Sabda Katalog Yayasan Lembaga SABDA Pendidikan Elektronik Study Teologia Awam e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik
e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik e-Learning - Situs Sumber Bahan Pelajaran Kristen dan Pendidikan Elektronik
Home | Bahan | Seri

Teologia Kontemporer - Praktika

Kategori: Sistematika | Biblika | Praktika | Historika


[Untitled]

Bab I Apakah Teologia Kontemporer?
A. Pendahuluan
B. Latar Belakang Sejarah
C. Pengertian Teologia Kontemporer
D. Tema-tema Teologia Kontemporer dan Tokoh-tokohnya
Bab II Dasar Teologia Kontemporer
A. Memakai Filsafat sebagai Dasar Berpikir
B. Menempatkan Manusia sebagai Pusat Alam Semesta
C. Memakai Metode Historis Kritis
D. Percaya pada Konsep Idealisme/Kemajuan
E. Menempatkan Allah dalam Pengasingan (Deisme)
Bab III Metode Teologia Kontemporer
A. Pemikiran tentang Metode Teologia Kontemporer
B. Cara Kerja Metode Historis-Kritis
C. Akibat Metode Historis Kritis
Bab IV Teologia Liberal
A. Sejarah Lahirnya Teologia Liberal
B. Pola Pemikiran Teologia Liberal
C. Karakteristik Teologia Liberal
D. Doktrin Teologia Liberal
E. Tokoh-tokoh Teologia Liberal
Bab V Teologia Neo Ortodoks
A. Nama dan Asal Mula
B. Doktrin Teologia Neo Ortodoks
Bab VI Demitologisasi
A. Pengertian Istilah dan Latar Belakang
B. Dasar Pemikiran
Bab VII Teologia Sekularisasi
A. Latar Belakang
B. Dasar Pemikiran
Bab VIII Teologia Pembebasan (Liberation Theology)
A. Pendahuluan
B. Ciri-ciri Utama Pengajaran Teologia Pembebasan
C. Gerakan yang Dihasilkan
Bab IX Teologia Pengharapan
A. Pendahuluan
B. Kunci Pengajaran Teologia Pengharapan
Bab X Teologia Proses
A. Pendahuluan
B. Latar Belakang
C. Pemikiran Teologia Proses
Bab XI Teologia Neo-Katolik
A. Pendahuluan
B. Pandangan Teologia Neo-Katolik
Bab XII Teologia Mistik
A. Pendahuluan
B. Pandangan Teologia Mistik
Bab XIII Teologia Fundamental
Bab XIV Teologi Evangelical dan Neo-Evangelikal (Teologia Injili dan Injili Baru)
A. Teologia Evanglikal (Injili)
B. Teologia Neo-Evanglikal (Injili Baru)


Teologia Kontemporer -- Info [Indeks 00000]

BIBLIOGRAFI : Buffet, Oeniyati, Yulia, Dra, M.Th. Teologia Kontemporer. Solo.

Info: TEOLOGIA KONTEMPORER

Buku ini berisi bahasan seputar Teologia Kontemporer mulai dari pengertian, dasar, metodenya dan terdapat juga bahasan Teologia-teologia yang lainnya. Bermanfaat untuk mahasiswa teologia maupun orang Kristen awam dalam mempelajari tentang Teologia Kontemporer.

Dalam versi elektronik, Indeks buku ini dibagi menjadi "Indeks Bagian" dimana kita bisa melihat secara penuh setiap satu bagian, dan "Indeks Bab" dimana kita bisa melihat secara lengkap dan detail setiap satu bab.

Gunakan Kursor Kanan untuk melanjutkan materi dan kursor kiri untuk materi sebelumnya. Sistem pengindeksan semacam ini merupakan standar kami untuk materi berbentuk buku, dan akan Anda temui dalam buku-buku lain.

- YLSA -

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAK CIPTA 
~~~~~~~~~
* VERSI BUKU (TINTA-KERTAS)
* JUDUL        : Teologia Kontemporer
PENULIS        : Dra. Yulia Oeniyati Buffet, M.Th.
PENERBIT       : YLSA
COPYRIGHT      : © Yulia Oeniyati Buffet
JML HALAMAN    :

HAK CIPTA 
~~~~~~~~~
* VERSI ELEKTRONIK (SABDA)
* IZIN DARI    : Dra. Yulia Oeniyati Buffet, M.Th.
DIPROSES OLEH  : Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
DESKRIPSI      : Buku ini bermanfaat untuk para mahasiswa teologia dalam memahami pemikiran tentang Teologia Kontemporer.

PERHATIAN! YLSA mendapatkan izin untuk memproses teks buku ini ke dalam VERSI ELEKTRONIK untuk digunakan dalam program SABDA©. Pengguna program SABDA© dilarang mengutip, menerbitkan kembali atau memperbanyak sebagian ataupun seluruh teks buku ini dengan bentuk dan cara apapun juga untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari pemegang Hak Cipta buku ini yaitu © Yulia Oeniyati Buffet.

- YLSA -


Teologi Kontemporer -- Hak Cipta -- [Indeks 00000]



Teologia Kontemporer -- Bab 1 Apakah Teologia Kontemporer [Indeks 00000]

BAB I APAKAH TEOLOGIA KONTEMPORER?

00003 A. Pendahuluan
00004 B. Latar Belakang Sejarah
00005 C. Pengertian Teologia Kontemporer
00006 D. Tema-Tema Teologia Kontemporer dan Tokoh-tokohnya

A. PENDAHULUAN

Untuk memahami pemikiran Teologia Kontemporer kita perlu mengawali lebih dahulu dengan menjawab pertanyaan: Mengapa terdapat pertentangan/perbedaan doktrin di antara para penganut agama Kristen? Bukankah penganut agama Kristen memiliki Alkitab yang sama dan percaya kepada Kristus yang sama? Pertanyaan ini bisa diteruskan dengan: Mengapa orang Kristen tidak sependapat tentang soal baptisan, soal Perjamuan Kudus, soal kehendak bebas, dll.?

Tugas: Diskusi



Teologia Kontemporer -- Bab 1 Apakah Teologia Kontemporer [Indeks 00003]

B. LATAR BELAKANG SEJARAH

Bidang Teologia Kontemporer sebenarnya baru lahir pada tahun 1919, yang dicetuskan oleh salah seorang tokohnya yang bernama Karl Barth. Namun demikian dasar pemikiran teologia Kontemporer ini sesungguhnya telah diawali sejak jaman Pencerahan yaitu oleh tokoh filsafat yang bernama Immanuel Kant.

Pada umumnya istilah Teologia Kontemporer disebut juga Teologia Modern. Istilah "modern" sering dihubungkan dengan jaman Pencerahan Barat dimana segala sesuatu yang lahir pada masa itu di sebut modern, yaitu pemikiran yang menganggap bahwa manusia sudah menjadi matang dan "bebas untuk berpikir tanpa sangsi atau pengarahan dari luar diri manusia (otoritas di luar diri manusia)." Maka tidak heran jika motto manusia modern menjadi: "Beranilah menggunakan pengertianmu sendiri."(1)

Tugas: Bandingkan dengan: Kej 3:1, 5.

Sejak tahun 1919, pemikiran filsafat Karl Barth ternyata memberi pengaruh yang sangat signifikan bagi teolog-teolog modern sesudahnya. Tidak dapat disangkal bahwa pengaruh pemikiran modern Karl Barth ini akhirnya muncul menjadi suatu trend yang memberi nafas bagi muncul dan berkembangnya aliran teologia-teologia Kontemporer hingga saat ini.

----------------------
(1) Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rinci, lihat uraian tentang tema-tema semangat abad modern dari tulisan: Conn, Harvie M., Teologia Kontemporer (Malang, Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1999). Hal. 15-21.



Teologia Kontemporer -- Bab 1 Apakah Teologia Kontemporer [Indeks 00003]

C. PENGERTIAN TEOLOGIA KONTEMPORER

Apakah ciri-ciri yang membedakan antara Teologia Kontemporer dengan Teologia Alkitabiah? Berikut ini akan kita lihat lebih jelas ciri-ciri Teologia Kontemporer/Modern:

SIFAT KHAS TEOLOGIA KONTEMPORER:

Prof. DR. Eta Linnemann, dalam bukunya Teologi Kontemporer(2) menuliskan bahwa Teologia Kontemporer memiliki sifat-sifat khas yang membedakannya dengan teologia yang lain.

Berikut ini adalah beberapa kutipan dari bukunya:

  1. Teologi Kontemporer bersifat Teologi Universitas.

    Universitas adalah sebuah sekolah. Kata "sekolah" ini diambil dari bahasa Romawi yang berarti "senggang" (leisure). Tujuan utama universitas bukan mempersiapkan orang untuk melayani atau bekerja. Yang menjadi sebab dan pendorong karya Mahaguru dan Mahasiswa adalah: menyelidiki segala yang dapat diselidiki untuk memperoleh pengertian dan pengetahuan. Dengan kata lain, mereka hanya ingin mengetahui untuk mengetahui, yaitu makan buah dari pohon 'pengetahuan'. Jadi, hasil pelajaran universitas tidak sesuai dengan kebutuhan gereja atau masyarakat sejauh universitas itu adalah universitas yang tulen, dan sungguh-sungguh ilmiah.

  2. Semua yang disebut Teologi Kontemporer adalah Teologi Historis-Kritis.

    Semua Teologi Historis-Kritis didasarkan atas keputusan: melihat Alkitab sebagai sebuah dokumen sejarah agama kuno yang harus dinilai dan dikritik oleh akal manusia. Walaupun mereka mengetahui bahwa Alkitab sangat berarti bagi Gereja sebagai kanon kitab kudus, tetapi mereka tidak mampu menghargai Alkitab sebagai Firman Allah, atau wahyu Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.

  3. Teologi Kontemporer tidak berdasar pada Alkitab.

    Walaupun mereka semua memakai dan menggunakan Alkitab, tetapi dasar pikiran mereka bukan Alkitab melainkan filsafat. Mereka bersama-sama mempunyai azas yang diambil dari filsafat, namun masing-masing mendasarkan secara khusus pada suatu filsafat tertentu. Dalam tiap teologi historis- kritis, filsafat adalah dasar, dan dari Alkitab hanya bagian pilihan saja yang diterima dipakai sebagai 'lauk-pauk'. Tokoh-tokoh teologi kontemporer tidak memperhatikan peringatan-peringatan yang diberikan dalam Alkitab, misalnya: "Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus" (Kol 2:8). "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Rom 12:2).

    Kalau harus dikatakan, asal mula dan dasar teologi kontemporer ialah bukan Wahyu Allah dalam Alkitab melainkan filsafat, itulah satu hal yang dahsyat dan ini berarti teologi kontemporer pada dasarnya bersifat atheistis dan anti-Kristus.

  4. Teologi Kontemporer yaitu (yang disebut) Teologi Historis-Kritis atau Teologi Modern adalah bidat.

    Teologi historis-kritis keseluruhannya bertumpu pada pikiran monisme yang berarti: hanya ada satu-satunya dunia yang real, itulah dunia yang nampak. Dunia yang tak nampak secara real tidak ada (kecuali mungkin Allah sendiri), itu hanya bersifat gambaran atau mitos. Karena itu, apa yang ditulis dalam Alkitab mengenai Tuhan Yesus datang dari Sorga, dilahirkan oleh anak dara, bangkit dari antara orang mati, naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan akan datang kembali, bukan peristiwa yang bersifat historis-real, melainkan gambaran sesuai dengan cara pikiran manusia kuno - mitos.

