Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/3

Doa 40 Hari 2016 edisi 3 (29-5-2016)

Suku Bima (Dou Mbojo)

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- MINGGU, 29 MEI 2016

SUKU BIMA (DOU MBOJO)

Dirangkum oleh: Odysius

Suku Mbojo, atau yang juga dikenal dengan suku Bima atau Dompu, tinggal di daerah dataran rendah Kabupaten Bima dan Dompu di provinsi Nusa Tenggara Barat. Kedua kabupaten ini terletak di sebelah timur Pulau Sumbawa. Terdapat juga beberapa orang suku Mbojo yang tinggal di Pulau Sangeang. Meskipun wilayah ini memiliki pantai yang panjang dengan banyak teluk, kebanyakan dari populasi suku tersebut tidak pergi ke laut untuk mencari mata pencaharian. Bahkan, sebagian besar komunitas mereka dibangun dengan jarak sekitar 5 km dari tepi pantai. Bagian utara Pulau Sumbawa merupakan daerah yang subur, tetapi bagian selatannya tandus. Suku Mbojo juga disebut Oma ("berpindah") karena mereka sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bahasa Bima, terkadang disebut Nggahi Mbojo, memiliki beberapa dialek, termasuk Bima, Bima Donggo, dan Sangeang.

Kehidupan Masyarakat Suku Mbojo

Mata pencaharian utama suku Mbojo adalah bercocok tanam di ladang, tetapi mereka juga menanam padi di sawah dengan menggunakan sistem irigasi khusus yang disebut panggawa. Mereka juga adalah penjual kuda yang terkenal. Perempuan Bima biasanya terampil membuat anyaman dari bambu dan daun palem, serta menenun kain "tembe nggoli" yang sangat terkenal. Banyak orang Mbojo tinggal di luar wilayah rumah mereka, dan pada saat yang sama banyak orang luar yang masuk ke dalam wilayah Mbojo. Desa-desa orang Mbojo disebut "kampo" atau "kampe", dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut "ncuhi". Ncuhi dibantu oleh golongan kerabat yang tua dan dihormati. Kepemimpinan diwariskan turun-temurun di antara keturunan nenek moyang pendiri desa.

Suku Mbojo tidak tertutup terhadap pengaruh dari luar. Pada masa lampau, mereka memandang pendidikan sebagai suatu ancaman terhadap tradisi budaya mereka, tetapi sekarang mereka mendukungnya mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Mereka melihat pengaruh dari luar yang positif dalam bidang kebudayaan dan teknologi. Bentuk transportasi termasuk kereta atau gerobak yang ditarik oleh kerbau dan kereta kuda yang disebut "benhurs" setelah film Amerika yang berjudul "Ben Hur" diluncurkan. Pada tahun 1969, wilayah Nangameru di Dompu ditetapkan sebagai lokasi transmigrasi. Alhasil, banyak orang dari suku Jawa dan suku-suku lain dari wilayah yang padat populasinya datang sebagai transmigran. Hal ini menimbulkan banyak kesalahpahaman antara penghuni asli dan para transmigran, juga kesenjangan sosial yang terjadi semakin memperlebar jarak antara mereka.

Kepercayaan Suku Mbojo

Meskipun kebanyakan orang Mbojo adalah orang-orang Muslim yang taat, mereka masih memercayai roh-roh dan mempraktikkan berbagai bentuk animisme, bahkan mereka masih datang ke dukun -- yang jumlahnya cukup banyak di wilayah tersebut. Mereka meminta nasihat dan bantuan dari para dukun, khususnya ketika masa-masa sulit dan krisis sedang terjadi. Suku Mbojo takut kepada dewa-dewa setempat seperti Batara Gangga (pemimpin para dewa), Batara Guru, Idadari Sakti, dan Jeneng, juga kepada jenis-jenis roh lain yang disebut Bake dan Jin, yang menghuni pepohonan dan gunung-gunung tinggi. Mereka percaya bahwa roh-roh ini sanggup mendatangkan sakit-penyakit dan musibah. Mereka juga memercayai pohon-pohon suci di Kalate dan Murmas, di mana dewa Batara dan dewa-dewa dari Gunung Rinjani berdiam di sana. Kepercayaan para leluhur disebut dengan "Pare No Bongi" oleh orang-orang Mbojo -- kepercayaan terhadap roh-roh leluhur. Pada tahun 1930-an, ratusan orang Mbojo di daerah pegunungan di sekitar Dompu mendengar Injil dan menerimanya. Hari ini, terdapat empat desa di pegunungan dengan populasi Kristen 90 persen, tetapi mereka tidak benar-benar memahami Injil. Mereka sangat terpencil dan miskin.

Apa Kebutuhan Mereka?

Bantuan medis sangat diperlukan, khususnya bagi orang-orang Mbojo yang hanya mengandalkan dukun-dukun. Mereka juga memerlukan pelatihan tentang pertanian dan berbagai perlengkapan pertanian. Membantu meningkatkan kesadaran penduduk akan manfaat yang bisa mereka dapatkan dari hasil laut akan membantu meningkatkan status ekonomi mereka.

Untuk mengenal lebih jauh tentang suku Mbojo dan menjangkau mereka bagi Tuhan, referensi berikut ini semoga dapat menolong Anda:

Pokok Doa:

  1. Berdoalah kepada Bapa di surga supaya Roh Kudus turut bekerja dalam setiap upaya penginjilan yang dilakukan bagi suku Mbojo. Berdoalah bagi setiap tenaga misionaris yang pergi ke sana agar mereka bisa memenangkan lebih banyak jiwa dari anggota suku ini demi nama Kristus.
  2. Doakan untuk orang-orang Kristen yang berasal dari suku Mbojo ini agar Roh Kudus semakin mempertajam pemahaman mereka akan Injil, serta semakin memperlengkapi mereka untuk menjangkau saudara-saudara sesuku mereka.
  3. Doakan untuk peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat suku Bima, dan secara khusus masyarakat suku Mbojo, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Kiranya Allah, yang adalah sumber dari segala sesuatu, mencukupkan segala apa yang menjadi kebutuhan mereka melalui pemerintah setempat, institusi-institusi, terlebih gereja-gereja yang Dia pakai untuk mengabarkan berita keselamatan.

Dirangkum dari:

  1. Fahrurizki. "Mengenal Agama Asli Suku Mbojo". Dalam http://www.mbojoklopedia.com/2016/11/mengenal-agama-asli-suku-mbojo.html
  2. Melalatoa, M. Junus. "Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z". Dalam https://books.google.co.id/books?id=FbGECgAAQBAJ
  3. _____. "Mbojo in Indonesia". Dalam https://joshuaproject.net/people_groups/20293/ID
  4. _____. "Suku Bima (Dou Mbojo)". Dalam http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1118/suku-bima-dou-mbojo

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org