Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/96

Bio-Kristi edisi 96 (6-8-2012)

Robert Wolter Monginsidi

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_________________________Edisi 96, Agustus 2012_______________________

DAFTAR ISI
RIWAYAT: ROBERT WOLTER MONGINSIDI
TAHUKAH ANDA: AMPUNILAH MUSUHMU, BERDOALAH BAGINYA
SISIPAN: LOWONGAN SABDA 2012 -- IT FOR GOD

Shalom,

Salam kemerdekaan! Tahukah Anda bahwa ketika Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, dunia internasional tidak
serta-merta mengakuinya? Kemerdekaan Indonesia baru diakui tanggal 27
Desember 1949 dalam Perundingan Meja Bundar. Baru pada tanggal 17
Agustus 1950, negara bagian terakhir dibubarkan dan Ir. Soekarno
memproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan para
pahlawan selama 4 tahun 4 bulan dalam perang revolusi sungguh tidak
terkira, bahkan dapat dikatakan melebihi perjuangan Indonesia semasa
Perang Dunia II. Dalam masa inilah, Robert Wolter Monginsidi hadir dan
membaktikan hidupnya bagi kedaulatan Indonesia. Selamat membaca
biografi Robert Wolter Monginsidi dalam edisi ini.

Staf Redaksi Bio-Kristi,
Kusuma Negara
< http://biokristi.sabda.org >

"Barangsiapa menguasai waktunya, menguasai hidupnya." Mike Murdock --
Penginjil, Pengkhotbah

                   RIWAYAT: ROBERT WOLTER MONGINSIDI
                   (1925 -- 1949) Pahlawan Nasional
                     Dirangkum oleh: Sri Setyawati

Robert Wolter Monginsidi adalah salah satu pahlawan nasional yang
berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam usia yang
relatif muda, dia telah mengurbankan banyak waktu dan tenaga serta
hidupnya untuk bangsa yang dicintainya. Inilah salah satu sikap yang
harus diteladani seluruh bangsa Indonesia, yang akhir-akhir ini sudah
mulai langka. Rasa cinta tanah air yang melekat dalam dirinya
benar-benar mendasari kesetiaannya kepada negara.

Wolter lahir di desa Mamalayang, Manado pada tanggal 14 Februari 1925.
Dia adalah putra ke-4 dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Petrus
Monginsidi dan ibunya bernama Lina Suawa. Wolter memunyai panggilan
kesayangan yaitu Bote’. Dia adalah anak laki-laki yang gesit dan
lincah, yang memiliki segudang harapan dan keyakinan, juga kemauan
keras untuk mewujudkan harapan. Wolter juga tipe anak yang giat
belajar dan membantu orang tua. Kepribadiannya yang tangguh dan
pantang menyerah adalah hasil didikan keluarganya yang menerapkan
prinsip disiplin dan rajin bekerja. Karenanya, tidak heran jika
setelah dewasa Wolter menjadi sosok yang penuh semangat juang,
berkarakter, cerdas, dan berkarisma.

Bagi Wolter, pendidikan sangat penting. Setelah tamat dari HIS
(setingkat SD) pada tahun 1931, dia melanjutkan studi ke MULO Frater
Don Bosco (setingkat SMP) di Manado. Setelah itu, Wolter melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Pertanian yang didirikan Jepang di Tomohon, dan
masuk ke Sekolah Guru Bahasa Jepang. Dengan berbekal pengetahuannya
yang cukup banyak itu, pada usia 18 tahun dia mulai mengajar di
Malalayang, Liwutung, dan Luwuk Banggai. Wolter juga pernah bersekolah
di SNIP Nasional di Makassar. Sayangnya, dia berhenti di tengah jalan
karena terjadinya Perang Pasifik. Meskipun demikian, dia tidak hanya
berpangku tangan; dia tetap aktif terlibat dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai negara yang baru saja merdeka, kegiatan diplomasi negara
Indonesia berpusat di pulau Jawa. Kenyataan ini dimanfaatkan oleh
Belanda untuk menjadikan daerah-daerah di luar Jawa sebagai sasaran
utama diplomasinya. Pasukan NICA (Belanda) kemudian mendarat di
Makassar dan menduduki beberapa wilayah di Sulawesi, termasuk Ujung
Pandang. Ketika Wolter melihat Belanda yang masih ingin berkuasa
bertindak kejam terhadap rakyat, ia memilih untuk berhenti mengajar
dan bergabung dalam barisan pejuang muda Indonesia.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, Wolter memimpin serangan terhadap pos
tentara Belanda dalam kota. Akan tetapi, anggota barisan pemuda yang
membantu Wolter masih sedikit, sehingga perlawanan mereka mudah
dikalahkan oleh Belanda. Strategi gerilya yang diterapkan tidak mampu
melumpuhkan pertahanan Belanda. Belanda berhasil menguasai kota Ujung
Pandang, karenanya pejuang-pejuang mengundurkan diri ke luar kota dan
memusatkan kekuatan di Polombangkeng. Untuk menyatukan tenaga
perjuangan, maka dibentuklah Laskar Pemberontakan Rakyat Sulawesi
Selatan (LAPRIS) pada tanggal 17 Juli 1946, di desa Rannaya. Dalam
laskar tersebut, Ranggong Daeng Rongo dipilih menjadi ketua dan Wolter
sebagai sekretaris jenderal. Sesuai jabatannya ini, Wolter bertanggung
jawab untuk menyusun rencana operasi-operasi militer dan bergerak
bersama para pemuda. Untuk mengetahui rahasia musuh, tak jarang ia
memasuki kota dan menyamar sebagai Polisi Tentara Belanda. Dengan
begitu, ia dapat menentukan sasaran serangan. Dengan taktik tersebut,
Belanda mengalami kesulitan dan kerugian besar.