    Dengan demikian, walaupun para teolog historis-kritis masing-masing membuat satu teologi tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, tetapi semuanya dicela oleh Firman Allah dalam 1Yo 2:22-23: "Siapakah Pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengakui Anak, ia juga memiliki Bapa." Mereka juga dicela dalam 1Yo 4:2-3: "Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh yang tidak mengakui Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia". Juga ditulis mengenai mereka dalam 2Pe 3:3-4: "Yang terutama kamu harus ketahui ialah, bahwa pada hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka 'Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan'."

    Walaupun beberapa tokoh memilih hal ketidakpercayaan dengan sadar pada waktu mereka memulai usaha teologi historis-kritis, tetapi hampir semua tidak sadar, bahwa teologi historis-kritis bersifat ketidakpercayaan. Mereka hanya berpikir, bahwa itulah kepercayaan abad XX dan tidak ada pilihan lain bagi manusia modern.

---------------------
(2) Linnemann, Eta, Teologi Kontemporer (Malang, Penerbit Institut Injili Indonesia, 1991). hal. 8-12. Saya tidak mengutip semua penjelasannya, tapi bagian-bagian yang penting saja.



Teologia Kontemporer -- Bab 1 Apakah Teologia Kontemporer [Indeks 00003]

D. TEMA-TEMA TEOLOGIA KONTEMPORER DAN TOKOH-TOKOHNYA(3)

  1. Teologia Liberal
    1. Frederich Schleiermacher
    2. Soren Aabye Kierkegaard
    3. Immanuel Kant
    4. Alberch Ritschl
  2. Teologia Neo Orthodoks
    1. Karl Barth
    2. Emil Brunner
    3. Reinhold Niebuhr
  3. Demitologisasi
    1. Rudolf Bultmann
  4. Teologia Sekularisasi
    1. Dietrich Bonhoeffer
  5. Teologia Pembebasan
    1. Black Liberation Theology
    2. Latin America Liberation Theology
    3. Feminism
  6. Teologia Pengharapan
    1. Jurgen Moltmann
    2. Wolfgart Pannenberg
  7. Teologia Proses
    1. Paul Tillich
  8. Teologia Neo-Katolisisme
    1. Hans Kung
  9. Mistikisme
  10. Fundamentalisme
  11. Neo Evangelical
    1. Carl Hendry

--------------------
(3) Karena terbatasnya waktu maka tidak semua tema Teologia Kontemporer akan dibahas, demikian juga tokoh-tokoh yang memeloporinya.



Teologia Kontemporer -- Bab 2 Dasar Teologia Kontemporer [Indeks 00000]

BAB II DASAR TEOLOGIA KONTEMPORER

00007 A. Memakai Filsafat sebagai Dasar Berpikir
00008 B. Menempatkan Manusia sebagai Pusat Alam Semesta
00009 C. Memakai Metode Historis Kritis
00010 D. Percaya pada Konsep Idealisme/Kemajuan
00011 E. Menempatkan Allah dalam Pengasingan (Deisme)

A. MEMAKAI FILSAFAT SEBAGAI DASAR BERPIKIR

Kata "Filsafat" dalam bahasa Yunani adalah "philosophikos" dari "philosophia" yang berasal dari dua kata yaitu: "philea" (kasih, cinta) dan "sophia" (wisdom, kebijaksanaan). Jadi seorang "philosophos" adalah seorang yang mencintai kebijaksanaan.

Ilmu Filsafat pada mulanya dikenal oleh orang Kristen sebagai ilmu yang mengajarkan kebijaksanaan orang-orang kafir. Salah satu aliran filsafat yang sangat dikenal saat itu adalah Filsafat Aristoteles. Pada mulanya Filsafat Aristoteles dipelajari oleh orang-orang Kristen bukan untuk menggantikan Alkitab tapi untuk melihat hubungan antara kedua buku tsb. Namun dasar pemikiran untuk mencari hubungan antara filsafat dan Alkitab adalah karena orang-orang Kristen masa itu tidak lagi melihat Alkitab sebagai satu-satunya pusat teologi.

Prinsip dasar Ilmu Filsafat dalam mempelajari tentang Allah adalah dengan mendasarkan diri pada akal kodrati (natural) manusia. Sedangkan agama Kristen berdasarkan pada wahyu yang disampaikan Allah kepada manusia. Dalam ilmu filsafat Allah dibicarakan sebagai objek yang diteliti, sedangkan di dalam agama Kristen Allah dipandang sebagai kausa pertama yang menyebabkan segala sesuatu ada dan yang memberi makna kepada semua ciptaan. Ilmu Filsafat menolak gagasan bahwa tanpa wahyu Allah manusia tidak mungkin tahu apa- apa. Sebaliknya Ilmu Filsafat mengajarkan bahwa manusia sebenarnya di dalam dirinya sendiri mempunyai kebebasan yang mutlak untuk menentukan apa saja yang dapat ia ketahui dan pikirkan. Melalui rasionya manusia dimungkinkan untuk memiliki kekuatan berpikir yang tidak terbatas, karena pada dasarnya manusia adalah bebas dan otonom, terlepas dari semua kontrol yang ada di luar dirinya. Alam diartikan sebagai suatu kawasan yang tidak terbatas yang dapat dan harus dikontrol melalui pikiran matematis yang otonom.

Dasar berpikir filsafat (mendasarkan diri pada pikiran manusia semata) inilah yang mendasari studi Teologia Modern abad 19 dan 20. Sebagai akibatnya agama manusia modern diyakini harus memiliki sifat kritis dan rasional. Hal-hal yang supra alami (supra-natural) tidak memiliki tempat di dalam rasio manusia, oleh karenanya harus disingkirkan dari unsur-unsur agama modern.



Teologia Kontemporer -- Bab 2 Dasar Teologia Kontemporer [Indeks 00007]

B. MENEMPATKAN MANUSIA SEBAGAI PUSAT ALAM SEMESTA

Semangat mental abad Pencerahan, yang menjunjung tinggi harkat manusia sebagai manusia yang betul-betul otonom (humanisme), pada akhirnya menempatkan manusia menjadi pusat dari alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Melalui rasionya manusia percaya dapat menilai segala sesuatu tanpa batas, karena rasio manusia diyakini mampu menjadi patokan untuk menilai keberadaan dunia fenomena. Oleh karenanya eksistensi Allah sama sekali tidak diperhitungkan, karena Allah tidak kelihatan dalam dunia riil dan tidak dapat dinilai secara matematis oleh rasio manusia.

Karena manusia adalah pusat, maka segala sesuatu ditentukan oleh manusia, termasuk pemikiran tentang Allah. Teologia Modern atau Kontemporer menilai pemahaman manusia tentang Allah hanya sebagai hasil budaya agama saja, suatu hasil pemikiran manusia yang kreatif. Oleh karenanya kebenaran di dalam agama manusia bersifat subjektif dan relatif, sama halnya dengan semua hasil karya seni manusia. Untuk itu harus diterima, dihormati dan dihargai.



Teologia Kontemporer -- Bab 2 Dasar Teologia Kontemporer [Indeks 00007]

C. MEMAKAI METODE HISTORIS KRITIS(4)

Dipakainya metode Historis Kritis dalam menyelidiki Alkitab membuktikan bahwa Teologia Kontemporer telah meninggalkan prinsip pemahaman iman Kristen yang traditional, yaitu kepercayaan pada Doktrin Inspirasi Alkitab. Alkitab tidak lagi dipandang sebagai buku suci yang diwahyukan dari Allah, tapi hanya menjadi obyek penelitian sebagaimana layaknya sebuah buku dokumen biasa.

Sikap memperlakukan Alkitab hanya sebagai buku tulisan manusia, dan bukan hasil inspirasi Roh Allah, telah menjadi ciri khas dari kritik naturalistik. Hal ini lahir dari keyakinan bahwa rasio manusia memiliki sifat yang otonom dalam menilai isi Alkitab. Bahkan rasio manusia cukup mampu mengkritik kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam penulisan Alkitab, karena Alkitab adalah tulisan manusia saja.

-----------------
(4) Pembahasan tentang Metode Historis Kritis ini akan dilanjutkan secara lebih mendetail pada bab selanjutnya (Bab III).



Teologia Kontemporer -- Bab 2 Dasar Teologia Kontemporer [Indeks 00007]

D. PERCAYA PADA KONSEP IDEALISME/KEMAJUAN

Pemikir modern pada dasarnya percaya bahwa manusia hidup dalam sejarah yang selalu akan mengalami kemajuan, demikian juga dalam memahami Alkitab. Semakin lama pikiran manusia semakin mengalami perkembangan dalam memahami Alkitab. Oleh karena itu dalam setiap jaman dibutuhkan cara baru (yang lebih maju) untuk dapat mempelajari Alkitab dengan lebih tepat.

Konsep idealisme yang banyak dipicu oleh pikiran filsafat Hegel ini memberi pengaruh yang besar dalam pemikiran jaman modern tentang sejarah agama, yaitu ide tentang evolusi agama. Agama dilihat bermula dari fetisisme dan animisme, lalu kesadaran akan adanya dewa-dewa (politheisme) berpindah ke monolatria, baru kemudian yang terakhir adalah monotheisme. Atau dengan kata lain manusia berkembang dari manusia mistis ke manusia logis. Pemikiran tentang evolusi agama ini jelas sekali bertentangan dengan pengetahuan yang kita dapat dari Alkitab, karena pada mulanya manusia justru memiliki kepercayaan yang monotheisme dan berpindah kepada penyembahan kepada berhala.

Pengaruh konsep idealisme Hegel juga mempengaruhi sistem penafsiran Alkitab. Isi Alkitab diterima secara literal, kata demi kata, oleh manusia mistis, yang dianggap masih naif. Dari kemajuan yang ada, manusia modern yang rasionalis melihat cara menafsirkan orang mistis secara skeptis. Oleh karena itu diperlukan cara yang lain untuk menafsirkan Alkitab, yang disebut sebagai cara yang lebih rohani, yang lebih relevan dengan kebutuhan rasio manusia. Sebagai akibatnya adalah proses demitologisasi seperti yang dilakukan oleh Bultmann.



Teologia Kontemporer -- Bab 2 Dasar Teologia Kontemporer [Indeks 00007]

E. MENEMPATKAN ALLAH DALAM PENGASINGAN (DEISME)

Filsafat Deisme menjadi salah satu tema yang populer dalam Teologia Kontemporer. Karl Barth menyebut Allah sebagai "the Wholly Other", yaitu Allah "yang mutlak berbeda", sebagai oknum yang "tidak dapat dijelaskan sebagaimana benda dapat dijelaskan". Allah menjadi tokoh dalam penciptaan tetapi Ia segera dilupakan karena manusia telah mengambil kontrol mutlak untuk melanjutkan apa yang ada tanpa campur tangan Allah.



Teologia Kontemporer -- Bab 3 Metode Teologia Kontemporer [Indeks 00000]

BAB III METODE TEOLOGIA KONTEMPORER

00012 A. Pemikiran Tentang Metode Teologia Kontemporer
00013 B. Cara Kerja Metode Historis-Kritis
00014 C. Akibat Metode Historis Kritis

A. PEMIKIRAN TENTANG METODE TEOLOGIA KONTEMPORER

Oleh karena Teologia adalah suatu ilmu, maka dalam mempelajari teologia, masalah metode menjadi suatu hal yang hakiki. Metode yang dipergunakan seseorang akan menuntun kepada suatu hasil teologia tertentu. Jika metode yang dipakai benar maka hal ini akan membawa seseorang kepada pengertian teologia yang benar. Sebaliknya, jika metodenya salah maka teologianya juga salah.

