SUKU BAJAU
Sulawesi
Letak | : | Sulawesi |
Populasi | : | kira-kira 500.000 jiwa |
Bahasa | : | Bajau |
Agama Mayoritas | : | |
Anggota Gereja | : | |
Alkitab dalam bahasa Bajau | : | Tidak Ada |
Film Yesus dalam bahasa Bajau | : | Tidak Ada |
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Bajau | : | Tidak Ada |
Suku Bajau atau yang sering disebut orang Bajo adalah
kelompok masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga tersebar
di berbagai wilayah Indonesia, yakni di sekitar pantai P. Sulawesi,
Kalimantan, Sumatera, Flores dan lain-lain. Di Sulawesi, orang Bajau
bisa ditemukan di Sulawesi Tenggara (Sultra) dan di Sulawesi Utara
(Gorontalo). Di Sultra, penduduk suku Bajau mencapai 300.000 jiwa
yang tersebar di 105 buah desa dari 34 buah kecamatan di pesisir
pantai Kabupaten Kolaka, Kendari, Buton dan Kabupaten Muna. Sementara
di Sulut, mereka bisa ditemukan di Torosiaje, Kepulauan Togian.
SOSIAL BUDAYA
Kehidupan orang Bajau umumnya berlangsung di laut. Bahkan
hidup itu sendiri bermula di laut. Sampai kini, masih banyak wanita
Bajau yang melahirkan anaknya di perahu. Sebagai pelaut, ilmu mereka
yang paling utama adalah ilmu mencari ikan, dan ilmu itulah yang
sampai sekarang masih banyak bertahan. Berkat pergulatan mereka
dengan laut yang mendalam, orang Bajau bisa memperkirakan jenis ikan
yang sedang berkeliaran di suatu gerombolan karang hanya dengan
mangamati bekas-bekas pergerakan dan rerumputan laut yang dimakannya.
Mereka juga ahli dalm mencari sumber ikan besar, dengan berpegangan
pada batu karang yang berada di dasar laut. Suku Bajau termasuk
kelompok etnis yang masih berada dalam kondisi ekonomi, sosial dan
budaya yang belum berkembang. Di antara mereka ada yang masih hidup
secara primitif dan bertempat tinggal di atas perahu kecil bersama
istri, anak-anak serta anggota keluarga lainnya. Namun tidak semua
orang Bajau hidup seperti itu.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Orang Bajau percaya bahwa itu berpenghuni, dan di sana ada
semua ciptaan Tuhan, sehingga orang Bajau selalu berhati-hati kalau
turun ke laut. Orang Bajau yakin bahwa hati manusia juga melambangkan
batu karang yang terpendam di dasar samudera. Maksudnya, mereka tidak
melaut kalau hatinya ragu. Mereka juga menempatkan unsur api, angin,
tanah, dan air sebagai nilai sakral tinggi. Keempat unsur ini
merupakan cerminan empat unsur penting lainnya, yaitu tubuh, hati,
nyawa, dan manusia. Bagi mereka, khususnya Bajau torosiaje, yang
menganut ajaran tasawuf Islam ahlussunah wal jamaah itu, Tuhan hadir
di batu karang Laut Tomini, di pegunungan Gorontalo, di nyawa ikan
kerapu, maupun dalam setiap gerak orang Torosiaje.
KEBUTUHAN
Saat ini, orang Bajau masih membutuhkan perbaikan sarana
medis dan pendidikan. Selama ini tenaga, sarana dan pelayanan medis
di desa-desa hunian mereka masih kurang memadai. Pelayanan imunisasi
belum merata sehingga anak-anak suku Bajau pun banyak terancam
diphteria, infeksi saluran pernafasan, polio dan penyakit campak.
Sedang di bidang pendidikan, masih banyak orang Bajau yang buta
aksara latin, buta bahasa Indonesia, dan buta pendidikan dasar,
bahkan di beberapa desa ada kepala kampung yang masih buta huruf.
POKOK DOA
Firman Tuhan :
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di
tengah-tengah suku Bajau, agar terang dan kemuliaan Tuhan
bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh
kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya
untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa
syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai
untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku
Bajau
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan
untuk mengadopsi suku Bajau yang juga berbeban dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri