Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Pernikahan dan Masalahnya

Edisi C3I: e-Konsel 040 - Pernikahan Bahagia

AYAT ALKITAB

Efesus 5:22-33
1Korintus 7:3-4
Filipi 2:3-5
1Petrus 3:7

LATAR BELAKANG

Ketika dua kehidupan dipersatukan bersama dalam suatu hubungan intim jangka panjang, sewaktu-waktu akan muncul masalah. Banyak pasangan memasuki pernikahan hanya dengan sedikit persiapan untuk menghadapinya. Kadang-kadang mereka kurang memiliki kedewasaan emosional, kemantapan atau keluwesan, yang harus dimiliki dalam pasangan yang berhasil.

Apa saja unsur-unsur pembentuk suatu pernikahan yang baik?

o Saling menghormati.

Saling menghormati berarti masing-masing menerima pasangannya sebagaimana adanya, tidak berusaha memperalat, membantu pasangannya untuk bertumbuh sesuai rencana Allah dengan tidak mementingkan dirinya sendiri, saling menghargai, membedakan antara yang ideal dan yang merupakan kenyataan, serta tidak menuntut terlalu banyak. "Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya." (Efesus 5:33)

o Penyerahan diri yang tulus.

Hakekat janji yang diucapkan dalam pemberkatan nikah ialah penyerahan diri secara tulus, satu kepada yang lain, sambil meninggalkan segala hal lainnya. Alkitab berkata, "Sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24). Waktu dan pengalaman membuktikan bahwa "menjadi satu daging" dalam pernikahan, tidak berarti pelepasan kepribadian atau hak-hak pribadi. Justru penyerahan diri yang memperkaya kepribadian keduanya.

o Komunikasi yang baik.

Agar dapat berkomunikasi, harus ada pengertian tentang perbedaan- perbedaan emosional, mental dan jasmani, antara pria dan wanita. Perlu dikembangkan suasana persahabatan. "Lebih baik bersama teman hidupku, daripada dengan orang lain." Harus terjadi percakapan, bukan saja berdiskusi ketika muncul perbedaan, tetapi pertukaran informasi yang berarti, baik dalam tingkat intelektual maupun emosional.

o Waktu dan usaha.

Kasih harus diberi kesempatan untuk tumbuh dewasa. Suasana untuk itu, terdapat dalam Firman Tuhan. Ketika perjalanan hidup menjadi berat, pasangan tersebut tidak "membuang cinta" mereka; tetapi mereka bertahan bersama dan berusaha menyelesaikannya. Mereka tidak menganggap diri mereka "korban" dari "salah perhitungan", tetapi "teman pewaris kasih karunia". (1Petrus 3:7)

Masalah dan perbedaan diselesaikan melalui pengampunan "Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32)

Kalimat-kalimat berikut perlu dihayati oleh pasangan-pasangan yang ingin agar pernikahannya terpelihara:

"Aku bersalah",
"Aku menyesal",
"Maafkan aku",
"Aku mengasihimu".

o Kesatuan rohani.

Mengerti dimensi rohani dalam pernikahan akan membawa dampak yang dalam. Paulus membandingkan pernikahan -- kesatuan suami dan istri -- dengan hubungan kekal antara Kristus dan Gereja.
(Lihat Efesus 5:22-33)

STRATEGI BIMBINGAN

  1. Tunjukkan sikap mendukung dan menguatkan. Dengarkan baik-baik dengan pengertian. Jangan menghakimi dan jangan berpihak. Kadang- kadang orang yang Anda layani, ada di pihak yang salah.
  2. Berusahalah menemukan penyebab ketidaksetujuan dan masalah. Jika perlu, bertanyalah. Apakah yang bersangkutan merasa bahwa dia bertanggung jawab atas perkembangan negatif yang terjadi?

    Tanyakan penilaiannya tentang pernikahannya berdasarkan bahasan tentang unsur-unsur pembentuk suatu pernikahan yang baik, yang telah dibahas dalam Latar Belakang. Dalam hal apa dia kurang? Apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya? Dengan rendah hati, dia dapat meminta ampun atas ketidakpekaan, kepedihan dan kesalahan yang dibuatnya. Mungkin perlu waktu, tetapi sangat bermanfaat.

  3. Tanyakan, pernahkah mengundang Allah masuk ke dalam hidup pernikahan dan hidup mereka?
  4. Sesudah itu, jelaskan langkah-langkah tindak lanjut berikut ini:
    1. Baca, pelajari, dan terapkan Firman Tuhan dalam hidupnya dan hidup pernikahannya.
    2. Belajar berdoa tiap hari. Berdoalah satu untuk yang lain. Doakan masalah-masalah yang muncul atau hal-hal yang dapat berkembang menjadi masalah. "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1Petrus 5:7) Adanya sikap-sikap yang lebih baik, membuat seseorang lebih peka kepada kebutuhan teman hidupnya, menciptakan hubungan- hubungan yang lebih baik. Inilah salah satu nilai penelaahan Alkitab dan doa: kita akan dibuatnya lebih peka secara rohani dan lebih mampu menyongsong masalah-masalah.
    3. Libatkan diri dalam kelompok persekutuan keluarga dalam suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Peran serta aktif dalam suatu gereja yang dinamis, dapat memperbaharui pernikahan dan rumah tangga seseorang. Dukungan dan pertolongan rohani dapat diperoleh dalam persekutuan dengan sesama Kristen yang sejati dan dalam pertukaran pikiran dengan pendeta.
    4. Dalam gangguan pernikahan tertentu, terkadang diperlukan bimbingan lebih lanjut. Hubungilah pendeta yang terlatih untuk itu, atau psikolog Kristen atau penyuluh pernikahan.

Jika orang tersebut Kristen, anjurkan dia untuk mulai mencari bimbingan serius dari pusat bantuan pernikahan yang ada, atau dari pendeta yang terlatih untuk itu. Seringkali perlu diadakan penanganan dan penyesuaian pada masing-masing pihak, yang membutuhkan waktu-waktu bimbingan yang cukup lama. Hal terpenting ialah belajar bersikap tulus dan jujur, menghadapi situasi mereka dalam terang Firman Tuhan. Mungkin titik permulaannya harus dimulai dari kalimat-kalimat permohonan maaf seperti yang ditulis dalam Latar Belakang di atas.

 ----------------------------Kutipan---------------------------
 Menurut Billy Graham:
 "Pernikahan yang sempurna adalah kesatuan antara tiga pribadi
 -- seorang pria, seorang wanita, dan Allah! Inilah yang membuat
 pernikahan menjadi kudus. Iman dalam Kristus adalah bagian
 terpenting dari semua prinsip penting lainnya untuk membangun
 suatu pernikahan dan rumah tangga yang bahagia."
 ------------------------Kutipan_Selesai-----------------------
Sumber
Halaman: 
200 - 201
Judul Artikel: 
Buku Pegangan Pelayanan
Penerbit: 
Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993

Komentar