Kategori Utama

strict warning: Declaration of views_plugin_style_default::options() should be compatible with views_object::options() in /home/sabdaorg/public_sabda/reformed/sites/all/modules/views/plugins/views_plugin_style_default.inc on line 24.

Dear Pembaca e-Reformed,

Iman Kristen penuh dengan berbagai misteri karya Allah. Peristiwa penciptaan, sejarah umat Allah, kelahiran Kristus sampai kepada kebangkitan-Nya, merupakan beberapa misteri iman kita. Tentu saja, semua hal tersebut menjadi misteri karena keterbatasan kita yang tidak mampu menyelami maksud dan cara Allah. Kelahiran Kristus -- yang menjadi awal dari karya keselamatan dan penebusan -- menjadi misteri yang besar. Dalam pemikiran manusia secara umum, bahkan dalam wacana agama apa pun, Allah dikenal begitu transenden dan berjarak dari umat-Nya. Sementara itu, pada peristiwa Natal, Allah berinkarnasi menjadi manusia. Allah yang transenden itu menjadi imanen. Yang kekal menjadi fana dan diam bersama kita. Jika bukan karena karya Roh Kudus, kita pasti akan sulit memercayai karya keselamatan Allah, bahkan mungkin menganggapnya absurd dan sesat.

Menyambut masa Adven yang akan segera tiba, publikasi e-Reformed bulan ini akan menyajikan artikel tentang misteri inkarnasi Kristus yang dinyatakan oleh Paulus dalam surat-suratnya. Melalui artikel ini, kita akan diajak melihat tentang betapa dalamnya makna dari inkarnasi Kristus beserta implikasinya bagi iman Kristen. Kristus, Allah yang menjadi manusia itu, sungguh patut kita muliakan dalam segala aspek kehidupan ini. Kiranya dengan semakin bertambahnya pemahaman kita dalam memaknai inkarnasi Kristus, semakin bertambah dalam penyembahan kita terhadap Dia, Raja di atas segala raja. Soli Deo gloria!

Okti Nur Risanti

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Okti Nur Risanti

Dear Pembaca e-Reformed,

Jika pada edisi sebelumnya kita sudah melihat bagaimana pandangan teologi Reformed terhadap seni, pada edisi ini, kita akan melihat cara pandang Calvin dalam sistem politik. Seperti kita ketahui bersama, Reformasi Protestan membawa berbagai transformasi sosial di dunia, termasuk dalam sistem politik modern. Sistem republik menjadi salah satu warisan dari gelombang reformasi yang dibawa oleh Calvin. Sebagaimana pandangannya yang positif terhadap seni, Calvin juga memandang positif pemerintah yang dilihatnya sebagai bagian dalam ordo penciptaan. Dalam pandangannya, pemerintah merupakan wakil Allah yang berfungsi untuk menjaga relasi manusia dengan Allah dan sesama sehingga terjadi keadilan sosial. Pemerintahan demokratis dalam bentuk republik menjadi ide Calvin dalam membentuk pemerintahan yang ideal, yang kemudian diterapkan oleh Jenewa, dan 147 negara di dunia pada saat ini. Calvinisme, dengan demikian, menjadi prinsip yang membawa dunia terlepas dari pemerintahan kerajaan yang bersifat feodal dan cenderung tiran dari abad-abad sebelumnya.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana transformasi politik dari calvinisme mengubah sistem politik dan pemerintahan dunia serta perkembangannya sekarang, mari kita bersama-sama menyimak publikasi e-Reformed bulan ini. Kiranya setelah membaca sajian kami, kita akan tergerak untuk melakukan transformasi sosial di negara kita, di tengah-tengah situasi sosial dan politik yang kian carut-marut akan hikmat duniawi.

Okti Nur Risanti

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Okti Nur Risanti

Dear Pembaca e-Reformed,

Seorang negarawan dan tokoh Calvinisme dari Belanda, Abraham Kuyper, pernah menyampaikan bahwa "para seniman dipanggil untuk menemukan keindahan yang alami untuk memuliakan Allah". Pandangan Kuyper menegaskan bahwa teologi Reformed tidak anti terhadap karya seni, justru seni adalah alat untuk menunjukkan keagungan Allah kepada banyak orang. Pertanyaannya, ketika kita melihat karya seni yang indah, apakah kita takjub pada keindahan karya seni tersebut atau kepada Tuhan semesta alam yang memanggil dan menginspirasi para seniman untuk dapat menghasilkan karya seni yang indah dan mampu bertahan puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun?

