Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Mencegah Patah Hati: Apakah Mungkin?

Edisi C3I: e-Konsel 153 - Cinta Pertama

Edisi C3I: e-Konsel - 153 -- Patah Hati

Saya tidak akan pernah lupa pada malam saat saya menangis meraung-raung seolah-olah saya tidak mau berhenti menangis. Akhirnya yang bisa saya ingat adalah ke tempat tidur dan menangis sampai tertidur. Apakah Anda pernah patah hati? Apakah pada saat itu Anda merasakan sakit yang amat sangat hingga rasanya Anda ingin mati saja?

Rasa sakit dan luka bisa muncul dalam bentuk yang berbeda-beda, tetapi rasa sakit yang muncul karena patah hati tampaknya adalah luka yang paling parah. Bisa muncul kekecewaan yang mendalam saat suatu hubungan harus putus di tengah jalan.

Apakah mungkin kita menjalin cinta tanpa mau terluka? Tentu saja. Apakah ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah patah hati? Ya. Ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya. Namun, Anda tidak bisa menghindarkan diri dari patah hati bila Anda memberikan hati Anda kepada seseorang. Semakin dalam relasi itu, semakin besar kemungkinan untuk merasakan sakit atau sukacita.

Sayangnya, kita hidup di suatu dunia di mana ada banyak relasi cinta yang dijalin dengan bebas. Integritas ilahi sering kali tidak menjadi bagian dalam suatu relasi cinta, dan berbagai konsekuensi serta patah hati menjadi tak terelakkan. Bila pernah ada masa di mana kita memerlukan suatu panduan untuk menjalin cinta, maka sekaranglah masa itu! Bila opera sabun yang ditayangkan televisi menjadi standar kita, maka kita berada dalam masalah besar.

Patah hati

Mengikuti beberapa kebenaran dasar dari firman Allah adalah jawaban untuk mencegah patah hati. Siapakah yang harus Anda ajak untuk berkencan? Siapakah yang harus Anda terima? Siapakah yang boleh Anda ajak untuk menghabiskan waktu? Hanya ada satu kunci utama dalam masalah menjalin cinta. Bila Anda adalah orang percaya, maka Anda harus berpacaran dengan orang Kristen pula.

Allah berfirman, "Janganlah kamu menjadi pasangan yang tidak seimbang." Karena berpacaran sering kali bertujuan untuk pernikahan, maka jangan pernah berpacaran dengan seseorang yang bukan orang percaya. Selain itu, "Teman yang tidak baik merusak moral." Anda bisa saja berpikir bahwa Anda hanya bersenang-senang dan Anda tidak pernah ingin menikahi orang yang Anda pacari. Saya pernah mengenal orang-orang yang mulai berpacaran dengan seseorang hanya untuk bersenang-senang, tetapi akhirnya menikahinya. Dengan amat menyesal, mereka mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Berhati-hatilah terhadap orang yang Anda ajak untuk menghabiskan waktu bersama.

Kunci untuk pernikahan yang sehat adalah rasa hormat. Oleh sebab itu salah satu tujuan terbesar dalam berpacaran haruslah rasa hormat. Bila Anda tidak menghormati orang yang Anda pacari dan bila mereka juga tidak menghormati Anda, maka putuskan hubungan Anda saat ini juga!

Sering saya mendengar seorang wanita yang menceritakan bahwa pacarnya tidak menghormatinya dan pria itu sangat menekan dia dalam masalah seks. Ini adalah masalah klasik yang terus-menerus membuat para wanita patah hati. Bagaimana Anda menjaga hati Anda? Salah satu cara adalah dengan "mengendalikan gairah muda". Bila Anda bermain api, maka Anda akan terbakar.

Sebagai orang Kristen, Anda harus memiliki kesadaran atas kesucian. Banyak hal yang bisa dikatakan dalam hal ini, tetapi kuncinya adalah kekudusan. Alkitab dengan jelas mengatakan, "Kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus." (Imamat 19:2) Ini termasuk apa yang Anda lihat, apa yang Anda baca, bagaimana Anda berpakaian, dan tentu saja dengan siapa Anda menghabiskan waktu.

Bila Anda kudus dalam berpacaran, maka kecil peluang Anda merasakan patah hati. Doakan selalu setiap relasi yang Anda jalin. Mintalah kepada Allah untuk menunjukkan ke mana relasi itu harus berjalan. Perlakukan mereka seperti Anda ingin diperlakukan.

Jagalah supaya relasi itu kudus. Jagalah supaya relasi Anda sederhana. Jagalah supaya relasi Anda dijalani dengan tangan yang terbuka. Minta Allah untuk menggunakan Anda sebagai alat untuk membawa seluruh teman-teman Anda datang kepada Tuhan. Jujurlah kepada diri sendiri dan tentu saja jujurlah kepada orang yang berpacaran dengan Anda. Bila orang yang berpacaran dengan Anda mencoba untuk mengelabuhi Anda dengan berpura-pura sebagai orang Kristen, tetapi itu hanya untuk mencuri hati Anda saja, mintalah kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada Anda siapakah dia yang sebenarnya.

Kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Seorang wanita menceritakan kepada saya tentang luka hatinya yang amat dalam karena terburu-buru menikah. "Tolong katakan kepada setiap orang yang belum menikah supaya mereka tidak dibutakan oleh pikiran bahwa pria yang mereka pacari adalah orang beriman padahal sebenarnya tidak. Saya terlalu cepat menikahi suami saya. Saya pikir dia adalah orang percaya, dan sekarang saya tahu saya sangat salah. Lebih baik melajang daripada hidup dalam pernikahan yang keliru."

Apakah mungkin menghindari patah hati? Tidak ada jaminan. Tetapi ada cara-cara untuk mencegah sakit supaya tidak menghancurkan hidup Anda. Dalam setiap relasi yang Anda jalin, berjalanlah di jalan yang benar yang berkenan di hadapan Tuhan. Ya, saya pernah patah hati berkali-kali, tetapi puji Tuhan, Ia sangat dapat dipercaya. Bila saya renungkan lagi masa lalu saya, saya sangat bersyukur atas relasi yang pernah putus karena bila tidak, maka saya dihadapkan pada pernikahan yang salah.

Tunggulah di dalam Allah. Percayalah kepada Allah. Serahkanlah harapan, sukacita, dan mimpi-mimpi Anda kepada Allah. Bila Ia ada di tempat yang terutama, maka menikah atau tidak, Anda akan memiliki damai yang tidak dapat diambil oleh seorang pun atau apa pun juga. (t/Ratri)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : CBN.com
Judul asli artikel : Preventing a Broken Heart: Is It Possible?
Penulis : Kathleen Hardaway Alamat
URL : https://www1.cbn.com/family/preventing-a-broken-heart%3A-is-it-possible%3F
Sumber
Judul Artikel: 
CBN.com

Published in e-Konsel, 04 February 2008, Volume 2008, No. 153


Komentar