==K.Haag== Ibadat
Ibadat.
(I) BAHASA PERCAKAPAN.
PL tidak mempunyai kata tersendiri untuk ~I, namun
sekurang-kurangnya mereka gunakan kata "syarat" (pelayanan) dan
terutama kata "abodah" (karya, buah karya). Semula itu dipakai dalam
bidang profan, kemudian diberi arti khas dalam tata-terminologi
religius sebagai: setiap macam ibadat. Pada LXX menggunakan kata
argon, latreia, leitourgia (: kata tehnik bagi pelayanan imam di
dalam kemah perjanjian maupun di dalam kenisah). Di dalam PB kata
latreia dipakai untuk ~I pada umumnya. Hanya surat Ibr. sajalah
yang menghubungkannya dengan kebaktian kurban oleh imam. Kata
leitourgia digunakan oleh para LXX dalam artian imamat-kultis. Pada
Paulus leitourgia mempunyai arti profan biasa "hasil pelayanan".
Hanya di dalam /TB Kis 13:2 ditemukan sebuah ungkapan untuk pengartian
di kemudian hari, yang menyebutkan ibadat kristen bersama-sama
sebagai "liturgi".
(II) DI DALAM PL.
(1) ~I dalam artian yang sempit dilakukan oleh para abdi I (-->
Imam). ~I terikat pada waktu-waktu yang telah ditentukan (-->
Pesta). ~I dipandang sebagai perintah Allah dan oleh karenanya
menjadi "pelayan suci" dari pihak jemaat untuk merayakan pemujaan
Tuhan, melemahkan kemarahannya atau mendapatkan keselamatan maupun
bantuanNya. Keseluruhan pelayanan kurban, persiapan alat-alat ~I.
Semua itu telah diatur secara tepat.
(2) Perkembangan. Masalah --> kurban pada zaman prasejarah
tidak bisa dijangkau lewat ilmu sejarah. Tetapi sejak zaman para
nenek moyang Isr. telah diberitakan perihal peri-laku I itu.
Bagaimana dan seberapa jauh pada zaman yang tertua itu nampaknya
masih ada jejak perkembangan bentuk-bentuk ~I yang primitif (: magi,
~I binatang, perayaan bulan, upacara kesuburan) dan jejak
benda-benda ~I primitif (: ular tembaga, roti persembahan, tabut),
yang sampai kini tidak dapat dibuktikan. Kalau begitu, maka semuanya
paling tidak hanya dimasukkan ke dalam ~I Yahwe. Demikian pula
mengenai begitu banyaknya ketentuan mengenai masalah --> tahir atau
najis, yang timbul dari pandangan tabu kuno. Musa niscaya telah
meletakkan dasar ~I yang diorganisir. Atas dasar perwahyuan pribadi
ia lalu membuat berlakunya Yahwe melulu sebagai Allah dan dengan
demikian Yahwe dijadikan sasaran ~I satu-satunya. Berita kuno dari
zaman para hakim dan dari zaman para raja yang pertama
memperlihatkan kebiasaan ~I, yang tidak dapat dipersatukan dengan
hukum pentateukh (: kurban manusia, persembahan kurban oleh imam
yang bukan dari suku Lewi dan lain-lain). Setelah penguasaan tanah
Kanaan, maka secara jelas sekali korban dan pesta bangsa Isr.
dipengaruhi oleh bangsa Kanaan. Tetapi pada prinsipnya ~I Yahwe
melawan kebiasaan-kebiasaan kafir. Sikap para nabi atas ~I pada
dasarnya adalah positif, Polemik mereka hanya melawan ~I yang
dilakukan secara lahiriah melulu, karena tidak mengandung makna bagi
hidup susila. Tersebarnya tempat ~I di seluruh tanah Palestina tetap
ada, yang barangkali disebabkan oleh pengaruh Kanaan yang tak
kunjung putus, meskipun sudah ada pengaturan baru dan pemusatan ~I
di Yerusalem, yang didambakan oleh Salomo dan pembanguan Kenisah.
Setelah ~I kurban diikat pada kenisah Yerusalem dan setelah tanah
kafir dinyatakan najis, maka bangsa Isr. harus meninggalkan setiap
~I, waktu mereka berada di dalam pembuangan. Setelah kembali dari
pembuangan, maka ~I resmi baru dapat dilakukan kembali. Bersamaan
dengan itu di --> sinagoga-sinagoga diadakan kebaktian tanpa kurban.
Berdoa, berpuasa dan memberi dana termasuk bilangan pengganti yang
dipandang sempurna. Dari perkembangan tersebut, dapatlah dimengerti,
betapa gampang Yudaisme para rabi bisa hidup tanpa ~I kurban pada
waktu Yerusalem sudah hancur.
(III). DI DALAM PB.
Meskipun Yesus tidak menolak ~I yang tradisional, namun Ia
taruhkan Diri-Nya di atas dan Ia melawan hukum-hukum rituil, selama
hukum-hukum itu hanya diikuti secara formalitas belaka. Hukum cinta
kasih ada di atas kebiasaan Sabat dan kebiasaan kurban
(/TB Mat 5:23-24; 12:7-8; Mark 7:1-13). Yesus memberitahukan
terlebih dahulu perihal kehancuran kenisah dan dengannya juga akhir
dari ~I (/TB Mark 13:2 dsj). Dengan kurban kematianNya Yesus
menempatkan Diri selaku pengganti bahan kurban dan imam. Menurut
Paulus seluruh hidup kristen dilibatkan pada kejadian kurban Yesus
dan dengan demikian menjadi sebuah kebaktian yang berlangsung
terus-menerus. Sesuai dengan pengkristenan seluruh hidup itu,
pelakanaan PB harus dilakukan dengan tanpa ibadat dan sakramental
yang baru (: Baptis, tobat, pengolesan orang sakit, penumpangan
tangan dan terutama ekaristi). Dalam pemberian bentuk lainnya orang
dapat mengambil-alih praksis Yahudi. Pada dasarnya ~I PB itu kurang
sekali untuk menjadi sebuah pelayanan yang aktif terhadap Tuhan,
sebab Ia lebih merupakan suatu penerimaan pemberian keselamatan
penuh syukur di dalam sakramen dan sabda. Oleh karena itu para
pejabat dan pemimpin jemaat bukan "liturgi" yang berdiri sendiri,
melainkan hanyalah "abdi Kristus dalam melayani rahasia-rahasia
ilahi" (/TB 1Kor 4:1).
|