Dalam Teologia Kontemporer hal yang ditekankan adalah keinginan agar teologia yang dihasilkan dapat relevan dengan dunia kontemporer. Untuk mencapai tujuan itu berarti teologia juga harus mengikuti alam pemikiran manusia modern sehingga dapat mengkomunikasikan pengertian Alkitab kepada dunia modern. Oleh karena itu metode yang dipakai haruslah sesuai dengan cara berpikir modern yang rasional. Sejauh pada pengertian ini Teologia Kontemporer dinilai memiliki motivasi yang mulia.

Cara berpikir modern yang dimaksud merupakan cara berpikir kritis, dimana segala sesuatu diteliti di bawah kacamata rasio manusia sebagai tolok ukurnya. Dalam hal inilah kekristenan menolak metode Teologia Kontemporer. Manusia modern menegakkan otonomi manusia yang mutlak, oleh karena itu untuk memastikan bahwa metode ini dijalankan secara objektif, maka penilaian manusia, dalam hal ini terhadap Alkitab, tidak boleh dipengaruhi oleh pihak luar manapun. Semua fakta-fakta dalam Alkitab secara kritis hanya akan diterima jika dapat dibuktikan dalam fakta historis yang real. Metode ini kemudian dikenal dengan nama Metode Historis-Kritis.



Teologia Kontemporer -- Bab 3 Metode Teologia Kontemporer -- [Indeks 00012]

B. CARA KERJA METODE HISTORIS-KRITIS

  1. Pra-anggapan bahwa "Allah tidak ada".

    Metode ini dimulai dengan pra-anggapan bahwa secara teori, kenyataan Allah diabaikan. Dengan meniadakan Allah, maka otonomi manusia dapat dijalankan sebebas-bebasnya. Dunia yang real merupakan satu-satunya fakta yang dianggap benar.

  2. Rasio dipakai standard untuk mengukur kebenaran.

    Patokan yang dipakai untuk mengukur segala sesuatu bukanlah Firman Tuhan, tetapi ketentuan-ketentuan umum seperti yang dipakai dalam penelitian ilmiah, yaitu yang memiliki data-data empiris yang dapat diterima oleh rasio manusia modern.

  3. Alkitab ditempatkan sebagai objek penelitian.

    Dalam penelitian ini, Alkitab diperlakukan sama seperti buku-buku lain. Semua fakta dalam Alkitab diteliti sesuai dengan cara-cara ilmiah yang berlaku. Oleh karena itu jika dalam penelitian ditemukan kesalahan- kesalahan dan ketidaksinambungan dalam Alkitab, hal itu adalah wajar. Maka jelas Alkitab tidak dihargai sebagai Firman Tuhan yang berotoritas.

  4. Alkitab diterima sebagai Firman Tuhan adalah relatif.

    Kata-kata dalam Alkitab tidak perlu dianggap sama dengan Firman Tuhan. Alkitab hanya akan menjadi Firman Tuhan apabila bagian Alkitab itu berbicara secara pribadi kepada orang yang membacanya/mendengarnya.

  5. Alkitab memiliki nilai moral yang harus dihargai.

    Tujuan utama mempelajari Alkitab adalah untuk mencari nilai-nilai moral yang diajarkan. Oleh karena itu kebenaran sejarah dalam Alkitab tidaklah dianggap penting. Hal-hal yang bersifat supranatural dianggap sebagai "mitos" yaitu cara manusia jaman itu untuk mengajarkan kebenaran moral.



Teologia Kontemporer -- Bab 3 Metode Teologia Kontemporer -- [Indeks 00012]

C. AKIBAT METODE HISTORIS KRITIS

Prof. DR. Eta Linnemann, dalam bukunya Teologi Kontemporer(5) mengatakan bahwa ada akibat-akibat buruk yang dihasilkan oleh mereka yang menerapkan metode Historis-Kritis. Berikut ini adalah kutipan dari pendapat beliau:

  1. Tidak ada pembaharuan hidup Disebabkan seorang pendeta hasil pendidikan teologi historis-kritis tidak tahu dan tidak percaya bahwa seseorang harus bertobat dan lahir baru melalui Roh Kudus untuk diselamatkan, maka jemaatnyapun tidak mengetahui hal itu. Para anggota jemaat menganggap bahwa melalui keanggotaan gereja mereka telah menjadi orang Kristen yang benar, padahal mereka akan binasa bilamana tidak "memanggil nama Tuhan Yesus" untuk diselamatkan (Rom 10:9-11, 14-15).
  2. Takut akan Allah makin menghilang Seorang teolog historis-kritis tidak dapat lagi meyakini bahwa seluruh Alkitab benar dan dapat dipercayai. Dengan demikian, ia juga tidak dapat lagi berbicara atas nama Allah, baik di mimbar, di ruang kelas maupun dalam pelayanan pastoral. Ia hanya dapat menyampaikan pertimbangan dan usul yang tidak bersifat mengikat. Akibatnya jemaat tidak lagi mendapat pengarahan melalui hukum-hukum Allah. Takut akan Allah semakin hilang dan mementingkan diri sendiri, serta hawa nafsu merajalela (2Pe 2:18-22)
  3. Tidak dapat menghadapi okultisme Teologi historis-kritis tidak dapat menerima kenyataan yang sungguh dari dunia supranatural. Menurutnya iblis dan roh-roh jahat tidak boleh dimengerti secara harafiah, demikian juga tindakan Tuhan Yesus, yang "memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan" (Mat 10:1). Menghadapi kenyataan kuasa iblis dan akibat okultisme dalam pelayanan pastoral, maka seorang yang dibentuk melalui teologi historis-kritis tidak sanggup menolong dan melepaskan orang yang dibelenggu oleh roh-roh jahat, dalam nama Tuhan Yesus.
  4. Pertumbuhan iman terhambat Disebabkan Firman Allah yang tidak lagi mengikat bagi sang pendeta, maka jemaat tidak lagi mendapat pengajaran yang jelas, melainkan beraneka macam tafsiran Alkitab. Dengan demikian pertumbuhan iman tidak mungkin lagi, dan orang yang sudah bertobat tetap saja seperti bayi rohani walaupun seharusnya sudah dapat membimbing dan mengajar orang lain (Ibr 6:12). Demikianlah akhirnya terbentuk jemaat yang terdiri dari pendengar-pendengar kotbah pada hari Minggu, namun yang tidak mengenal pembacaan Alkitab secara pribadi, persekutuan rohani dan tidak mengenal pekerjaan doa.
  5. Motivasi untuk misi/pekabaran Injil hilang Karena teolog historis-kritis meyakini bahwa Alkitab hanya salah satu diantara sekian bnayak Kitab Suci, maka seorang yang dididik dalam teologi historis-kritis tidak lagi berani mengajak orang bukan Kristen untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Usaha misi dan pekabaran Injil ke luar makin lama makin pudar.
  6. Gereja-gereja semakin kosong Di Eropa, tempat berkuasanya teologi historis-kritis secara mutlak, telah sangat nyata bahwa gereja-gereja pada umumnya semakin kosong pada hari Minggu, karena orang merasa tidak lagi menerima sesuatu yang berarti dan yang menolong melalui pemberitaan gereja. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 jumlah anggota gereja di Eropa akan tinggal 50% dari jumlah sekarang. Boleh jadi bahwa hal serupa akan terjadi juga di Indonesia bilamana studi teologi historis-kritis diwajibkan untuk semua calon pendeta.

---------------------
(5) Linnemann, Eta, Teologi Kontemporer (Malang, Penerbit Institut Injili Indonesia, 1991). hal. 8-12.



Teologia Kontemporer -- Bab 4 Teologia Liberal [Indeks 00000]

BAB IV TEOLOGIA LIBERAL

00015 A. Sejarah Lahirnya Teologia Liberal
00016 B. Pola Pemikiran Teologia Liberal
00016 C. Karakteristik Teologia Liberal
00017 D. Doktrin Teologia Liberal
00018 E. Tokoh-Tokoh Teologia Liberal

Abad duapuluh sering disebut sebagai masa "Kegelisahan Teologia" (Period of Theological Unrest), karena masa itu adalah masa dimana terjadi gejolak pemikiran di bidang teologia yang sangat mengejutkan, terutama yang berpangkal pada pemikiran Humanisme dan Naturalisme. Pemikiran teologia yang sangat menonjol dan memberi pengaruh yang paling besar sejak awal abad duapuluh tsb. adalah Teologia Liberal.

A. SEJARAH LAHIRNYA TEOLOGIA LIBERAL

Dasar pemikiran Teologia Liberal sebenarnya sudah dimulai sejak abad limabelas dan enambelas. Pada saat itu terjadi kebangkitan akan kesadaran manusia pada kepentingan atas agama/moralitas dan rasio/ilmu pengetahuan. Kedua hal ini akhirnya melahirkan dua gerakan besar, yaitu Gerakan Reformasi (agama) dan Gerakan Renaissance (Ilmu Pengetahuan). Sekalipun lahir hampir pada saat yang bersamaan, namun kedua gerakan ini secara hakiki sangat berbeda.

Perbedaan Gerakan Reformasi dan Gerakan Renaissance

REFORMASI                               REINESSANCE
- Berpusat pada Allah (Teosentris)     - Berpusat pada manusia (Antropologis)
- Kembali kepada Alkitab               - Kembali kepada kebudayaan manusia
- Berpangkal pada iman                 - Berpangkal pada rasio
- Menekankan pada kuasa Allah          - Menekankan pada kemampuan manusia
- Tujuan untuk memuliakan Allah        - Tujuan untuk memuliakan manusia

Gerakan Renaissance ternyata memberi pengaruh yang sangat hebat untuk perkembangan pemikiran Teologia Liberal pada abad-abad sesudahnya. Faham- faham yang ikut membidani lahirnya pemikiran Teologia Liberal adalah faham Rasionalisme (mendewakan rasio), Romantisme (mendewakan kebebasan), Kosmologi Modern (Naturalisme Modern).

Pengaruh "isme-isme" di atas telah memberi semangat yang lebih besar kepada roh jaman saat itu sehingga semakin lama membuat manusia, termasuk orang- orang Kristen jaman itu, semakin jauh dari kebenaran Alkitab. Lahirnya Teori Evolusi oleh Charles Darwin pada akhir abad 19 merupakan gebrakan yang sangat kuat yang menyerang prinsip-prinsip Alkitab tentang penciptaan dan hakekat manusia. Banyak orang mulai dengan berani mempertanyakan tentang keabsahan Alkitab bagi orang-orang modern. Sebagai implikasi dari teori Evolusi dalam bidang kemasyarakatan, adalah lahirlah sistem sosialisme "Karl Marx" yang semakin menjauhkan manusia dari agama, yaitu agama Kristen khususnya. Agama secara umum dianggap sebagai candu bagi kaum kapitalis untuk menipu rakyat.

Implikasi lain dari Teori Evolusi adalah dalam bidang psikologi yang dipelopori oleh Sigmund Freud yang mencoba menjelaskan tentang asal-usul agama. Agama pada dasarnya adalah cermin dari perasaan takut dan hormat akan sesuatu yang lebih kuat dari diri manusia dan alam semesta. Jika manusia telah dapat mengatasi perasaan takutnya tsb. maka manusia pada dasarnya tidak memerlukan agama lagi.

