SUKU BAWEAN
Pulau Bawean
Letak | : | Pulau Bawean |
Populasi | : | 60.000 jiwa |
Bahasa | : | Bawean |
Anggota Gereja | : | 240 (0,4%) |
Alkitab dalam bahasa Bawean | : | Tidak Ada |
Film Yesus dalam bahasa Bawean | : | Tidak Ada |
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Bawean | : | Tidak Ada |
Suku Bawean tinggal di P.Bawean, sebuah pulau kecil dengan
luas hanya 200 km2 dan terletak 120 km di sebelah utara Surabaya, di
tengah-tengah laut Jawa. Bawean di sebut "Pulau Perempuan", karena
mayoritas penduduknya perempuan. Kaum lelakinya cenderung mencari
pekerjaan di pulau-pulau lain. Seorang bapak dari desa Tanjung Ori
yang pernah bekerja selama 20 tahun di Malaysia berkata, "Orang
Bawean belum dianggap dewasa sebelum dia menginjakkan kaki di tanah
negeri lain." "Merantau" adalah salah satu ciri kebudayaan yang
menonjol pada suku Bawean, mempengaruhi setiap aspek untuk
menggambarkan mereka sebagai kelompok masyarakat. Orang Bawean yang
tinggal di Malaysia diperkirakan ada 75.000 jiwa, lebih banyak
daripada di pulau Bawean sendiri (62.000 orang). Pada tahun 1994,
orang Bawean yang menjadi penduduk resmi di Singapura berjumlah
42.000 jiwa. Orang Bawean juga tinggal di Perth, Australia dalam
jumlah yang cukup besar.
SOSIAL BUDAYA
Ciri-ciri budaya ini pada satu sisi menempatkan mereka pada
posisi yang unik karena sangat terpencil dan terpisah dari banyak
kehidupan modern di Indonesia, tetapi pada sisi lain sangat terbuka
terhadap dunia melalui angota-anggota keluarga yang "merantau" dan
kembali ke pulau itu.
Walaupun semula termasuk wilayah madura (Sebagaimana terlihat
dari bahasa mereka yang mirip), selama berabad-abad orang Bawean
menjadi satu kelompok masyarakat unik di mana terlihat pengaruh dari
kelompok etnik, Madura, Jawa, dan Bugis serta Sumatera dan
Kalimantan. Itulah sebabnya seorang wartawan Kompas Emmanuel Subangun
menuliskan pada tahun 1976, bahwa orang Bawean adalah "Kristalisasi
Keragamaan Etnik Indonesia.'
Mata pencaharian utama bagi orang-orang yang tinggal di pulau
itu, adalah bertani dan nelayan. Marmer dihasilkan pulau ini dan
penduduk bangga akan semacam kerajinan tangan yang unik yang dibuat
dari daun pandan, walau tidak dimanfaatkan secara ekonomi.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Suku Bawean 100% menganut agama Islam, melaksanakan sholat
dan berbagai ajaran Islam lainnya. Anak-anak, biasanya bersekolah di
sekolah umum selama setengah hari dan belajar di madrasah selama
setengah hari lagi. Di P. Bawean, setiap desa rata-rata memiliki 5
mesjid, 17 mushola dan 7 madrsah. Iman mereka secara langsung
berhubungan dengan budaya merantau, karena alasan untuk merantau
adalah untuk mengumpulkan uang untuk pergi ke Mekah. Menurut Richrad
Weekes dalam bukunya Muslim People : A World Ethnographic Survey
(Greenwood Press 1984), "Idealnya seorang Bawean hidup merantau
khususnya di Singapura atau Malaysia untuk mendapat pengetahuan yang
sempurna tentang Qur'an dan Hadist, melaksanakan ibadah Haji dan
akhirnya pada masa tuanya menetap sebagai seorang Kiai di Bawean."
Selain itu terlihat juga adanya paham Animisme dalam kepercayaan
mereka walaupun itu tidak sebanyak di kelompok masyarakat lain. Hal
itu di tandai dengan pengaruh-pengaruh perbuatan ilmu hitam dan latar
belakang kepercayaan-kepercayaan agama Hindu yang bercampur dalam
kepercayaan mereka sekarang. Hal ini juga terlihat dari
legenda-legenda di masa lampau, mereka percaya bahwa hal itu dapat
menjadi kunci dalam membagikan kebenaran (analogi-analogi yang
menyelamatkan).
KEBUTUHAN
Walaupun standar kehidupan di pulau ini lebih tinggi dari
tempat-tempat terpencil lainnya (disebabkan oleh kiriman uang dari
mereka yang merantau), masih banyak keperluan-keperluan yang harus
dipenuhi. Listrik dihasilkan oleh generator hanya 11 jam sehari.
Laporan salah satu surat kabar tahun 1994 menyatakan, hanya 40% dari
rumah penduduk memiliki kamar mandi. Selain itu sektor periwisata
masih terbuka luas untuk dikembangkan mengingat keindahan alam P.
Bawean. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat :
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan
suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan
bagi Anak Domba !"
(\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di
tengah-tengah suku Bawean, agar terang dan kemuliaan Tuhan
bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh
kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya
untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa
syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai
untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku
Bawean
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan
untuk mengadopsi suku Bawean yang juga berbeban dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri