Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan

Jebakan dalam Informasi Pendukung (The Confirming-Evidence Trap) ---------------------------------------------------------------- Kesalahan yang pertama ini disebabkan oleh kecenderungan kita mencari informasi yang mendukung pendapat kita dan mengabaikan informasi yang menentangnya. Ini bukan hanya memengaruhi ke mana kita akan mengumpulkan bukti untuk memperkuat pendapat kita, namun juga bagaimana kita mengartikan bukti yang kita dapat. Dan akhirnya, menyebabkan kita terlalu memerhatikan informasi dan opini yang mendukung dan meremehkan informasi yang sebaliknya.

Ada dua hal yang menjadi penyebab. Pertama, kecenderungan kita untuk memutuskan apa yang akan kita lakukan sebelum mengetahui alasan mengapa kita melakukannya. Yang kedua, kecenderungan kita untuk terlibat dengan hal-hal yang kita sukai dan menjauhi hal-hal yang tidak kita sukai.

Untuk menghindarkan Anda dari melakukan kesalahan yang sama, pastikanlah untuk selalu memeriksa semua bukti dengan porsi yang seimbang. Hindari kecenderungan untuk menerima bukti pendukung mentah-mentah tanpa mengajukan pertanyaan apa pun. Ajaklah atasan atau rekan kerja yang Anda kagumi untuk saling berargumen. Pastikan bahwa lawan bicara Anda tidak terpengaruh oleh cara pandang Anda, agar ia dapat memberikan opini yang netral. Juga, Anda perlu jujur kepada diri Anda sendiri mengenai motif. Apakah Anda benar-benar mencari informasi yang membantu dalam menentukan pilihan yang tepat? Ataukah hanya mencari informasi yang mendukung dan memperkuat apa yang ingin Anda lakukan?

Jebakan dalam Membuat Kerangka (The Framing Trap) ------------------------------------------------- Pengambilan keputusan sering kali ditentukan oleh bagaimana kita memandang pilihan atau bagaimana kita menyusun kerangka pertanyaan berkenaan dengan keputusan itu.

Orang cenderung tidak mau mengambil risiko dan mencari-cari alasan agar bisa menghindari keputusan yang mendatangkan kerugian, walau sekecil apa pun. Meskipun di baliknya ada kesempatan yang lebih besar untuk mencapai yang lebih tinggi. Kebanyakan orang juga mencomot kerangka situasi yang ada di hadapan mereka daripada merumuskan ulang masalah dengan cara mereka sendiri. Jangan langsung menerima kerangka yang sudah ada. Cobalah untuk menyusun ulang kerangka masalah dalam beberapa cara, agar Anda bisa memandangnya dari sisi yang berbeda. Cobalah juga untuk menciptakan situasi netral yang memadukan keuntungan dan kerugian atau yang memberikan penjelasan berbeda. Selama proses pengambilan keputusan, tanyakan pada diri Anda bagaimana pemikiran Anda bisa berubah bila kerangka diubah.

Jebakan dalam Membuat Perkiraan dan Prediksi (Estimating and Forecasting Traps) ------------------------------------------------------------ Kita semua bisa memperkirakan waktu, volume, jarak, dan berat dengan baik karena kita sering kali membuat keputusan yang berkaitan dengan hal-hal itu, dan cepat mendapat tanggapan tentang keakuratan perkiraan kita. Namun, kita kurang berpengalaman dalam memutuskan prediksi-prediksi yang belum pasti. Sering kali kesalahan yang terjadi dalam perkiraan prediksi adalah salah satu di bawah ini.

a. Jebakan karena Terlalu Percaya Diri (The Overconfidence Trap) Terkadang kita terlalu yakin akan kemampuan kita dalam membuat perkiraan atau prediksi. Dalam serangkaian tes, beberapa orang diminta untuk memprediksi nilai saham dalam penutupan bursa saham Dow Jones sepekan ke depan. Dalam ketidakpastian, mereka lalu diminta untuk memperkirakan di titik mana nilai penutupan itu akan jatuh di antara suatu garis. Mereka memperkirakan hanya ada 1% peluang nilai penutupan yang akan melebihi angka tertinggi yang telah mereka tetapkan dan hanya ada 1% peluang nilai penutupan akan jatuh di bawah nilai yang telah mereka tetapkan. Namun ternyata, prediksi-prediksi tersebut meleset jauh karena nilai penutupan jatuh di luar garis sebesar 20-30%. Terlalu yakin akan kemampuan memprediksi justru akan menyebabkan orang menetapkan garis peluang yang terlalu sempit dan kecil.

b. Jebakan karena Terlalu Hati-Hati (The Prudence Trap) Sering kali orang terlalu berhati-hati dalam memprediksi. Saat harus mengambil keputusan yang berisiko tinggi, kita cenderung menempatkan perkiraan yang kita buat pada sisi yang aman. Contoh yang sangat bagus adalah pendekatan "analisis skenario kasus terburuk", yang dulunya populer dalam sistem pembuatan senjata. Analisis ini sampai sekarang masih digunakan dalam pengaturan mesin-mesin tertentu. Dengan pendekatan ini, para perancang senjata mendesain senjata buatannya agar dapat digunakan dalam situasi terburuk yang mungkin terjadi, meskipun pada kenyataannya kesulitan yang terdapat dalam situasi tersebut sangat kecil.

c. Jebakan karena Memori atau Ingatan (The Recallability Trap) Tak jarang kita membuat prediksi tentang masa depan berdasarkan kenangan kita di masa lampau. Karena itulah, kejadian-kejadian yang meninggalkan kesan mendalam bisa sangat memengaruhi kita. Misalnya, kita cenderung membesar-besarkan peluang terjadinya kejadian yang jarang, namun hebat, seperti kecelakaan pesawat. Kejadian yang dramatis atau yang menimbulkan trauma dalam kehidupan akan mengubah cara pandang Anda. Anda akan menganggap kejadian seperti itu berpeluang lebih besar untuk terulang kembali di masa depan.

Ketika kita dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat, peluang untuk melakukan kesalahan akan lebih besar. Apalagi bila waktu yang tersedia juga terbatas. Akhirnya, kita lebih mengandalkan emosi daripada penalaran.

Sebelum terlalu banyak menghabiskan waktu dalam membuat keputusan, luangkan waktu untuk meninjau kembali bagaimana cara kita membuat keputusan tersebut. Jangan terikat secara emosional pada suatu hasil sebelum yakin bahwa proses pengambilan keputusan itu bermanfaat untuk Anda. (t/Lanny)

Sumber diedit dan diterjemahkan dari: Judul asli : More of the Most Common Decision-Making Mistakes People Make Penulis : Kare Anderson Alamat situs : http://www.pertinent.com/articles/communication/kareCom12.asp

File: 

Komentar