You are heree-JEMMi No.08 Vol.12/2009 / Yang Kuingini Hanya Yesus

Yang Kuingini Hanya Yesus


"Ini adalah waktunya," seorang yang kasar berkata kepada William. "Ini waktunya bagimu membuat satu keputusan. Ini waktunya bagimu untuk menerima perintah agama."

William sangat ketakutan. Dia tahu apa yang mungkin menimpanya jika dia menolak masuk dalam agama yang mereka inginkan. Walaupun saat itu ia belum genap berusia 10 tahun, dia telah melihat akibatnya. Tetapi satu hal dia juga tahu, hanya ada satu Allah, dan itu berbeda dengan allahnya mereka.

William ditangkap dari desanya yang ada di Sudan pada tahun 1997. Para militan datang ke desanya pukul tujuh pagi tepat pada saat panasnya Sudan padam oleh kabut pagi hari.

Mendengar suara letusan senjata, ayah William mulai berlari memanggil keluarganya dan mencoba untuk tetap maju berhadapan dengan pasukan penyerang yang juga maju. Dia mengambil saudara William yang berumur tujuh tahun dan menggendongnya di tangannya agar dapat berlari cepat menghindari mereka, tetapi usahanya tidak berguna.

"Berhenti!" perintah tentara-tentara radikal itu. "Jika kamu lari, kami akan menembakmu. Jika kamu berhenti berlari, kami tidak perlu menembakmu."

Itu bohong, tetapi keluarga ini tidak memunyai pilihan. Mereka berhenti. William muda melihat orang-orang tersebut maju mendekati mereka, matanya mengamati antara moncong senjata mereka yang berwarna hitam dan kegelapan yang menyelimuti mata mereka.

Hampir sebelum William mengetahui apa yang akan terjadi, para radikal telah mengikat ayah dan adiknya dengan tali. Sesaat setelah itu, ayah dan adik William mati dieksekusi oleh mereka.

Ibu William berteriak sangat keras di dalam kepedihan dan perasaan kehilangan, dan orang-orang tersebut mulai memukuli ibunya.

William dilemparkan ke sungai, tetapi dia tidak bisa berenang, dan dia mulai berteriak agar seseorang menolongnya. Ibu William berusaha melawan penyerang dan mendapatkan tangan William, menggenggam, dan menariknya ke tepian sungai. Tetapi salah seorang dari mereka mengambil kembali William dengan paksa dan melemparkannya lagi ke dalam sungai. Tidak rela melihat anaknya mati, ibu William terus berusaha melawan orang-orang tersebut untuk menyelamatkan William.

Kali ini, orang-orang tersebut membiarkan mereka hidup, tetapi tujuannya adalah menjadikannya tawanan. William berjalan menjauh dari ibunya. Kedua tangannya diikat, dan mereka memperingatkan bahwa dia akan dipukuli jika sekali-kali mencoba untuk melarikan diri.

Salah satu dari mereka membawa William ke rumah mereka. "Kamu harus mengawasi kambing dan domba," katanya pada William. Jika satu saja hewan tersebut hilang dari penjagaannya, William dipukul. Pernah suatu kali kepalanya dipukul dengan sisi tumpulnya kapak. Kali selanjutnya, tuannya membakar plastik dan plastik yang meleleh itu lalu diteteskan ke atas kulit William. William mengalami kesakitan yang sangat luar biasa dan dia mencium bau yang menjijikkan dari dagingnya sendiri yang terbakar.

William telah berhasil melalui segala pencobaan tersebut. Sekarang mereka menginginkan William menjadi penganut agama mereka.

"Saya tidak mau menjadi penganut agamamu," kata William menceritakan pengalamannya yang mengerikan. "Saya tahu ada satu Allah, dan Dia berbeda dengan allah mereka. Saya sudah dibaptis sebelum saya ditangkap. Saya seorang Kristen sepenuhnya dan saya mengasihi Yesus dengan sepenuh hati."

Ancaman datang dan orang-orang tersebut mengepung William. Mereka berencana untuk membunuhnya. Tetapi Allah memberikan satu jalan keluar dari orang yang dia tidak sangka-sangka.

"Ada seorang tua di sana, seorang kakek," ingat William. Dia adalah salah satu anggota dari keluarga yang menangkap William. Dia berkata, "Tidak seharusnya kamu memaksa seseorang untuk memeluk agamamu. Jika orang itu menolak dan kamu berniat membunuhnya, itu tidak benar. Apa yang harus kamu lakukan adalah biarkan dia apa adanya seperti saat kamu membawanya ke sini (sebagai seorang Kristen). Jika dia berkata dia tidak mau memeluk agamamu, biarkan dia. Tetapi jangan bunuh dia. Jika kamu membunuhnya di sini, saya tidak akan tinggal bersamamu."

Perkataan orang tua tersebut menyelamatkan hidup William. Kemudian Allah menyediakan lagi jalan keluar bagi William untuk melarikan diri dan berhasil kembali ke desanya.

Saya tidak mengingini agama lain, kata William sekarang, "Yang kuingini hanyalah Yesus."

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Juli -- Agustus 2004
Penulis : Tim Voice of the Martyrs
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2004
Halaman : 5 -- 6