Seni menyangkut keahlian yang khusus. Seni yang baik dapat digunakan untuk memuliakan Allah. Sama seperti Johann Sebastian Bach yang menghasilkan sebuah karya dalam kantata gereja dan Fanny J. Crosby, seorang yang tidak dapat melihat, tetapi mampu menghasilkan ratusan kidung yang masih dinyanyikan dalam ibadah gereja sampai hari ini. Karena itu, marilah kita bersama-sama belajar untuk memahami lebih dalam "Teologi Reformed dan Apresiasi Seni". Kiranya kita boleh mempelajari seni dan mengembangkannya bagi kemuliaan Allah. Soli Deo gloria!

Amidya

Redaksi Tamu e-Reformed,
Amidya

Dear Pembaca e-Reformed,

Gereja ada karena dibentuk dan didirikan oleh Tuhan Yesus (lihat Mat. 16:18), dan gereja-Nya ini bersifat kekal. Namun, gereja bukanlah institusi yang berdiri sebagai menara gading yang jauh dari peradaban dan masyarakat. Gereja justru dipanggil untuk berada di tengah masyarakat, yaitu masyarakat yang bersifat majemuk, yang di satu pihak memiliki perbedaan (ras, agama, dan budaya), tetapi di lain pihak memiliki kesamaan (kehidupan bersama sebagai manusia sosial yang saling membutuhkan dan dibutuhkan). Apakah dalam keberadaan yang demikian ini, jemaat Tuhan, yang menjadi inti gereja, dapat menjalankan fungsinya sebagai garam yang harus mengasinkan lingkungan tanpa harus bersikap arogan dan merendahkan mereka yang belum mengenal kebenaran?

Simak dan renungkanlah sajian e-Reformed bulan ini yang memuat sebuah artikel berjudul Salah Satu Dosa Terbesar Gereja. Kiranya Allah Roh Kudus memampukan kita untuk menjadi jemaat-Nya yang setia dan tidak terkikis oleh sikap yang justru tidak memuliakan Allah. Selamat menyimak. Soli Deo gloria!

Yulia Oeniyati

Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati

Dear Pembaca e-Reformed,

Dalam artikel ini, Pdt. Stephen Tong menjelaskan dengan sangat baik tentang dua pemahaman penting dalam kekristenan, yaitu "dalam Adam" dan "dalam Kristus". Dengan mengerti dua pemahaman ini, kita akan menjadi orang Kristen yang rendah hati karena kita menjadi sadar siapakah kita sebenarnya. Melalui kematian Kristus di atas kayu salib, kita, yang percaya kepada-Nya, dipindahkan dari "dalam Adam" menjadi "dalam Kristus". Ini mengubah esensi kita selamanya, yang dahulu pantas untuk menuju kepada kebinasaan, sekarang dibenarkan dan ditinggikan dalam Kristus sehingga memperbolehkan kita masuk ke dalam kekekalan bersama dengan Dia. Ini merupakan hak istimewa yang luar biasa yang diberikan Kristus bagi kita, anak-anak-Nya yang percaya.

Selain dua pemahaman di atas, Pdt. Stephen Tong juga menjelaskan tentang dua pemahaman lain yang sama pentingnya dalam kekristenan, yaitu "kasih yang digenapi" dan "keadilan yang digenapi". Dua pemahaman yang kelihatannya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak. Inilah salah satu paradoks dalam kekristenan yang sering disalahmengerti oleh orang Kristen yang tidak belajar Alkitab dengan baik. Tidak seharusnya kita menitikberatkan pada "kasih" saja karena konsep "keadilan" yang dijalankan dalam "kasih" merupakan pemahaman yang ada dalam esensi iman Kristen yang benar. Oleh karena itu, saya mengajak para pembaca menyimak baik-baik penjelasan yang diberikan oleh Pdt. Stephen Tong ini. Memang tidak mudah untuk mencernanya, tetapi bukan berarti tidak bisa dicerna. Mari kita mohon agar Roh Kudus membuka pikiran kita sehingga kita dimampukan untuk mengerti dengan benar. To God be the glory!

Yulia Oeniyati

Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati

Komentar