Katekismus Jenewa (1542)

Perkataan 'katekismus' berkaitan dengan kata kerja Yunani katekhein, 'memberitahukan dari atas (panggung, mimbar) ke bawah', dari situ juga 'mengajarkan'. Mulai abad pertama (Luk 1:4, Kis 18:25, Gal 6:6) katekhein menjadi istilah baku yang mengacu ke kegiatan membimbing masuk anggota baru ke dalam iman Kristen, apakah mereka orang dewasa yang baru menjadi percaya, atau anak-anak yang telah dibaptis tetapi masih perlu menerima pengajaran. Pengajaran itu diberikan secara lisan. Memang ada pembimbing tertulis (a.l. kitab 'Didache', yang ditulis sekitar tahun 100, dan 'pengajaran pertama kepada para calon anggota Gereja' karangan Augustinus), tetapi tulisan itu tidak mendapat status resmi. Luther yang pertama kali menerbitkan katekismus dalam arti buku pelajaran yang membahas pokok-pokok iman Kristen yang dengan sistematis, dan yang umum dipakai sebagai pedoman dalam pengajaran iman. Katekismus Besar dan Kecil karangan Luther menjadi buku katekisasi di seluruh Gereja Lutheran. Akan tetapi, karena Reformasi beraneka ragam, dan menekankan pemakaian bahasa nasional, maka muncullah sejumlah besar katekismus lain. Katekismus Jenewa (Katekismus Calvin, 1573/1542) diterima umum di gereja-gereja Calvinis berbahasa Perancis. Katekismus Anglikan (1549) ditujukan kepada Gereja Nasional Kerajaan Inggris. Katekismus Heidelberg(1563) menjadi pedoman pengajaran agama dan kitab pengakuan iman dalam gereja-gereja Calvinis berbahasa Jerman dan Belanda. Dan Katekismus Westminster, yang Besar dan yang Kecil (1647), sampai sekarang berwibawa besar dalam Gereja-gereja Calvinis berbahasa Inggris. Gereja Katolik Roma pun pada zaman itu menerbitkan katekismus resmi sendiri, yaitu Catechismus Romanus (1566), yang merupakan buku pedoman untuk kaum klerus.

Katekismus Jenewa merupakan karya Yohanes Calvin. Pada tahun 1541 Calvin dipanggil pulang dari kota Straatsburg ke Jenewa. Pemerintah kota telah mengusir dia tiga tahun sebelumnya, karena perselisihan paham mengenai cara melaksanakan reformasi agama di kota itu. Setibanya di Jenewa Calvin cepat-cepat menyusun tiga dokumen pokok, yakni tata gereja, tata kebaktian (lihat di depan, no. 12 dan 15), dan kitab katekismus. Calvin hanya bersedia kembali mengemban pelayanan pendeta di 'kota seram' itu kalau tata gereja dan katekismus itu ditandatangani oleh pemerintah kota. Memang itulah yang terjadi. Sementara ia menulisnya, pesuruh percetakan sudah datang mengambil lembar-lembarnya satu-satu. Meskipun Katekismus Jenewa disusun tergesa-gesa. Calvin tidak sempat merevisi naskahnya. Maka naskah di bawah ini merupakan terjemahan katekismus yang ditulis Calvin pada bulan Desember 1541/Januari 1542 itu. Hanya, dalam edisi asli pertanyaan/jawaban belum memakai nomor urutan; nomor itu baru disisipkan dalam edisi tahun 1551.

Di Jenewa, Katekismus Calvin merupakan bahan pelajaran dalam kegiatan katekisasi yang berlangsung tiap-tiap hari Minggu pukul 12 dalam gedung-gedung gereja. Isinya diperkenalkan kepada anak-anak berumur 10 sampai 15 tahun, sebagai persiapan upacara sidi (lihat Tata Gereja Jenewa, pasal 40 dan 141, di depan no. 9). Pada saat melakukan sidi, anak-anak harus melafalkan isi pokoknya.

Di samping pemakaiannya sebagai bahan katekisasi, Katekismus Jenewa berfungsi juga sebagai semacam pengakuan iman atau rumus keesaan. Sebab, pasal 7 Tata Gereja Jenewa menetapkan,'untuk menghindari seluruh bahaya kalau-kalau orang [yaitu pendeta] yang mau diterima memegang pendapat yang salah, wajiblah ia menyatakan berpegang pada ajaran yang telah diterima resmi dalam Gereja, terutama sesuai dengan isi Katekismus'. Dengan perkataan lain, para pendeta wajib menandatangani Katekismus Calvin.

Tiga tahun kemudian (1545), Calvin menerbitkan terjemahan Katekismusnya ke dalam bahasa Latin. Dengan demikian, isinya bisa juga digunakan oleh kaum teolog yang tidak menguasai bahasa Perancis. Tidak lama kemudian menyusullah edisi-edisi dalam bahasa Yunani dan Ibrani (terjemahan ke dalam bahasa Ibrani dibuat oleh seorang Kristen asal Yahudi bernama Immanuel Tremellius), Italia dan Spanyol, Inggris dan Jerman.

Katekismus Gereja Jenewa, artinya Rumus untuk mengajarkan agama
Kristen kepada anak-anak, yang disusun dengan memakai pola dialog:
Pelayan mengajukan pertanyaan, dan anak menjawab.
Oleh Yohanes Calvin

Efe 2:20. Dasar Gereja ialah ajaran para Nabi dan Rasul.

PASAL-PASAL IMAN

  • 1. Pelayan: Apa tujuan utama kehidupan manusia?
    Anak: Tujuannya yang utama ialah mengenai Allah.
  • 2. P. Mengapa engkau berkata demikian?
    A. Sebab Dia telah menciptakan kita dan menempatkan kita dalam dunia ini dengan maksud supaya Dia dimuliakan di dalam kita. Memang wajarlah kita mengarahkan hidup kita ke kemuliaan-Nya, sebab Dia awal mulanya.
  • 3. P. Dan apa harta tertinggi[1] manusia?
    A. Itu juga.
  • 4. P. Mengapa engkau menyebutnya 'harta tertinggi'?
    A. Tanpa itu keadaan kita lebih celaka daripada keadaan binatang dungu.
  • 5. P. Jadi, kita melihat bahwa yang paling celaka ialah hidup tidak menurut Allah?
    A. Benar
  • 6. P. Akan tetapi, apa cara mengenal Allah yang sejati dan benar?
    A. Bahwa orang mengenal Dia untuk menghormati Dia.
  • 7. P. Dengan cara apa kita benar-benar menghormati Dia?
    A. Cara yang benar ialah dengan menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya melayani Dia seraya mematuhi kehendak-Nya; mengajukan permintaan kepada-Nya dalam semua kebutuhan kita seraya mencari keselamatan dan semua harta dalam Dia; mengaku dalam hati dan dengan mulut bahwa semua harta berasal dari Dia sendiri.
  • 8. P. Apa titik permulaan bila kita hendak menguraikan hal-hal ini dengan teratur dan menjelaskan agak panjang lebar?
    A. Bahwa kita menaruh kepercayaan kepada Allah.
  • 9. P. Bagaimana orang dapat berbuat begitu?
    A. Pertama, dengan mengenal Dia sebagai Yang Mahakuasa dan Yang Mahabaik.
  • 10. P. Apakah itu cukup?
    A. Tidak.
  • 11. P. Mengapa tidak?
    A. Sebab kita tidak layak, sehingga tidak patut Dia menunjukkan kuasa-Nya untuk menolong kita, atau memakai kebaikan-Nya terhadap kita.
  • 12. P. Apa lagi yang diperlukan?
    A. Kita harus yakin Dia mengasihi kita dan mau menjadi Bapa dan Penyelamat kita.
  • 13. P. Bagaimana kita mengetahui hal itu?
    A. Melalui Firman-Nya. Dalam Firman itu Dia menyatakan kepada kita kemurahan-Nya dalam Yesus Kristus, dan memberi kita kepastian tentang cinta kasih-Nya kepada kita.
  • 14. P. Jadi, dasar yang memungkinkan kita benar-benar mempercayai Allah ialah mengenai Dia dalam Yesus Kristus (Yoh 17:3)?
    A. Benar.
  • 15. P. Akan tetapi, apa inti pokok pengetahuan itu?
    A. Pengetahuan itu tercantum dalam pengakuan iman, yang diikrarkan semua orang Kristen. Biasanya orang menyebut pengakuan iman itu 'Pengakuan Iman Rasuli', sebab pengakuan itu merupakan ikhtisar kepercayaan yang benar, yang senantiasa dianut di kalangan orang Kristen, dan yang disimpulkan dari ajaran rasuli yang murni.
  • 16. P. Tuturkan isi pengakuan itu.
    A. Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus. Aku percaya adanya Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal.
  • 17. P. Atas berapa bagian kita bagikan pengakuan iman itu, untuk menjelaskannya secara rinci?
    A. Atas empat bagian utama.
  • 18. P. Apa bagian-bagian itu?
    A. Bagian pertama mengenai Allah Bapa. Yang kedua mengenai Anak-Nya Yesus Kristus; dalam bagian itu dituturkan seluruh sejarah penebusan kita. Yang ketiga mengenai Roh Kudus. Yang keempat mengenai Gereja dan mengenai karunia-karunia yang Allah anugerahkan kepadanya.
  • 19. P. Melihat bahwa hanya ada satu Allah, apa yang mendorongmu untuk dalam tuturmu menyebut Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang adalah tiga?