Bagaimana orang-orang Kristen menanggapi serangan bertubi-tubi tersebut? Di satu pihak sebagian orang Kristen menjadi sangat kecut hati, karena merasa tidak mampu membendung dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang ditembakkan. Mulailah orang-orang Kristen menjauhkan diri dari kesulitan-kesulitan tsb. dengan mengalihkan perhatiannya pada kebangunan-kebangunan rohani. Diharapkan hidup keagamaan yang sungguh-sungguh (pietisme) akan memulihkan kepercayaan mereka akan Alkitab dan Gereja dan menjauhkan umat Kristen dari sikap skeptis dan mencari kesalahan Alkitab.

Namun, di tengah kesulitan tsb. muncul sekelompok orang Kristen yang memiliki tekad yang kuat untuk mencoba menyelamatkan situasi yang memojokkan orang- orang Kristen itu. Salah satu yang berhasil mereka lakukan adalah dengan mengubah metode pembelajaran Alkitab, yaitu dengan mempopulerkan metode Higher Criticism, sebagaimana yang orang-orang modern pada masa itu melakukannya terhadap buku-buku pada umumnya. Maksud baik untuk mencoba menyelamatkan Alkitab agar tidak dihina dan dibuang oleh orang-orang modern itu rupanya justru mengakibatkan hasil yang sangat merugikan Alkitab. Alkitab tidak lagi diterima sebagai Firman Tuhan yang berotoritas, sebagai inspirasi Roh Kudus, tetapi hanya dianggap sebagai buku biasa yang bisa dibedah di bawah penerangan otak manusia saja.

Penggunaan Higher Criticism dalam mempelajari Alkitab mencapai puncaknya pada abad sembilanbelas, yaitu dengan lahirnya Metode Historis Kritis. Pada saat itu pemikiran-pemikiran Kristen sudah diracuni dengan pemikiran-pemikiran modern yang sangat jauh menyimpang dari Firman Tuhan. Kekristenan betul-betul merangkul filsafat-filsafat dunia sehingga tidak lagi memancarkan sinar-Nya yang cemerlang. Di tengah-tengan keadaan inilah Teologia Liberal bertumbuh dengan subur.



Teologia Kontemporer -- Bab 4 Teologia Liberal -- [Indeks 00015]

B. POLA PEMIKIRAN TEOLOGIA LIBERAL

  1. Memakai cara pemikiran modern supaya dapat diterima oleh orang modern
  2. Rasio manusia adalah otonomi untuk menilai Alkitab
  3. Aspek latar belakang budaya harus didahulukan bukan arti/doktrinnya
  4. Tujuan mempelajari Alkitab bukan untuk mencari kebenaran wahyu Allah melainkan pengalaman keagamaan.

C. KARAKTERISTIK TEOLOGIA LIBERAL

  1. Tidak mempercayai tentang wahyu Allah
  2. Yesus adalah tokoh moral yang patut diteladani
  3. Dalam mempelajari Alkitab harus menggunakan metode ilmiah


Teologia Kontemporer -- Bab 4 Teologia Liberal -- [Indeks 00015]

D. DOKTRIN TEOLOGIA LIBERAL

Penjelasan Pdt. Paulus Daun, Th.M. tentang doktrin-doktrin Teologia Liberal adalah sbb.:(6)

  1. DOKTRIN ALKITAB

    Alkitab adalah buah pikiran manusia, bukan berita dari Allah. Oleh karena mengandung unsur manusia, maka tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Alkitab tidak dapat disebut sebagai Firman Allah, melainkan hanya sebuah buku agama atau buku puisi saja. Bila kita membaca atau menyelidikinya, haruslah menurut akal dan sejarah.

    Kaum Liberal menolak urutan sejarah yang dimuat dalam Alkitab, karena tidak sesuai dengan ajaran evolusi dalam sejarah. Fakta-fakta yang terdapat di dalam Alkitab disaring dan dibersihkan dari unsur-unsur yang dianggap bersifat dan berbau khayalan religius. Setelah itu, urutan sejarah dalam Alkitab disusun ulang dan disesuaikan dengan ajaran evolusi dalam sejarah.

    Menurut mereka Alkitab hanyalah merupakan pengalaman dan pikiran manusia saja. Dengan demikian, mereka menggantikan Allah dengan pikiran dan perasaan manusia. Mereka mengakui kewibawaan Alkitab, tetapi bukan sebagai Firman Allah, melainkan sebagai sebuah pikiran dan pengalaman keagamaan manusia.

  2. DOKTRIN TENTANG ALLAH

    Allah adalah pangkal dari segala sesuatu dan merupakan kekuatan kekal. Allah tidak beroknum, tapi eksistensinya secara obyektif berada dibenak manusia. Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini, pada hakekatnya bukan ciptaan Allah, melainkan memang sudah ada dan secara perlahan-lahan mencapai kemajuan (evolusi).

  3. DOKTRIN TENTANG YESUS KRISTUS

    Yesus Kristus bukan Allah dan bukan Anak Allah yang diperanakkan oleh dara Maria. Kebenaran tentang "Firman menjadi Manusia" hanyalah sebuah ilham Filsafat yang dalam. Kebenaran tentang "dilahirkan oleh anak dara" hanyalah cerita alegoris saja.

    Mereka tidak menyangkal Yesus sebagai Guru Yang Agung; Orang Saleh yang mempunyai tingkah-laku dan moral yang baik; Manusia yang sempurna. Karena kehidupan Yesus Kristus yang tidak bercacat cela, menimbulkan kekaguman bagi murid-murid dan kemudian meninggikanNya sebagai Allah.

  4. DOKTRIN TENTANG ROH KUDUS

    Yang dimaksud dengan Roh Kudus adalah perasaan keadilan yang ada dalam diri manusia dan bukan sebagai Oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Dengan kata lain, Roh Kudus adalah hati nurani manusia.

  5. DOKTRIN TENTANG DOSA

    Manusia hanya merupakan sebagian dari proses evolusi, tetapi tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tidak pernah berdosa, bahkan makin hari makin maju dan mencapai kesempurnaan. Kesalahan yang dilakukan manusia hanya karena keadaan sosial. Jika keadaan sosial sudah diperbaiki, maka secara otomatis semuanya menjadi baik. Mereka sangat mementingkan gerakan untuk mengadakan perombakan-perombakan yang radikal di bidang sosial. Karena aktivitas di bidang sosial ini, maka gerakan mereka disebut Pekabaran Injil Sosial (Sosial Gospel).

  6. DOKTRIN TENTANG KESELAMATAN

    Menurut mereka, manusia harus giat berbuat amal. Amal itu akan mempengaruhi keselamatan manusia. Cerita tragis tentang Yesus Kristus disalib tidak dapat diterima, karena cerita ini berasal dari pengaruh takhyul abad pertengahan. Injil keselamatan dengan darah, sudah ketinggalan zaman. Manusia tidak boleh egois, jangan mengira diri sendiri sudah diselamatkan itu cukup, melainkan juga mementingkan keselamatan orang lain. Tuntutan Tuhan atas diri manusia, yaitu berbuat amal dan menjadi manusia baik.

  7. DOKTRIN TENTANG PENGHAKIMAN

    Kaum Liberal dengan berani menyangkal hukuman akibat kesalahan dosa (The Guilt of Sin). Tokoh Liberal Schleiermacher dan Ritschl menolak untuk mengakui keberadaan dosa secara obyektif. Keberadaan dosa hanya bersifat subyektif dari ingatan manusia saja. Ingatan tentang dosa ini, disebabkan kerisauan hati manusia terhadap kemurkaan Allah. Ritschl dalam pernyataannya memberi jaminan dan penghiburan dengan berkata bahwa manusia tidak perlu takut terhadap murka dan hukuman Allah, karena Allah yang Mahakasih tidak mungkin akan marah terhadap manusia dan lebih tidak mungkin sampai menghukum dan membuang manusia ke dalam api neraka.

----------------
(6) Daun, Paulus, Apakah Liberalisme Dan Modernisme Itu?. Jakarta: Yayasan "Daun Family", 1999, hal. 48-54.



Teologia Kontemporer -- Bab 4 Teologia Liberal [Indeks 00015]

E. TOKOH-TOKOH TEOLOGIA LIBERAL

  1. Frederich Schleiermacher
  2. Immanuel Kant
  3. Soren Aabye Kierkegaard
    1. Biografi Singkat Lahir tahun 1813 di Kopenhagen, Denmark dan dibesarkan dibawah didikan yang keras dari ayahnya. Kierkegaard adalah seorang yang melankolis tetapi juga seorang pemikir dan penulis Kristen yang sangat handal. Ketidakberhasilan Kierkegaard dalam menjalin hubungan dengan wanita dianggap oleh beberapa orang sebagai penyebab dari ketidakbahagiaan akhir hidupnya.
    2. Pemikiran/Pandangan-pandangannya
      1. Pandangannya tentang Alkitab Jika orang mengambil pengetahuan yang jelas tentang Allah dari Alkitab berarti menjadikan Alkitab "Paus kertas". Alkitab menurutnya hanya memberi gambaran-gambaran agama, dan dalam gambaran fakta tidak berarti. Walaupun kita mengeritik Alkitab, hal itu tidak akan dapat merusak kepercayaan kita yang tulen.
      2. Pandangannya tentang Allah Allah tidak masuk di akal; Dia hanya dapat dialami secara paradoks. Menurutnya Alkitab tidak menjelaskan tentang Allah, melainkan hanya mengandung petunjuk-petunjuk kepada Dia, namun tidak mencapai sasaran.
  4. Alberch Ritschl
    1. Biografi Singkat Ritschl adalah seorang Jerman yang lahir thn. 1822 dan meninggal thn. 1889. Setelah menyelesaikan pendidikannya Ritschl menjadi dosen teologia di Bonn dan Gottingen. Dalam hidupnya sebagai seorang teolog, ia banyak menulis buku. Pengaruh utama Ritschl adalah munculnya teologia "Social Gospel", yaitu Injil yang memberi pengaruh langsung bagi kesejahteraan sosial.
    2. Pemikiran/Pandangan-pandangannya
      1. Pandangannya tentang agama Menurut Alberch Ritschl, ilmu hanya memaparkan fakta, sedangkan agamalah yang menentukan nilainya. Fungsi agama adalah menentukan semua nilai. Agama bukan pengetahuan, agama bukan perasaan, bukan kelakukan, melainkan semacam penilaian. Bagaimana menilai sesuatu lebih bernilai dibandingkan dengan yang lain, itulah tugas agama. Agama merupakan sumber di mana manusia menciptakan nilai dan sumber menciptakan nilai berasal dari Kristus; itulah sebabnya, menurut Ritschl, disinilah letak keilahian Kristus.
      2. Pandangannya tentang Allah Ritschl menolak pengetahuan metafisika Allah. Allah akan dikenal melalui kesaksian Yesus Kristus di dunia yang melaksanakan kehendak Allah untuk dunia yaitu dengan memperkenalkan kerajaan-Nya. Kerajaan Allah ini didefinisikan Ritschl sebagai organisasi kemanusiaan melalui aksi yang diinspirasikan oleh kasih. Jelas terlihat di sini bahwa Ritschl lebih mementingkan nilai moral dan etis dari suatu agama dari pada nilai religiusnya.


