarany 
menjadi salah satu orang yang ikut melambungkan nama tim "merah 
putih". Dalam perjalanan kariernya, ia pernah menyabet beberapa 
penghargaan seperti Pemain All Star Asia (1982), Olahragawan Terbaik 
Nasional (1976 dan 1981), Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980), dan 
Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981).

Ronny memulai kariernya sebagai pemain bola dengan bergabung di Klub 
PSM Junior (1966). Setelah beberapa kali berpindah klub, pada tahun 
1968, ia berhasil menembus level senior "Ayam Jantan dari Timur" di 
tim PSM Makassar. Dari Makassar, Ronny pindah ke Klub Galatama, Warna 
Agung (1978 -- 1982). Di sinilah, kariernya mulai menanjak dan lolos 
menjadi kapten timnas. Pada tahun 1982, Ronny berpindah ke Klub Tunas 
Inti. Setahun kemudian, ia memutuskan untuk pensiun sebagai pemain dan 
beralih profesi sebagai pelatih.

Ronny melatih beberapa klub antara lain Persiba Balikpapan, Krama 
Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar 
Utama, Persitara Jakarta Utara, dan Persija Jakarta. Prestasinya yang 
gemilang terbukti ketika ia menggawangi Petrokimia Putra dan 
mempersembahkan beberapa trofi bagi klub tersebut. Saat ini, klub 
tersebut sudah melebur dengan Klub Gresik United (GU). Ronny membawa 
Petrokimia meraih Juara Surya Cup, Petro Cup, dan runner-up Tugu Muda 
Cup. Selain itu, Ronny juga pernah menjabat menjadi Direktur Pembinaan 
Usia Muda PSSI (2006), Wakil Ketua Komdis (2006), dan Tim Monitoring 
Timnas (2007).

Sayang sekali, di balik kesuksesannya dalam karier, Ronny harus 
menelan pil pahit yang datang dari anak-anaknya yang terjerat narkoba. 
Namun, ia menerima kenyataan pahit itu sebagai cobaan sekaligus 
teguran karena selama berkarier di dunia sepak bola, ia terlalu sibuk 
dengan urusannya dan tidak ada banyak waktu untuk bersekutu dengan 
Sang Pencipta. Untunglah, ia segera menyadari kesalahannya itu dan 
memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai seorang pelatih, 
dan mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga ia bisa membimbing anak-
anaknya. Ia meletakkan jabatannya sebagai pelatih Petrokimia dan 
berkonsentrasi untuk membantu penyembuhan kedua anaknya, Henry Jacques 
Pattinasarany (Yerry) dan Robenno Pattrick Pattinasarany (Benny). 
Ronny tetap sabar dan penuh kasih membimbing anak-anaknya. Akhirnya, 
kedua anaknya berhasil diselamatkan dan dipulihkan.

Ronny yakin tidak ada kata menyerah bersama Tuhan, walaupun ia sendiri 
babak belur. Beberapa dokter telah didatanginya untuk membantu 
penyembuhan anak-anaknya, tetapi tidak ada yang berhasil. Oleh karena 
itu, Ronny memutuskan untuk mendekatkan diri secara pribadi kepada 
Tuhan dan kepada anak-anaknya (keluarga). Menurut Ronny, kunci 
pemulihan keluarga adalah kasih sayang. Maka dari itu, ia dan istrinya 
bekerja sama untuk menyelamatkan keutuhan keluarganya.

Ronny bukan sekadar berteori, melainkan ia juga mempraktikkan kasih 
dalam sikap dan perbuatan yang nyata. Sekalipun anak-anaknya bertindak 
buruk, namun dengan penuh kasih Ronny terus berusaha untuk merangkul 
mereka. Ronny sangat percaya bahwa masih ada Tuhan, Sahabat yang pasti 
sanggup menolong. Sejak itu, ia punya kekuatan untuk terus bergumul. 
Ia juga semakin tekun dalam doa untuk anak-anaknya. Hasilnya, anak-
anaknya sembuh dari kecanduan narkoba serta begitu taat dan 
menghormati orang tua mereka. "Dalam Tuhan tidak ada yang mustahil, 
itu yang selalu saya ingatkan pada mereka," kata Ronny.

Setelah badai berlalu, Ronny kembali terjun ke dunia sepak bola, dunia 
yang membesarkan namanya. Meskipun bukan sebagai pelatih lagi, namun 
ia aktif dalam kegiatan yang mendukung kemajuan sepak bola Indonesia, 
seperti menjadi Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI (2006), Wakil Ketua 
Komdis (2006), dan Tim Monitoring Timnas (2007).