    A. Sebab dalam satu Hakikat ilahi yang tunggal kita harus memperhatikan Bapa sebagai awal dan asal, atau sebab pertama segala sesuatu; sesudah itu Anak-Nya, yang adalah hikmat kekal; dan Roh Kudus, yang adalah kekuatan dan kuasa-Nya, yang tersebar dalam seluruh ciptaan, namun tetap berdiam dalam Dia.
  • 20. P. Apakah dengan demikian engkau hendak berkata bahwa tidak ada alasan yang mencegah kita menganggap dalam keAllahan yang sama ada tiga Pribadi secara tersendiri, dan bahwa Allah tidak juga terbagi.
    A. Begitulah.
  • 21. P. Tuturkan sekarang bagian pertama.
    A. 'Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.'
  • 22. P. Mengapa engkau menyebut Dia 'Bapa'?
    A. Dengan memperhatikan Yesus Kristus, yang adalah Firman kekal, yang diperanakkan dari-Nya sebelum segala abad, kemudian, setelah tampil ke dalam dunia, diteguhkan dan dinyatakan sebagai Anak-Nya. Tetapi, karena Allah adalah Bapa Yesus Kristus, maka Dia adalah juga Bapa kita.
  • 23. P. Apa maksudmu bila kaukatakan Dia Mahakuasa?
    A. Hal itu tidak hanya berarti bahwa Dia memiliki kuasa, namun tidak mempergunakannya. Sebaliknya, seluruh ciptaan berada di tangan-Nya dan tunduk pada-Nya; Dia mengatur semua hal melalui pemeliharaan-Nya, memerintah dunia melalui kehendak-Nya, dan mengendalikan segala kejadian sekehendak hati-Nya.
  • 24. P. Jadi, menurut perkataanmu, kuasa Allah bukannya menganggur, melainkan berdampak; artinya, tangan-Nya senantiasa bekerja dan tidak terjadi apa pun kecuali oleh Dia atau dengan izin dan putusan-Nya?
    A. Begitulah.
  • 25. P. Mengapa kautambahkan bahwa Dia adalah Khalik langit dan bumi?
    A. Karena Dia telah menampakkan diri kepada kita melalui karya-Nya maka kita perlu mencari Dia di dalamnya (Maz 104; Rom 1:20). Daya tangkap kita tidak mampu memahami hakikat-Nya, tetapi bagi kita dunia bagaikan cermin; di dalam cermin itu kita dapat memandangi Dia dan mengenai Dia dengan cara yang sesuai bagi kita.
  • 26. P. Bila kaukatakan 'langit' dan 'bumi', bukankah kaumaksud juga ciptaan selebihnya?
    A. Sudah tentu. Tetapi semua itu tercakup dalam kedua perkataan itu, sebab semua itu termasuk langit atau bumi.
  • 27. P. Dan mengapa engkau menyebut Allah hanya sebagai Khalik? Bukankah memelihara ciptaan dan menjaga supaya ciptaan itu tetap utuh jauh lebih besar daripada satu kali menciptakannya
    A. Perkataan itu tidak hanya mengandung arti, bahwa Dia telah menjadikan karya-karya-Nya sekaligus, dengan maksud kemudian membiarkannya dan tidak mempedulikannya lagi. Sebaliknya, inilah paham yang harus kita pegang: sebagaimana dunia telah dijadikan oleh-Nya pada mulanya, begitu pula sekarang Dia menjaga supaya dunia itu tetap utuh, begitu rupa, sehingga langit, bumi, dan semua makhluk hanya dapat ada terus karena kekuatan- Nya. Lagi pula, sebab dengan demikian semua hal berada di tangan-Nya, maka Dia memegang pemerintahnya dan Dialah Tuhannya. Demikianlah, karena Dia adalah Khalik langit dan bumi, maka Dialah yang melalui kebaikan-Nya, kekuatan-Nya, dan hikmat-Nya mengendalikan seluruh tatanan alam; Dia- lah yang mengirim hujan dan kemarau, hujan es, angin badai dan cuaca cerah, kesuburan dan kemandulan, kesehatan dan penyakit. Pendeknya, Dia memegang pimpinan segala hal, dan menggunakannya sekehendak hati-Nya.
  • 28. P. Apakah setan-setan dan orang jahat juga tunduk kepada-Nya?
    A. Meskipun Dia tidak membimbing mereka dengan Roh Kudus-Nya, namun Dia mengekang mereka, begitu rupa, sehingga mereka tidak dapat berkuti kalau Dia tidak mengizinkannya. Dia bahkan memaksa mereka melaksanakan kehendak-Nya kendati berlawanan dengan maksud dan rencana mereka.
  • 29. P. Apa gunanya bagimu kalau engkau mengetahui hal itu?
    A. Gunanya besar sekali, sebab sangat buruklah jika setan-setan dan orang jahat sanggup berbuat sesuatu bertentangan dengan kemauan Allah. Seandainya demikian, nurani kita sama sekali tidak dapat tenang lagi, sebab kita selalu terancam bahaya dari pihak mereka. Sebaiknya, bila kita mengetahui bahwa Allah mengekang mereka erat-erat sehingga mereka tidak dapat berbuat apa-apa kecuali dengan seizin-Nya maka kenyataan itu membuat kita tenang dan bersukacita, sebab Allah berjanji menjadi Pelindung kita dan membela kita.
  • 30. P. Marilah kita memasuki bagian kedua.
    A. 'Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, dst.'
  • 31. P. Apa isi pokoknya?
    A. Bahwa kita mengenal Anak Allah sebagai Juruselamat kita, dan cara Dia melepaskan kita dari maut dan memperoleh keselamatan bagi kita.
  • 32. P. Apa arti nama 'Yesus' yang kaupakai itu?
    A. Artinya 'Juruselamat'. Atas perintah Allah, nama itu diberikan kepada-Nya oleh malaikat (Mat 1:21).
  • 33. P. Apakah pemberian nama dengan cara itu bernilai khusus dibandingkan dengan pemberian nama oleh seorang manusia?
    A. Sudah tentu! Allah menghendaki supaya Dia diberi nama itu, maka perlu Dia benar-benar JuruselaMat
  • 34. P. Apa arti perkataan 'Kristus' yang datang sesudahnya?
    A. Oleh gelar itu jabatan-Nya dinyatakan dengan lebih jelas lagi. Dia telah diurapi oleh Bapa sorgawi untuk menetapkan-Nya sebagai Raja, Imam atau tokok yang bertugas mempersembahkan korban, dan Nabi.
  • 35. P.Dari mana engkau mengetahui hal itu?
    A. Menurut Alkitab pengurapan harus dipakai untuk ketiga jabatan itu. Dan berkali-kali juga Dia dikatakan menyandang jabatan-jabatan itu.
  • 36. P. Akan tetapi, apa jenis minyak yang dipakai untuk mengurapi Dia?
    A. Bukan minyak kasatmata yang dipakai, seperti dalam hal para raja, imam, dan nabi dulu. Sebaliknya, Dia telah diurapi dengan karunia-karunia Roh Kudus. Karunia itulah kenyataan yang diungkapkan oleh pengurapan lahiriah yang diselenggarakan pada zaman dahulu (Yes 61:1; Maz 45:8).
  • 37. P. Engkau memakai istilah 'Kerajaan'. Kerajaan apa itu?
    A. Kerajaan itu bersifat rohani, dan terdiri dari Firman dan Roh Allah, yang mengandung kebenaran dan kehidupan.
  • 38. P. Dan jabatan Imam?
    A. Sebab dengan turun ke dunia (Yes 7:14) Dia menjadi Utusan dan Duta berkuasa penuh dari Allah, Bapa-Nya, untuk menerangkan sepenuhnya kehendak-Nya kepada seisi dunia dan dengan demikian mengakhiri semua nubuat dan waktu (Ibr 1:2).
  • 40. P. Apa hal itu membawa manfaat bagimu?
    A. Semua itu berguna bagi kita. Sebab Yesus Kristus telah menerima segala pemberian itu dengan maksdu memberi kita mengambil bagian di dalamnya, supaya kita semua menerima dari kepenuhan-Nya (Yoh 1:16).
  • 41. P. Jelaskan hal itu lebih jauh kepadaku.
    A. Dia telah menerima Roh Kudus bersama semua karunia-Nya dengan sempurna, untuk menghadiahkan dan membagikannya kepada kita, yaitu masing-masing menurut ukuran dan jatah yang Allah tahu cocok baginya (Efe 4:7).
    Dengan demikian kita menimba dari Dia, bagaikan dari sumber semua harta rohani yang kita miliki.
  • 42. P. Apa manfaat Kerajaan-Nya bagi kita?
    A. Oleh Dia hati nurani kita dijadikan bebas dan kita dipenuhi kekayaan rohani-Nya, agar kita hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Dengan demikian kita memiliki juga kekuatan yang perlu untuk mengalahkan iblis, dosa, daging, dan dunia, yang menjadi musuh jiwa kita.
  • 43. P. Dan Imamat-Nya?
    A. Pertama, bahwa Dia adalah Pengantara bagi kita, untuk mendamaikan kita dengan Allah Bapa-Nya. Selanjutnya, bahwa melalui Dia kita dapat menghampiri Allah dan menghadap Dia dan mempersembahkan korban yaitu diri kita sendiri bersama dengan segala sesuatu yang kita hasilkan. Dalam hal itu kita ikut mengambil bagian dalam Imamat-Nya (Ibr 7:10, 13).
  • 44. P. Tinggallah jabatan Nabi.
