Teknik Mengajar dengan Menulis Kreatif

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Saat istri saya menjadi kepala divisi anak-anak sekolah minggu, dia meminta anak-anak asuhnya untuk menyediakan waktu lima belas menit dari waktu penyembahan untuk menulis satu paragraf tentang seperti apakah Tuhan itu. Berikut beberapa contoh hasilnya. "Menurutku, Tuhan itu Seseorang yang berjenggot dengan rambut yang panjang, bermata coklat dan teduh, serta berpakaian compang-camping." "Tuhan adalah orang yang hebat. Tuhan adalah sukacita dan kebahagiaan. Dia tinggi dan baik hati.

Saat istri saya menjadi kepala divisi anak-anak sekolah minggu, dia meminta anak-anak asuhnya untuk menyediakan waktu lima belas menit dari waktu penyembahan untuk menulis satu paragraf tentang seperti apakah Tuhan itu. Berikut beberapa contoh hasilnya.

"Menurutku, Tuhan itu Seseorang yang berjenggot dengan rambut yang panjang, bermata coklat dan teduh, serta berpakaian compang-camping."
"Tuhan adalah orang yang hebat. Tuhan adalah sukacita dan kebahagiaan. Dia tinggi dan baik hati. Dia orang yang hebat -- bercahaya terang, duduk di takhta di awan-awan."
"Tuhan adalah Orang baik yang berperasaan. Menurutku, Tuhan itu seperti yang ada di gambar-gambar yang mereka tunjukkan. Tuhan mungkin seperti kita karena kitab Kejadian mengatakan bahwa kita diciptakan segambar dengan-Nya. Dia pasti tampan dengan rambut yang agak keriting. Dia benar-benar bahagia di sana. Dia juga tertawa karena ini juga dikatakan di Alkitab, `Dia yang duduk di surga tersenyum (ya semacam itu).`"

Pikirkan nilai dari ekspresi-ekspresi ini, baik bagi murid maupun guru di divisi anak-anak! Murid-murid didorong untuk menyatakan pendapat mereka tentang Tuhan. Sehingga dengan demikian, kita mendapatkan beberapa pendapat tentang bagaimana konsep-konsep itu bisa terbentuk atau tidak terbentuk. Guru mengumpulkan pandangan itu pada kebutuhan teologis murid-murid mereka dan konsep spesifik mana yang salah, yang perlu diperbaiki sesuai dengan pengajaran teologi yang alkitabiah sehingga bisa menjadi dasar yang mantap.

Menulis kreatif, sebagai suatu teknik menulis, tentu saja mencakup lebih banyak kegiatan daripada satu paragraf deskripsi di divisi anak-anak. Menulis kreatif tidak harus dilakukan dengan pensil di tangan anak-anak. Pada tahun-tahun sebelumnya di divisi prasekolah, anak-anak bisa menceritakan pengalaman-pengalaman mereka dan memberikan respons terhadap gambar-gambar, kemudian guru mencatat berberapa respons mereka dan membacakannya kembali pada anak-anak.

Anak-anak yang lebih besar bisa membuat buku harian, buku catatan, cerita-cerita, sajak dan puisi, mendeskripsikan gambar, dan menulis naskah drama.

Mereka yang sudah remaja dan dewasa bisa berpartisipasi dalam menulis kreatif ini dengan membuat puisi dan cerita yang menggambarkan kebenaran tertentu dalam Alkitab yang sedang dipelajari di sekolah minggu.

Nilai-Nilai dalam Menulis Kreatif

Mungkin nilai yang paling penting dalam menulis kreatif adalah penggalian yang mendalam dalam tulisan itu sendiri. Saat kita mengeluarkan perasaan atau pendapat-pendapat kita tentang suatu hal di kertas, kita cenderung untuk mendisplin pikiran kita ke dalam pemikiran yang urut mengenai subjek itu. Itulah sebabnya para pengajar di sekolah tinggi sering memberi tugas dalam bentuk makalah dan tugas-tugas menulis lainnya yang memerlukan kedisiplinan dalam proses pemikiran yang teratur.

Dalam sebuah tulisan, sebenarnya kita sudah mendapatkan tiga nilai, pandangan diri, disiplin, dan pikiran teratur seseorang.

Wright Pillow menyarankan bahwa adalah baik mengubah urutan cerita Alkitab atau memberikan cerita kehidupan sehari-hari yang penutupnya terbuka bagi pendengar. Hal itu bisa membantu penulis untuk menemukan beberapa penyelesaian masalah tentang cerita yang dibuatnya. Kegunaan dari pengalaman seperti ini bahkan menjadi lebih terlihat saat kita mengevaluasinya dengan istilah "belajar di persimpangan". Gambaran tentang dua jalan yang bertemu di suatu persimpangan. Salah satu jalan bisa kita beri nama "Injil", yang merupakan kebenaran dan tidak dapat diubah. Jalan yang lainnya bisa dinamai "Situasi Hidup", yang harus selalu berubah. Di mana ada dua persimpangan ini, di situlah pendidikan Kristen itu diajarkan. Saat Injil diajarkan dan berkaitan langsung dengan suasana hidup seseorang, lahirlah orang baru itu (Creative Procedures for Adult Groups, Harold D. Minor, ed., Abingdon, Nashville, Tenn.).

Menulis kreatif kadang-kadang digunakan sebagai suatu respons yang efektif untuk metode lain, misalnya khotbah, pelajaran, atau diskusi. Phyllis W. Sapp memberikan contoh berikut ini, sebuah puisi yang ditulis oleh seorang anak berusia tiga belas tahun setelah dia mendengarkan suatu khotbah tentang perubahan Kristus ("Apakah kematian itu?" Creative Teaching in the Church School, Broadman, Nashville, Tenn.).