Teologia Kontemporer -- Bab 5 Teologia Neo Ortodoks [Indeks 00000]

BAB V TEOLOGIA NEO ORTODOKS

00019 A. Nama dan Asal Mula
00020 B. Doktrin Teologia Neo Ortodoks

A. NAMA & ASAL MULA

Istilah Neo Ortodoks(7) diambil dari pengertian bahwa teologia ini mencoba menemukan kembali sistem/tema dari teologia Ortodoks (Reformed), dengan mengaplikasikan dasar pemikiran dan budaya/pengetahuan modern/kontemporer.

Teologia Neo Ortodoks muncul sebagai reaksi yang menentang aliran Teologia Liberal yang telah mendominasi teologia akhir abad 19 dan awal abad 20. Kegagalan kaum optimism dan terjadinya perang Dunia I ikut menjadi pendorong lahirnya gerakan Neo Ortodoks.

---------------
(7) Theologi Neo Orthodoks memiliki berbagai interpretasi, dan tidak semua teolog Neo Orthodoks memiliki pandangan yang sama dalam doktrin-doktrinnya.



Teologia Kontemporer -- Bab 5 Teologia Neo Ortodoks [Indeks 00019]

B. DOKTRIN TEOLOGIA NEO ORTODOKS

Tidak seperti Teologia Liberal, teologia Neo Ortodoks menolak anggapan bahwa pengamatan terhadap fakta historis dapat memberikan kepastian tentang Alkitab. Pandangan doktrin Neo Orthodoks yang lain adalah:

  1. Doktrin Alkitab Wahyu Allah terjadi ketika manusia mengalami perjumpaan secara supranatural dengan Allah. Kebenaran tidak dapat ditemukan hanya dalam kebenaran historis saja tapi dengan bertemu secara iman. Alkitab sebagai tulisan manusia tidak akan luput dari kesalahan.
  2. Doktrin ALLAH Mereka mengakui Allah yang transendent dan Ia akan dikenal hanya jika Ia menunjukkan diri pada manusia. Allah dilihat sebagai "the Wholly Other" yang tidak ada padanannya di dunia ini. Allah masuk ke dalam dunia manusia secara garis vertikal dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
  3. Doktrin Yesus Kristus Kristus adalah mediator dari wahyu dan anugerah Allah. Namun jikalau kita hanya bertemu Kristus dalam level kemanusiaannya saja maka kita sebenarnya hanya menemukan Kristus sebagai manusia saja. Allah tersembunyi dalam diri Kristus. Pewahyuan yang sempurna hanya ditemukan dalam diri Yesus yang telah bangkit dari kematian.
  4. Doktrin Dosa dan Keselamatan Manusia telah bersalah dan berdosa dihadapan Allah. Namun demikian manusia dapat diselamatkan tapi hanya melalui iman. Dosa-doa manusia akan ditebus karena anugerah Allah dalam Kristus saja. Hanya mereka yang percaya yang akan dapat menerima keselamatan.
  5. Doktrin Penghakiman Kedatangan Kristus merupakan datangnya penghakiman atas dunia ini.


Teologia Kontemporer -- Bab 6 Demitologisasi [Indeks 00000]

Bab VI DEMITOLOGISASI

00021 A. Pengertian Istilah dan Latar Belakang
00022 B. Dasar Pemikiran

A. PENGERTIAN ISTILAH DAN LATAR BELAKANG

  1. Istilah Istilah "demitologisasi" dipopulerkan oleh Rudolf Bultmann tahun 1941 dan dilanjutkan penggunaannya oleh John Robinson dari Inggris dalam bukunya "Honest to God" (1963). Definisi: Demitologisasi adalah penafsiran secara eksistensial, yaitu menurut pengertian manusia terhadap keberadaannya sendiri, dan dengan istilah- istilah yang dapat dipahami oleh orang modern sendiri. Jadi, tujuan utama demitologisasi ini adalah untuk mencari dan menafsirkan mitos-mitos yang ada dalam Alkitab.
  2. Latar belakang Mitos adalah cerita yang tidak bersifat fakta, yang berasal dari jaman pra-ilmiah. Tujuan mitos adalah untuk menyatakan pengertian manusia tentang dirinya sendiri, bukan untuk menyajikan gambaran objektif tentang dunia. Mitos menggunakan perumpamaan dan istilah-istilah yang diambil dari dunia ini untuk meyatakan keyakinan-keyakinan mengenai pengertian manusia akan dirinya sendiri.

Pada abad pertama orang Yahudi memahami dunia ini sebagai sebagai yang dikuasai oleh Allah dan kuasa-kuasa supranatural. Alam semesta pada abad pertama dinyatakan dalam tiga tingkat; surga, bumi dan neraka. Alam supranatural sering memberi intervensi kejadian-kejadian yang ada di bumi.

Dengan cara demikianlah penulis-penulis Alkitab jaman itu memakai mitos-mitos untuk menggambarkan hal-hal yang ingin mereka sampaikan. Namun, orang-orang modern yang hidup pada jaman yang serba mekanis tidak dapat menerima mitos, oleh karena itu teologia harus berusaha untuk melepaskan berita kerygma (proklamasi Injil) dari kerangka yang bersifat mitos.



Teologia Kontemporer -- Bab 6 Demitologisasi [Indeks 00021]

B. DASAR PEMIKIRAN

  1. Dalam pandangan Demitologisasi Alkitab bukan hanya dianggap berisi kesaksian manusia tentang Firman Tuhan saja, tetapi mitos belaka (dongeng).
  2. Demitologisasi berhubungan pada suatu aliran firsafat eksistensialisme yang bukan pandangan Alkitab. Pemahaman teologia ini adalah berpusat pada manusia (anthroposentris), bukan Allah (theosentris).
  3. Demitologisasi tidak menghargai sifat sejarah dalam kekristenan, karena itu semua kisah di dalam Alkitab diturunkan menjadi mitos-mitos saja.
  4. Pengaruh Kristus dalam agama Kristen diminimalkan sehingga tidak lagi menjadi pusat berita Injil, tapi hanya sebagai manusia biasa.
  5. Demitologisasi membawa sikap skeptis terhadap semua pekerjaan Allah yang bersifat supranatural.
  6. Demitologisasi mengubah iman menjadi sifat-sifat manusia yang tidak lagi tergantung pada realita yang nyata.

Kesimpulan: Teologia "Demitologisasi" ini merupakan kelanjutan (hasil perkawinan campur) antara teologia Liberal dan Neo-Orthodoks.



Teologia Kontemporer -- Bab 7 Teologia Sekularisasi [Indeks 00000]

Bab VII TEOLOGIA SEKULARISASI

00023 A. Latar Belakang
00024 B. Dasar Pemikiran

A. LATAR BELAKANG

Istilah "sekularisme" ditemukan oleh G.J. Holyoake (1817 - 1906) dan mengartikannya sebagai cara hidup yang menyingkirkan pertimbangan akan adanya Allah, pewahyuan, neraka dan surga. Sebaliknya yang ditekankan adalah dasar hidup moral yang memberikan pengaruh positif kepada masyarakat secara umum.

Sebelumnya paham ini sebenarnya tidak menyangkal tentang keyakinan agama, namun perkembangan kemudian lebih menjurus diasosiasikan kepada ateisme, bahkan sampai kepada keyakinan bahwa pelajaran agama merupakan urusan pribadi dan seharusnya tidak diajarkan di sekolah.

Pengaruh luar biasa dari sekularisme ini banyak terjadi di dunia Barat, bahkan hingga saat ini. Walaupun praktek agama masih dijalankan tetapi memiliki arti yang tidak lebih dari sekedar kebiasaan/tradisi nenek moyang yang tidak salah kalau diteruskan.



Teologia Kontemporer -- Bab 7 Teologia Sekularisasi [Indeks 00023]

B. DASAR PEMIKIRAN

Ide dasar dari Teologia Sekularisasi adalah keyakinan bahwa pemahaman/gambaran tentang Allah dari orang-orang modern abad 20 haruslah berubah, kalau perlu harus diubah baru sama sekali. Kenyataan tentang Allah tidak harus dihapuskan, karena Allah adalah dasar dari keberadaan kita. Namun kita harus memiliki sistem metafisika terbuka, jadi Allah tidak harus dikurung dalam lingkup religius.

Karena pendapat kita tentang Allah perlu didefinisikan ulang, maka pendapat tentang gereja pun perlu ditinjau lagi. Gereja seharusnya bukan menjadi organisasi religius. Gereja harus bisa bersatu dengan dunia karena keberadaan gereja adalah di dunia. Garis pemisah antara gereja dan dunia haruslah dihapus. Dunia yang sekuler sering dicela padahal seharusnya dirangkul, karena gereja harus menjadi terang, maka harus terlibat dalam kegiatan sekuler.

Tugas orang Kristen adalah menjadi saksi Kristus di dunia sekuler ini, oleh karena itu orang Kristen harus bersatu dengan dunia ini untuk dikenal. Problem yang dihadapi oleh orang-orang dunia ini harus menjadi perhatian utama orang Kristen, khususnya masalah sosial dan politik. Namun jika Kristus dibungkam dalam agama maka karya-Nya tidak akan nyata di dunia ini, maka lebih baik jika kekristenan tidak berbajukan agama tapi kegiatan sosial yang akan memberi pengaruh positif bagi masyarakat banyak. Kekristentan akan lebih baik jika dibentuk kembali tanpa Allah, karena sudah ada Kristus yang menjadi contoh kemanusiaan yang sejati.

Semangat sekularisasi harus juga mempengaruhi teologia. Teologia seharusnya lebih banyak membicarakan tentang fungsi dan aktivitas dinamis dari kekristenan dalam masyarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu penginjilan harus didefinisikan ulang sebagai pertobatan kepada kegiatan politik dan pekerjaan sosial di kalangan orang miskin dan tertindas, bukan pertobatan dari dosa dan beriman kepada Kristus.

Kesimpulan: Dasar pemikiran Teologia Sekularisasi mengingatkan kita kembali pada pandangan kuno Teologia Liberal bahwa Kristus hanyalah manusia sempurna yang hidup dekat dengan Allah dan patut menjadi teladan manusia.



Teologia Kontemporer -- Bab 8 Teologia Pembebasan -- [Indeks 00000]

Bab VIII TEOLOGIA PEMBEBASAN (Liberation Theology)

00025 A. Pendahuluan
00026 B. Ciri-Ciri Utama Pengajaran Teologia Pembebasan
00027 C. Gerakan yang Dihasilkan

A. PENDAHULUAN

Pada tahun 60-an para teolog radikal (kaum liberal) mulai bosan menggeluti tantangan intelektual dari para pembela atheisme/kaum modernisme. Sebaliknya mereka mulai mengalihkan perhatiannya pada tantangan sosial dan ekonomi masyarakat akibat berkembangnya kapitalisme, khususnya di dunia Barat. Mereka menganggap teolog radikal hanya menjalankan tahap pertama dari gerakan "Enlightenment". Sudah saatnya kekristenan bertanggungjawab melaksanakan tahap kedua dengan menggabungkan diri membela kaum miskin dan tertindas. Hanya dengan cara demikianlah para teolog dapat membuktikan realitas Tuhan yang nyata.

Gerakan Teologia Pembebasan banyak menarik penganut gereja Roma Katolik dan cukup sukses dengan melahirkan beberapa tokoh gerakan Teologia Pembebasan, khususnya di Amerika Latin.