    A. Jabatan itu diberikan kepada Tuhan Yesus agar Dia menjadi Guru dan Pengajar semua orang milik-Nya. Tujuannya ialah supaya kita dibimbing ke pengetahuan sejati tentang Bapa dan kebenaran-Nya, begitu rupa sehingga kita menjadi murid dan anggota keluarga Allah.
  • 45. P. Jadi, engkau hendak menyimpulkan bahwa gelar 'Kristus' itu mencakup tiga jabatan, yang Allah berikan kepada Anak-Nya agar Dia membagikan hasil dan kekuatannya kepada orang-orang percaya milik-Nya?
    A. Benar.
  • 46. P. Mengapakah engkau menamakan Dia 'Anak Allah yang tunggal'? Bukankah Allah menyebut kita semua sebagai anak-Nya?
    A. Kita anak-anak Allah bukan menurut kodrat kita, melainkan hanya melalui pengangkatan dan oleh rahmat, yaitu karena Allah mau menganggap kita demikian (Efe 1:5). Sebaliknya Tuhan Yesus, yang telah diperanakkan dari Zat Bapa-Nya, dan yang sehakikat dengan-Nya, dengan sewajarnya disebur Anak yang tunggal (Yoh 1:14; Ibr 1:2), sebab hanya Dialah yang menjadi Anak menurut kodrat-Nya.
  • 47. P. Jadi, engkau hendak berkata bahwa hanya Dialah yang layak menerima penghormatan itu, dan memilikinya menurut kodrat-Nya, sedangkan kepada kita hal itu diberikan sebagai anugerah, dengan cuma-cuma, sejauh kita adalah anggota-anggota-Nya?
    A. Itulah. Karena itulah, dengan memandang ke pemberian itu, di tempat lain Dia disebut Yang sulung di antara banyak saudara (Rom 8:29; Kol 1:15).[1]
  • 48. P. Apa maksud kata-kata berikut?
    A. Kata-kata itu menjelaskan cara Anak Allah diurapi oleh Bapa agar Dia menjadi Juruselamat kita. Yaitu, dengan menerima daging kita yang menusiawi, dan menggenapkan hal-hal yang diperlukan untuk penebusan kita, sebagaimana dituturkan di sini.
  • 49. P. Bagaimana engkau mengartikan kedua ungkapan 'dikandung dari Roh Kudus' dan 'lahir dari anak dara Maria'?
    A. Dia telah dibentuk dalam kandungan anak dara Maria, dari zatnya sendiri, supaya Dia adalah keturunan Daud, sebagaimana telah dinubuatkan (Maz 132:11). Namun, hal itu terjadi oleh mukjizat, yaitu karya Roh Kudus, tanpa peranan seorang laki-laki.
  • 50. P. Apakah perlu Dia mengenakan daging kita?
    A. Perlu. Sebab ketidaktaatan manusia terhadap Allah perlu di benahi dalam kodrat manusia (Rom 5:15). Juga, hanya dengan cara itulah Dia dapat menjadi Pengantara kita, yang menyatukan kita dengan Allah, Bapa- Nya (1Ti 2:5; Ibr 4:15).
  • 51. P. Jadi, engkau berkata bahwa Yesus Kristus perlu menjadi manusia untuk menyelenggarakan jabatan Juruselamat seakan-akan dalam pribadi kita?
    A. Benar. Sebab di dalam diri-Nya kita perlu memperoleh segala sesuatu yang kurang dalam diri kita sendiri. hal itu tidak mungkin terjadi dengan cara lain.
  • 52. P. Akan tetapi, mengapakah hal itu terjadi 'dari Roh Kudus', bukan oleh perbuatan manusia, menurut aturan alam?
    A. Karena benih manusia sendiri rusak maka perlulah kekuatan Roh Kudus turun tangan dalam peristiwa mengandung ini, untuk mencegah Tuhan kita kena kerusakan apa pun dan untuk memenuhi Dia dengan kekudusan.
  • 53. P. Jadi, dengan cara itu ditunjukkan kepada kita bahwa Dia yang harus mengukuskan orang-orang lain itu bebas noda apa pun; bahwa sejak dalam kandungan ibu-Nya Dia dipersembahkan kepada Allah dalam kesucian yang semula, agar Dia tidak kena kerusakan umum yang telah melanda umat manusia?
    A. Demikianlah pengertianku.
  • 54. P. Bagaimana Dia menjadi 'Tuhan kita'?
    A. Dia ditetapkan oleh Bapa untuk memegang pemerintah atas kita, supaya Dia menyelenggarakan Kerajaan dan Ketuhanan Allah, di sorga dan dibumi, dan menjadi Kepala para malaikat serta orang percaya (Efe 5:23; Kol 1:18).
  • 55. P. Mengapa dari kelahiran engaku langsung beralih ke kematian, dengan melewatkan seluruh riwayat hidup-Nya?
    A. Karena yang dibicarakan di sini hany apa yang termasuk pokok penebusan kita.
  • 56. P. Mengapa tidak dikatakan dengan singkat bahwa Dia telah mati, tetapi disebut juga nama Pontius Pilatus, ketika dikatakan bahwa Dia menderita di bawah pemerintahannya?
    A. Tidak hanya untuk memberi kita kepastian bahwa peristiwa itu benar-benar historis, tetapi juga untuk menjelaskan bahwa kematian-Nya disertai penghukuman.
  • 57. P. Bagaimana?
    A. Dia telah mati untuk menanggung hukuman yang seharusnya kami terima dan untuk dengan cara itu membebaskan kita dari hukuman itu. Dan sebab kita bersalah di hadapan pengadilan Allah, karena kita telah berbuat jahat, maka untuk mewakili kita Dia mau menghadap takhta seorang hakim duniawi dan menerima hukuman yang diucapkan olehnya, dengan maksud menyatakan kita tidak bersalah di hadapan Takhta Hakim sorgawi.
  • 58. P. Kendati demikian, Pilatus telah menyatakan Dia tidak bersalah; dengan demikian ia tidak menjatuhkan hukuman atas Dia, seakan-akan dengan sepatutnya Dia tidak dihukum (Mat 27:24; Luk 23:14).
    A. Ada dua segi. Dia memang dibenarkan melalui kesaksian hakim itu supaya terbukti Dia tidak menderita karena kesalahan-Nya sendiri, tetapi karena kesalahan kita. Namun, Dia dihukum dengan resmi, dengan hukuman yang diucapkan oleh hakim itu juga, untuk menunjukkan bahwa Dia benar-benar menjadi penanggung bagi kita, yang menerima penghukuman sebagai ganti kita supaya kita dibebaskan dari hukuman itu.
  • 59. P. Perkataanmu baik. Sebab seandainya Dia seorang berdosa, maka tidak mungkin Dia menanggung kematian sebagai ganti orang-orang lain. Meskipun demikian, supaya penghukuman-Nya membawa pembebasan bagi kita, perlu Dia terhitung di antara para penjahat (Yes 53:12).
    A. Demikianlah pengertianku.
  • 60. P. Dia disalibkan. Apakah hal ini mengandung makna khusus dibandingkan dengan pembunuhan dengan cara lain?
    A. Ya. Rasul pun menegaskannya, ketika ia berkata bahwa Dia digantung di kayu salib untuk mengalihkan kutuk kita kepada diri-Nya, agar kita dibebaskan dari kutuk itu (Gal 3:13). Sebab, kematian dengan cara itu terkutuk oleh Allah (Ula 21:23).
  • 61. P. Bagaimana? Bukankah penghinaan terhadap Tuhan Yesus bila kita berkata bahwa Dia telah menanggung kutuk, bahkan di hadapan Allah?
    A. Sama sekali tidak. Sebab, ketika Dia menerima kutuk itu, Dia meniadakannya, oleh kekuatan-Nya begitu rupa, sehingga Dia tetap direstui Allah agar kita dipenuhi-Nya dengan restu itu.
  • 62. P. Jelaskan apa yang berikut.
    A. Kematian merupakan kutuk, yang menimpa manusia karena dosa. Oleh sebab itu, Yesus Kristus telah menanggung kematian itu dan sambil menanggungnya Dia mengalahkannya. Dan untuk menunjukkan bahwa kematian-Nya benar-benar kematian, Dia mau diletakkan dalam kuburan, sama seperti manusia selebihnya.
  • 63. P. Akan tetapi, tampaknya kemenangan itu tidak membawa kebaikan apapun bagi kita, mengingat kita ini tetap mati.
    A. Kenyataan itu tidak menghalangi adanya hasil. Sebabl kini kematian orang percaya tidak lain ialah peralihan, yang membuat mereka memasuki kehidupan yang lebih jelas.
  • 64. P. Kesimpulannya ialah, kita tidak usah lagi takut akan kematian seakan-akan kematian itu mengerikan. Sebaliknya, kita perlu mengikut Kepala dan Panglima kita Yesus Kristus dengan sukarela. Dia telah mendahului kita dalam kematian bukan dengan maksud agar kita binasa olehnya, melainkan untuk menyelamatkan kita.
    A. Begitulah.
  • 65. P. Apa arti kata-kata yang ditambahkan, 'turun ke dalam kerajaan maut'?
    A. Dia tidak hanya mengalami kematian kodrat, yaitu pemisahan antara jiwa dan raga. Juga jiwa-Nya diliputi kegelisahan luar biasa, yang oleh Petrus disebut 'sengsara maut' (Kis 2:24).
  • 66. P. Sebab apa dan dengan cara apa hal itu terjadi?
