You are hereKesaksian Misi / Kesaksian Misi

Kesaksian Misi

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Tidak Rela Membayar Harga

Para komunis mengangkat dua foto di hadapan mata Natasha. Satu foto menunjukkan Aida Skripnikova, dalam kecantikan masa mudanya yang bagaikan bintang film. Yang kedua, foto orang yang sama yang menunjukkan efek-efek mengerikan dari kehidupannya di penjara di Soviet. Kecantikan belia Aida Skripnikova telah lenyap. Ia tersenyum dengan bibir pecah-pecah dan wajah yang pucat. Ia tampak bagai seorang wanita tua. Kontras di antara kedua foto demikian menyedihkan hingga tak terasa Natasha memalingkan wajah.

Natasha, pendiri majalah bawah tanah Kristen Rusia, telah dimasukkan berkali-kali ke dalam penjara. Ketika ia dilepaskan, ia mulai mencetak majalahnya kembali, dengan diam-diam, dan sekali lagi ia ditangkap. Kali ini ia mungkin diberikan hukuman yang berat.

Belas Kasihan Bagi Utusan Injil: John Wesley

Kapal itu terombang-ambing dan tergoncang dengan hebat menembus gelombang yang tingginya enam meter di Laut Atlantik. Air menyembur menyapu geladak kapal, membelah layar besar dari kapal layar abad kedelapan belas itu dan mengalir ke dalam ruangan-ruangan di kamar itu.

Siksaan yang Tak Terkatakan

Seorang Pendeta bernama Felix (nama samaran) disiksa dengan besi yang panas membara dan pisau-pisau. Ia dipukuli dengan hebat. Tikus-tikus kelaparan dihalau masuk melalui pipa ke dalam selnya. Ia tak dapat tidur karena harus memertahankan dirinya setiap saat. Bila ia beristirahat, tikus-tikus akan menyerangnya.

Ia terpaksa berdiri selama dua minggu, siang dan malam. Orang komunis ingin memaksanya mengkhianati saudara-saudara seimannya, namun ia tetap bertahan dengan setia. Akhirnya, mereka membawa putranya yang berusia 14 tahun dan memukuli anak itu di hadapan ayahnya. Mereka berkata bahwa mereka tidak akan berhenti memukuli anak itu sampai ia mau mengatakan apa yang mereka inginkan. Orang yang malang itu menjadi setengah gila.

Raymond Lull: Misionaris Pertama yang Menginjili Pemeluk Keyakinan Lain (1252 -- 1515)

"Apa yang sedang saya pikirkan?" Raymond Lull pasti terheran-heran. Mungkin ia merasa heran bagaimana mungkin ia bisa naik kapal untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang di Afrika Utara. Ia mungkin akan terbunuh dan dianiaya.

Lull mengalami lahir baru pada usianya yang ke-30. Ia bertobat dari kebiasaan lamanya yang suka mengadakan pesta dan membuang waktu dengan sia-sia. Ia dilahirkan pada tahun 1232 di sebuah keluarga yang terhormat di Majorca, dekat lepas pantai negara Spanyol.

Rusia: Peter Siemens

Peter Siemens terbaring di lantai penjara Rusia yang kotor setelah tidak sadar selama tiga hari. Dia telah ditahan karena menginjili anak-anak. Para tahanan lain telah memukulinya dengan keji karena mereka telah dijanjikan oleh penjaga akan mendapat keringanan hukuman jika melakukan hal tersebut kepada Peter. Ketika mereka memukuli Peter, ia tetap diam.

Turki: Ercan Sengul

Ketika Ercan Sengul memberikan hidupnya kepada Kristus di negara non-Kristen, Turki, beberapa orang menganggapnya sebagai suatu pembangkangan terhadap budaya dan bangsanya. Ketika ia berkata bahwa ia akan memberikan apa pun bagi Tuhan, ia benar-benar melakukan nantinya. Namun, sekarang bagaimana?

Henry Martyn (1781 -- 1812)

"Sekarang biarkan saya terbakar untuk Tuhan!" kata Henry Martyn pada saat ia menginjakkan kakinya di Calcutta pada bulan April 1806. Henry Martyn meninggal 6 tahun kemudian pada usianya yang ke-31. Ia mengabdikan dirinya untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan setia selama 6 tahun.

Colorado: Rachel Scott

"Saya tidak akan minta maaf karena membicarakan nama Yesus. Saya akan menanggungnya. Jika teman-teman saya harus menjadi musuh-musuh saya, maka bagi saya dan sahabat saya, Yesus, tidak menjadi masalah, tetapi saya tak pernah berpikir bahwa 'teman-teman' saya akan menjadi musuh."

Rachel adalah seorang pelajar di sekolah menengah atas Columbine ketika suatu hari dua orang pelajar meletuskan tembakan di sekolah itu. Seorang penembak menanyai dirinya apakah ia masih percaya kepada Tuhan. Ia memandang mata penembak itu dan berkata bahwa ia masih percaya. Penembak bertanya mengapa ia masih percaya kepada Yesus. Namun, penembak itu tidak membiarkannya menjawab sebelum kemudian membunuh Rachel.

Rasa Haus Bangsa Rusia Akan Kristus

Aku dilahirkan sebagai yatim piatu sejak tahun-tahun pertama kelahiranku. Karena dibesarkan dalam suatu keluarga yang tak mengenal agama, aku tidak pernah mendapat pendidikan agama sewaktu kecil. Pada usia 14 tahun, aku telah menjadi seorang ateis yang keras seperti orang-orang komunis saat ini. Inilah akibat dari masa kecil yang pahit -- saat di mana aku sudah mengenal kemiskinan dalam tahun-tahun yang sukar selama Perang Dunia I.

Berkhotbah dari Atap Bait Allah

Yakobus menatap ke bawah dari tempat ia berdiri, dengan hati-hati ia menjaga keseimbangan pada titik tertinggi bait Allah di Yerusalem. Jauh di bawah, ia dapat melihat bahwa jalan-jalan dipenuhi dengan orang. Saat itu adalah perayaan Paskah kaum Yahudi, dan orang-orang Yahudi dari segala penjuru dunia telah datang ke Kota Kudus.

Sebuah tangan mencengkeram lengannya, membuatnya hilang keseimbangan. "Ayo, lekas teruskan!" sebuah suara mengancam. Di belakangnya, pada jarak yang aman dari langkah, berdiri imam besar, orang-orang Saduki, dan orang-orang Farisi. "Sangkallah bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Mesias! Di hadapan semua orang-orang ini, sangkallah bahwa Yesus adalah Putra Allah dan bahwa Ia telah dibangkitkan dari kematian," mereka meminta.