Teologia Kontemporer -- Bab 8 Teologia Pembebasan -- [Indeks 00000]

B. CIRI-CIRI UTAMA PENGAJARAN TEOLOGIA PEMBEBASAN

Gerakan-gerakan yang dihasilkan dari Teologia ini pada umumnya memiliki ciri- ciri sbb.:

  1. Berorientasi pada pembebasan terhadap kaum tertindas. Teologia harus bertemakan "pembebasan" sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat kontemporer. Kritik dilancarkan pada kenyataan bahwa kekristenan tidak perlu lagi menggumulkan pertanyaan orang atheis, "apakah Tuhan ada" tetapi pada pertanyaan orang Kristen, "karena Tuhan ada, apakah Ia adalah Tuhan yang adil yang membela kaum yang lemah." Oleh karena itu jika kekristenan benar, maka berita yang diberitakan haruslah menuansa pembebasan (liberation) bagi hubungan horisontal (sesama). Hubungan vertikal (dengan Allah) dalam hal ini akan terwakili secara otomatis oleh hubungan horisontal (sifat imanensi Allah)
  2. Untuk menjawab situasi kongkrit masyarakat masa kini. Faktor "kekinian dan kedisinian" menjadi titik tolak pengajaran mereka. Pemahaman teologia Barat pada umumnya berpangkal untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan filsafat, seperti: "Bagaimana kita percaya kepada Allah yang tidak berubah di tengah situasi dunia yang berubah." Kaum teolog kontemporer seharusnya menjawab kebutuhan jaman ini yang mengajukan pertanyaan, "Bagaimana kita percaya kepada Tuhan di tengah situasi masyarakat yang menindas kaum miskin." Allah orang Kristen haruslah Allah yang terlibat secara nyata untuk membebaskan kaum tertindas yang ada saat ini, bahkan jika perlu dengan memakai cara-cara kekerasan.
  3. Memakai metode yang kritis terhadap hasil praksis. Teologia Barat lebih banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran teori yang idealis dan muluk-muluk. Hal ini seharusnya tidak diikuti oleh teolog- teolog masa kini. Komitmen utama teolog kontemporer seharusnya bukan pada pembelajaran, tetapi pada pengalaman, yang bukan hanya sekedar hasil dari keyakinan yang dianutnya. Yang dipentingkan bukan "refleksi" tapi "aksi". Aksi inilah yang akan menghasilkan pemahaman kebenaran. Dengan demikian kita akan melihat kebenaran yang aktif bekerja. Itu sebabnya teologia ini hidup berdampingan erat dengan ilmu-ilmu sosial.

C. GERAKAN YANG DIHASILKAN

"Black Theology, Latin American Theology" dan "Feminism"



Teologia Kontemporer -- Bab 9 Teologia Pengharapan [Indeks 00000]

BAB IX TEOLOGIA PENGHARAPAN

00028 A. Pendahuluan
00029 B. Kunci Pengajaran Teologia Pengharapan

A. PENDAHULUAN

Tahun 1965-an sering disebut sebagai "Era Kebingungan" kare na pada saat itu ada banyak orang yang sedang mencari-cari jawaban atas ketidakmenentuan yang terjadi di dunia ini. Kehidupan sosial mulai berpaling kepada "diri" sehingga lebih menekankan pada kebebasan individu. Demonstrasi anti-perang muncul seiring dengan berkembangnya sekularisasi dan harapan yang tinggi untuk menjunjung kemanusiaan (humanity). Sesudah PD I & II Atheisme juga semakin mendapat angin. Perang seakan-akan mendukung pendapat kaum Atheis bahwa Allah tidak ada dan kalaupun ada, Allah tidak perduli dengan hak kebebasan individu dan tanggung jawab untuk memelihara dunia ini.

Para teolog Kristen semakin kuatir terhadap keadaan dimana orang semakin menaruh pengharapan mereka pada prinsip-prinsip sekular dan humanistik yang murni. Cara meresponi hal ini, para teolog jaman itu mulai membangkitkan lagi spirit yang anti-intelektual, kembali ke mistikisme, dan memusatkan diri pada sifat Allah yang hanya transendent. Di satu pihak Teologia Pengharapan membangkitkan lagi pengharapan masa yang akan datang yang telah runtuh akibat perang dan ideologi atheisme, tapi di pihak lain telah meruntuhkan berita utama dan prinsip-prinsip Alkitab.



Teologia Kontemporer -- Bab 9 Teologia Pengharapan [Indeks 00027]

B. KUNCI PENGAJARAN TEOLOGIA PENGHARAPAN

  1. Mendefinisikan ulang konsep eskatologi orthodoks, bahwa eskatologi menurut mereka adalah keterbukaan pada masa yang akan datang. Tidak ada waktu yang membatasi datangnya masa yang akan datang itu, manusia tidak tahu bahkan Allahpun tidak mengetahuinya.
  2. Teologia mereka disebut sebagai "Teologia Futuristik", karena menurut mereka yang paling penting adalah pengharapan untuk masa yang akan datang. Hal-hal yang diperjuangkan sekarang adalah untuk masa dan pengharapan yang akan datang. Oleh karena itu jangan sembunyikan berita masa depan di akhir kehidupan (mengkritik kesalahan penempatan berita eskatologi dalam teologia orthodoks).
  3. Imanensi Allah ditiadakan, karena Allah menurut mereka sebenarnya hadir hanya dalam janji-janji-Nya saja, yaitu janji-janji tentang masa yang akan datang. Janji-janji pengharapan yang akan datang inilah yang menjadi sifat hakiki dari Allah. Allah akan menjadi Allah jika Ia memenuhi janji-janji- Nya itu. Oleh karena itu Allah ditentukan oleh masa yang akan datang ini.
  4. Allah tidak mempunyai otoritas yang mutlak, karena Allah sendiri ditentukan oleh masa depan. Oleh karena itu tidak ada peraturan-peraturan yang ditetapkan Allah untuk masa yang akan datang. Masa yang akan datang adalah kebebasan yang memiliki sifat relatif. Itu sebabnya Allah tidak dapat ditempatkan di luar waktu, eksistensi Allah dan masa depan Allah ditentukan oleh waktu.
  5. Memusatkan berita eskatologi pada manusia bukan pada Kristus dan kedatangan-Nya yang kedua kali yang penuh kemuliaan. Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan kunci eskatologi karena itu merupakan jaminan Allah akan kebangkitan-Nya yang akan datang. Namun kematian dan kebangkitan Kristus tidak mempunyai relevansi bagi kehidupan kita masa kini.
  6. Utopia dan perdamaian sosial yang universal adalah tujuan didirikannya gereja. Tugas dan tanggung jawab gereja sekarang adalah menyampaikan berita tentang masa depan sehingga masa depan inilah yang akan menggenggam setiap orang.


Teologia Kontemporer -- Bab 10 Teologia Proses [Indeks 00000]

BAB X TEOLOGIA PROSES

00030 A. Pendahuluan
00031 B. Latar Belakang
00032 C. Pemikiran Teologia Proses

A. PENDAHULUAN

Teologia Proses dikembangkan berdasarkan pemikiran filsafat dari Alfred North Whitehead dan Charles Hartshorne. Mereka berpendapat bahwa realitas bukanlah statis (seperti yang dipikirkan oleh filosof kuno) tapi sebagai "proses sedang menjadi", demikian juga realitas Allah dan manusia. Buku mereka yang terkenal "Process and Reality", pada intinya mengatakan bahwa sistem metafisik adalah berdasarkan pada peristiwa yang terus menerus berlangsung, sebagai suatu proses yang kreatif untuk membawa ke puncak maksimum kebaikan.



Teologia Kontemporer -- Bab 10 Teologia Proses [Indeks 00029]

B. LATAR BELAKANG

Pada pertengahan abad 20, dunia kekristenan seakan-akan dikuasai oleh dua kutub kekuatan, yaitu Teologia Liberal dan Neo Orthodoks. Pembahasan sebagian besar berkisar pada konsep tentang Allah, misalnya pertanyaan "Jika Allah ada, bagaimana kita dapat memikirkan Allah secara logis?" Bahkan pertanyaan tentang apakah Allah ada pun masih dibicarakan. Hal ini disebabkan karena propaganda teologia "Allah itu mati". Munculnya Teologia Proses merupakan respon terhadap keadaan yang skeptis terhadap keadaan saat itu. Para teolog ini mencoba menjelaskan tentang teori keberadaan Allah dan karya-Nya yang diharapkan dapat memuaskan kaum intelektual jaman itu.



Teologia Kontemporer -- Bab 10 Teologia Proses [Indeks 00029]

C. PEMIKIRAN TEOLOGIA PROSES

  1. Tuhan dalam Teologia Proses adalah Tuhan yang tidak bertentangan dengan pemikiran ilmiah sehingga terbuka untuk diselidiki. Ia bukan saja sebagai yang memberi arah bagi setiap peristiwa, tapi ia juga yang terlibat di dalam proses alam. Tuhan dijelaskan sebagai yang dekat dalam kehidupan manusia, dan bukan sebagai Allah "yang nun jauh di sana". Oleh karena itu konsep imanensi Allah sangat ditonjolkan dalam Teologia Proses.
  2. Eskatologi Teologia Proses berusaha melihat keadaan dunia masa kini dalam terang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Tapi pada dasarnya Teologia Proses tidak memiliki konsep tentang eskatologi.
  3. Transendensi Allah adalah mengikuti proses evolusi karena Allah adalah "co-Pencipta alam semesta". Allah sangat tergantung dari tindakan bebas manusia, oleh karena itu Allah tidak memiliki kedaulatan penuh terhadap dunia ini.
  4. Allah yang pribadi tidak dikenal dalam Teologia Proses. Ia hanya dikenal sebagai yang hidup karena Ia ikut dalam proses berjalannya waktu. Namun apakah Ia sebagai "pribadi" merupakan suatu tanda tanya besar.
  5. Konsep keselamatan manusia adalah universal dan digambarkan oleh Teologia Proses sebagai suatu kebutuhan, karena manusia dibutuhkan oleh Allah.
  6. Teologia Proses tidak menerima hal-hal supranatural, seperti mujizat. Namun mereka percaya bahwa Allah bertindak melalui manusia dan sesuai dengan kebebasan manusia.


Teologia Kontemporer -- Bab 10 Teologia Neo Katolik [Indeks 00000]

BAB XI TEOLOGIA NEO-KATOLIK

00033 A. Pendahuluan
00034 B. Pandangan Teologia Neo-Katolik

A. PENDAHULUAN

[kosong]



Teologia Kontemporer -- Bab 10 Teologia Neo Katolik [Indeks 00032]

B. PANDANGAN TEOLOGIA NEO-KATOLIK

[kosong]



Teologia Kontemporer -- Bab 11 Teologia Mistik [Indeks 00000]

BAB XII TEOLOGIA MISTIK

00035 A. Pendahuluan
00036 B. Pandangan Teologia Mistik

A. PENDAHULUAN

Dalam konteks Teologia Mistik, istilah "mistik" tidak diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kuasa kegelapan, tapi kepada sesuatu hubungan rohani yang tidak dapat dijelaskan secara akal. Ajaran Teologia Mistik sudah dikenal dengan sangat baik di dunia Timur, khususnya di gereja-gereja Orthodoks Timur.

