You are hereArtikel Misi / Aspek-Aspek Pujian (Mazmur 33:1-22)

Aspek-Aspek Pujian (Mazmur 33:1-22)


Musik merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di setiap tempat kita pasti mendengarkan musik. Oleh karena itu, jika hidup manusia harus dipisahkan dari musik, maka hidup ini akan terasa hambar seperti sayur tanpa garam. Musik memang merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dibicarakan. Banyak hal berkaitan dengan musik dapat digali menjadi topik menarik untuk diperbincangkan.

Secara khusus mengenai musik gereja, musik memegang peranan penting baik pada saat digunakan secara pribadi maupun kelompok. Secara horisontal musik dapat digunakan untuk menguatkan iman, sedangkan secara vertikal musik dapat digunakan sebagai sarana pujian dan penyembahan kepada Tuhan.

Bagi orang percaya, kata "haleluya" merupakan kata yang sudah tidak asing lagi sebagai ungkapan untuk memuji Tuhan. Kata haleluya berasal dari kata "Halal" dan "YHWH". Kata "Halal" artinya membanggakan, menghargai, memuji. Sedangkan "YHWH" berarti Tuhan. Sehingga haleluya dapat diartikan sebagai pujian kepada Tuhan atau Puji Tuhan. Menggali lebih dalam mengenai memuji Tuhan, Mazmur 33 menguraikan aspek-aspek dalam memuji Tuhan.

Aspek PERTAMA: Perintah untuk Memuji Tuhan

Memuji-muji dan bersorak bagi Tuhan merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan (ayat 1). Tuhan senang menerima pujian karena memang Dia layak untuk dipuji. Tetapi, bukan berarti bahwa semua orang layak untuk memuji Tuhan karena Tuhan hanya menghendaki pujian dari umat-Nya yang hidup benar dan jujur di hadapan-Nya.

Hidup benar di hadapan Tuhan maksudnya adalah setiap orang yang dipandang benar oleh Tuhan. Seseorang dipandang benar di hadapan Tuhan ketika ia percaya kepada Yesus dan dilahirkan kembali sehingga menjadi anak-anak Allah. Jadi sangat jelas bahwa orang yang belum dibenarkan oleh Allah tidak layak menaikkan pujian kepada Tuhan. Anak Tuhan atau orang percaya yang tidak hidup dalam kebenaran, bagi Tuhan tidak ubahnya seperti sesuatu yang menjijikkan dan memuakkan. Hal ini penting sekali untuk diingat bahwa tatkala kita memuji Tuhan haruslah diawali dengan suatu kehidupan yang berkenan kepada-Nya, yaitu kehidupan yang telah dibenarkan oleh Tuhan serta berjalan dalam terang kebenaran Tuhan.

Aspek KEDUA: Metode Memuji Tuhan

Mazmur 33:2-3 menjelaskan dengan gamblang tentang aspek kedua dari memuji Tuhan, yaitu metode yang dapat digunakan dalam memuji Tuhan. Banyak orang berpikir bahwa memuji Tuhan itu hanya dengan mulut. Secara garis besar ada dua metode yang dapat digunakan untuk memuji Tuhan.

PERTAMA, menggunakan instrumen atau alat musik seperti kecapi, gambus, dan lain-lain. Pemazmur menyinggung pula tentang kualitas dalam penggunaan instrumen dalam memuji Tuhan. Tuhan menuntut kualitas terbaik dari yang bersangkutan untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Seberapa baik kualitas seseorang memainkan instrumen musik, itulah yang Tuhan inginkan. Hal ini mengandung pengertian bahwa Tuhan menghendaki persembahan terbaik bukan hanya dari segi teknik, tetapi juga dari sikap hati yang rindu memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

KEDUA, ialah menggunakan vokal atau mulut kita untuk menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Kita tahu bahwa tidak semua orang memiliki kualitas suara seperti artis ternama, tetapi bukan berarti kita tidak layak menggunakan mulut kita untuk memuji Tuhan. Tuhan menghendaki nyanyian baru. Ini bukan berarti setiap kali kita memuji Tuhan harus ada lagu baru. Maksud dari pernyataan di atas adalah tatkala kita memuji Tuhan, itu didasari oleh sikap hati yang terbaru sebagai respon kita kepada Tuhan.

