Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Membimbing Anak Berorientasi Kepada Allah

Edisi C3I: e-Konsel 338 - Memperkenalkan Anak kepada Allah

Diringkas oleh: S. Setyawati

Jika kita amati, arah perahu layar sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh arah angin, tetapi oleh keseimbangan dari layar. Ibarat memasang layar dalam perahu, demikianlah yang terjadi ketika kita memperkenalkan anak pada kebenaran Allah. Bagaimanakah respons anak terhadap pengaruh-pengaruh yang ada di sekitarnya ditentukan oleh orientasi anak kepada Allah.

Amsal 9:7-10 membedakan respons dari pencemooh dan orang bijak terhadap kecaman dan didikan, "Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela. Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya, berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." Ayat 10 menolong kita untuk mengetahui apakah seorang anak akan menjadi seorang pencemooh atau seorang bijak. Takut kepada Tuhanlah yang membuat orang menjadi bijaksana, dan hikmat yang menentukan bagaimana seseorang menanggapi koreksi atau kritikan.

Orientasi kepada Allah

Semua manusia mempunyai orientasi kepada Allah dan setiap orang pada dasarnya bersifat religius, termasuk anak-anak. Mereka adalah makhluk penyembah. Namun, siapa yang mereka sembah, Tuhan atau berhala?

Seperti orang dewasa, anak-anak tidak pernah bersikap netral. Namun, mereka perlu dibimbing agar dapat menyaring pengetahuan dari luar dirinya sesuai kebenaran ilahi. Roma 1:18-19 mengatakan, "Sebab murka Allah nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakan kepada mereka." Semua orang seharusnya mengerti kebenaran Allah dengan jelas, tetapi orang-orang yang tidak peduli akan Tuhan menindas kebenaran itu. Mereka tidak mau mengakui dan tunduk pada perkara-perkara yang dikehendaki Allah. Seperti yang dikatakan Paulus bahwa kendati pun mereka mengenal Allah tetapi mereka tidak memuliakan Dia, sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan pada akhirnya menyembah berhala.

Anak berdoa

Lalu, bagaimana respons anak-anak Anda? Apakah mereka merespons Allah dengan iman atau menindas kebenaran-Nya dengan kejahatan. Jika mereka merespons Allah dengan iman, berarti mereka sungguh-sungguh mengenal Allah dan melayani-Nya. Jika mereka menindas kebenaran dengan kejahatan, maka mereka mungkin akan menyembah dan melayani ciptaan, bukan Sang Pencipta. Inilah yang dimaksud "berorientasi kepada Allah".

Memilih Antara Dua Jalan

Dalam kehidupan ini ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah menyembah Allah yang sejati dan memiliki hati yang berorientasi untuk mengenal dan melayani Allah lebih baik. Pilihan kedua adalah menyembah berhala -- hal-hal yang bukan Allah dan tidak dapat memuaskan.

Bagaimana dengan keberadaan seseorang jika ia masih kecil atau anak-anak? Anak-anak barangkali tidak menyadari komitmen keagamaannya, tetapi dia juga tidak bersikap netral. Karena Allah menciptakan anak-anak segambar dengan rupa Allah, maka mereka dirancang dengan suatu kecenderungan untuk beribadah. Daud mengingatkan kita akan hal ini dalam Mazmur 58:4, "Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat." Bandingkan dengan Mazmur 51:7, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Kedua ayat di atas menyatakan bahwa anak-anak sejak dalam kandungan sudah mempunyai sifat suka melawan dan penuh dosa. Mungkin ada banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang berdosa ketika dia berbuat dosa, tetapi Alkitab menyatakan bahwa orang berbuat dosa karena dia adalah manusia berdosa. Hal ini juga terjadi pada anak-anak, mereka secara moral tidak pernah netral, bahkan sejak dari kandungan.