Jika istilah "mistik" ini dihubungan dengan cara hidup seseorang yang saleh, disiplin dan penuh pengabdian kepada kehidupan rohani, maka contoh-contoh diberikan kepada orang-orang seperti: Augustinus, Fransis Asisi, Bernard of Clairvaux. Thomas Aquinas dll. Ajaran Teologia Mistik ini kemudian dikenal hampir sepanjang sejarah gereja, terutama berbarengan dengan lahirnya tokoh- tokoh gereja yang memiliki ajaran dan kehidupan kesalehan yang ketat. Namun pada akhir abad-abad modern, ajaran ini berkembang menjadi ajaran yang ditentang oleh gereja-gereja yang menjunjung tinggi otoritas Alkitab sebagai satu-satunya wahyu Allah yang tertulis (orthodoks).

Definisi yang diberikan kepada ajaran Teologia Mistik adalah: Mistikisme adalah suatu filsafat, doktrin, ajaran atau kepercayaan yang lebih berpusat pengalaman pribadi seseorang dengan Tuhan (melalui perenungan pribadi maupun disiplin tertentu) dan menekankan pengajaran mereka lebih pada dunia roh daripada alam semesta yang bersifat materi. Tujuan pengalaman pribadi dengan Tuhan adalah untuk penggabungan rohani dan kesatuan mental dengan Roh Universal.



Teologia Kontemporer -- Bab 11 Teologia Mistik [Indeks 00034]

B. PANDANGAN TEOLOGIA MISTIK

  1. Menurut Teologia Mistik Alkitab bukanlah satu-satunya pewahyuan Allah, bahkan Alkitab sebenarnya hanyalah kesaksian dari pewahyuan Allah dan Alkitab baru akan menjadi wahyu Allah hanya jika terjadi "encounter" antara manusia dan Allah. Wahyu Allah secara langsung masih bisa dialami oleh manusia melalui mimpi, penglihatan, mujizat dan karunia-karunia khusus lainnya.(8)
  2. Pengalaman emosional keagamaan seseorang menjadi unsur yang sangat penting sehingga sifat subjektivitas sangat menentukan kedewasaan rohani seseorang. Penekanan pada "tanda-tanda" yang terjadi sangat dicari sebagai satu-satunya sumber kekayaan pengalaman rohani mereka.
  3. Ajaran tentang datangnya hari kiamat lebih ditonjolkan dari pada pengajaran tentang keselamatan dan pengajaran-pengajaran lain di Alkitab. Pusat eskatologi mereka hanya pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya padahal kedatangan Kristus yang pertama adalah bagian dari rencana penyelamatan yang sama pentingnya dengan ke datangannya yang kedua untuk menghakimi manusia.
  4. Pandangan mereka tentang gereja sangat kabur karena lebih banyak dipusatkan hanya kepada pribadi pemimpinnya saja. Gereja tidak dianggap sebagai umat yang telah dikuduskan oleh Kristus karena melihat bahwa penyimpangan yang terjadi di gereja masih sangat banyak.

---------------
(8) Mengingatkan kita pada ajaran teologia Karl Barth.



Teologia Kontemporer -- Bab 13 Teologia Fundamental [Indeks 00000]

BAB XIII TEOLOGIA FUNDAMENTAL(9)

Asal mula istilah "Fundamentalisme" Istilah ini muncul dan mulai dipakai pada tahun 1909. Waktu itu, teologia Liberalisme masih pada masa kejayaannya. Kaum Fundamentalis merupakan sekelompok orang Kristen yang terpanggil untuk mempertahankan paham Ortodos dan bersedia menghadapi ajaran Liberalisme. Kegiatan kelompok ini dimulai dengan mencetak 12 jilid brosur yang berisikan dasar pengajaran Injil yang dipercayai oleh umat Kristen. Brosur-brosur itu diberi judul "The Fundamentals". Begitu brosur-brosur ini disebarluaskan, langsung mengundang reaksi dan perdebatan seru, Dari sini mulainya, istilah "Fundamentalist" dikenal dan disebarluaskan.

Asal Mula Timbulnya Fundamentalisme Sebab jauh: Serangan dari Ilmu Filsafat Mulai sejak abad ke-15 sampai dengan ke-19, filsuf ternama seperti Descrates, Spinoza dan lain-lainnya, menyerang dan mengkritik Allah dan Alkitab Agama Kristen. Bahkan filsuf yang sedikit berpihak kepada agama seperti John Lock, Hume dan lain-lainnya, tidak ketinggalan menyatakan keragu-raguan dan ketidakpuasan terhadap kewibawaan Alkitab.

Serangan dari Ilmu Pengetahuan Terbitnya buku yang berjudul "The Origin of Species" pada tahun 1859 oleh Darwin, secara langsung menentang teori penciptaan yang tradisionil. Mulai saat itu, ajaran Ortodoks Kristen berada di posisi yang diserang dan ditentang.

Serangan dari Ilmu Teologia Cendekiawan-cendikiawan yang memulai pekerjaan dengan menggunakan prinsip ilmiah (mengadakan penyelidikan untuk mengkritik Alkitab) membawa efek yang tidak menguntungkan posisi Alkitab sebagai Firman Allah.

Serangan dari Ilmu Agama Karena munculnya tokoh-tokoh pengkritik Alkitab pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, mendorong tokoh-tokoh agama untuk mengadakan penyelidikan terhadap agama-agama yang ada di dunia. Efeknya, ada sebagian tokoh-tokoh tersebut, yang langsung menyangkal Agama Kristen sebagai agama yang diwahyukan.

Sebab dekat: Adanya Liberalisme Timbulnya pemikiran teologia Liberalisme yang mengutamakan rasio, dan mencapai puncaknya pada permulaan abad ke-20, membawa efek negatif yang serius bagi eksistensi paham Orthodoks. Paham Liberalisme, bukan saja menyangkal kewibwaan Alkitab sebagai Firman Tuhan, melainkan juga menyangkal hukuman Akhir zaman bagi orang-orang berdosa dan lain-lain. Hal ini membawa akibat yang fatal bagi kepercayaan murni yang bersifat sejarah itu.

Adanya kebangunan Rohani Jauh sebelum akhir abad ke-19, terjadi beberapa kali kebangunan di bidang kerohanian. Kebangunan ini berkelanjutan terus-menerus, sehingga mendatangkan respek kepada Alkitab sebagai Firman Allah. Sebagai efeknya, maka di mana- mana diadakan pertemuan-pertemuan, seminar-seminar, pembinaan-pembinaan, penyelidikan Alkitab dan lain-lainnya. Pertemuan yang demikian ini pernah diadakan di Niagara, Rocky Mountain dan lain-lain.

Sebab jauh dan dekat yang dikemukakan di atas merupakan unsur penting yang, secara langsung atau tidak, membawa efek timbulnya aliran Fundamentalis ini.

Kemajuan dan Kemerosotan Fundamentalisme Kemajuan-kemajuan yang dicapai Untuk menangkis serangan yang dilancarkan, khususnya dari pihak Liberalisme, maka kaum Fundamentalis memperkuat pelayanannya di bidang literatur dan juga pertemuan-pertemuan yang bersifat nasional dan internasional. Peristiwa sejarah yang perlu dicatat yang pernah dicapai kaum Fundamentalist adalah pertemuan besar yang terjadi pada tahun 1898 di Niagara dan yang menelorkan dalil paham Fundamentalisme. Isi dalil tersebut adalah:

  1. Setiap huruf yang terdapat dalam Alkitab adalah wahyu Allah.
  2. Keilahian Yesus Kristus, lebih ditekankan.
  3. Kelahiran Yesus Kristus oleh anak dara, lebih dipertegas.
  4. Kematian Yesus Kristus untuk penebusan dosa tidak dapat diganggu-gugat.
  5. Kebangkitan daging dan kedatangan Yesus Kristus untuk keduakalinya, tidak perlu diragukan.

Pada tahun 1909, diterbitkan brosur-brosur berjumlah 12 jilid yang kemudian mengangkat nama Fundamentalist, sehingga dikenal oleh dunia internasional. Gerakan ini makin mantap, setelah pada tahun 1919 dibentuk satu organisasi yang diberi nama "World's Christian Fundamentals Association."

Peristiwa yang dinamakan "The Scoper Trial" pada tahun 1925, membawa nama harum dan kementangan bagi kaum Fundamentalist. Seorang guru sekolah yang bernama John T. Scoper mengajar teori Evolusi Darwin. Karena perdebatannya, ia diajukan ke depan pengadilan di Dayton. Ia dituduh merusak iman dan etik moral Kristen dengan ajaran evolusinya. Meskipun jalannya sidang berlarut-larut dan memakan waktu yang cukup panjang tetapi pada akhirnya vonis dijatuhkan. John T. Scoper dinyatakan bersalah dan harus membayar denda sebanyak seratus dolar Amerika.

Kemerosotan yang mempritahinkan Sikap yang kaku dan ekstrim Di dalam hal melawan ajaran Liberalisme, kaum Fundamentalis menjurus kepada sikap yang kaku dan ekstrim. Oleh karena teori evolusi bisa merusak iman Kristen yang Ortodoks, maka mereka menentang dengan ekstrim. Bukan hanya teori evolusi saja, bahkan juga ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena terlalu menitik beratkan pengalaman pribadi keagamaan, mereka lalu bersikap acuh tak acuh terhadap tanggung jawab kemasyarakatannya dan lain-lainnya.

Untuk sikap yang kaku dan ekstrim ini, Dr. Harun Hadiwijono dalam bukunya "Teologia Reformatoris abad ke-20" memberi komentarnya: "Kaum Fundamentalis makin lama makin mengurung diri dalam kurungan yang dibuat sendiri. Demi pertahanan diri sebagian dari mereka memperkembangkan suatu prasangka anti intelektual yang mendalam, mencurigai kesarjanaan, acuh tak acuh terhadap nilai pemakaian akal dalam soal-soal agama, keras dan kejam dalam sikap menghadapi alasan-alasan penentangnya."

Perpecahan di dalam Tatkala kaum Fundamentalis bergumul melawan Liberalisme, di antara mereka sendiri terjadi perpecahan antar denominasi. Di dalam gerakan misi penginjilan keluar, Northern Presbyterians mengutus banyak misionaris yang menganut paham Liberal ke luar negeri. Hal ini menimbulkan ketidak-puasan tokoh-tokoh Fundamental, diantaranya adalah Dr. J. G, Machen, Carl Melntire dan lain-lainnya.

Mereka lalu mendirikan sebuah misi yang bersifat indepanden. Karena badan misi itu dianggap menentang, maka pemimpin Northern Presbyterians memecat mereka. Pada tahun 1936, Machen membawa kurang lebih 100 orang pendeta ke luar dari Northern Presbyterians dan mendirikan gereja yang disebut "Orthodox Presbyterian Church." Setelah meninggalnya Machen, gereja ini mengalami perpecahan.

Sebagian orang dibawah pimpinan Carl Melntire, bekas rektor Whenton College James O Buswell dan dosen Wesminster Seminary Allen MacRae ke luar dan mendirikan sebuah gereja baru dengan nama "Bible Presbyterians Synod."

Sikap yang kaku, keras dan ekstrim serta perpecahan yang terjadi di dalam kalangan sendiri, sangat melemahkan dan merugikan kaum Fundamentalis. Kubu pertahanan mereka menjadi goyah, sehingga mereka lemah dalam menghadapi musuh luar.

-----------------
(9) Dikutip dari Apakah Evangelisme itu?, oleh Pdt. P. Daud Menado: Yayasan Daud Family, 1996, Hal. 17-24.