    A. Agar Dia menghadap Allah untuk melakukan pelunasan atas nama orang berdosa, perlulah Dia merasakan kecemasan yang mengerikan itu dalam nurani-Nya, seolah-olah Dia ditinggallkan oleh Allah, bahkan seolah-olah Allah memurkai diri-Nya. Ketika berada dalam jurang itu, Dia berseru, 'Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' (Mat 27:46; Mar 15:34).
  • 67. P. Apakah Allah memang memurkai Dia?
    A. Tidak. Kendati demikian, perlulah Allah membuat Dia sengsara begitu, agar genaplah nubuat Yesaya, 'Dia diremukkan oleh tangan Bapa oleh karena dosa-dosa kita, dan Dia telah memikul kejahatan kita' (Yes 53:5 dan 1Pe 2:24).
  • 68. P. Akan tetapi, bagaimana mungkin Dia diliputi rasa takut yang begitu besar, seakan-akan Dia telah ditinggalkan oleh Allah, padahal Dia adalah Allah sendiri?
    A. Hal itu harus dipahami sebagai berikut. Dia berada dala keadaan yang melampaui batas itu menurut tabiat kemanusiaa-Nya. Untuk itu, selama beberapa waktu keallahan-Nya seakan-akan bersembunyi, artinya, tidak menyatakan kekuatannya.
  • 69. P. Akan tetapi, bagaimana bisa terjadi bahwa Yesus Kristus, keselamatan dunia, tertimpa oleh hukum itu?
    A. Dia tidak tertimpa olehnya untuk seterusnya. Sebab, serangan rasa ngeri tersebut tadi begitu rupa, sehingga Dia tidak tertindas olehnya. Sebaliknya, Dia bertempur melawan kuasa neraka, untuk mematahkan dan menghancurkannya.
  • 70. P. Dengan demikian tampak oleh kita perbedaan antara siksaan yang telah Dia derita dan yang dialami orang berdosa, yang dihukum oleh Allah dalam murka-Nya. Sebab, apa yang bersifat sementara di dalam Dia berlangsung untuk selamanya pada mereka itu. Dan apa yang bagi Dia hanya merupakan sengat yang menusuk, bagi mereka menjadi pedang yang melukai hati mereka hingga mati.
    A. Itulah. Sebab di tengah kecemasan yang begitu besar, Yesus Kristus tetap menaruh harapan pada Allah. Sebaliknya, orang berdosa yang kena hukuman Allah menjadi putus asa dan mendongkol kepada-Nya sampai-sampai menghujat Dia.
  • 71. P. Bukankah dari situ kita dapat menyimpulkan apa hasil yang kita peroleh dari kematian Yesus Kristus?
    A. Dapat. Pertama, kita melihat bahwa kematian itu adalah persembahan korban. Melaluinya Dia melakukan pelunasan bagi kita dalam penghukuman Allah, dan dengan cara itu Dia telah meredakan murka Allah terhadap kita dan mendamaikan kita dengan Dia. Kedua, darah-Nya adalah pembasuhan yang olehnya jiwa kita dibersihkan sehingga tidak tinggal noda satu pun. Akhirnya, oleh kematian itu dosa-dosa kita dihapuskan, sehingga Allah sama sekali tidak mengingatnya lagi dan surat utang yang mendakwa kita ditiadakan.
  • 72. P. Apakah kita tidak menarik manfaat lain lagi dari kematian itu?
    A. Sudah tentu. Jika kita benar-benar anggota Kristus, manusia lama kita disalibkan, daging kita dimatikan, supaya nafsu-nafsu jahat tidak lagi berkuasa dalam diri kita.
  • 73. P. Jelaskanlah pasal berikut.
    A. Pada hari ketiga Dia bangkit. Dengan perbuatan itu Dia menunjukkan kemenangan-Nya atas maut dan dosa. Sebab oleh kebangkitan-Nya Dia telah menelan maut, mematahkan belenggu iblis, dan menghancurkan seluruh kuasanya (1Pe 3:21).
  • 74. P. Dengan berapa cara kebangkitan itu bermanfaat bagi kita?
    A. Pertama, di dalamnya diperoleh kebenaran sepenuhnya bagi kita (Rom 4:24).
    Kedua, kebangkitan itu menjadi jaminan yang pasti bagi kita bahwa kita pun pada suatu waktu akan bangkit dalam ketidakfanaan yang mulia (1Ko 15:20-23). Ketiga, kalau kita benar-benar mengambil bagian di dalamnya, mulai kita bangkit dalam kebaruan hidup, untuk melayani Allah dan hidup suci menurut perkenan-Nya (Rom 6:4).
  • 75. P. Mari kita teuskan.
    A. 'Dia naik ke sorga'
  • 76. P. Apakah Dia naik begitu rupa, sehingga Dia tidak lagi berada di bumi?
    A. Benar. Sebab Dia telah melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan kepada-Nya oleh Bapa-Nya dan yang diperlukan demi keselamatan kita, maka tidak perlu lagi Dia tinggal di dunia ini.
  • 77. P. Apa manfaat kenaikan ke sorga itu bagi kita?
    A. Kenaikan itu bermanfaat ganda. Karena Yesus Kristus telah masuk ke sorga atas nama kita, sebagaimana Dia telah turun meninggalkan sorga demi kita, dia membukakan kita jalan masuk dan meyakinkan kita bahwa pintu yang telah tertutup bagi kita karena dosa kita kini terbuka bagi kita (Rom 6:8-11). Kedua, di situ Dia menghadap Sang Bapa, agar menjadi Jurusyafaat dan Pembela kita (Ibr 7:25).
  • 78. P. Akan tetapi, apakah kenaikan Yesus Kristus ke sorga berarti, Dia telah menjauh dari dunia begitu rupa, sehingga Dia tidak lagi bersama kita?
    A. Tidak. Hal itu bertentangan dengan ucapan-Nya, bahwa Dia akan menyertai kita hingga akhir zaman (Mat 28:20).
  • 79. P. Apakah kata-kata 'Aku menyertai kamu' berarti bahwa Dia hadir dengan cara badani?
    A. Tidak. Sebab lain tubuh-Nya, yang telah terangkat (Luk 24:51), lain kekuatan-Nya, yang tersebar di mana-mana (Kis 2:33).
  • 80. P. Bagaimana kaupahami kata-kata, 'duduk di sebelah kana Allah, Bapa-Nya'?
    A. Dia telah diberi kuasa sebagai Tuhan sorga dan bumi, agar Dia memerintah dan mengendalikan segala sesuatu (Mat 28:18).
  • 81. P. Akan tetapi, apa arti kata-kata 'sebelah kanan' dan 'duduk' yang dipakai di sini?
    A. Kata-kata itu merupakan kiasan, yang diambil dari contoh raja-raja di bumi, yang mendudukkan di sebelah kanannya mereka yang ditetapkannya sebagai wakilnya, untuk memerintah atas namanya.
  • 82. P. Jadi, pahammu tidak berbeda dengan perkataan Paulus, yakni bahwa Dia telah ditetapkan menjadi Kepala Gereja (Efe 1:22 dan Efe 4:15) dan ditinggikan di atas segala kerajaan, dan dikaruniai naman di atas segala nama (Fil 2:9)?
    A. Tidak.
  • 83. P. Teruskan lagi.
    A. 'Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.' Artinya, pada suatu kelak Dia akan tampil dari sorga untuk menghakimi, dengan cara yang sama seperti orang melihat Dia naik ke sorga (Kis 1:11).
  • 84. P. Penghukumna itu akan berlangsung pada akhir zaman, maka bagaimana engkau dapat berkata bahwa waktu itu akan ada yang hidup, sedangkan yang lain telah mati? Bukankah semua orang ditetapkan untuk mati satu kali saja (Ibr 9:27-28)?
    A. Rasul Paulus menjawab pertanyaan ini dengan berkata bahwa mereka yang pada waktu itu masih hidup akan diubah dalam sekejap mata, supaya kefanaan mereka ditiadakan dan tubuh mereka dibarui menjadi tidak dapat binasa (1Ko 15:52; 1Te 4:17).
  • 85. P. Jadi, menurut pengertianmu bagi mereka perubahan itu bagaikan kematian, sebab dalam peristiwa itu kodrat asli mereka akan diadakan dan mereka akan dibangkitkan dalam keadaan lain?
    A. Itulah.
  • 86. P. Apakah kenyataan bahwa pada suatu waktu Yesus Kristus akan datang untuk menghakimi dunia merupakan penghiburan bagi kita?
    A. Penghiburan yang luar biasa. Sebab kita yakin bahwa Dia akan tampil hanya demi keselamatan kita.
  • 87. P. Jadi, kita tidak perlu takut akan hukuman terakhir, sebab peris- tiwa itu tidak mengerikan bagi kita?
    A. Tidak. Sebab kita tidak usah menghadap seorang hakim selain Dia yang juga adalah Pembela kita dan yang telah menangani perkara kita untuk memperjuangkannya.
  • 88. P. Marilah kita memasuki bagian ketiga.
    A. Itu mengenai percaya kepada Roh Kudus.
  • 89. P. Apa manfaatnya bagi kita?
    A. Supaya kita memahami bahwa, sama seperti Allah telah membeli dan menyelamatkan kita di dalam Yesus Kristus, begitu pula oleh Roh Kudus-Nya Dia membuat kita mengambil bagian dalam penebusan dan keselamatan itu.
  • 90. P. Bagaimana caranya?
    A. Sebagaimana cara Yesus Kristus merupakan pembasuhan kita, begitu pula perlu Roh Kudus memerciki hati nurani kita dengannya supaya nurani itu dibasuh (1Pe 1:2).
  • 91. P. Masih diperlukan penjelasan yang lebih tegas.
