You are heree-JEMMi No.44 Vol.15/2012 / Rela Menderita

Rela Menderita


Setiap pekerja Kristus harus RELA menderita. 1 Petrus 4:lberkata, "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa." Sikap dan pandangan yang benar mengenai penderitaan harus menjadi suatu bagian penting dalam perlengkapan setiap pekerja Kristus.

Ada suatu pendapat yang diterima secara umum, yang mengatakan bahwa segala bentuk kesenangan adalah berlawanan dan menghambat pertumbuhan rohani. Dengan tegas, saya menolak filsafat yang demikian itu karena firman Allah menyatakan bagian umat-Nya itu merupakan bagian yang penuh berkat.

Mazmur 84 mengatakan bahwa Tuhan akan mengaruniakan anugerah dan kemuliaan, tiada Ia akan menahankan kebajikan dari orang yang berjalan dengan tulus hatinya. Mazmur 23 yang terkenal itu berkata, "Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku." Alkitab dengan jelas melukiskan mengenai pemeliharaan Allah yang penuh kasih dan teliti seperti pemeliharaan seorang gembala; dan di sepanjang Alkitab, kita dapat melihat bagaimana Dia dengan setia menjaga semua umat-Nya, melepaskan mereka dari pada kesusahannya, serta selalu mengistimewakan umat-Nya dari bangsa-bangsa lain. Bahkan ketika umat-Nya berdiam di Mesir sekalipun, Dia mengistimewakan mereka dengan jalan memberikan berkat yang istimewa kepada daerah yang mereka diami. Sebaliknya, Allah tidak membebaskan mereka dari pencobaan dan ajaran, bahkan pencobaan dan ajaran itu sangat diperlukan untuk membuat mereka bertumbuh menuju kedewasaan iman. Tetapi, yang ingin saya tekankan di sini ialah segi penderitaan yang sering kali disebut-sebut di dalam firman Allah, yang dengan RELA ditanggung oleh anak-anak-Nya yang memunyai keinginan yang besar, untuk berguna di dalam pelayanan-Nya. Penderitaan yang dimaksud di sini bukanlah merupakan suatu penderitaan yang harus mereka tanggung dengan TERPAKSA, tetapi merupakan sesuatu yang mereka pilih dengan SUKARELA.

Untuk mengambil air bagi Daud, sebenarnya ketiga pahlawannya tidak perlu membahayakan diri mereka; tetapi ketika mereka mendengar Daud menyatakan kerinduannya untuk dapat meminum air dari perigi Bethlehem, mereka secara sukarela menempuh bahaya maut; menerobos masuk melalui pasukan-pasukan orang Filistin hanya untuk mengambil air guna memuaskan keinginan Daud (2 Samuel 23:14-17).

Kalau kita mau, banyak sekali penderitaan yang dapat kita elakkan; tetapi kalau kita mau berguna dalam pelayanan Tuhan, kita harus dengan sukarela memilih jalan penderitaan demi Kristus karena hal itu merupakan KEPERLUAN YANG FUNDAMENTAL. Kalau kita tidak bersedia menderita demi Kristus, maka pekerjaan yang kita lakukan hanya akan merupakan sesuatu yang kurang bermutu, yang dangkal.