Teologia Kontemporer -- Bab 14 Teologi Evangelical dan Neo-Evangelikal [Indeks 00000]

BAB XIV TEOLOGI EVANGELICAL dan NEO-EVANGELIKAL (Teologia Injili dan Injili Baru)

00037 A. Teologia Evanglikal (Injili)
00038 B. Teologia Neo-Evanglikal (Injili Baru)

A. TEOLOGIA EVANGLIKAL (INJILI)(10)

  1. Istilah Istilah Injili berasal dari kata Yunani euangelimos, kabar baik atau Injil berita keselamatan. Injil itu "kuasa Allah yang menyelamatkan" (Rom 1:16). Kutukan yang berat ditimpakan kepada penyelewengan Injil (Gal 1:8). Istilah itu sendiri mulai dipakai secara teknis pada masa reformasi, khususnya oleh Martin Luther. Luther menemukan Injil yang "hilang" dalam gereja waktu itu. Luther menekankan bahwa pembenaran hanya oleh iman saja. Ini merupakan fondasi berdirinya atau runtuhnya gereja & individu. John Eck, Erasmus dan Thomas Moore menamai orang-orang yang berpaham demikian sebagai "Kaum Injili".
  2. Batas-batasan Teologia 3 faktor yang mensifati kaum Injili
    1. Faktor objektif: ototitas Firman di atas otoritas gereja.
    2. Faktor subjektif: pembenaran oleh iman berdasarkan karunia saja, berbeda dengan ajaran Romanisme tentang pembenaran progresif dan perbuatan baik; dan
    3. Faktor sosial: keimaman universal orang percaya, yang berbeda dengan keimaman eksklusif para imam.

    1648 Aliran Reformed disebut Injili. 1653 dalam karangan Corpus Evangelicorum menyebut aliran-aliran Reformed (Calvinis) dan Lutheran sebagai Kaum Injili. 1917 Gabungan gereja-gereja Reformed dan Lutheran disebut sebagai aliran Injili.

    Dewasa ini, khususnya di Eropah, istilah Injili digunakan menyebut aliran Protestan pada umumnya, yang diberdakan dari Roma Katholikisme.

    1846 The Evangelical Alliance dibentuk di London; oleh pemimpin-pemimpin seperti F. Tholuck, Merle D"Aubigne, S.S. Schumucker dan Thomas Chalmers. Aliansi ini memberikan pernyataan sebagai berikut:

    1. Pewahyuan Alkitab
    2. Trinitas
    3. Kebobrokan (depravity) manusia
    4. Ke-perantaraan Kristus
    5. Pembenaran oleh iman
    6. Perpalingan dan penudusan oleh Roh Kudus
    7. Kembalinya Kristus serta penghakiman
    8. Pelayanan Firman dan
    9. Sakramen baptisan dan perjamuan kudus

    Aliran/ajaran yang biblika yang ditekankan reformasi itu kemudian hari:

    1. Populer di Amerika
    2. Dilawan oleh liberalisme dari Eropa dan
    3. Dikaburkan oleh Arminianisme & Pelagianisme Charles Grandison Finney
    4. Dipulihkan dari distorsi itu oleh tokoh-tokoh seperti: Dwight Moody, Billy Sunday, Billy Graham, dll.

    Sola Scriptura, sola gratia dan sola fide dengan menekankan inisiasi Allah yang berdaular penuh dalam hal penyiapan keselamatan; dan mendorong orang berdosa tak pernah dianggap mengurangi tanggung jawab manusia sejak reformasi kedua aspek soteriologi; kedaulatan Allah dan tanggungjawab manusia selalu dipegang teguh tanpa mengurangi semangat penginjilan dan misi. Sejak Finney yang lebih menekankan tanggungjawab manusia maka ajaran kasih karunia mengalami kemerosotan.

    Sejak Evangelical alliance (1846) yang menekankan aksi sosial (9)seperti perbudakan dll) banyak gereja (seperti Lutheran) tidak mau bergabung dengan aliansi tersebut. Pada saat inilah Fundamentalisme muncul dengan agresif (contra liberalisme dan social gospel).

    Perbedaan Fundamentalisme dan Evangelisme rupanya bukan soal teologia tetapi segi mentalistas, budaya, dan outlook (pandangan). Pembedaan antara hal-hal yang inti (essential) dan non-inti (non-essential) tidak begitu jelas dalam Fundamentalisme. Otoritas Alkitab, pembenaran oleh iman itu inti, tetapi soal panjangnya rambut dll. Adalah non-inti.

    Satu ciri kaum Injili sejak semua yaitu pembedaan antara aspek kepercayaan ayng essentials dan yang non-essentials. Yang essentials seperti pembenaran oleh iman saja dan seterusnya merupakan dasar persatuan; sedangkan pad hal-hal yang non-essetials denominasi-denominasi tertentu mengatur liturgi yang berbeda dan seterusnya.

    Selain itu penekanan pada aspek universal gereja dalam eklesiologi membuat banyak kelompok injili tidak tertarik pada gerakan oikumene, karena mereka tidak menekankan organisasi tetapi hal-hal yang rohani.

    Orang-orang Injili selalu menekankan ketepatan teologis. Sebagai contoh, 5 butir dalam Fundamentalisme merupakan hal-hal yang mutlak tanpa perlunya reinterpretasi. Kaum Injili sebetulnya mesti merupakan suatu voice (suara) yang bukannya echo (gaung). Ketepatan teologis yang muncul dari kasih karunia Allah yang diurapi oleh kekuatan Roh Kudus.

  3. Kesatuan dan Keragaman Iman Injili

    1. Prinsip Formal Prinsip formal kewibawaan/otoritas Alkitab merupakan dasar teologia Injili. Sejak dicetuskan Luther, bahwa Kitas Suci sebagai patokan mutlak untuk iman dan perilaku kehidupan. Prinsip ini terus membawa konflik. Posisi ini berkaitan dengan ajaran tentang Wahyu dari dan oleh Roh Kudus yang melalui dan menggunakan penulis dan latar belakang masing-masing sebagai alat penerus Firman-Nya tanpa mereduksi mereka menjari dorbot-robot. Pengilhaman dari/oleh Roh (2Ti 3:16; 1Pe 1:19, 20) tanpa penghapusan individualitas penulis membuat kata-kata mereka adalah Firman-Nya (pengilhaman verbal). Tuntunan ilahi ini mencakup seluruh bagian tulisan ayng hasilnya tidak bisa membawa kepalsuan (infallible) dan tidak bisa tersesat dari kebenaran (inerrant). Pengilhaman bukan bicara metode tetapi hasil-hasilnya; yaitu dapat dipercayanya Firman Allah yang faedahnya bisa menjadi bingkai hidup yang tak mengecewakan. Firman-Nya menjadi alat bukan tujuan (karena itu bukan bibliolatry tetapi Bibliologi). Firman-Nya diberi bukan untuk menjadi topik diskusi tetapi sebagai perangkat hidup (pengampunan dari dosa, regenerasi, pembenaran, pengudusan dll.).
    2. Kesatuan dan Keragaman
      1. Basis kesatuan yaitu kemurnian ajaran (Efe 4:3; dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera; 2Yo 9-10; Setiap orang yang tidak tinggal didalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah ke luar dari situ tidak memiliki Allah. Barang siapa tinggal di dalam ajaran itu ia memiliki Bapa maupun Anak. Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya; 2Ko 6:14; janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dalam gelap).
      2. Tujuan kesatuan; demi kesaksian (Yoh 17:2; sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya). Demonstrasikan relasi dengan Allah Tritunggal (Yoh 13:35; dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi; Efe 4:3-6; dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera; satu tubuh, dan satu Roh sebagaimana kamu telah dipanggil kepada suatu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh smua dan di dalam semua).

---------------
(10) Penjelasan tentang latar belakang sejarah gerakan Injili (Evangelical) ini dikutip dari buku Beberapa Issu Teologi Dalam Pelayanan (penulis tidak diketahui).



Teologia Kontemporer -- Bab 14 Teologi Evangelical dan Neo-Evangelikal [Indeks 00037]

B. TEOLOGIA NEO-EVANGLIKAL (INJILI BARU)

  1. Istilah Istilah Injili Baru muncul dari Fuller Theologia Seminary di California dimana Dr. Harold Ockenga mengajar. Istilah ini dipakai Dr. Ockenga dalam usahanya untuk mengkoreksi kesalahan Fundamentalisme dan mencoba mengkawinkannya dengan Teologia Injili.
  2. Latar Belakang Teologia Injili Baru muncul sebagai protes terhadap kerasnya arus Teologia Liberal dan ketidakpuasan terhadap Teologia Injili. Carl Henry, salah satu pencetus teologia ini, melihat bahwa bagaimanapun juga Fundamentaslisme adalah pernyataan kekristenan yang benar dan tidak dapat ditinggalkan. Namun demikian, Teologia Fundamentalisme telah kehilangan perspektif teologis dan historis. Selain itu teologia ini sama sekali mengabaikan sifat akademis dan tertutupnya pada perkembangan ilmu pengetahuan. Akibatnya masyarakat kontemporer menolak teologia ini dan menjadi sangat tidak relevan dengan kebutuhan yang ada.

    Desakan Carl Henry kepada kaum konservatif memberikan reaksi yang positif terhadap kebutuhan masyarakat kontemporer. Mulailah diselenggarakan pertemuan-pertemuan dengan para teolog modern, untuk mendiskusikan tentang hal-hal yang menjadi keberatan teolog modern, mis. otoritas keabsahan Alkitab dll. Hasil yang ditimbulkan dari pertemuan-pertemuan ini memberi kesempatan kepada kaum Injili untuk mulai melakukan kompromi dan toleransi teologia yang akhirnya justru memberi dampak yang negatif bagi berita Injili.

    Dipihak lain kaum Injili semakin diprotes karena kelalaian mereka terhadap masyarakat dan kepedulian untuk menjadi terang dan garam dunia. Desakan- desakan dari berbagai pihak inilah yang mendorong munculnya semangat Injili Baru.

  3. Kegagalan Teologia Injili Baru

    Teologia Injili Baru ini sering tidak disepakai sebagai suatu aliran teologia yang memiliki prinsip-prinsip teologia Injili. Hal ini disebabkan oleh beberapa kegagalan berikut ini:

    1. Keinginan untuk menghimbau teolog modern untuk duduk bersama dengan kaum konservatif ternyata membuahkan hasil yang negatif bagi penempatan otoritas Alkitab sebagai pedoman mutlak bagi iman dan perbuatan.
    2. Keinginan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan masalah eklesiologi tidak terpenuhi, sehingga tidak berhasil menarik perhatian pihak manapun.
    3. Keinginan untuk menjelaskan hubungan antara Alkitab dan ilmu pengetahuan mengalami jalan buntu karena keanekaragaman jawaban di antara mereka sendiri.
    4. Keinginan untuk terlibat dalam menjawab kebutuhan sosial masyarakat tidak mendapat sambutan yang positif karena dianggap telah kembali ke "social gospel" yang telah mereka tentang sebelumnya.
    5. Keinginan memenangkan pengaruh lewat apologetika tidak membuahkan hasil yang positif.

Ke Atas


sabdaspace.org Tentang Kami | Kontak Kami | Bukutamu | Link |

Laporan Masalah/Saran | Disclaimer | Hak Cipta © 2005-2024 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati