Suami Adalah Imam dalam Keluarga

Edisi C3I: edisi 348 - Suami dan Keluarga

Diringkas oleh: S. Setyawati

Allah sudah menentukan bahwa yang menjadi imam dalam sebuah keluarga adalah pria. Oleh karena itu, jika Anda adalah seorang pria, Anda adalah seorang imam. Tidak masalah apakah Anda seorang sarjana teologia atau tidak. Tugas seorang imam adalah melayani Tuhan dan melayani orang-orang yang dipercayakan kepadanya: istri dan anak-anak. Pelayanan kaum pria harus diwujudkan dalam tindakan nyata seperti yang diberikan Allah dalam Alkitab. Setiap laki-laki harus diperlengkapi sebagai seorang imam agar dapat melayani di dalam keluarga.

Seorang imam dalam keluarga harus mau berdoa bagi istrinya. Berdoa bersama akan menghasilkan keakraban. Saudara akan menjadi akrab dengan seseorang yang "kepadanya" Saudara berdoa, dan dengan seseorang yang "dengannya" Saudara berdoa. Suatu hari, Musa naik ke gunung Sinai. Ia tinggal beberapa saat di sana dan berdoa. Allah menghampirinya sehingga Musa dapat berbicara dengan-Nya seperti seorang "sahabat dengan sahabat". Ini membuktikan bahwa doa menghasilkan keakraban.

Demikian juga Yesus. Ia menjadi akrab dengan Bapa ketika Ia berdoa di Bukit Transfigurasi Getsemani. Kemuliaan hadirat Bapa bercahaya atas Dia. Hal ini juga dialami oleh para murid pada hari Pentakosta. Mereka diperlengkapi dengan kuasa Allah setelah mereka berdoa bersama-sama. Bahkan, mereka semakin akrab dan membentuk satu kesatuan. Hasilnya, dengan adanya kesatuan dan kesepakatan dalam doa, doa mereka berkuasa.

Ketika seorang suami berdoa bersama istrinya, ia akan menjadi akrab dengan istrinya. Di dalam doa, keakraban akan berkembang jauh lebih pesat daripada di dalam kesatuan fisik karena hal itu terjadi di dalam roh. Ketika seorang wanita berdoa bagi suaminya, sebenarnya ia sedang menjalin keakraban bersama suaminya di dalam roh, dan doa akan menarik dirinya kepada suaminya. Ia akan mengetahui kebutuhan-kebutuhan suaminya dan menolong suaminya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Kegagalan seorang pria untuk berdoa bagi istrinya mengandung arti bahwa ia dapat memperoleh keintiman fisik dengan istrinya, tetapi tidak dapat mengembangkan keintiman roh yang menghasilkan kesatuan dengan benar. Di satu sisi, keintiman dapat diperoleh dengan berhubungan seks, dan di sisi yang lain dengan kesatuan roh. Untuk itu, jika Saudara ingin memiliki kesatuan dengan istri Saudara, berdoalah bagi dan dengan dia.

Setiap wanita ingin menjadi unik di dalam pandangan pribadinya. Namun, bila suaminya tidak pernah mendoakannya, maka ia akan menerima kebutuhan pribadinya yang terdalam tanpa perhatian. Setiap wanita mengharapkan keakraban dengan beberapa pria. Ketika ia tidak memperoleh keintiman dari suaminya, sifat alamiahnya akan bekerja dan mencari sumber alternatif yang lain. Pria yang mengenal istrinya di dalam doa akan mengenal istrinya di setiap ruang di rumahnya -- di ruang tamu, dapur, dan kamar tidur. Ketahuilah, melayani bukan hanya dengan berkhotbah. Melayani juga bisa melalui doa. Allah menetapkan kaum pria bertanggung jawab untuk menjadi seorang imam di dalam rumah tangga. Karena itu, belajarlah untuk melayani istri Anda.

Seorang pria bisa melayani istrinya dengan cara memberi keyakinan kepada istrinya. Setiap wanita ingin tahu apakah ia unik bagi suaminya. Itulah sebabnya, mengapa kaum wanita sering merasa tidak bersalah bila mereka melakukan hubungan seksual tanpa cinta. Jadi, tidak mengherankan jika sebelum melakukan hubungan intim, wanita akan terlebih dahulu bertanya, "Apakah kamu mencintai aku?" Seks yang dilakukan seperti mesin, tidak akan pernah bisa memuaskan kebutuhannya dengan benar di dalam melakukan hubungan intim. Maka dari itu, yakinkan istri Saudara bahwa kasih sayang Saudara hanya untuk dia. Sumpah pernikahan adalah suatu pengakuan yang mengandung komitmen. Namun, ketidakadaan komitmen menjadi pokok persoalan yang dihadapi pasangan suami istri zaman sekarang. Banyak pria merasa terpaksa menikah karena diselewengkan atau dipojokkan oleh keadaan. Alhasil, mereka senang membayangkan keadaan yang lain, yang lebih baik.