    A. Artinya bahwa Roh Kudus, yangdiam dalam hati kita, membuat kita merasakan kekuatan Tuhan kita Yesus (Rom 5:5). Sebab Dia menerangi kita, agar kita mengenal karunia-karunia-Nya; Dia memeteraikannya dan menerakannya dalam jiwa kita dan memberinya tempat dalam diri kita (Efe 1:13). Dia membuat kita dilahirkan kembali dan menjadikan kita ciptaan baru (Tit 3:5). Dengan demikian, melalui Dia kita menerima semua kebaikan dan karunia yang disediakan bagi kita dalam Yesus Kristus.
  • 92. P. Yang berikut?
    A. Bagian keempat. Di sana dikatakan bahwa kita percaya adanya gereja yang am.
  • 93. P. Apa itu, Gereja am?
    A. Gereja Am itu adalah perhimpunan orang-orang percaya yang ditetapkan dan dipilih Allah akan menerima hidup kekal.
  • 94. P. Apakah perlu kita mengimani pasal ini?
    A. Tentu. Kalau tidak, kita menjadikan kematian Yesus Kristus sia-sia, bersama segala sesuatu yang telah dituturkan di atas, sebab buah yang dihasilkan olehnya ialah Gereja.
  • 95. P. Jadi, engkau berkata bahwa hingga saat ini yang menjadi pokok pembicaraan ialah sebab dan dasar keselamatan, yaitu bahwa, melalui Yesus Kristus, Allah telah menerima kita dengan penuh kasih, serta meneguhkan anugerah itu dalam diri kita oleh Roh Kudus-Nya. Sebaliknya, sekarang ditunjukkan hasil dan pelaksanaan semua itu, agar keyakinan tentangnya semakin kokoh?
    A. Begitulah.
  • 96. P. Apa artinya bila kaukatakan bahwa Gereja itu 'kudus'?
    A. Bahwa Allah membenarkan dan menyucikan mereka yang telah dipilih-Nya, agar mereka kudus dan tak bersalah, supaya kemuliaan-Nya bercahaya dalam diri mereka (Rom 8:30). Demikianlah Yesus Kristus, setelah membeli Gereja-Nya, menguduskannya juga, supaya Gereja itu mulai dan tidak bercela (Efe 5:25-27).
  • 97. P. Apa yang hendak diungkapkan dengan perkataan 'Katolik' atau 'Am'?
    A. Perkataan itu berarti bahwa, sebagaimana hanya ada satu Kepala orang- orang percaya (Efe 4:15), begitu pula mereka semua harus tetap bersatu dalam satu tubuh (1Ko 12:12, 27). Dengan demikian tidak ada sejumlah Gereja, tetapi satu Gereja saja, yang tersebar di seluruh dunia.
  • 98. P. Apa makna khusus kata-kata berikut, 'persekutuan orang kudus'?
    A. Tidak, selama Gereja itu masih berjuang di tengah dunia ini. Sebab masih tetap ada sisa-sisa kelemahan, yang tidak akan dihilangkan sampai Gereja itu disatukan sepenuhnya dengan Kepala nya, Yesus Kristus, yang telah menguduskannya.
  • 100. P. Dapatkan Gereja itu dikenal selain dengan percaya adanya Gereja itu?
    A. Memang ada Gereja Allah yang kelihatan, yang tanda pengenalnya telah diberitahukan-Nya kepada kita. Tetapi di sini yang menjadi pokok pembicaraan ialah perhimpunan orang yang terpilih oleh Allah untuk menyelamatkan mereka. Gereja itu tidak dapat sepenuh- nya dilihat dengan mata.
  • 101. P. Yang berikut?
    A. 'Aku percaya pengampunan dosa.'
  • 102. P. Apa arti kata 'pengampunan' menurut engkau?
    A. Allah, karena kebaikan-Nya yang cuma-cuma, mengampuni dan menghapuskan kesalahan orang-orang percaya milik-Nya, sehingga kesalahan itu sama sekali tidak diperhitungkan lagi di depan pengadilan-Nya untuk menghukum mereka karenanya.
  • 103. P. Apakah kita dapat menyimpulkan, kita tidak layak mendapat pengampunan Allah karena perbuatan kita sendiri melakukan pelunasan?
    A. Benar. Sebab Tuhan Yesus Kristus telah melakukan pembayaran untuknya dan menanggung hukuman atasnya. Adapun kita tidak dapat membawa imbalan apa pun, tetapi kita perlu mendapat pengampunan semua dosa kita oleh kemurahan Allah semata-mata.
  • 104. P. Mengapa pasal ini kautempatkan sesudah pasal tentang Gereja?
    A. Sebab, tidak seorang pun memperoleh pengampunan dosanya kecuali kalau sebelumnya ia dimasukkan menjadi anggota umat Allah, menekuni persatuan serta persekutuan dengan tubuh Kristus, dan dengan cara itu benar-benar menjadi anggota Gereja.
  • 105. P. Jadi, di luar Gereja hanya ada kutuk dan maut?
    A. Sudah pasti begitu. Sebab semua orang yang memisahkan dari persekutuan orang percaya untuk mendirikan bidat tersendiri, tidak dapat mengharapkan keselamatan selama mereka hidup terpisah.
  • 106. P. Yang berikut?
    A. 'Kebangkitan daging, dan hidup yang kekal.'
  • 107. P. Mengapa pasal ini dibubuhkan?
    A. Pasal ini dibubuhkan dengan maksud menunjukkan kepada kita bahwa kebagahiaan kita tidak terletak di bumi ini. Hal ini bertujuan ganda. Pertama, agar kita belajar berjalan melewati dunia ini bagaikan negeri asing sambil menganggap remeh semua perkara di bumi dan tidak menaruh perhatian padanya. Selanjutnya juga, supaya, meski hasil anugerah yang telah Tuhan sediakan bagi kita dalam Yesus Kristus belum tampak oleh kita, kita tidak patah semangat, tetapi menantikannya dengan sabar, hingga waktu penyataannya.
  • 108. P. Bagaimana kebangkitan itu akan berlangsung?
    A. Mereka yang telah meninggal dunia sebelumnya akan mengenakan kembali tubuh mereka, kendati tubuh itu akan bersifat lain, yaitu tidak tunduk lagi pada kefanaan dan kebinasaan, meski zatnya tetap sama. Dan mereka yang masih hidup akan dibangkitkan Allah dengan cara ajaib, dengan perubahan mendadak yang telah disebut di atas (1Ko 15:52).
  • 109. P. Bukankah kebangkitan itu akan sama-sama dialami oleh orang jahat dan orang baik?
    A. Benar, tetapi dalam keadaan yang jauh beda. Sebab kelompok yang satu akan bangkit untuk menerima keselamatan dan kesukaan, sedangkan yang lain untuk menerima hukuman dan kematian (Yoh 5:29; Mat 25:46).
  • 110. P. Kalau begitu, mengapa pasal ini hanya menyebut hidup yang kekal, bukan juga neraka?
    A. Sebab dalam iktisar ini hanya dicantumkan apa yang termasuk hal-hal yang secara khusus menghibur nurani orang percaya; di dalamnya hanya dituturkan kebaikan-kebaikan yang Allah berikan kepada para hamba-Nya. Maka orang-orang fasik, yang tidak boleh masuk ke dalam Kerajaan-Nya, tidak disebut-sebut di sini.
  • 111. P. Kini kita telah memiliki dasar tumpuan iman. Maka bukankah kita bisa saja menyimpulkan darinya apa itu iman sejati?
    A. Bisa. Yakni, pengetahuan yang pasti dan kokok tentang kasih Allah terhadap kita, sebagaimana melalui Injil-Nya Dia menyata- kan diri sebagai Bapa dan Penyelamat kita dengan perantaraan Yesus Kristus.
  • 112. P. Dapat kita memiliki iman itu dari kita sendiri, atau datangnya dari Allah?
    A. Alkitab mengajar kepada kita bahwa iman merupakan karunia khusus Roh Kudus. Hal itu juga dibuktikan oleh pengalaman.
  • 113. P. Bagaimana?
    A. Sebab daya paham kita begitu lemah, sehingga tidak sanggup memahami hikmat rohani Allah yang dinyatakan kepada kita oleh iman, dan hati kita cenderung tidak percaya, atau percaya secara keliru yaitu menaruh kepercayaan pada diri kita sendiri atau pada makhluk-makhLuk Sebaliknya, Roh Kudus menerangi kita untuk menjadikan kita sanggup memahami apa yang tidak dapat kita mengerti dengan cara lain. Dan Dia membuat keyakinan kita semakin kokoh, dengan memeteraikan dan menerakan janji-janji keselamatan di dalam hati kita.
  • 114. P. Kebaikan apa yang iman itu hasilkan bagi kita, bila kita memilikinya?
    A. Iman itu menjadikan kita benar di hadapan Allah, sehingga kita memperoleh hidup yang kekal.
  • 115. P. Bagaimana? Bukankah manusia dibenarkan oleh perbuatan baik, dengan hidup suci dan menurut kehendak Allah?
    A. Seandainya terdapat seseorang yang begitu sempurna, sesungguhnyalah ia boleh disebut benar. Tetapi karena kita semua orang berdosa yang malang, kita perlu mencari di tempat lain sesuatu yang membuat kita layak, agar kita sanggup memberi pertanggungjawaban di depan pengadilan Allah.
  • 116. P. Apakah semua perbuatan kita betul-betul begitu keji, sehingga tidak mungkin perbuatan itu menjadikan kita layak mendapat anugerah di hadapan Allah?
