Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/66

Bio-Kristi edisi 66 (2-5-2011)

Todung Sutan Gunung Mulia

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
__________________________Edisi 66, Mei 2011__________________________

DAFTAR ISI
RIWAYAT: TODUNG SUTAN GUNUNG MULIA
TAHUKAH ANDA: ENSIKLOPEDIA BAHASA INDONESIA PERTAMA
SISIPAN: I-HUMOR MOBILE

Salam sejahtera,

Tidak hanya mengulas tokoh-tokoh Kristen mancanegara, Bio-Kristi juga
rindu memperkenalkan karya-karya anak Tuhan di Indonesia yang memiliki
dampak yang besar. Todung Sunan Gunung Mulia, Menteri Pendidikan
Indonesia pada kabinet Syahrir I dan II, adalah salah satu dari sekian
banyak tokoh Kristen yang membuktikan bahwa umat Kristen pun dapat
berkontribusi di ranah politik. Informasi selengkapnya tentang
penggagas Partai Kristen Indonesia ini, dapat Anda simak dalam edisi
Bio-Kristi kali ini. Untuk menambah pengetahuan Anda, Bio-Kristi edisi
ini juga menghadirkan info tentang PESTA (Pendidikan Elektronik Studi
Teologia Kaum Awam). Semoga Anda diberkati dengan sajian kami.

Staf Redaksi Bio-Kristi,
Kusuma Negara
< http://biokristi.sabda.org >

"Ketinggian Nama Toehan itoelah toedjoean jang terachir dari segala
machloek dan segala oesaha manoesia, djoega di dalam lapangan
politiek. Politiek Kristen tidak sematamata ditoedjoekan pada
keoentoengan doeniawi, bagi politiek Kristen jang mendjadi oekoeran
kebesarannja boekanlah hasil doeniawi jang diperoleh, akan tetapi
apakah di dalam segala oesahanja itoe partij mengandjoerkan,
mempertahankan dan menjalankan azas2 dari Firman Toehan." -- Pdt.
Basoeki Probowinoto (Pendeta GKJ, Pendiri Parkindo, dan beberapa
gerakan dalam dan antar-agama di Indonesia)

                   RIWAYAT: TODUNG SUTAN GUNUNG MULIA
            (1896 -- 1966) Tokoh Pendidikan, Tokoh Nasional
                     Diringkas oleh: Sri Setyawati

Permulaan abad ke-20 merupakan masa yang sangat penting dalam sejarah
Indonesia. Sebab, pada abad inilah tersemai bibit-bibit kesadaran
untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kolonialisme. Abad ini juga
merupakan awal munculnya para pemikir, pembaru, dan tokoh revolusi
Indonesia. Salah satu dari antara para tokoh-tokoh tersebut adalah
Prof. Dr. Todung Gelar Sutan Gunung Mulia Harahap, yang akrab disapa
Mulia. Mulia hidup di dalam nuansa penjajahan Belanda. Apabila dirunut
dari silsilahnya, Mulia masih memunyai hubungan darah dengan Amir
Syarifuddin Harahap -- Perdana Menteri Indonesia, periode 3 Juli 1947
- 29 Januari 1948.

Dia dilahirkan di sebuah kota kecil, di Padang Sidempuan, Sumatera
Utara, pada tanggal 21 Januari 1896. Mulia adalah keturunan bangsawan
Batak yang beragama Kristen. Dia hidup dalam komunitas Kristen yang
mengakar kuat. Selain mempelajari mata pengetahuan umum, Mulia juga
mempelajari agama dengan tekun. Kegemarannya dalam belajar, lahir
karena didikan ayah dan ibunya yang tekun beragama. Di sekolah, Mulia
tergolong anak yang pandai, terutama dalam berbahasa Belanda.

Pendidikan dan Aktivitas

Setelah menyelesaikan jenjang pendidikan di tanah air, Mulia kemudian
hijrah ke Belanda. Dia menuntut ilmu di Universitas Leiden. Di sana,
dia mengambil jurusan hukum. Sebagai seorang mahasiswa, Mulia termasuk
orang yang senang bersosialisasi. Dia banyak bertemu aktivis-aktivis
Kristen. Melalui aktivitas di kampus dan pergaulannya dengan
teman-temannya itu, Mulia menemukan jati dirinya -- jati diri pribadi
maupun jati diri kebangsaannya.

Suatu hari, di tengah-tengah kesibukannya di kampus dan aktivitas
gereja, Mulia berkenalan dengan Hendrik Kraemer yang kemudian menjadi
sahabat dan "gurunya". Hendrik adalah seorang misiolog, teolog awam,
dan tokoh ekumenis Hervormd, Belanda. Di Universitas Leiden, Mulia dan
Hendrik banyak berdiskusi tentang masa depan gerakan Kristen. Pada
tahun 1930-an, Hendrik dan Mulia terlibat dalam perjuangan mendirikan
gereja-gereja Kristen di pelbagai daerah di Nusantara.

Setelah menyelesaikan studi hukumnya di Universitas Leiden, tahun 1919
Mulia kembali ke kampung halamannya. Dia kemudian menjadi guru.
Setahun kemudian, Mulia diangkat menjadi kepala sekolah
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Kotanopan, Mandailing Natal,
Sumatera Utara. Selain sebagai pendidik, Mulia juga mulai membangun
jaringan dengan para aktivis gereja di wilayah Sumatera. Berkat
pengalaman yang dia timba dari Belanda dan relasinya yang luas, orang
menaruh simpati akan kecerdasan dan keuletannya dalam memperjuangkan
dunia pendidikan. Sejak saat itu dia dianggap sebagai tokoh penting.

Pada periode 1920-an, Mulia sudah terlibat dalam pergerakan nasional.
Salah satu organisasi pribumi yang diikutinya adalah Jong Sumatranen
Bond (JBS), yang meliputi seluruh wilayah Sumatera. Dalam JSB, Mulia
termasuk aktivis yang masih muda. Teman sebayanya adalah Sanusi Pane
dan Amir Syarifuddin. Akan tetapi, pada kurun waktu 1922-1925 JSB
mengalami kemunduran. Sanusi Pane dan teman-temannya yang bersuku
Batak, akhirnya merintis organisasi sendiri yang dinamai Jong Batak.
Mulia pun ikut bergabung di dalamnya. Selanjutnya, pada tahun 1922 dia
mewakili suku Batak menjadi anggota Volksraad. Mulia menjadi anggota
Volksraad dalam masa sidang 1922-1927 dan 1935-1942. Pada tahun itu
pula, dia menerbitkan sebuah majalah mingguan, Zaman Baroe (New Era).
Majalah ini merupakan suatu media untuk menampung gagasan dan
pemikiran kalangan Kristen pada saat itu.

Selain terlibat aktif dalam sejumlah organisasi politik dan
pendidikan, serta menjadi anggota Volksraad, Mulia juga dikenal
sebagai aktivis gereja. Puncaknya, pada tahun 1928 Mulia pernah
mengikuti Konferensi Pekabaran Injil Sedunia di Yerusalem. Di
konferensi itu, dia bertemu lagi dengan Hendrik Kraemer. Seusai
mengikuti konferensi dan berbincang-bincang dengan Hendrik, Mulia
semakin memiliki banyak ide dan gagasan yang berkecamuk di benaknya.
Beberapa ide yang ingin dilakukannya antara lain memperluas jaringan
pendidikan (Kristen), memperbanyak dan menerjemahkan Alkitab, serta
mendirikan organisasi politik untuk menampung suara kaum Kristen.
Keinginannya akhirnya tercapai. Pada tahun 1929, dia mendirikan partai
politik Kristen yang bernama Christelijk Etische Partij (CEP). CEP
merupakan partai politik Kristen pertama di Indonesia. Namun, karena
ada berbagai pertimbangan, CEP kemudian berganti nama menjadi
Christelijk Staatkundige Partij (CSP). Selain mendirikan partai
politik, Mulia dan Hendrik bersama-sama menerjemahkan Alkitab dan
menyebarluaskannya ke wilayah-wilayah di Hindia, misalnya di Bali,
Nusa Tenggara, dan Jawa Timur. Bahkan, Mulia juga terlibat dalam
sebuah konferensi yang diadakan oleh pemuda Kristen Batak bulan
Oktober 1932 di Padalarang. Konferensi ini menghasilkan wadah bagi
pemuda-pemuda Batak yang dinamakan Naposobulung Kristen Batak (NKB).
Mulia berperan penting dalam perjalanan NKB, hingga terbentuknya
jemaat HKBP Bandung. Melihat sepak terjangnya di kancah politik dan
agama, tak disangsikan lagi, Mulia pun menjadi tokoh nasional yang
kiprahnya mulai diperhitungkan.

Aktivitas Mulia di dunia pendidikan dan politik terus berlanjut hingga
terbitnya fajar kemerdekaan. Ketika Indonesia memulai babak baru
kehidupan berbangsa dan bernegara, Mulia tidak hanya menjadi penonton,
tetapi juga memainkan peran penting pada masa awal kemerdekaan.

Jabatan Menteri

Keterlibatan Mulia dalam dunia politik terus berlanjut. Pada tanggal
18 November 1945, Mulia dan rekan-rekannya mendirikan Partai Kristen
Indonesia (Parkindo). Sejarah pendirian Parkindo sendiri berawal dari
serentetan pertemuan yang diadakan oleh para tokoh Kristen (Protestan
dan Katolik) di Jakarta untuk merencanakan pembentukan sebuah partai
bagi seluruh umat Kristen Indonesia. Tanggal 9 November 1945, para
tokoh Protestan dan Katolik kembali mengadakan pertemuan. Akhirnya
pertemuan malam itu, sepakat membentuk sebuah partai untuk umat
Kristen Protestan dengan nama Partai Kristen Nasional -- nama yang
diusulkan oleh Sutan Gunung Mulia. Tanggal 10 November 1945, para
tokoh Kristen Protestan dan Katolik itu mendeklarasikan berdirinya
Partai Kristen Nasional (Parkindo).

Empat hari setelah pendirian Parkindo -- 14 November 1945, Mulia
ditunjuk oleh Presiden Sukarno menjadi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, menggantikan Ki Hajar Dewantara. Mulai saat itu, Mulia
berjuang membangun dunia pendidikan Indonesia yang kacau balau sejak
pemerintahan Hindia Belanda hingga Jepang. Tentu saja, periode
revolusi Indonesia juga dimanfaatkan untuk merevolusi paradigma
pendidikan, yakni dari paradigma "bangsa lain" menjadi paradigma
kebangsaan Indonesia. Akan tetapi, untuk mewujudkan hal ini tentu saja
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Apalagi pada saat itu,
pemerintah juga disibukkan dengan penataan infrastruktur pendidikan
dan memperluas akses pendidikan untuk semua kalangan masyarakat.

Jabatan Mulia sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan hanya singkat,
14 November 1945 - 2 Oktober 1946. Namun, dia berhasil melakukan
banyak kemajuan-kemajuan pendidikan di Indonesia. Gebrakan-gebrakan
yang dilakukannya yaitu meneruskan kebijakan menteri sebelumnya yakni
mengubah kurikulum pendidikan yang berwawasan kebangsaan, memperbaiki
sarana dan prasarana pendidikan (membangun kembali sekolah dan
menambah jumlah tenaga pengajar), dan memperluas lembaga-lembaga
pendidikan yakni tidak hanya terfokus pada lembaga pendidikan umum,
tetapi juga pendidikan yang berlatar belakang agama. Tidak dimungkiri,
upaya untuk menerjemahkan pemikiran dan gagasan Mulia ke dalam
kebijakan-kebijakan pendidikan sesuai dengan harapan masyarakat banyak
dalam rentang waktu 1 tahun cukup sulit. Akan tetapi, Mulia memiliki
akses yang cukup luas untuk menghidupkan pendidikan-pendidikan,
terutama yang berorientasi agama (Kristen). Berdasarkan pengalaman
ini, Mulia dan rekan-rekannya dalam komunitas Kristen mulai membangun
jaringan pendidikan Kristen yang diakui sangat berkualitas hingga saat
ini.

Karier dalam Pendidikan

1951 -- Guru Besar Universitas Darurat Indonesia dan Universitas
        Indonesia.
1950-1960 -- Pendiri dan ketua pertama Dewan Gereja-Gereja Indonesia
1950-1960 -- Pendiri Universitas Kristen Indonesia.
1955 -- Pemimpin Redaksi Ensiklopedia Indonesia
1966 -- Doktor Honoris Causa Teologia.

Mulia wafat pada tanggal 11 November 1966 di Amsterdam, dan
dikebumikan di Jakarta.

Diringkas dari:
Nama situs: Adie Prasetyo
Alamat URL: http://menyempal.wordpress.com/tokoh-pendidikan-4/
            todung-sutan-gunung-mulia/
Penulis: Adie Prasetyo
Tanggal akses: 15 Februari 2011

          TAHUKAH ANDA: ENSIKLOPEDIA BAHASA INDONESIA PERTAMA

Ensiklopedia pertama yang menggunakan bahasa Indonesia disusun oleh
Todung Sutan Gunung Mulia dan diterbitkan W. Van Hoeve di Bandung
tahun 1955. Ensiklopedia ini disusun dengan menggunakan ejaan
Soewandi, yang berlaku mulai 1947. Istilah-istilah yang digunakan
berpedoman pada Komisi Istilah, majalah Medan Bahasa, Bahasa dan
Budaja, Kamus Umum, Pembina Bahasa Indonesia, hingga Kitab Logat
Melajoe.

Sumber: http://menyempal.wordpress.com/tokoh-pendidikan-4/
        todung-sutan-gunung-mulia/

                         SISIPAN: I-HUMOR MOBILE

Kabar gembira! Saat ini Anda dapat mengakses humor-humor bersih,
membangun, yang dilengkapi dengan ayat Alkitab melalui HP Anda.
Yayasan Lembaga SABDA telah meluncurkan situs khusus yang memudahkan
para pengguna HP untuk mengakses situs i-Humor. Anda dapat mengakses
setiap humor yang ada dalam situs i-Humor dengan lebih cepat dan mudah
melalui HP Anda. Tidak hanya humor, ada pula artikel-artikel seputar
humor yang dapat menambah wawasan dan memberkati Anda. Tunggu apa
lagi! Segera buka situs i-Humor Mobile di HP Anda, dan dapatkan berkat
setiap hari melalui humor-humor yang tersedia.

==> http://m.humor.sabda.org/

Kontak: < biokristi(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P.
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/biokristi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org