Disini Musa sebagai nabi menjampaikan berkatnja kepada suku-suku. Kata-kata
berkat ini tidak hanja dipandang sebagai harapan supaja selamat: melainkan djuga
sebagai visi jang menentukan hari depan. Ramalan-ramalan dalam bentuk berkat
sematjam itu berulangkali muntjul dalam Kitab Sutji. Hal itu ada hubungannja
dengan berkat kuno: dimana seorang bapa leluhur menjampaikan berkat: jang
diterimanja dari Allah: kepada anak-anaknja: pertama-tama kepada anak jang
tertua.Bandingkan berkat dari Ishak (Kej 27) dan dari Jakub (Kej 49).
Ruben sebagai anak sulung disini djuga pertama-tama disebutkan: meskipun de
fakto ia tidak mendjadi ahli waris utama berkat itu. Menjolok sekali bahwa
disini semua pepatah bernada positif. Tjatjat tjela suku-suku tidak disebut-sebut.
Setjara historis rumusan-rumusan berkat ini merupakan karangan dari djaman
sesudah Musa. Meskipun sifatnja sangat kuno: namun waktunja jang tepat sukar
ditentukan. Isinja menundjukkan kepada suatu djaman ketika suku-suku telah
menetap di Kanaan. Namun djelas kelihatan adanja kesadaran jang kuat pada suku-suku
sebagai pembawa berkatnja masing-masing. Berkat itu disini oleh pengarang
tidak dipulangkan kepada para leluhur: melainkan kepada Musa: djadi pada
perdjandjian Sinai.
Pemberian berkat itu dipengantari dan ditutup dengan njanjian pudjian jang
melukiskan pimpinan jang berkuasa dari Jahwe selama perdjalanan dari Sinai
menudju kenegeri jang telah didjandjikan (aj.2-4)(Ula 33:2-4)
Jahwe adalah baik Tuhan semesta alam pun pula kekuatan-kekuatan alam: maupun
Jang Berperang untuk bangsa Israil menghadapi musuh (aj. 26 sld)(Ula 33:26).