Tiga Hal dalam Memilih Karier

Edisi C3I: e-Konsel 131 - Kecanduan Kerja

Selama bertahun-tahun, saya memberikan konseling kepada para mahasiswa yang bersiap-siap hendak memilih karier. Saya melihat bahwa di antara para mahasiswa Kristen, pertanyaan yang paling penting adalah, "Bagaimana saya bisa mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup saya?" Sudah tentu bagian dari persoalan tersebut adalah pertanyaan tentang karier.

Pertanyaan ini tidak terbatas pada mahasiswa perguruan tinggi saja. Saya juga mendengarnya dari orang-orang yang lebih tua yang hendak pindah ke karier kedua atau ketiga. Bagi orang yang sedang bertumbuh dan berubah, itu merupakan pertanyaan yang harus dihadapi sepanjang hidup.

Karena saya telah menghadapi beberapa perubahan karier dalam hidup, saya telah menyusun satu formula sederhana berdasarkan Alkitab untuk menolong membuat keputusan-keputusan khusus tentang pilihan karier. Saya menamakannya, "Tiga hal untuk mengetahui kehendak Tuhan." Tiga hal itu adalah nalar, kebenaran, dan pernyataan.

Saya harus mendahului tiga langkah ini dengan mengatakan bahwa pada waktu kita mencari kehendak Tuhan untuk suatu pilihan karier tertentu, kita terlalu sering menginginkan proses yang potong kompas. Kita menginginkan penyataan tanpa melalui proses nalar dan kebenaran. Tetapi untuk membuat keputusan yang kuat, kita harus bersedia mengambil langkah-langkah itu menurut gilirannya.

  1. Nalar

    Saya adalah seorang yang sungguh-sungguh percaya bahwa Allah telah memberi kita akal dan firman-Nya untuk menolong kita melihat kehendak-Nya. Sungguh mengherankan bila banyak orang membuat keputusan yang keliru padahal Alkitab telah menunjukkan beberapa hal secara jelas sekali.

    Untuk hal-hal di mana Kitab Suci tidak memberikan petunjuk yang khusus, orang Kristen perlu memakai akal guna menentukan pilihan kariernya. Kita bisa mengajukan kepada diri kita sendiri beberapa pertanyaan dasar tentang karunia kita dan minat kita. Apakah kita ingin bekerja dengan orang-orang? Ataukah kita lebih senang bekerja dengan barang-barang, angka-angka, atau dengan ide-ide? Nalar kita dapat memberitahukan hal-hal pokok tertentu mengenai diri kita dan menolong kita menempatkan informasi itu untuk berhadapan dengan fakta-fakta yang kita ketahui tentang keputusan yang ada. Saya kira Allah tidak akan membuat panggilan karier kita bertentangan dengan karunia kita. Jadi, kita memakai nalar kita untuk mengadakan penyelidikan semampu kita dan untuk mempelajari firman-Nya agar kita bisa membuat pilihan yang tepat.

    Saya telah menyusun tiga pertanyaan yang bersifat pribadi dan khusus sehubungan dengan karunia-karunia dan minat saya sendiri. Saya yakin pertanyaan-pertanyaan ini diberikan oleh Roh dan dituntun oleh nalar. Pertanyaan-pertanyaan ini menolong saya untuk mengambil keputusan yang masuk akal berkenaan dengan kesempatan-kesempatan yang diberikan pada saya. Dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan saya harus dapat melayani. Kalau saya tidak bisa melayani, saya tidak mungkin memilih karier itu. Saya mempunyai karunia memimpin, oleh karena itu saya perlu mempunyai kesempatan untuk memimpin. Saya juga mempunyai keinginan agar kreatif, jadi saya perlu pekerjaan yang menyediakan kesempatan berpikir yang bersifat membaharui dan membangun.

    Ketika mempertimbangkan suatu tawaran pekerjaan, inilah kriteria yang saya pakai.

    1. Bagaimana saya bisa melayani?
    2. Bagaimana saya bisa memimpin?
    3. Bagaimana saya bisa berkreasi?

    Kalau saya tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini secara memuaskan, saya tahu bahwa pekerjaan itu bukan untuk saya. Misalnya, saya pernah menolak suatu posisi karena walaupun bisa melayani, saya hendak dijadikan manajer dalam pekerjaan pemeliharaan dan bukan pemimpin dalam pekerjaan yang kreatif.

    Itulah pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan; pertanyaan-pertanyaan saudara akan berbeda jikalau karunia dan minat saudara berbeda. Tidaklah bijaksana kalau kita meniru pertanyaan orang lain, tetapi memang sangat penting bagi kita untuk mempunyai pertanyaan sendiri.

    Nalar, jika diterangi oleh Roh Kudus, akan sangat penting supaya mengetahui kehendak Tuhan dalam suatu pilihan pekerjaan. Tetapi nalar harus dilengkapi dengan kebenaran.

  2. Kebenaran

    Langkah ini melibatkan pertanyaan, "Apakah hati saya benar dihadapan Tuhan?" Adalah salah kalau saya mengira Allah akan memimpin saya melalui nalar saya bila hati saya tidak benar di hadapan-Nya. Bagaimana Allah bisa menghubungi saya jika saya tidak mendengarkan-Nya? Jadi, pikiran saya harus siap. Demikian juga hati saya. Alangkah baiknya bila kita tidak hanya mengajukan pertanyaan ini ketika ada krisis yang timbul dan kita perlu membuat suatu keputusan. Sebaiknya, ajukan pertanyaan itu setiap hari dan tetaplah dalam keselarasan dengan Allah.

  3. Pertanyaan

    Jikalau saudara sudah sungguh-sungguh memeriksa nalar dan kebenaran, saudara perlu berkata kepada Tuhan, "Saya membutuhkan suatu tanda tentang jalan yang benar, suatu petunjuk dari Engkau" -- dengan kata lain penyataan. Dan jika saudara telah sampai pada saat penting yang menentukan itu, akan muncul suatu tanda. Tuhan akan menyatakan diri-Nya. Tetapi Ia tidak akan memberikan tanda yang gegabah di langit; Ia tidak akan menunjukkan tanda sebelum saudara memulai dengan nalar dan kebenaran.

    Kehendak Tuhan bagi karier saudara bukan merupakan rahasia Allah yang ingin disembunyikan-Nya dari saudara. Allah ingin memberitahukan kehendak-Nya kepada saudara sebagaimana saudara ingin mengetahuinya. Saudara tidak perlu meragukan bahwa saudara sedang melakukan apa yang Allah inginkan. Saudara dan Tuhan, kalau bekerja bersama-sama, akan menghasilkan jawaban, tetapi ingat, caranya selangkah demi selangkah.

Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:

Judul buku: Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen
Penulis : David McKenna
Penerbit : Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002
Halaman : 899 -- 901

Sumber
Halaman: 
899 -- 901
Judul Artikel: 
Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen
Penerbit: 
Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002