Di sepanjang perjalanan hidupnya, satu hal yang selalu dipegang oleh 
Ronny. Ia yakin bahwa doa adalah kunci merobohkan benteng dosa yang 
mengikat manusia dan cara berserah kepada Tuhan yang penuh kasih.

Sayangnya, pada usianya yang belum begitu tua, kanker hati 
menggerogoti tubuh Ronny. Ia meninggal di Jakarta karena penyakit 
tersebut, pada 19 September 2008. Meski telah tiada, figurnya tetap 
terpatri di dalam benak dan hati keluarga dan bangsa Indonesia, 
khususnya di rana persepakbolaan Indonesia.

Dirangkum dari:
1. _________. "Ronny Pattinasarani". Dalam 
http://id.wikipedia.org/wiki/Ronny_Pattinasarani
2. LOU. "Ronny Pattinasarany, Kapten yang Penuh Kasih". Dalam 
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/19/1958113/ronny.pattinasarany
.kapten.yang.penuh.kasih
3. _________. "Ronny Pattinasarani - Berebut Kasih Sayang dengan 
Bandar". Dalam 
http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputi-
pencegahan/kisah-narkoba/3119/ronny-pattinasarani-berebut-kasih-sayang
-dengan-bandar


          TAHUKAH ANDA: RONNY MELAHIRKAN PESEPAK BOLA CILIK

Ronny Pattinasarany memiliki cita-cita yang mulia. Ia ingin sepak bola 
di Indonesia maju dan berkembang, serta diakui di Asia dan dunia. 
Untuk meraih cita-citanya ini, ia membina para pemain sepak bola sejak 
usia dini. Ia merintis pembangunan Sekolah Sepak Bola (SSB) untuk 
anak-anak. Hingga saat ini, sudah banyak SSB lain yang tumbuh subur 
dan menyebar ke seluruh penjuru tanah air, dan menampung bakat-bakat 
pesepak bola cilik.

Selain memulai SSB, Bung Ronny juga yang membawa futsal dan 
memopulerkannya di Indonesia. Menurutnya, futsal menjadi bagian 
integral dari pembangunan sepak bola modern. Ia didukung McDonald`s 
Indonesia dan Harian Kompas, berkeliling ke sejumlah kota besar 
sepanjang tahun 2001 hingga berhasil membawa Indonesia sebagai tuan 
rumah Kejuaraan Asia Futsal pada tahun 2002. Ronny melihat korelasi 
yang kuat antara futsal dengan sepak bola. Di negara-negara yang maju 
di bidang sepak bola (seperti Brasil, Spanyol, Iran, dan Jepang), 
biasanya juga memiliki kemajuan dalam futsal.

Sejak tahun 2006, Ronny membidani dan menangani Liga Medco, kejuaraan 
sepak bola resmi PSSI untuk anak-anak berusia 15 tahun. Ia sungguh 
beruntung mendapatkan dukungan penuh Arifin Panigoro, pendiri 
sekaligus pemilik Medco Group, untuk mewujudkan cita-citanya itu. 
Kesamaan visi kedua tokoh ini, yaitu untuk memajukan sepak bola 
Indonesia melalui pemain-pemain berbakat sejak usia dini, membuahkan 
hasil yang bagus melalui Liga Medco.

Selama 3 tahun ini, Liga Medco yang didukung penuh oleh Medco 
Foundation, memberikan kesempatan kepada 1.500 pesepak bola berbakat 
dari seluruh Indonesia untuk tampil di pentas nasional. Mereka pun 
terjaring dan berhasil masuk tim nasional sepak bola Indonesia U-15 
dan U-16. Bahkan, tim nasional Indonesia U-17 yang saat ini melakukan 
pemusatan latihan nasional selama 2 tahun di Uruguay, hampir diisi 
pemain-pemain yang berasal dari Liga Medco.

Pada tahun 2007, Arifin Panigoro sempat mendorong Ronny untuk menjadi 
Ketua Umum PSSI. Ronny berterima kasih kepada Pak Arifin yang 
memercayainya menjadi Ketua Umum PSSI. Tetapi, bukan jabatan itu yang 
menjadi cita-citanya. "Saya ingin membina sepak bola melalui anak-
anak. Karena dari sana, sepak bola Indonesia akan menemukan masa 
depannya," tuturnya. Dan selama tiga tahun menangani Liga Medco, cita-
cita itu mulai menemukan titik terangnya. Sayangnya, sebelum cita-
citanya terwujud, Ronny telah dipanggil menghadap Sang Khalik.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/ronny-pattinasarany/catatan-
nasional-cita-citanya-tak-boleh-berhenti/52902611636


Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: Doni K., Sigit, dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org