    A. Pertama, semua perbuatan yang kita lakukan dari kodrat kita sendiri bersifat bejat, dan karena itu tidak dapat berkenan kepada Allah; sebaliknya, semuanya dihukum oleh-Nya.
  • 117. P. Jadi, kaukatakan bahwa sebelum Allah menerima dan menganugerahi kita, kita tidak dapat tidak berdosa, sebagaimana pohon jahat hanya menghasilkan buah yang jahat (Mat 7:17)?
    A. Begitulah. Meski perbuatan kita tampak bagus dari luar, namun jahat adanya, sebab hari buruk, dan hati itulah yang dilihat Allah.
  • 118. P. Jadi, engkau menarik kesimpulan bahwa tidak mungkin kita mendahului Allah dengan amal kita sehingga Dia terdorong melakukan kebaikan kepada kita, bahkan bahwa kita hanya menimbulkan kemarahan-Nya terhadap kita?
    A. Benar. Namun, saya berkata bahwa tidak kemurahan-Nya dan kebaikan hati-Nya, tanpa memperhatikan perbuatan kita dengan cara apa pun, dia menyenangi kita dalam Yesus Kristus sambil memperhitungkan kebenaran- Nya kepada kita dan tidak menanggungkan kesalahan kita kepada kita (Tit 3:5-7).
  • 119. P. Maka bagaimana maksudnya bila engkau berkata bahwa manusia dibenarkan oleh iman?
    A. Bahwa dengan jalan percaya dan menerima janji-janji Injil dengan sepenuh hati, kita menjadi pemilik kebenaran itu.
  • 120. P. Jadi, menurut lpengertianmu, sebagaimana Allah menawarkannya melalui Injil, begitu juga cara menerimanya ialah iman?
    A. Ya.
  • 121. P. Akan tetapi, bukankah, setelah Allah menerima kita, perbuatan yang oleh anugerah-Nya kita lakukan menyenangkan Dia?
    A. Benar, sebab Dia menerimanya dengan penuh kemurahan, bukan karena perbuatan itu sendiri layak diterima.
  • 122. P. Bagaimana? Apakah perbuatan itu tidak layak diterima, padahal datangnya dari Roh Kudus?
    A. Tidak. Sebab perbuatan itu selalu dihinggapi salah satu kelemahan daging kita, yang mengotorinya.
  • 123. P. Jadi, apa cara membuat perbuatan itu menyenangkan Dia?
    A. Jika perbuatan itu dilakukan dalam iman. Artinya, orang yang melakukannya harus yakin dalam nuraninya bahwa Allah tidak akan memeriksanya dengan ketat, tetapi akan memandangnya sempurna sebab Dia menutupi ketidaksempurnaan dan nodanya dengan kesucian Yesus Kristus.
  • 124. P. Apakah karena itu kita hendak berkata bahwa seorang Kristen dibenarkan oleh perbuatannya, setelah Allah memanggilnya? Atau bahwa perbuatannya menjadikan dia layak dikasihi Allah, sehingga ia beroleh keselamatan?
    A. Tidak. Sebaliknya, ada tertulis bahwa tidak seorang pun yang benar di hadapan-Nya (Maz 143:2). Karena itu, kita harus berdoa agar Dia jangan berperkara dengan kita.
  • 125. P. Apakah karena itu engkau berpendapat bahwa perbuatan orang percaya tidak berguna?
    A. Tidak. Sebab Allah berjanji hendak memberi imbalan yang berlimpah, bauk di dunia ini maupun dalam Firdaus. Tetapi semua it berpangkal pada yang ini: Dia mengasihi kita meski tidak ada alasan dalam diri kita, dan menguburkan semua kesalahan kita, untuk tidak mengingatnya lagi.
  • 126. P. Akan tetapi, dapatkah kita memiliki iman yang membenarkan tanpa melakukan perbuatan baik?
    A. Hal itu mustahil. Sebab percaya kepada Yesus Kristus berarti, menerima Dia sebagaimana Dia memberikan diri-Nya kepada kita. Tetapi Dia tidak hanya berjanji akan membebaskan kita dari maut dan membuat kita mendapat kembali anugerah Allah, Bapa-Nya, karena Dia bebas dari segala kesalahan, tetapi juga akan melahirkan kita kembali oleh Roh-Nya, untuk membuat kita hidup suci.
  • 127. P. Jadi, iman tidak membuat kita bersikap acuh tak acuh terhadap perbuatan baik, bahkan merupakan akar yang menghasilkannya?
    A. Begitulah. Dan karena itu ajaran Injil tercantum dalam kedua hal ini, yakni iman dan pertobatan.
  • 128. P. Apa itu pertobatan?
    A. Pertobatan adalah rasa benci terhadap kejahatan dan cinta akan kebaikan, yang berasal dari takut akan Allah dan yang mendorong kita untuk mematikan daging kita, supaya kita diperintah oleh Roh Kudus dan dibimbing oleh-Nya menuju ke pengapdian kepada Allah.
  • 129. P. Jadi, pertobatan itu merupakan yang kedua di antara unsur-unsur kehidupan Kristen yang telah kita singgung?[1]
    A. Benar, dan kami telah berkata bahwa pengabdian yang benar dan sah ialah mematuhi kehendak-Nya.
  • 130. P. Mengapa?
    A. Karena Dia mau dilayani bukan dengan cara yang kita rekakan, melainkan dengan cara yang berkenan kepada-Nya. HUKUM ALLAH
  • HUKUM ALLAH

  • 131. P. Apa pedoman yang telah diberikan-Nya kepada kita untuk memerintah kita?
    A. Hukum-Nya.
  • 132. P. Apa yang tercantum di dalamnya?
    A. Hukum itu terbagi dua. Dalam bagian pertama tercantum empat perintah, dalam yang kedua enam; maka jumlahnya sepuluh.
  • 133. P. Siapa yang mengadakan pembagian itu?
    A. Allah sendiri. Dia telah memberikan hukum itu secara tertulis kepada Musa, terbagi atas dua loh batu, dan Dia menyatakan bahwa isinya terdiri dari sepuluh firman (Kel 32:15 dan Kel 34:29; U1. 4:13 dan Ul 10:1).
  • 134. P. Pokok apa yang dibahas dalam loh pertama
    A. Loh pertama itu menyangkut cara yang benar menghormati Allah.
  • 135. P. Dan pokok loh kedua?
    A. Bagaimana seharusnya kita bergaul dengan sesama kita dan apa kewajiban kita terhadap mereka.
  • 136. P. Tuturkan hukum yang pertama.
    A. 'Dengarlah Israel, Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku.' (Kel 20:2, 3).
  • 137. P. Jelaskan artinya.
    A. Permulaannya seakan-akan merupakan mukadimah seluruh Hukum. Sebab dengan menyebut nama-Nya, TUHAN' dan Pencipta dunia, Dia menuntut wewenang memerintah; sesudah itu Dia berkata bahwa Dia Allah kita, untuk membuat kita mengasihi hukum-Nya. Sebab, jika Dia adalah Penyelamat kita, pantaslah kita menjadi umat-Nya yang patuh.
  • 138. P. Bukankah apa yang dikrtakan-Nya sesudahnya tentang pembebasan dari tanah Mesir diarahkan secara khusus kepada bangsa Israel?
    A. Benar, kalau diartikan secara harfiah. Tetapi hal itu juga menyangkut kita semua secara umum, sebab Dia telah membebaskan jiwa kita dari tahanan rohani dalam dosa, dan dari kuasa lalim si iblis.
  • 139. P. Mengapa hal itu disebut-Nya pada permulaan hukum-Nya?
    A. Untuk memperingatkan kita bahwa kita wajib mengikuti kehendakNya, dan bahwa kita sangat tidak tahu berterima kasih bila kita berbuat yang berlawanan dengannya.
  • 140. P. Maka apa yang pada pokoknya Dia tuntut dalam hukum pertama ini?
    A. Agar kita memberi penghormatan yang pantas diberikan kepada-Nya hanya kepada Dia, dan tidak mengalihkannya ke sesuatu yang lain.
  • 141. P. Apa penghormatan yang seharusnya diberikan kepada-Nya?
    A. Menyembah Dia saja, berseru kepada-Nya, menaruh kepercayaan kita pada- Nya, dan hal-hal serupa yang sesuai dengan keagungan-Nya.
  • 142. P. Mengapa dikatakan-Nya, 'di hadapan-Ku'?
    A. Sebab, Dia melihat dan mengetahui segala sesuatu, dan menilai pikiran manusia yang rahasia pun. Artinya, Dia mau diakui sebagai Allah, tidak hanya dengan pengakuan lahiriah, tetapi juga dengan hati yang ikhlas dan penuh kasih.
  • 143. P. Katakanlah hukum yang kedua.
    A. 'Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.'
  • 144. P. Apakah Dia hendak melarang sama sekali membuat patung apa pun?
    A. Tidak. Tetapi Dia melarang membuat patung apa pun untuk menggambarkan Allah, atau untuk disembah. 168 (V) Katekismus Jenewa
  • 145. P. Mengapa orang sama sekali tidak boleh membuat gambar Allah yang kelihatan?
    A. Sebab sama sekali tidak ada kesesuaian antara Dia, Roh Abadi, yang tidak terpahami, dengan bahan jasmani, mati, yang dapat binasa, dan kelihatan (Ula 4:15; Yes 41:7; Rom 6 dan Rom 7; Kis 17:24-25).
  • 146. P. Jadi, menurut pengertianmu, membuat gambar-Nya dengan cara itu adalah menghina keagungan-Nya?
