Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Melayani Anak yang Menghadapi Kematian

Artikel berikut ini adalah artikel istimewa yang ditulis oleh seorang perawat rumah sakit. Dalam menjalankan tugasnya, ia menjumpai banyak anak-anak yang sakit parah, bahkan mendekati ajalnya. Ia sangat bersyukur karena selain dapat menjalankan tugas keperawatannya, dia juga mendapat kesempatan untuk melayani anak-anak ini melalui Sekolah Minggu yang diadakan di rumah sakit tempat ia bekerja.

Bagaimanakah Anda menyampaikan jalan keselamatan kepada seorang anak yang menderita sakit yang membawa kematian?

Sederhana saja, sama seperti kepada semua anak. Kebanyakan anak tidak mempunyai rasa benci terhadap Allah. Sedikit sekali yang meniru orang dewasa dengan bertanya, "Mengapa Allah membiarkan keadaan seperti ini terjadi pada diri saya?" Hal ini menjadi lebih menarik lagi karena dalam Sekolah Minggu rumah sakit ini ada saja kemungkinan seorang anak hadir di dalam kelas pada suatu pagi... dan meninggal pada keesokan harinya. Begitu sering guru- guru di sana tidak menyadari seberapa parah penyakit seorang anak.

Setiap percakapan dan pelajaran di kelas harus "disirami" dengan banyak doa. Bagaimana seseorang dapat mengetahui kebutuhan hati setiap anak yang sedang sakit hanya melalui satu pertemuan yang sesingkat itu? Ya, memang ada yang dapat! Dialah yang mempedulikan mereka lebih daripada siapapun. Dialah yang merindukan anak itu untuk mengenal diri-Nya ... yaitu Tuhan Yesus sendiri!

David, yang berusia delapan tahun dan menderita leukimia, mempunyai tempat khusus dalam doa-doa kami, terutama karena ia sudah semakin dekat dengan akhir hidupnya yang singkat. Di suatu siang yang panas pada musim gugur saya masuk ke kamarnya dan mendapati dia sedang sendiri saja. Ia memakai masker oksigen, oleh karenanya ia tidak banyak berbicara. Saya menyalami dia, dan ingat akan ayat Yohanes 3:16, maka saya bertanya, "David, pernahkah kamu mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam hidupmu?"

Ia memandang saya dari bawah masker oksigen yang ada di mukanya, seorang anak kecil yang istimewa, yang selalu jujur dan terbuka. Tidak ada senyuman, bahkan matanya tidak berkedip, namun ia menjawab dengan suara rendah tapi jelas. "Ya, saya pernah." Kemudian ibunya masuk kembali ke kamarnya dan saya pergi; saya percaya bahwa Roh Kudus telah melakukan tugas-Nya.

Tiga hari kemudian saya melihat ibu David mendekap David erat-erat dan membisikkan, "Tuhan memanggilmu, David."

David tersenyum kepadanya dan berkata, "Ya, saya tahu!" Kemudian ia menghembuskan napasnya yang terakhir.

Tuhan bekerja dengan banyak cara, sebanyak anak-anak yang ada. Setelah menghadiri Sekolah Minggu, Barni, salah seorang murid kami di Sekolah Minggu, berkata, "Saya duduk di tempat tidur dan berdoa agar Ia masuk ke dalam hati saya."

Seorang murid Sekolah Minggu kami yang lain, Dina berkata, "Dapatkah saya melakukannya sekarang juga? Apakah Ia akan masuk pada saat ini juga?" Dan setelah diyakinkan bahwa pasti itu terjadi, ia memejamkan matanya dan berdoa.

Begitu juga dengan Joni, yang berkata, "Saya akan melakukannya malam ini juga pada waktu saya berdoa. Saya berjanji!"

Menyampaikan Salam kepada Yesus

Apakah Anda berbicara tentang surga kepada anak yang sudah mendekati ajalnya? Kenapa tidak? Kebanyakan anak usia sekolah dan yang lebih besar menyadari seberapa parah penyakitnya. Memang beberapa orang tua telah mengambil langkah-langkah pencegahan agar anak-anak mereka tidak mengetahui sama sekali apa yang akan terjadi atas diri mereka akibat penyakit itu. Namun dapatkah seorang anak tinggal dalam sebuah bangsal bagi penderita kanker tanpa mengetahui bahwa leukimia biasanya fatal? Masing-masing terus berpura-pura sehingga justru melukai hati semua orang. Anggota keluarga mengetahui bahwa mereka sedang bersandiwara, hidup dalam kebohongan, sementara anak mereka merindukan keakraban dan kasih sayang yang ekstra.