Kalau kita bicara mengenai RELA atau BERSEDIA menderita, apakah sebenarnya yang kita maksudkan? Pertama-tama, kita harus membedakan antara PENDERITAAN dan RELA/BERSEDIA untuk menderita. Rela/bersedia menderita itu berarti demi Kristus, kita dengan sukacita memilih jalan penderitaan; itu berarti kita memunyai hati yang rela menanggung sengsara atau bencana demi Kristus. Persoalannya bukan banyaknya penderitaan yang harus kita hadapi, melainkan SIKAP KITA dalam menghadapi penderitaan itu. Misalnya, Tuhan menempatkan Anda dalam suatu keadaan di mana Anda memiliki cukup makanan, cukup pakaian, serta tinggal di rumah yang baik. Kalau Anda bersedia menderita demi Kristus, itu tidak berarti bahwa Anda tidak boleh menikmati segala sesuatu yang sudah dikaruniakan Allah kepada Anda. Persoalannya bukanlah keadaan luar Anda senang atau susah, melainkan apakah SIKAP HATI Anda sudah tetap dan rela menanggung kesukaran demi Kristus? Anda mungkin tidak menderita setiap hari, tetapi setiap hari Anda bersiap-sedia untuk menanggung derita demi Kristus. Sayang sekali, banyak orang Kristen dan juga pekerja-pekerja Kristus hidup sebagai orang Kristen yang baik selama keadaannya senang dan makmur, tetapi pada saat kesusahan menimpa mereka, mereka berubah. Persoalannya adalah hati mereka TIDAK RELA untuk menanggung derita demi Kristus. Kalau di dalam hati kita sudah ada ketetapan dan kerelaan menempuh jalan penderitaan demi Kristus, maka saat pencobaan datang kita sudah siap untuk menerimanya. Kalau Tuhan mau menjauhkan penderitaan dari kita, itu adalah urusan Tuhan; tetapi dari pihak kita harus ada KESEDIAAN untuk menghadapinya. Apabila datang pencobaan kita menerimanya sebagai sesuatu yang biasa, dan karena kita tidak menganggapnya aneh, maka kita tidak bimbang atau berusaha untuk lari dari jalan yang sedang kita tempuh, melainkan kita berusaha untuk maju terus. Perhatikanlah baik-baik apa yang dikatakan Petrus, "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran demikian." (1 Petrus 4:l) Pernahkah Anda menyadari bahwa kerelaan atau kesediaan untuk menderita itu merupakan suatu PELINDUNG atau BAJU ZIRAH? Hal itu merupakan salah satu perlengkapan untuk Peperangan Rohani, serta dapat melumpuhkan si jahat kalau dia menyerang salah satu segi yang mudah disakiti. Kalau kita tidak memiliki baju zirah ini, kita tidak layak untuk berperang.

Ada orang-orang Kristen yang menanggung penderitaan, tetapi mereka tidak memunyai konsep betapa indahnya penderitaan yang banyak mereka alami itu. Mereka tidak menerima kesukaran itu dengan sukacita, tetapi menganggap hal itu sebagai SUATU BEBAN yang menyedihkan, yang harus mereka tanggung. Sikap mereka membuktikan bahwa mereka kurang rela, kurang bersedia untuk menderita demi Kristus. Bila di saat-saat senang hati Anda tidak ada kerelaan untuk menderita, maka apabila ada kemalangan menimpa, Anda tidak dapat terus melayani Tuhan. Tetapi kalau Anda sudah diperlengkapi dengan tekad yang rela menderita demi Tuhan, maka Anda akan dapat terus melayani Tuhan, tidak peduli apa pun yang menimpa Anda. Kalau Anda menanggung sesuatu penderitaan, jangan selalu beranggapan bahwa Anda sedang menderita demi Kristus. Jadi, bukan berapa banyak penderitaan yang sudah Anda lalui, tetapi sampai di mana Anda dapat bersukacita di dalam penderitaan tersebut.

Kerelaan untuk menderita itu merupakan sesuatu yang terdapat jauh di dalam hati kita. Kalau semua orang Kristen diberi kebebasan untuk memilih menderita atau tidak menderita, pasti banyak yang memilih untuk tidak menderita. Mereka memilih untuk bebas dari penderitaan semata-mata karena mereka tidak berhasrat untuk menderita bagi Tuhannya. Setiap pekerja Kristus yang memunyai kekurangan ini, akan selalu berdoa minta keadaan yang senang dan makmur, supaya pelayanannya dapat terus berlangsung.

Beberapa anak Tuhan nampaknya tidak banyak menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidupnya, sedangkan beberapa yang lain jelas sekali mengalami kesukaran-kesukaran yang berat. Biasanya, kita akan menarik kesimpulan bahwa anak-anak Tuhan yang menderita itu mengetahui lebih banyak tentang anugerah Tuhan dan tentunya pelayanannya lebih rohani. Padahal, yang sering terjadi justru kebalikannya; apabila kita memerhatikan lebih teliti lagi, maka kita dapati bahwa walaupun mereka menderita, hati mereka tidak rela, sehingga begitu ada kesempatan, mereka akan mencoba untuk melepaskan diri dari penderitaan itu. Penderitaan mereka itu tidak menguntungkan, mereka tidak memperoleh sesuatu melalui penderitaan tersebut.

Diambil dari:

Judul majalah : Penuai, April 1989
Penulis : Watchman Nee
Penerbit : Yayasan Pelayanan Amanat Agung
Halaman : 4 -- 6 dan 30

e-JEMMi 44/2012