Untuk menghentikan perjuangan para pemuda ini, Belanda mengadakan
razia besar-besaran pada tanggal 28 Februari 1947. Wolter yang sedang
melakukan penyamaran ikut terjaring dalam razia itu, lalu ditangkap,
dan dimasukkan ke penjara. Tanggal 27 Oktober 1947, bersama Abdullah
Hadade, H.M. Yoseph, dan Lewang Daeng Matari, ia berhasil meloloskan
diri melalui cerobong asap dapur dan menimbulkan kekacauan di kalangan
tentara Belanda. Karena kelihaian dan kecekatannya, Belanda pun
kewalahan untuk menangkapnya. Akhirnya, razia yang dilakukan Belanda
kian diperketat, dan Belanda memberikan iming-iming hadiah bagi siapa
yang bisa menangkap Wolter. Belanda memiliki banyak mata-mata untuk
melumpuhkan Wolter. Dalam persembunyiannya, Wolter berkata, "Tidak ada
lagi bantal untuk kubaringkan kepalaku di sini." Tidak lama kemudian
Wolter kembali ditangkap dan dipenjara di Kiskampement Makassar.
Awalnya, Belanda membujuk Wolter untuk bekerja sama, namun dia
menolaknya. Alhasil, pihak pengadilan kolonial Belanda, hakim Meester
B. Damen, menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Wolter pada tanggal 26
Maret 1949. Dia dibawa ke Pacinang untuk menjalani hukuman mati.
Meskipun mengetahui bahwa dia akan mati, Wolter tetap tenang. Dengan
penuh keberanian, dia memegang Injil di tangan kirinya dan mengepalkan
tangan kanannya sambil memekikkan teriak "Merdeka!"

Sebelum Robert mengembuskan napas terakhirnya, dia menulis beberapa
pesan sebagai berikut.

1. Jangan takut melihat masa yang akan datang. Saya telah turut
   membersihkan jalan bagi kalian, meskipun belum semua tenagaku
   kukeluarkan.
2. Jangan berhenti mengumpulkan pengetahuan, agar kepercayaan pada
   diri sendiri tetap ada dan juga dengan kepercayaan teguh pada
   Tuhan, janganlah tinggalkan kasih Tuhan yang mengatasi
   segala-galanya.
3. Bahwa sedari kecil harus tahu berterima kasih, tahu berdiri
   sendiri! Belajarlah melipat kepahitan! Belajar mulai dari 6 tahun,
   dan jadilah contoh mulai dari hal kecil -- bersedia berkorban untuk
   orang lain.
4. Apa yang saya bisa tinggalkan hanyalah rohku saja, yaitu roh
   kesetiaan hingga terakhir pada tanah air dan tidak mundur sekalipun
   menemui rintangan apa pun menuju cita-cita kebangsaan yang ketat.
5. Memang betul, bahwa ditembak bagi saya berarti kemenangan batin dan
   hukuman apa pun tidak membelenggu jiwa.
6. Perjuanganku terlalu kurang, tapi sekarang Tuhan memanggilku, rohku
   saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi. Semua air mata dan
   darah yang telah dicurahkan akan menjadi salah satu fondasi yang
   kokoh untuk tanah air kita yang dicintai Indonesia.
7. Saya telah relakan diriku sebagai korban dengan penuh keikhlasan
   memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yang akan datang, saya
   percaya penuh bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan
   kepada Tuhan yang Maha Esa.
8. Jika jatuh sembilan kali, bangunlah sepuluh kali; jika tidak bisa
   bangun, berusahalah untuk duduk dan berserah kepada Tuhan.
   (Pesan-pesan ini adalah pesan asli Wolter Robert Monginsidi.)

Sedangkan pesan terakhir Robert sebelum ditembak mati adalah:
1. Setia hingga akhir di dalam keyakinan!
2. Saya minta dimakamkan di Polombangkeng karena di sana banyak kawan
   saya yang gugur.
3. Sampaikan salam saya kepada Papa, saudara-saudara saya di
   Malalayang serta teman-teman seperjuangan, saya jalani hukuman
   tembak mati ini dengan tenang, tidak ada rasa takut dan gentar demi
   kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta.

Wolter gugur dalam usia 24 tahun, usia yang masih muda. Akan tetapi,
baru pada tanggal 10 November 1950, kuburannya dipindahkan ke Taman
Makam Pahlawan Ujung Pandang. Atas jasa-jasanya kepada negara, Robert
dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, Bintang Mahaputra (Adipradana)
berdasarkan SK Presiden RI No.088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November
1973.