Jika demikian, apakah memukul pantat sebagai bentuk hukuman kepada anak itu benar? Ya, seperti dalam Amsal 22:15, "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya." Maksudnya, orang tua harus membimbing anak jika ada sesuatu yang salah dalam hatinya. Pembimbingan orang tua perlu dilakukan bukan semata-mata untuk mengubah struktur rumah tangga, tetapi mengubah hati anak.

Hati Tidak Bersifat Netral

Karena hati anak-anak tidak netral, ia akan cenderung menyembah Allah atau berhala. Berhala-berhala yang dimaksud bukanlah patung-patung kecil, tetapi hal-hal yang mendominasi keinginan hati anak, misalnya rasa takut kepada orang, keinginan-keinginan jahat, berbagai nafsu, dan kesombongan. Selain itu, berhala zaman sekarang juga mencakup kecenderungan untuk berpikiran duniawi dan mencintai perkara-perkara yang rendah.

Anak-anak berinteraksi dengan pengalaman masa kanak-kanak berdasarkan kecenderungan mereka kepada Allah. Apakah mereka merespons kehidupan sebagai anak-anak beriman yang mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan, atau sebagai anak-anak yang bodoh, tidak mau percaya, tidak mengenal maupun melayani Dia. Yang terpenting adalah mereka memberikan respons, mereka tidak netral. Mereka bukan merupakan hasil penjumlahan dari semua hal yang kita masukkan ke dalam diri mereka, mereka berinteraksi dengan kehidupan. Hasilnya, anak dapat memiliki iman sesuai perjanjian yang sejati atau ketidakpercayaan karena ia mengikuti perjanjian dengan berhala.

Kepada Siapakah Anak Akan Beribadah?

Membesarkan anak bukan sekadar memberikan masukan-masukan yang baik, mengajak anak untuk menciptakan suasana rumah tangga yang konstruktif, dan membentuk anak yang memiliki hubungan harmonis dengan orang tua. Ada hal penting lainnya yang harus dilakukan, yaitu yang terkait dengan interaksi dengan Allah yang hidup.

Dalam perkembangannya, di satu sisi, anak bisa diarahkan untuk menyembah dan melayani Allah, serta memiliki pemahaman yang semakin berkembang tentang siapakah sebenarnya Allah itu. Namun di sisi lain, anak bisa juga mencari kehidupan yang terpisah dari Allah. Ketika anak meyakini dalam hatinya bahwa Allah itu tidak ada, dia telah menjadi penyembah berhala. Dalam hal ini, orang tua bertugas untuk menggembalakan si anak dan memperkenalkannya kepada Allah, satu-satunya Pribadi yang layak disembah. Pastikan bahwa anak tidak semakin jauh tersesat. Segeralah menolongnya untuk kembali ke jalan kebenaran Tuhan.

Berbagai Pengertian yang Berguna untuk Membesarkan Anak

Sebagian besar buku "parenting" berusaha membantu kita untuk melakukan langkah terbaik dalam memberikan pengaruh positif untuk membangun karakter anak. Semua rahasia dan gagasan-gagasan kreatif, dan yang paling konsisten dari sudut pandang Alkitab diberikan untuk membentuk karakter anak yang lebih baik. Hal itu memang tidak salah, tetapi kita juga perlu memberikan pendekatan-pendekatan yang benar dan bijaksana terhadap penggembalaan anak dengan menjangkau hatinya (Amsal 4:23). Berdasarkan pemikiran ini, kita harus mengajarkan kepada anak-anak bahwa mereka dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan hanya jika mereka mengenal dan melayani Allah yang hidup.

Pada umumnya, setiap orang ingin memberikan pengaruh-pengaruh yang membangun dan yang terbaik kepada anak-anaknya, memiliki rasa kekeluargaan yang mampu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga, dan hubungan-hubungan berkualitas dalam keluarga yang sehat, sehingga anugerah dan belas kasihan Allah bagi orang-orang berdosa dan karakter-Nya dapat ditunjukkan. Hal ini sangat baik. Akan tetapi, perlu diingat juga untuk mengajar anak-anak menjaga kebenaran sesuai firman Tuhan. Apabila anak membuat kesalahan, kita berhak memberikan hukuman-hukuman yang pantas dan wajar kepada anak untuk mencerminkan pandangan Allah yang kudus terhadap dosa.

Sayangnya, fakta terkadang tidak terjadi seperti yang kita harapkan. Serapi dan sebaik mungkin kita menjaga kerukunan dan keharmonisan rumah tangga, ada saja kegagalan-kegagalan yang harus kita alami. Karena anak bukanlah sebuah produk dari pengaruh-pengaruh positif dan berinteraksi dengan semua hal yang terjadi dalam hidup, maka anak bisa saja merespons kebaikan dan belas kasihan Allah dalam bentuk iman atau dengan ketidakpercayaan. Bagaimana dengan anak-anak Anda? Apakah mereka semakin mengasihi dan percaya kepada Allah yang hidup, atau semakin mengamalkan berbagai bentuk penyembahan berhala dan mengandalkan dirinya sendiri?

Karena respons anak terhadap kehidupan ditentukan oleh orientasi hatinya kepada Allah, maka kita sejak dini harus mengajarkan kepada anak untuk memiliki hati yang mengasihi Tuhan dan menaati kehendak-Nya. Jangan biarkan sifat mementingkan diri sendiri dan suka melawan otoritas yang ada dalam diri anak-anak sebagai sesuatu yang remeh dan hanya pencerminan dari ketidakdewasaan. Hal itu dapat berkembang ke arah yang lebih buruk jika kita tidak mengarahkan anak ke jalan yang benar.

Karena hati anak-anak tidak netral, ia akan cenderung menyembah Allah atau berhala.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Albert yang masih muda adalah anak yang suka mencuri. Dia bahkan berbohong pada saat-saat yang sulit. Dia sering mencuri uang orang tuanya, namun ayahnya tetap berpendapat bahwa perilakunya hanyalah cermin ketidakdewasaan (ketidakmatangan) anak-anak. Albert memang belum dewasa, tetapi itu bukan alasan bahwa dia tidak dapat dipercaya. Alasan dia tidak dapat dipercaya adalah karena dia adalah orang berdosa. Albert berusaha untuk menjadi berarti walaupun kehidupannya tanpa Allah. Melalui penyembahan berhala dalam bentuk perlawanannya terhadap otoritas atau kekuasaan Allah dan melalui ketetapan hatinya untuk menjadi penguasa bagi dirinya sendiri, dia menjadi anak yang tidak pantas dipercaya. Ayah Albert tidak dapat menolong anaknya, kecuali dia menyadari bahwa perilaku Albert mencerminkan hati yang telah menyimpang dari Allah. Hanya dengan pengenalan yang benar akan Allahlah yang dapat membuat anak tetap memiliki karakter yang benar, bukan sekadar memberikan pengaruh-pengaruh yang positif saja. Contoh yang dapat kita gunakan adalah Yusuf (Kejadian 50:19-21) dan gadis pelayan istri Naaman (2 Raja-Raja 5:6-7).

Kesimpulan:

Hal utama yang perlu diingat orang tua adalah bijaksana dalam menata pengaruh-pengaruh yang positif, yang membentuk kehidupan anak-anak dan secara aktif menggembalakan hati mereka agar berorientasi kepada Allah. Jangan lupa untuk membawa anak-anak kita dalam doa agar Allah bekerja di dalam dan di seluruh upaya kita serta di dalam respons anak-anak kita, untuk menjadikan mereka orang-orang yang mengenal dan menghormati Allah.

Diringkas dari:
Judul buku : Shepherding A Child's Heart: Menggembalakan Anak Anda
Judul asli artikel : Perkembangan Anak Saudara: Orientasi yang Mengarah kepada Allah
Penulis : Tedd Tripp
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002
Halaman : 47 -- 56

Komentar