Suami istri yang berada dalam keraguan, melihat orang lain dan berfantasi, "Apakah dia orangnya?" dan "Apa yang terjadi jika saya bersama orang itu?" Hal ini tentu mengganggu hubungan pernikahan. Karena itu, setiap suami perlu menyadari bahwa kesucian kesatuan pernikahan adalah prioritas Allah yang tertinggi dalam setiap pernikahan. Jadi, setiap pria seharusnya menetapkan hati bahwa wanita yang dinikahinya adalah satu-satunya wanita yang dicintainya. Setelah itu, ia harus mengakuinya di dalam dirinya sendiri dan terhadap wanita tersebut.

Saudara melayani istri Saudara ketika Saudara mengakui bahwa dia adalah satu-satunya wanita di dunia yang diperuntukkan bagi Saudara. Itulah jaminan baginya, itulah rasa aman yang dibutuhkannya. Kaum pria adalah imam. Karena itu, kaum pria harus melayani. Namun, sebagaimana yang Saudara lihat, melayani jauh lebih sulit dari berkhotbah. Melayani adalah mengasihi.

Sayangnya, kemerosotan moral saat ini sudah menciptakan filosofi yang memecah-belah pernikahan, rumah tangga, dan masyarakat. Beberapa pria berpikir bahwa doktrin dan ketetapan pemisahan gereja berarti bahwa setiap agama, kesucian, atau kerohanian juga harus dipisahkan dari jam-jam penyembahan gereja, dan mereka melakukan sesuatu untuk bisa menyenangkan hati mereka saja. Itu salah.

Seorang pria tidak akan pernah berhenti melayani. Itulah kehidupannya. Ia melayani ketika ia sedang menjual mobil, mengontrak gedung, membuat seperangkat komputer, membuat keputusan kerja sama dagang, dst.. Segala sesuatu yang ada di dalam hidupnya adalah melayani. Banyak pria, setelah melayani orang-orang lain seharian, pada sore harinya sudah tidak lagi bergairah untuk melayani istrinya di rumah. Hal ini tentu membuat para istri mengeluh. Terkadang, kaum pria membela diri dengan alasan kesibukan, lelah setelah bekerja seharian, beban kerja, tekanan ekonomi, kegelisahan klien, namun pada saat yang sama ia melayani seluruh dunia. Tidak dapat disangkal, itulah harga yang harus dibayar oleh kaum pria. Sesampainya di rumah, ia hanya ingin dilayani. Ini salah.

Pria modern saat ini menukar istri mereka dengan bisnis. Sering kali, "sindrom pekerjaan" membuat pria lebih mengutamakan pekerjaan daripada istri dan anak-anaknya. Allah menciptakan pria untuk menjadi pemimpin dan pengurus di dalam rumah tangga. Sayangnya, sebagian besar pria tidak mengakui bahwa mereka sebenarnya orang yang disuruh Allah untuk mengurusi keluarga. Kesehatan, pernikahan, anak-anak, pekerjaan, dan bisnis, adalah milik Allah. Kaum pria hanyalah pelayan. Jadi, pria harus merawat dan menghargai hal-hal itu.

Kaum pria sebenarnya sedang membuat kesalahan ketika berpikir bahwa merekalah yang empunya istri. Pemikiran itu membuat mereka bereaksi secara bebas terhadap Allah. Dan, inilah awal timbulnya semua permasalahan. Yang berhak atas kasih istri bukanlah si suami. Suami hanyalah seorang pengurus yang dikirim Allah terhadap wanita. Itulah karunia Allah atas seorang pria. Oleh karena itu, suami haraslah menjadi seorang pengurus, imam, dan pelayan yang baik. Layanilah istri Saudara. Sesekali, titipkan anak-anak kepada orang tua atau mertua Saudara. Lalu, berliburlah dan nikmatilah hari-hari bersama istri. Jatuh cintalah lagi kepadanya, dan itu akan membuat istri Saudara setia.

Setiap pasangan yang sudah menikah perlu kembali berbulan madu setiap enam bulan sekali, dan setidaknya pergi berlibur selama empat hari. Tanpa ada waktu spesial untuk Saudara berdua, maka setelah seperempat abad Saudara menikah, anak-anak Saudara pergi semua, Saudara akan lupa bagaimana harus mengasihi atau berkomunikasi. Hal ini dapat memunculkan kata-kata perpisahan.

Kesimpulan

Berdoalah untuk dan bersama istri Saudara. Kembangkan keakraban di antara Saudara dan istri Saudara. Akuilah bahwa ia adalah istri Saudara. Dengan melayani istri, Saudara akan membuatnya tenang. Tindakan Saudara tersebut akan menyenangkan hatinya. Bawalah dia berlibur dan berilah perhatian penuh baginya. Jatuh cintalah lagi secara periodik terhadapnya. Pria, Saudara tidak punya pilihan lain. Allah memanggil Saudara untuk menjadi imam di dalam rumah tangga Saudara.

Diringkas dan disunting dari:

Judul asli buku : Maximized Manhood -- A Guide to Family Survival By Edwin Louis Cole
Judul buku terjemahan : Kesempurnaan Seorang Pria -- Penuntun Kepada Kelangsungan Hidup Keluarga
Judul bab : Adakah Seorang Imam di dalam Rumah Tangga Saudara?
Penulis : Edwin Louis Cole dengan Dough Brendel
Penerjemah : Daniel S.E.P. Simamora
Penerbit : Metanoia, Jakarta
Halaman : 80 -- 91