Kadang-kadang kita tidak begitu bebas untuk berbicara secara terbuka dengan seorang anak. Namun kita selalu dapat berdoa. Doakanlah agar Allah membukakan jalan bagi Anda atau bagi orang lain untuk menyampaikan berita Injil-Nya. Bersiaplah sehingga kesempatan- kesempatan yang diberikan-Nya tidak dilewatkan begitu saja.

Suatu pagi menjelang akhir Sekolah Minggu, seorang perawat meminta sebuah Alkitab. Seseorang memberikan sebuah Perjanjian Baru kepadanya namun ia berkata, "Bukan yang ini. Alkitab itu untuk ibu Kimi. Ia ingin membacakan kitab Pengkhotbah kepada Kimi."

Orang tua Kimi ateis, namun karena alasan tertentu mereka mau membacakan kepada Kimi bagian ini: "Ada waktu untuk lahir ada waktu untuk meninggal ...." Keesokan harinya Kimi meninggal.

Sebuah Pedoman bagi Sikap

Sikap pribadi terhadap anak yang sedang menunggu ajalnya ialah mengutamakan penyampaian kasih Allah kepadanya. Saya juga harus mengasihi, penuh pengertian, dan bersabar selalu. Setiap dekapan, pelukan, sentuhan, atau ciuman menyalurkan kasih.

Tuti seorang anak berusia delapan tahun. Suatu pagi di Sekolah Minggu ia menyanyi solo secara sukarela. Dalam kesempatan berikutnya ketika kami bertemu dengannya, ia sudah tidak bisa berbicara lagi. Kanker yang telah menyebar, dan serangan pada otak telah menyebabkan dia lumpuh tidak berdaya sama sekali. Mengunjungi dia sungguh penting, karena keluarganya jarang sekali menengok dia.

Saya juga menetapkan beberapa "larangan" bila menghadapi anak yang mempunyai penyakit yang membawa kematian.

  1. Jangan sekali-sekali menunjukkan rasa iba kepadanya.
    Bagi saya, anak adalah bagian yang paling mengagumkan dari semua ciptaan Allah. Mereka sungguh luar biasa; indah sekali! Mereka sama sekali tidak ingin dikasihani.

  2. Jangan memanjakan mereka secara berlebihan sehingga merusak.
    Tingkah laku yang tidak dapat diterima pada anak yang sehat juga berlaku pada diri anak yang sedang mendekati ajalnya.

  3. Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar-benar Anda maksudkan.
    Anak cepat sekali melihat kepura-puraan. Pertumbuhan rohani dapat dirusak oleh janji yang tidak dapat ditepati.

Kesadaran kita juga harus meliputi kenyataan bahwa seorang anak dalam keadaan koma mungkin masih mendengar dan mengerti. Pendengaran biasanya adalah indera terakhir yang akan hilang.

Dina menghadiri Sekolah Minggu di rumah sakit itu hanya dua kali. Ia sudah dalam keadaan setengah koma ketika kami mengetahui bahwa pengetahuan tentang kekristenan dalam masa sebelas tahun usianya itu hanyalah melalui saat-saat singkat di kelas-kelas Sekolah Minggu kami. Orang tua Dina sudah bercerai dan adik satu-satunya seorang perempuan, juga sedang sakit, sehingga berminggu-minggu lamanya Dina seorang diri saja, tidak ada yang menemani. Setiap kali saya pergi ke rumah sakit, saya meluangkan waktu untuk menemani dia. Setiap saat saya mengingatkan dia tentang kasih Yesus kepadanya, tentang kematian-Nya supaya semua orang bisa diampuni dari dosa-dosanya, tentang betapa indahnya surga itu, dan yang terindah dari semuanya ialah tentang kenyataan bahwa Yesus hadir di tempat itu. Jika Dina percaya dan mengasihi dia, maka Ia sedang menyiapkan sebuah tempat yang khusus hanya untuk dia.

Apakah ia mengerti? Apakah ia percaya? Pernah ketika saya duduk di samping tempat tidurnya dan membelai rambutnya, sambil mengatakan betapa Yesus dan saya mengasihi dia, tiba-tiba ia menjadi gelisah dan berusaha bergerak. Kemudian bibirnya membentuk sebuah kata, "kasih".

Sumber
Judul Artikel: 
Kebutuhan Rohani Anak

Komentar