Selama hidupnya, Robert Monginsidi banyak memberikan teladan bagi
generasi kita. Meskipun masa perjuangannya sangat singkat, tetapi jiwa
nasionalismenya berpadu dengan keberanian, keteguhan hati, kesetiaan,
dan iman yang sangat luar biasa. Sikap rela berkorban dan patriotisme
yang tinggi, serta semangat untuk meraih pendidikan yang berkualitas
dan tinggi, sepantasnya diteladani oleh anak-anak muda masa kini.
Imannya yang kuat di dalam Tuhan Yesus Kristus juga layak diikuti oleh
setiap orang Kristen. Sekalipun harus kehilangan nyawa, dia tetap
menjangkarkan imannya di dalam Tuhan Yesus.

Dirangkum dari:
1. _________. "Berani Mati Terhormat". Dalam http://www.tokohindonesia.com/
   biografi/article/295-pahlawan/909-berani-mati-terhormat
2. _________. "Robert Wolter Mongisidi". Dalam http://www.pelitahati.co/
   2011/08/robert-wolter-mongisidi.html
3. Tontey, Max Edward. "Robert Wolter Mongisidi". Dalam
   http://infominahasa.blogspot.com/2009/03/robert-wolter-mongisidi.html

           TAHUKAH ANDA: AMPUNILAH MUSUHMU, BERDOALAH BAGINYA

Beberapa menit sebelum dieksekusi, Robert Wolter Monginsidi --
pemimpin gerilya yang ditakuti tentara Belanda -- menjabat tangan dan
mengampuni regu serdadu yang bertugas menghabisi nyawanya. Wolter
berkata, "Laksanakan tugas Saudara, Saudara-Saudara hanya melaksanakan
tugas dan perintah atasan, saya memaafkan Saudara-Saudara dan semoga
Tuhan mengampuni dosa-dosa Saudara-Saudara." Mungkin Wolter teringat
dengan ucapan pengampunan Tuhan Yesus saat penyaliban-Nya di kayu
salib.

"SETIA HINGGA TERAKHIR DALAM KEYAKINAN!" itulah motto hidup Wolter
yang ditulisnya dalam selembar kertas, yang ditemukan pada Alkitab
yang dibawanya ketika dia menerima eksekusi hukuman mati. Itulah
pernyataan keyakinannya kepada Tuhan dan perjuangannya untuk
kemerdekaan bangsa Indonesia yang tidak pernah pudar.

Sumber: http://www.pelitahati.co/2011/08/robert-wolter-mongisidi.html

                SISIPAN: LOWONGAN SABDA 2012 -- IT FOR GOD

Apakah Anda orang Kristen yang terpanggil untuk memakai talenta Anda
bagi kemuliaan Tuhan? Bergabunglah dengan SABDA sekarang juga! Yayasan
Lembaga SABDA < http://ylsa.org > adalah yayasan Kristen non-profit,
non-komersial, dan interdenominasi, yang melayani dengan media
komputer dan internet. Saat ini kami membutuhkan beberapa staf yang
punya kemampuan dan punya beban pelayanan.

STAF IT

1. Programmer Komputer
a. Menguasai bahasa pemrograman komputer.
b. Memiliki kemampuan logika, matematika, dan testing/debugging

2. Web Designer (Situs/CMS) & Web Designer (Grafis)
a. Menguasai (X)HTML/CSS/PHP/MySQL,dll. (WD Situs)
b. Menguasai tools grafis (WD Grafis)
c. Memiliki pengalaman dengan situs dinamis/interaktif dan CMS design.

3. Database Administrator/Designer
a. Menguasai MySQL/MS SQL/Oracle
b. Berpengalaman dengan database: admin, design, atau programming
   maintenance dan bisa tools untuk data conversions/data entry.

4. IT/MIS (Sysop, Hacker, PM, SA, NetAdmin, HDWR)
a. Menguasai sistem jaringan teknologi informasi.
b. Memiliki pengalaman luas dengan sistem TI.

EDITOR & PENERJEMAH

a. S1 bahasa Indonesia (editor).
b. DIII/S1 Sastra Inggris (penerjemah).
c. Memiliki kemampuan menulis dengan baik.
d. Memiliki pengalaman menerjemahkan atau menyunting naskah.

HUMAS/PUBLIC RELATIONS

a. DIII/S1 Komunikasi Massa (atau sejenis).
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
c. Memiliki pengalaman pelayanan dan berorganisasi.

Kualifikasi Umum:
1. Seorang Kristen yang mengasihi Tuhan dan punya hati untuk melayani Tuhan.
2. Memiliki semangat untuk terus-menerus belajar hal-hal baru.

Kirimkan lamaran dan CV Anda ke email:
YAYASAN LEMBAGA SABDA - HRD < cv@sabda.org >
Info lengkap: http://www.ylsa.org/lowongan

Kontak: < biokristi(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P.
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/biokristi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org