Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Memberikan Saran dengan Sangat Hati-Hati

Memberikan saran sering kali dilakukan dengan buruk. Sangatlah penting untuk memikirkan dengan lebih berhati-hati tentang bagaimana kita memberikannya. Kita semua membutuhkan saran. Kita mencarinya setiap hari. Itu adalah bagian yang bijaksana dan alami sebagai ciptaan, dibanding Sang Pencipta. Namun, kita juga mengetahui bahwa saran dapat membantu atau memperburuk, dan dapat memberkati atau melukai hubungan.

Apa itu saran?

Saran adalah pendapat kita atau versi kita tentang bagaimana Alkitab harus diterapkan dalam situasi tertentu. Hal itu termasuk hampir semua hal yang dimulai dengan pernyataan secara tidak langsung, "saya pikir. . . "atau" Jika saya jadi Anda... " Hal tersebut tidak diberikan dengan otoritas Alkitab, maka yang terbaik adalah melanjutkannya dengan "dan bagaimana menurut Anda? "

Rasul Paulus membuat perbedaan dalam 1 Korintus antara apa yang Tuhan katakan dan aplikasi spesifik Paulus berdasarkan hikmat ilahi. Kita dapat mengatakan bahwa yang satu adalah kebenaran dan yang lainnya adalah pendapat atau saran. "Kepada orang-orang yang telah kawin aku berikan perintah ini [dari Tuhan]" (ay.10) berbeda dengan "Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah" (ay. 25). Tentu saja, ketika Paulus memberikan pendapatnya, kita mendengarkan. Namun, dia tahu dia sedang berbicara dengan cara yang berbeda — dia sedang memberikan saran. Beberapa orang mengikutinya, yang lainnya tidak, seperti yang ia perkirakan.

Memberikan saran dengan baik

Saran yang baik, yang terbaik, terjadi hanya setelah seseorang memintanya. Rasa hormat ditunjukkan dengan mendengarkan secara seksama pertanyaan seseorang, dan menanyakan saran lainnya yang telah diterima orang itu. Hal ini bertujuan untuk memberi - dan - menerima saat memadukan Kitab Suci, kekuatan dan kelemahan seseorang, berbagai keadaan saat ini, dan kerendahan hati. Ini lebih seperti konsensus daripada pidato. Kemudian, dilanjutkan dengan melihat apa jalan yang dipilih orang itu — kasih akan memperhatikan kepentingan.

Misalkan ada seorang wanita yang hatinya terluka oleh seseorang di gereja, dan dia bertanya menurut Anda apa yang harus dia lakukan. Kategori Alkitab yang relevan dengan hal tersebut adalah kasih; itu jelas. Yang dia harapkan adalah aplikasi spesifik dari kasih dalam situasi ini. Jadi, kita memasuki kategori saran. Apakah dia harus mendatangi orang itu? Apa yang akan dia katakan? Apakah dia mengabaikan perasaannya yang terluka? Tugas kita adalah bertukar pikiran tentang ini dan pertanyaan lainnya — itulah saran.

Memberikan saran dengan buruk

Saran yang buruk adalah bentuk seni Kristen. Berikut adalah beberapa contoh. Perhatikan bahwa nasihat buruk diberikan dengan cepat dan begitu mudahnya.

Anda hanya perlu percaya kepada Tuhan. Saran ini terdengar Alkitabiah, tetapi kata "hanya" menunjukkan bahwa itu dilempar keluar sebagai kata-kata basi. Orang itu mungkin sudah mempercayai Allah, itu terdengar sombong — itu saran yang buruk.

Anda perlu mengampuni orang tersebut. Hal ini juga tampaknya menjadi nasihat yang Alkitabiah, tetapi tidak memiliki kerendahan hati untuk menyadari bahwa ada tema alkitabiah lainnya tentang belas kasih Allah atau berdiri melawan ketidakadilan yang mungkin lebih relevan. Lebih baik untuk mengatakan, "Saya berpikir bahwa kita harus berbicara tentang mengampuni orang ini, tetapi Alkitab berkata banyak kepada kita saat kita disakiti. Menurut Anda apa firman Allah yang baik untuk Anda sekarang? "

Anda perlu memberitahu atasan Anda apa yang mengganggu Anda atau bawalah persoalan itu kepada seseorang yang lebih tinggi. Ini adalah nasihat buruk karena tidak pernah menyediakan waktu untuk mendengarkan dan menyadari bahwa orang itu tidak meminta nasihat, meski dia berharap ada seorang teman dengan siapa ia bisa menceritakan pergumulannya. Ini muncul dari kumpulan saran yang terkenal "saya akan membantu Anda dan terbukalah ke orang lain".

Yang saya maksud, tidaklah salah untuk memberikan saran. Kita terburu-buru dan memberikan ayat Alkitab begitu saja, kita mengaburkan saran kita dengan "Allah telah berfirman. . . . "Hal ini bisa menunjukkan rasa tidak hormat karena kita sudah memberikan sebuah pernyataan terselubung tanpa banyak pemikiran untuk keterangan di dalamnya. Atau mungkin orang itu bahkan tidak mencari nasihat tapi hanya seseorang untuk mendengarkan. Kita harus yakin bahwa kita mengetahui apa yang diminta orang itu sebelum kita mulai berbicara.

Saran dan konseling alkitabiah

Saya telah melihat, kadang kala, para konselor yang alkitabiah dapat menjadi versi Kristen dari "Dear Abby" dan bertujuan untuk memberikan saran tanpa menyadari bahwa ada pernyataan "Saya pikir" yang implisit terhadap apa yang diberikan. Sebaliknya, kita bisa berbuat lebih baik. Kita bertujuan untuk terlibat dengan seseorang sedemikian rupa sehingga orang tersebut benar-benar merasa dikenal, dan kemudian, bersama-sama, kita mempertimbangkan (1) apa yang Tuhan katakan (kebenaran), mengakui bahwa ada timbal balik di banyak kebenaran dalam Alkitab, dan (2) aplikasi kreatif dan sesuai dari apa yang Tuhan katakan (opini). Tanpa kasih dan kerendahan hati, maka kita bisa dengan cepat membelok ke saran yang diberikan dengan buruk. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : CCEF
Alamat URL : hhttp://www.ccef.org/resources/blog/offer-advice-very-carefully
Judul asli artikel : Offer Advice Very Carefully
Penulis artikel : Ed Welch
Tanggal akses : 20 November 2015

Komentar