Rendahnya Minat Membaca di Indonesia | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Rendahnya Minat Membaca di Indonesia


Kategori: Artikel

Ada beberapa hal yang menyebabkan minat baca di kalangan anak Indonesia tergolong rendah, bahkan terendah di kawasan Asia Tenggara:

  • Orangtua kurang suka membaca dan enggan membelikan anaknya buku. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi alasan lemahnya daya beli buku masyarakat. Karenanya, anak-anak tidak akrab dan merasa asing dengan buku serta memiliki minat membaca yang rendah. Mereka menjadi tak sayang buku karena tidak kenal.

  • Tradisi lisan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Hanya saja masyarakat kita yang awalnya bertradisi lisan secara drastis bergerak menuju budaya elektronik seperti teve dan radio, sebelum memasuki budaya tulis secara ajek. Kita langsung melompat dari tradisi mendongeng ke tradisi menonton sebelum terbiasa dengan tradisi membaca. Tak heran jika masyarakat, termasuk anak-anak merasa asing dengan buku.

  • Kurangnya komitmen sekolah untuk memberikan tugas-tugas yang membiasakan anak untuk membaca, semisal mata pelajaran bedah buku, mengarang dan lain sebagainya..

  • Kurang berkembangnya perpustakaan-perpustakaan di lingkungan warga atau perpustakaan keliling yang memungkinkan anak selalu mempunyai akses dan fasilitas untuk membaca..

Contohlah Jepang

Untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, di Jepang diberlakukan gerakan "20 Minutes Reading of Mother and Child". Gerakan ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum anaknya pergi tidur. (Buletin Pusat Perbukuan, Depdiknas No. 1 Tahun 2000). Sejak 1955, di negara yang penduduknya sangat gemar membaca ini juga telah dibentuk Parent Teacher Association (PTA) Mother Library atau perpustakaan yang dikelola oleh perkumpulan orangtua murid dan guru. Mereka mengembangkan sistem distribusi buku ke daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh perpustakaan keliling.

Di Indonesia, pemerintah bersama LSM peduli kegemaran membaca telah mencanangkan Gerakan Peningkatan Minat Baca (BPMB) sejak 1986. Gerakan ini merupakan usaha penyadaran bagi orangtua tentang pentingnya membaca mulai tingkat RT, RW, dusun, desa, hingga tingkat nasional.

Sayangnya, meski upaya meningkatkan minat baca dan pemenuhan bahan bacaan sudah menjadi agenda utama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, Indonesia masih saja tertinggal dalam hal kegemaran membaca dan pemenuhan bahan bacaan. Padahal, kita bercita-cita menduduki ranking yang dihormati di antara negara-negara di Asia dalam hal pendidikan. Salah satu cirinya adalah adanya masyarakat yang terpelajar (educated society) yang selalu berlandaskan pada kecintaan mereka terhadap buku, dan membaca telah menjadi kebutuhan penting di samping kebutuhan pokok sehari-hari.

Agar minat baca muncul dan terus berkembang, dianjurkan agar kita selalu menciptakan suasana yang membuat anak jadi gemar membaca. Tak cukup hanya dengan membelikan buku bacaan bagi anak karena orangtua juga harus rajin membeli buku bacaannya sendiri dan membaca. Sekolah dan lingkungan rumah sudah saatnya menyediakan sarana yang membuat anak mudah memperoleh bacaan, berupa perpustakaan-perpustakaan ramah anak yang selalu memperbarui koleksinya.

Sebelum Siap Membaca Ada Kesiapan Prabaca

Pada anak usia dini yang dipentingkan bukanlah mengajarinya bisa membaca, tetapi menumbuhkan minat bacanya.

Ada sederet manfaat yang akan diperoleh jika minat baca dan konsentrasi dilatih di usia dini, antara lain:

  • Anak sudah memiliki kesiapan untuk membaca di usia TK atau SD.

  • Anak mulai tertarik dengan buku-buku cerita dan melihat gambar sehingga timbul rasa ingin tahunya untuk membaca.

  • Saat usia sekolah dasar anak akan bisa membaca.

Untuk dapat mencintai kegiatan membaca, anak perlu memahami apa yang dibacanya. Jadi, membaca bukan sekadar bisa melafalkan tulisan. Untuk mencapai kemampuan kognitif ini, anak harus melalui fase matang (readiness). Antara lain, kematangan sensori motor yang berkaitan dengan gerak bibir, pita suara, lidah, dan langit-langit, serta kematangan visual dan pendengaran. Semua itu diperlukan sebagai bekal untuk mencapai keterampilan kompleks yang akan menunjang kemampuannya membaca..

Diambil dari:

Nama situs : Toko Buku Istimewa
Alamat URL : tokobukuistimewa.wordpress.com/
Judul asli artikel : Minat Membaca di Indonesia Rendah
Nama penulis : Dra. Ike Anggraika, M.Si
Tanggal akses : 11 Juni 2014

Komentar