Apakah Kematian Itu?
Kematian. Apakah kematian itu?
Bagi orang ateis, kematian adalah suatu akhir,
Suatu perjalanan di luar hidup dan menuju pada suatu akhir,
Orang-orang menangisi orang yang mati,
karena mereka pikir dia telah pergi selamanya.
Kematian. Apakah kematian itu?
Bagi orang non-Kristen, kematian adalah suatu teror.
Suatu perjalanan di luar hidup menuju neraka,
Dan dia tahu itu,
Panggilan keputusasaan bagi suatu pelayanan,
Dan kemudian menjadi suatu teror.
Kematian. Apakah kematian itu?
Bagi orang Kristen, kematian adalah akhir yang penuh sukacita,
Dari suatu perjalanan duniawi untuk berjumpa dengan Tuhan mereka.
Mereka menuju kepada kebahagiaan,
Karena mereka melihat Tuhan mereka menghampiri mereka.
Tidak ada kesedihan di rumah mereka.
Karena suatu saat, mereka akan bertemu lagi.

Masalah-Masalah dalam Menulis Kreatif

Beberapa guru tidak menggunakan menulis kreatif hanya karena mereka merasa kegiatan ini membuang waktu saja. Selain itu, bukankah menjadi tugas kita sebagai guru Kristen untuk menanamkan hal konkret mengenai objek kebenaran? Bagaimana kita bisa membiarkan murid-murid mencurahkan pendapat-pendapat mereka yang belum terbangun saat mereka seharusnya mengisi pikiran mereka dengan informasi-informasi yang alkitabiah, yang hanya bisa diberikan oleh guru? Tidak diragukan bahwa menulis kreatif (seperti metode lainnya) bisa menjadi buang-buang waktu saja. Guru yang tidak cakap, yang berusaha untuk memimpin suatu kelas yang tidak disiplin, hampir dapat dipastikan akan merasa bersalah karena membuang waktu dengan memilih metode ini. Kita harus memahami bahwa metode hanyalah suatu kendaraan atau alat transportasi yang disediakan bagi kita untuk menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya kepada murid-murid. Kenyataannya, menulis apa yang Alkitab katakan tentang masalah y ang murid-murid angkat, adalah suatu langkah yang baik untuk menolong murid menerapkan kebenaran-kebenaran penting dalam hidupnya.

Tujuan kita bukan hanya menyampaikan kebenaran saja. Sebagai guru, kita ingin melihat bahwa kebenaran itu mengakar dalam kehidupan murid-murid kita, dan pada gilirannya nanti, menghasilkan buah dalam perilaku murid tersebut. Wright Pillow menyarankan bahwa "menulis kreatif memiliki kemungkinan yang tak terbatas untuk menjadikan `Injil yang dipelajari` menjadi `Injil yang diterapkan/dilakukan`. Reaksi penulis saat dia melihat pemikirannya di kertas mungkin bisa menimbulkan keinginan untuk berubah".

Seperti metode lainnya, menulis kreatif seharusnya tidak digunakan dengan berlebihan. Menulis kreatif merupakan tambahan yang sangat baik untuk metode lain sehingga bisa menyumbangkan suatu peran pendukung yang efektif.

Prinsip-Prinsip Menulis Kreatif yang Efektif

Pastikan tugas menulis memiliki objek pembelajaran yang jelas. Tugas ini tidak hanya untuk mengisi waktu atau sebagai usaha untuk partisipasi fisik saat di dalam kelas. Tujuan dari paragraf tentang Tuhan adalah supaya murid-murid berpikir dengan jujur tentang apa yang mereka pahami mengenai seperti apakah Tuhan itu (tidak ada anak yang menandai tugasnya). Mungkin tujuan kita adalah untuk memuji atau menganalisa pasal yang diberikan dengan menanyakan suatu kalimat penjelasan. Apa pun tujuannya, sebagai guru, kita seharusnya benar-benar memahaminya sehingga kita bisa menyampaikannya secara langsung dengan tepat saat memberikan tugas menulis ini.

Gunakan variasi dalam menulis kreatif. Bagaimana menulis sebuah koran atau mengembangkan pelayanan pujian dengan lagu-lagu dan tema-tema? Para remaja bisa menulis naskah radio atau narasi untuk "slide" presentasi. Bagaimana dengan menulis bacaan pada paduan suara, mazmur, lagu-lagu daerah, atau pernyataan doktrin? Kemungkinannya sangat tak terbatas.

Jangan tergantung pada kesempurnaan gaya atau tata bahasa. Tujuan utama menulis kreatif adalah isi. Tidak diragukan bila ada beberapa sisi baik dalam mendisiplin murid-murid untuk menulis apa saja dalam bentuk yang tepat, tetapi halangan seperti ini bisa menahan kreativitas.

Bila Anda mulai menggunakan menulis kreatif pada skala yang cukup luas, tetap berpeganglah pada hasil asli yang Anda dapatkan dari anak-anak. Mungkin suatu hari nanti, Anda akan dapat menerbitkannya pada majalah Kristen yang terkenal, atau setidaknya bisa mengirimkannya ke suatu kolom di majalah lokal. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Artikel: 
Creative Writing as a Teaching Technique
Judul Buku: 
24 Ways to Improve Your Teaching
Pengarang: 
Kenneth O. Gangel
Halaman: 
117 -- 121
Penerbit: 
Victori Books
Kota: 
Illinois
Tahun: 
1986