Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Lebih dekat dengan lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
 
| suku 11
dari 61 suku
SUKU BAWEAN
Pulau Bawean

Letak : Pulau Bawean
Populasi : 60.000 jiwa
Bahasa : Bawean
Anggota Gereja : 240 (0,4%)
Alkitab dalam bahasa Bawean : Tidak Ada
Film Yesus dalam bahasa Bawean : Tidak Ada
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Bawean : Tidak Ada

Suku Bawean tinggal di P.Bawean, sebuah pulau kecil dengan luas hanya 200 km2 dan terletak 120 km di sebelah utara Surabaya, di tengah-tengah laut Jawa. Bawean di sebut "Pulau Perempuan", karena mayoritas penduduknya perempuan. Kaum lelakinya cenderung mencari pekerjaan di pulau-pulau lain. Seorang bapak dari desa Tanjung Ori yang pernah bekerja selama 20 tahun di Malaysia berkata, "Orang Bawean belum dianggap dewasa sebelum dia menginjakkan kaki di tanah negeri lain." "Merantau" adalah salah satu ciri kebudayaan yang menonjol pada suku Bawean, mempengaruhi setiap aspek untuk menggambarkan mereka sebagai kelompok masyarakat. Orang Bawean yang tinggal di Malaysia diperkirakan ada 75.000 jiwa, lebih banyak daripada di pulau Bawean sendiri (62.000 orang). Pada tahun 1994, orang Bawean yang menjadi penduduk resmi di Singapura berjumlah 42.000 jiwa. Orang Bawean juga tinggal di Perth, Australia dalam jumlah yang cukup besar.

SOSIAL BUDAYA

Ciri-ciri budaya ini pada satu sisi menempatkan mereka pada posisi yang unik karena sangat terpencil dan terpisah dari banyak kehidupan modern di Indonesia, tetapi pada sisi lain sangat terbuka terhadap dunia melalui angota-anggota keluarga yang "merantau" dan kembali ke pulau itu.

Walaupun semula termasuk wilayah madura (Sebagaimana terlihat dari bahasa mereka yang mirip), selama berabad-abad orang Bawean menjadi satu kelompok masyarakat unik di mana terlihat pengaruh dari kelompok etnik, Madura, Jawa, dan Bugis serta Sumatera dan Kalimantan. Itulah sebabnya seorang wartawan Kompas Emmanuel Subangun menuliskan pada tahun 1976, bahwa orang Bawean adalah "Kristalisasi Keragamaan Etnik Indonesia.'

Mata pencaharian utama bagi orang-orang yang tinggal di pulau itu, adalah bertani dan nelayan. Marmer dihasilkan pulau ini dan penduduk bangga akan semacam kerajinan tangan yang unik yang dibuat dari daun pandan, walau tidak dimanfaatkan secara ekonomi.

AGAMA/KEPERCAYAAN

Suku Bawean 100% menganut agama Islam, melaksanakan sholat dan berbagai ajaran Islam lainnya. Anak-anak, biasanya bersekolah di sekolah umum selama setengah hari dan belajar di madrasah selama setengah hari lagi. Di P. Bawean, setiap desa rata-rata memiliki 5 mesjid, 17 mushola dan 7 madrsah. Iman mereka secara langsung berhubungan dengan budaya merantau, karena alasan untuk merantau adalah untuk mengumpulkan uang untuk pergi ke Mekah. Menurut Richrad Weekes dalam bukunya Muslim People : A World Ethnographic Survey (Greenwood Press 1984), "Idealnya seorang Bawean hidup merantau khususnya di Singapura atau Malaysia untuk mendapat pengetahuan yang sempurna tentang Qur'an dan Hadist, melaksanakan ibadah Haji dan akhirnya pada masa tuanya menetap sebagai seorang Kiai di Bawean." Selain itu terlihat juga adanya paham Animisme dalam kepercayaan mereka walaupun itu tidak sebanyak di kelompok masyarakat lain. Hal itu di tandai dengan pengaruh-pengaruh perbuatan ilmu hitam dan latar belakang kepercayaan-kepercayaan agama Hindu yang bercampur dalam kepercayaan mereka sekarang. Hal ini juga terlihat dari legenda-legenda di masa lampau, mereka percaya bahwa hal itu dapat menjadi kunci dalam membagikan kebenaran (analogi-analogi yang menyelamatkan).

KEBUTUHAN

Walaupun standar kehidupan di pulau ini lebih tinggi dari tempat-tempat terpencil lainnya (disebabkan oleh kiriman uang dari mereka yang merantau), masih banyak keperluan-keperluan yang harus dipenuhi. Listrik dihasilkan oleh generator hanya 11 jam sehari. Laporan salah satu surat kabar tahun 1994 menyatakan, hanya 40% dari rumah penduduk memiliki kamar mandi. Selain itu sektor periwisata masih terbuka luas untuk dikembangkan mengingat keindahan alam P. Bawean. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
  1. Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Bawean, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
  2. Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Bawean
  3. Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Bawean yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42

Untuk kalangan sendiri
|



 Ke atas 
© 2003 YLSA