Ketidakjujuran dalam Menjalin Hubungan

Edisi C3I: e-Konsel 089 - Kejujuran

Pepatah yang berbunyi "Senjata Makan Tuan" nampaknya sangat sesuai dengan kasus berikut ini. Silakan simak!

T : Pacar saya dulunya bukan orang Kristen, tetapi sekarang ia sudah memeluk agama Kristen. Rencananya, dalam waktu dekat, kami akan menikah. Tapi, saya bingung karena sebenarnya saya tidak ingin menikah dengannya. Semua ini mungkin karena salah saya juga. Awalnya, saya menolak menjadi pacarnya karena alasan agama. Dengan begitu, saya pikir dia akan menjauhi saya. Tapi dia ternyata tidak menyerah, sampai akhirnya dia benar-benar menjadi orang Kristen dan menjadi pacar saya. Apakah tindakan saya salah? Saya sekarang tidak tega dan kasihan kalau saya harus meninggalkannya. Tapi, saya juga tidak berani melanjutkan hubungan kami, karena kalau menikah, hanya karena kasihan padanya. Saya sudah mencoba menjelaskan, tetapi selalu berakhir dengan pertengkaran, sehingga masalah ini tidak pernah dibicarakan lagi. Apakah saya harus tetap melangkah ke perkawinan?

J : Dari apa yang Anda ceritakan, kami menangkap bahwa sepertinya sejak awal Anda telah bersikap tidak jujur, baik kepada pacar Anda maupun kepada diri Anda sendiri. Sebagai contoh, Anda memakai alasan perbedaan agama dengan tujuan agar dia mengurungkan maksudnya untuk menjadi pacar Anda. Padahal, sebenarnya Anda memang tidak berniat untuk menjadi pacarnya. Ketidakjujuran memang selalu memhasilkan buah yang pahit. Nah, sekarang Anda kena batunya, karena ternyata pacar Anda lebih jujur dari Anda dan berhasil membuktikannya kepada Anda. Usahanya pindah agama paling tidak menjadi bukti bahwa ia sungguh-sungguh menginginkan Anda untuk menjadi suaminya.

Saran kami adalah kembalilah bersikap jujur, baik kepada diri Anda sendiri atau juga kepada pacar Anda, karena inilah yang mangawali masalah Anda.

Untuk jujur kepada diri sendiri, tanyakan kepada diri sendiri mengapa Anda tidak berani melangkah untuk mulai mengasihinya? Jika Anda takut bahwa pernikahan Anda hanya akan didasari oleh rasa kasihan, mengapa Anda tidak mengubah keadaan itu dan mulai belajar mengasihinya, tapi kali ini dengan jujur. Jika pacar Anda memang sudah menjadi pengikut Kristus, bukalah komunikasi dengan bersama-sama berdoa dan membawa masalah ini kepada Tuhan.

Kemudian jujurlah dengan pacar Anda. Katakan masalah Anda kepada pacar Anda dan mintalah maaf, dan juga mintalah kesempatan kedua untuk Anda membuka lembaran baru, yaitu memulai hubungan yang jujur dengan pacar Anda dan dengan Tuhan. Mintalah hikmat Tuhan agar Anda bisa mengatakannya dengan kasih sebagai saudara seiman, dan tidak untuk melukai hati pacar Anda.

Mintalah hikmat Tuhan agar kejujuran antara Anda berdua akan membuahkan rasa percaya satu dengan lain dan keterbukaan untuk berani mengambil risiko jika akhirnya kalian harus setuju mengambil keputusan untuk berpisah. Jika ternyata ada titik terang bahwa Anda bisa membuka hati untuk mengasihinya, Anda tidak perlu ragu. Cinta sejati tidak selalu harus dimulai dengan cinta romantis, atau jatuh cinta pada pandangan pertama. Cinta sejati hanya datang dari Yesus Kristus, yang tumbuh karena kejujuran untuk saling berbagi hati dan hidup dengan saling mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Tapi, jika ternyata akhirnya Anda tahu bahwa hubungan dengan pacar Anda tidak akan dapat berakhir dalam pernikahan. Bicarakan dengan kasih, jujur dan terbuka. Memang, hal ini pasti akan melukai hatinya, karena dia mungkin merasa telah dipermainkan oleh Anda yang tidak pernah berniat untuk serius menikahinya. Akuilah bahwa Anda telah bersalah selama ini dengan bersikap tidak jujur kepadanya. Setelah itu, Anda bisa menjelaskan dan meminta maaf juga kepada keluarganya. Apakah risikonya besar? Ya, tapi Anda harus berani menanggungnya. Kasihilah dia dan keluarganya. Jangan melarikan diri, kecuali jika pacar Anda dan keluarganya benar-benar marah dan tidak menginginkan melihat Anda lagi.

Sebagai pelajaran untuk Anda, lain kali jangan menjalin hubungan/pacaran dengan seseorang bila Anda memang tidak berniat untuk menikahinya. Pacaran bagi anak Tuhan bukanlah sekadar hubungan main-main/tidak serius. Pacaran orang Kristen seharusnya menjadi masa persiapan diri menjelang pernikahan kudus. Cobalah untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, kalau Anda tidak ingin menimbulkan masalah lagi. Jika Anda memang belum siap untuk membina hubungan serius dalam sebuah pernikahan, lebih baik Anda belajar untuk menjalin persahabatan yang sehat dengan sebanyak mungkin orang. Belajar juga untuk hidup memuliakan Tuhan.

Sumber