Kita dapat menggunakan musik instrumental atau musik vokal saja untuk memuji Tuhan, tetapi dapat juga menggunakan keduanya dengan sikap hati yang ingin memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

Aspek KETIGA: Alasan Memuji Tuhan

Aspek ketiga dalam ayat 4-17, pemazmur menjelaskan kepada kita tentang alasan memuji Tuhan. Sangat jelas bahwa alasan memuji Tuhan berorientasi kepada relasi si pemuji dengan oknum kepada siapa pujian itu dinaikkan. Pujian kepada Tuhan didasari oleh pengalaman pribadi seseorang bersama Tuhan. Semakin banyak pengalaman seseorang bersama Tuhan semakin memungkinkan ia memiliki alasan kuat mengapa ia harus memuji Tuhan. Ini merupakan respon atas hubungan yang terjalin antara si pemuji dan yang dipuji. Alasan memuji Tuhan didasari oleh:

  1. Hal-hal yang telah Tuhan kerjakan. Ayat 4a,6,9 pemazmur berusaha untuk menjelaskan segala sesuatu yang telah Tuhan firmankan yang menjadi alasan mengapa ia memuji Tuhan. Pemazmur mengamati bahwa setiap kali Tuhan berfirman, maka segala sesuatu yang difirmankan-Nya jadi seperti yang dikehendaki-Nya. Ayat 4b,5,7-8, pemazmur kembali menjelaskan tentang alasan memuji Tuhan, yaitu segala sesuatu yang telah Tuhan kerjakan. Tuhan menjalankan segala sesuatu dengan keadilan. Tuhan memelihara bumi ini dengan penuh kesetiaan, sehingga jika tanpa campur tangan Tuhan, maka dapat dipastikan semuanya akan kacau balau.

  2. Hal-hal yang akan Tuhan kerjakan. Ayat 10-11 dijelaskan oleh pemazmur tentang rencana Tuhan yang tidak dapat digagalkan oleh siapa pun. Tuhan sanggup menggagalkan rencana baik bangsa-bangsa maupun suku-suku bangsa, tetapi rancangan hati-Nya pasti selalu terwujud. Dalam ayat 12-17 dijelaskan oleh pemazmur tentang jaminan Tuhan. Banyak orang mendasarkan harapannya kepada kekuasaan, kekuatan, ataupun ketangkasan. Namun, terbukti bahwa semua itu tidak dapat dijadikan jaminan. Sebaliknya, jaminan Tuhan sangat pasti dan tidak perlu disangsikan.

Aspek KEEMPAT: Hasil Memuji Tuhan

Pemazmur sangat menyadari bahwa takkala ia memuji Tuhan bukanlah sebagai sesuatu yang sia-sia. Sebaliknya, dalam ayat 18-22 pemazmur menjelaskan bahwa ada banyak hal positif yang dihasilkan dari kehidupan pujiannya kepada Tuhan. Tatkala ia hidup dalam pujian kepada Tuhan, pemazmur merasakan:

  1. Dalam ayat ke 18-19 pemazmur menyadari dan merasakan pemeliharaan Tuhan yang begitu nyata. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang takut akan Dia dan mengharapkan kasih setia-Nya. Sehingga di masa-masa yang sulit sekalipun, pertolongan Tuhan menjadi nyata.

  2. Dalam ayat ke 20-22 pemazmur mengalami penyataan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupannya. Tuhan dirasakan sebagai penolong (ayat 20b), pelindung (ayat 20b), pengudus (ayat 21b), dan pengasih (ayat 22).

  3. Dalam ayat 21a, pemazmur mendapatkan sukacita yang meluap dalam hati dan kenyataan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan apa pun juga.

  4. Pemazmur merasakan adanya pertumbuhan iman (Mazmur 33:20a,21b, 22b). Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pujian yang benar kepada Tuhan memungkinkan si pemuji mengalami pertumbuhan iman sehingga pengharapan dan keyakinannya kepada Tuhan semakin hari semakin kuat.

Pemahaman yang benar tentang aspek-aspek memuji Tuhan berdampak bukan hanya terhadap pertumbuhan si pemuji itu sendiri, melainkan juga kepada orang yang mendengar pujian dan Tuhan senang dengan pujian seperti itu.

Bahan diedit dari sumber:

Judul Majalah: Sahabat Gembala, Juli 2005
Judul Artikel: Aspek-aspek Pujian
Penulis : Taru Nugroho S.Th.Smg.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 31 - 34

e-JEMMi 28/2005