    A. Benar.
  • 147. P. Jenis penyembahan apa yang dihukum di sini?
    A. Berdiri di hadapan sebuah gambar untuk memanjatkan doa, berlutut di depannya, atau memberi tanda penghormatan yang lain, seolah-olah di tempat itu Allah memperlihatkan diri-Nya kepada kita.
  • 148. P. Jadi, tidak perlu mengartikan hukum ini seakan-akan setiap patung atau lukisan dilarang secara umum? Yang dilarang hanyalah patung-patung yang dibuat untuk beribadah kepada Allah atau untuk menghormati Dia dalam benda-benda yang kasatmata, atau untuk menjadikannya patung berhala, dengan cara apa pun juga?
    A. Begitulah.
  • 149. P. Ke tujuan apa kita mengarahkan hukum ini?
    A. Dalam hukum pertama, Allah telah menyatakan bahwa hanya Dialah yang harus disembah, dan bukan allah lain. Begitu pula di sini Dia menunjukkan caranya yang tepat, untuk menjauhkan kita dari segala macam takhayul dan cara-cara daging.
  • 150. P. Marilah kita maju terus.
    A. Dia menambahkan ancaman: bahwa Dia, TUHAN, Allah kita, kuat, cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Dia.
  • 151. P. Mengapa disebut-Nya kekuatan-Nya?
    A. Untuk menyatakan bahwa Dia sanggup mempertahankan kemuliaanNya.
  • 152. P. Apa yang ditandakan-Nya dengan kata 'cemburu'?
    A. Bahwa Dia tidak mau disekutukan. Dia telah memberikan diri-Nya kepada kita karena kebaikan-Nya yang tak terhingga, maka Dia menghendaki agar kita seluruhnya milik Dia. Mengabdikan diri kepada Dia, berbakti kepada- Nya, itulah kesucian jiwa kita. Di pihak lain, berpaling ke salah satu takhayul adalah perzinaan rohani.
  • 153. P. Bagaimana seharusnya diartikan bahwa Dia 'membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya'?
    A. Untuk membuat kita lebih takut, Dia berkata, Dia tidak hanya akan membalas dendan kepada mereka yang menyakiti hati-Nya, tetapi keturunan mereka akan terkutuk pula.
  • 154. P. Bukankah hal itu bertentangan dengan keadilan Allah, yakni menghukum seorang karena kesalahan orang lain?
    A. Bila kita memperhatikan keadaan umat manusia, persoalan ini segera selesai. Sebab, menurut kodrat kita, kita semua terkutuk, dan kita tidak boleh mengeluh tentang Allah sekiranya Dia membiarkan kita tetap dalam keadaan kita sekarang. Maka, sebagaimana Dia menunjukkan rahmat-Nya dan kasih-Nya kepada para pelayan-Nya dengan memberkati anak-anak mereka, begitu pula Dia memperlihatkan dendam-Nya terhadap orang jahat bila keturunan mereka dibiarkan-Nya dalam keadaan terkutuk.
  • 155. P. Apa yang Dia katakan lagi?
    A. Untuk merangsang kita juga dengan kelembutan, Dia berkata bahwa Dia menunjukkan kasih setia kepada seribu angkatan, yaitu mereka yang mengasihi Dia dan yang berpegang pada perintah-perintah-Nya.
  • 156. P. Apakah maksudnya bahwa kepaturan orang percaya akan menyelamatkan seluruh keturunannya, kendati mereka jahat?
    A. Tidak. Akan tetapi, Dia akan membentangkan kebaikan-Nya kepada orang percaya begitu jauh, sehingga karena kasih setia-Nya terhadap mereka Dia akan memperkenalkan diri kepada anak-anak mereka, dan tidak hanya menyejahterakan mereka secara jasmani, tetapi juga menguduskan mereka oleh Roh Kudus-Nya, untuk membuat mereka patuh pada kehendak-Nya.
  • 157. P. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku untuk selamanya.
    A. Memang tidak untuk selamanya. Sebagaimana Tuhan tetap mempertahankan kebebasan-Nya untuk berbelas kasihan kepada anak-anak orang jahat, begitu pula di pihak lain Dia tetap dapat memilih atau menolak orang- orang tertentu di antara keturunan orang percaya sekehendak hatiNya (Rom 9:15-22). Meskipun demildan, Dia melakukannya begitu rupa, sehingga orang dapat mengetahui bahwa janji itu tidak hampa atau sia-sia (Rom 2:6-10).
  • 158. P. Mengapa di sini dikatakan-Nya 'seribu angkatan', sedangkan dalam ancaman-Nya Dia hanya menyebut tiga atau empat?
    A. Untuk menunjukkan bahwa Dia lebih condong memakai kebaikan dan kelembutan daripada kekerasan dan kekejaman, sesuai dengan pernyataan- Nya bahwa Dia cenderung menunjukkan kebaikan dan tidak cepat murka (Kel 34:6-7; Maz 103:8).
  • 159. P. Marilah kita terus ke hukum yang ketiga.
    A. 'Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan.'
  • 160. P. Apa artinya?
    A. Hukum itu melarang kita menyalahgunakan nama Allah, baik dalam sumpah palsu maupun dengan mengucapkan sumpah yang tidak perlu dan sia-sia.
  • 161. P. Apakah orang boleh saja memakai nama Allah dalam sumpah?
    A. Boleh, yaitu dalam sumpah yang memang dibutuhkan, artinya, untuk menegakkan kebenaran bilamana perlu, dan untuk memelihara kasih dan persekutuan antara kita.
  • 162. P. Apakah hukum ini hanya bermaksud hendak mencegah sumpah yang merupakan penghinaan Allah?
    A. Melalui satu contoh, hukum ini mengajar kita secara umum agar kita tidak pernah mengemukakan nama Allah selain dengan rasa takut dan rendah hati, dengan maksud memuliakan Dia. Sebab Dia kudus dan agung, kita harus menjaga jangan sampai kita mengucapkannya dengan cara yang membuat orang mengira kita memandangnya remeh atau memberi alasan untuk menistanya.
  • 163. P. Bagaimana hal itu dilakukan?
    A. Bila kita tidak memakai nama Allah dalam pikiran atau perkataan kita, dan tidak berpikir atau berbicara mengenai perbuatan-Nya selain dengan hormat dan untuk memuji Dia.
  • 164. P. Apa yang menyusul?
    A. Menyusullah ancaman, yaitu bahwa Dia akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
  • 165. P. Di tempat lain Dia telah menyatakan secara umum bahwa Dia akan menghukum semua orang yang melanggar hukum-Nya; apa yang tercantum di sini di luar itu?
    A. Dengan cara ini Dia hendak memberitahukan betapa Dia anggap penting kemuliaan nama-Nya dihormati, sambil mengatakan dengan tegas bahwa Dia tidak akan membiarkan orang menghinanya, supaya kita lebih rajin menaruh hormat kepadanya.
  • 166. P. Marilah kita sampai pada hukum yang keempat.
    A. 'Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu: maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki- laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu, atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Dia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.'
  • 167. P. Apakah Dia memerintahkan orang bekerja enam hari seminggu dan beristirahat pada hari ketujuh?
    A. Perintah itu tidak bersifat mutlak. Tetapi sementara Dia mengizinkan orang bekerja selama enam hari, Dia menyisihkan yang ketujuh; pada hari itu orang tidak boleh berusaha.
  • 168. P. Jadi, Dia melarang kita melakukan usaha apa pun satu hari seminggu?
    A. Dalam arti tertentu, hukum ini bersifat khusus. Sebab, kepatuhan terhadap perintah beristirahat itu termasuk upacara-upacara hukum larva. Oleh karena itu, pada waktu kedatangan Yesus Kristus perintah itu dihapuskan.
  • 169. P. Apakah engkau hendak mengatakan bahwa hukum ini secara khusus menyangkut orang Yahudi, dan diberikan untuk zaman Perjanjian Lama?
    A. Benar, sejauh hukum ini bersifat upacara.
  • 170. P. Bagaimana? Apakah dalam hukum ini ada sesuatu selain upacara?
    A. Hukum ini diberikan karena tiga alasan.
  • 171. P. Alasan apa?
    A. Untuk melambangkan istirahat rohani, demi tata tertib gerejawi, dan untuk menghibur para hamba.'
  • 172. P. Apa istirahat rohani itu?
    A. Berhenti berkarya sendiri, supaya Tuhan berkarya dalam diri kita.
  • 173. P. Bagaimana kita berbuat demikian?
    A. Dengan mematikan daging kita, artinya, menyangkal kodrat kita supaya Allah memerintah kita oleh Roh-Nya.
  • 174. P. Apakah hal itu hanya perlu dilakukan satu hari seminggu?
    A. Hal itu perlu dilakukan terus-menerus. Sebab setelah kita memulainya, kita perlu meneruskan sepanjang hidup.
  • 175. P. Maka mengapa ditetapkan hari tertentu untuk melambangkan hal itu?
    A. Lambang itu tidak perlu seluruhnya sama dengan kenyataan; cukuplah kalau agak mirip.'
  • 176. P. Mengapa hari ketujuh yang ditetapkan dan bukan hari lain?
    A. Dalam Alkitab, angka tujuh mengandung arti kesempurnaan. Maka angka itu cocok untuk mengungkapkan kelanggengan. Juga, olehnya kita diperingatkan bahwa selama hidup sekarang ini istirahat rohani kita baru mulai dan tidak akan sempurna sebelum kita meninggalkan dunia ini.
  • 177. P. Akan tetapi, apa makna alasan yang di sini dikemukakan oleh Tuhan kita, yaitu bahwa kita perlu beristirahat sebagaimana Dia telah beristirahat?
    A. Setelah menciptakan semua karya-Nya dalam enam hari, Dia mengkhususkan yang ketujuh untuk menyimaknya. Dan agar kita lebih terdorong untuk berbuat begitu, Dia menyebut contoh-Nya sendiri. Sebab yang paling perlu kita inginkan ialah menjadi serupa dengan Dia.
  • 178. P. Apakah orang harus senantiasa merenungkan karya Allah, atau cukuplah satu hari seminggu?
    A. Hal itu harus dilakukan tiap-tiap hari. Tetapi karena kelemahan kita ditetapkan satu hari secara khusus. Itulah tata tertib yang kusebut tadi.(2)
  • 179. P. Apa aturan yang perlu orang pegang pada hari itu?
    A. Bahwa umat berkumpul untuk diberi pelajaran mengenai kebenaran Allah, melakukan doa-doa bersama, dan mengikrarkan pengakuan iman serta agamanya.
  • 180. P. Apa maksudmu ketika engkau berkata bahwa hukum ini diberikan pula untuk menghibur para hamba?
    A. Untuk memberikan kesempatan bersantai sebentar kepada mereka yang berada di bawah kuasa orang lain. Dan hal ini berguna juga bagi ketertiban umum. Sebab jika ada satu hari istirahat maka tiap-tiap orang membiasakan diri untuk bekerja pada waktu yang lain.'
  • 181. P. Marilah kini kita mengatakan apa pesan hukum ini bagi kita.
    A. Sejauh menyangkut upacaranya, hukum ini telah dihapuskan (Kol 2:16). Sebab, kita telah memiliki penggenapannya dalam Yesus Kristus.
  • 182. P. Bagaimana?
    A. Manusia lama kita telah disalibkan oleh kekuatan kematian-Nya, dan oleh kebangkitan-Nya kita bangkit dalam hidup yang baru (Rom 6:6).
  • 183. P. Jadi, apa di dalamnya yang tetap tinggal bagi kita?
    A. Bahwa kita mematuhi aturan yang telah ditetapkan di dalam gereja, untuk mendengarkan Firman Tuhan, turut melakukan doa-doa bersama dan merayakan sakramen-sakramen. Dan bahwa kita tidak bertindak berlawanan dengan ketertiban rohani yang berlaku dalam lingkungan orang-orang percaya.
  • 184. P. Dan lambang itu ddak membawa manfaat apa-apa bagi kita?
    A. Benar begitu. Sebab kita harus kembali dari lambang itu ke kenyataan yang diungkapkan olehnya, yaitu bahwa sebagai anggota sejati tubuh Kristus kita meninggalkan perbuatan kita sendiri dan menyerahkan diri kita kepada-Nya agar Dia memerintah kita.
  • 185. P. Marilah kita sampai pada loh kedua.
    A. 'Hormatilah ayahmu dan ibumu.'
  • 186. P. Apa arti 'menghormati' menurut engkau?
    A. Bahwa anak-anak bersifat sopan dan taat pada ayah dan ibu mereka, menaruh hormat dan takzim kepada mereka, membantu mereka, dan mematuhi perintah-perintah mereka, sebagaimana sepatutnya mereka lakukan.
  • 187. P. Lanjutkan.
    A. Pada hukum ini Allah membubuhkan janji, dengan mengatakan, 'supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu'.
  • 188. P. Apa artinya?
    A. Bahwa Allah akan memberikan umur panjang kepada mereka yang menghormati ayah dan ibu mereka sebagaimana mestinya.
  • 189. P. Kehidupan ini penuh sengsara. Maka bagaimana Allah menyatakan kepada manusia bahwa Dia akan memberinya hidup panjang, seolah-olah hal itu merupakan anugerah?
    A. Semalang apa pun kehidupan di bumi ini, hidup ini merupakan pemberian Allah kepada orang yang setia. Salah satu sebabnya ialah, dengan memelihara dia sehingga hidup terus, Allah memperlihatkan kepadanya kasih-Nya sebagai seorang bapa.
  • 190. P. Apakah kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebaliknya orang yang mati pada waktu masih muda terkutuk oleh Allah?
    A. Tidak. Bahkan, kadang-kadang Tuhan mengambil lebih cepat dari dunia ini mereka yang paling dikasihi-Nya.
  • 191. P. Bagaimana Dia menepati janji-Nya bila Dia berbuat begitu?
    A. Segala janji Allah berhubung dengan harta duniawi barns kita anggap bersyarat, yaitu berlaku sejauh berguna bagi keselamatan rohani kita. Sebab kurang baiklah sekiranya keselamatan itu tidak diutamakan terus.
  • 192. P. Dan bagaimana halnya mereka yang mendurhaka terhadap ayah dan ibunya?
    A. Allah akan menghukum mereka pada hari penghakiman, tetapi Dia akan membalaskannya juga kepada kehidupan jasmani mereka, dengan membuat mereka mati sebelum usia mereka genap, atau dengan cara yang nista, atau dengan salah satu cara lain.
  • 193. P. Apakah dalam janji ini Dia secara khusus berbicara mengenai tanah Kanaan?
    A. Ya, sejauh halnya menyangkut bani Israel. Tetapi dewasa ini kita harus mengartikan perkataan ini secara lebih umum. Sebab apa pun negeri kediaman kita, Dialah yang empunya bumi, dan di bumi itu diberikanNya kepada kita tempat pemukiman kita (Maz 24:1, 89:12; Maz 115:16).
  • 194. P. Apakah itu saja seluruh isi hukum ini?
    A. Kendati yang disebut hanya ayah dan ibu, itu harus diartikan sebagai 'semua atasan', sebab alasannya sama.
  • 195. P. Apa alasan itu?
    A. Bahwa Allah telah mengangkat mereka ke tempat keutamaan. Sebab tidak ada kekuasaan, apakah itu kekuasaan ayah atau raja atau atasan apa pun yang lain, yang tidak ditetapkan oleh Allah (Rom 13:1).
  • 196. P. Katakanlah hukum yang keenam.
    A. 'Jangan membunuh.'
  • 197. P. Apakah hukum ini melarang juga hal-hal lain selain menjadi pembunuh?
    A. Benar begitu. Allahlah yang berfirman, maka hukum yang Dia berikan itu berlaku tidak hanya berkenaan dengan perbuatan kita yang lahiriah, tetapi terutama juga dengan perasaan hati kita.
  • 198. P. Jadi, menurut engkau ada semacam pembunuhan batin, yang di sini dilarang oleh Allah?
    A. Benar, yaitu kebencian dan kedengkian, dan hasrat merugikan sesama kita.
  • 199. P. Apakah cukup kalau kita tidak membenci dan tidak berperasaan buruk?
    A. Tidak. Sebab, dengan menghukum kebencian, Allah menjelaskan bahwa Dia menuntut supaya kita mengasihi sesama kita dan berupaya demi keselamatan mereka, dan supaya kita melakukan semua itu dengan hati yang ikhlas, tanpa berpura-pura.
  • 200. P. Katakanlah hukum yang ketujuh.
    A. 'Jangan berzina.'
  • 201. P. Apa inti pokoknya?
    A. Bahwa Allah mengutuk segala perbuatan zina; karena itu kita harus menghindari perbuatan itu agar kita tidak membangkitkan murka-Nya terhadap diri kita.
  • 202. P. Bukankah hukum ini menuntut juga hal lain?
    A. Kita harus senantiasa memperhatikan sifat Pemberi Hukum. Dia tidak hanya melihat perbuatan lahiriah, tetapi meminta pula perasaan hati.
  • 203. P. Maka apa cakupan hukum ini?
    A. Badan dan jiwa kita adalah Bait Roh Kudus (1Ko 3:16 dan 1Ko 6:15; 2Ko 6:16). Sebab itu, kita harus menjaga agar keduanya tetap sopan, dan kita harus hidup suci, tidak hanya sejauh menyangkut perbuatan kita, tetapi juga dalam keinginan, perkataan, dan isyarat kita. Maka dalam diri kits tidak boleh ada bagian yang dinodai oleh apa yang tidak senonoh.
  • 204. P. Marilah kita sampai pada hukum yang kedelapan.
    A. 'Jangan mencuri'.
  • 205. P. Apakah hukum ini hanya mengandung larangan terhadap pencurian yang dihukum lewat peradilan, atau mempunyai cakupan lebih luas?
    A. Hukum ini mencakup semua praktik jahat dan cara tidak wajar merebut harta milik sesama kita, apakah dengan kekerasan, atau dengan tipu daya, atau dengan cara lain apa pun yang tidak dibenarkan oleh Allah.
  • 206. P. Sudah cukupkah kalau kita menghindari perbuatannya? Apakah keinginan termasuk juga?
    A. Kita barus selalu kembali ke pedoman ini: sebab Pemberi Hukum bersifat rohani, perkataan-Nya tidak hanya menyangkut pencurian lahiriah, tetapi juga upaya, kemauan, dan pertimbangan yang bermaksud hendak memperkaya diri kita dengan mengorbankan kepentingan sesama kita.
  • 207. P. Jadi, apa yang diperlukan?
    A. Berupaya supaya tiap orang tetap memegang harta miliknya sendiri.
  • 208. P. Apa hukum yang kesembilan?
    A. 'Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu'.
  • 209. P. Apakah hukum ini melarang kita mengucapkan sumpah palsu di pengadilan, atau melarang secara umum berdusta kepada sesama kita?
    A. Dengan memberi contoh, hukum ini mengemukakan ajaran umum, yaitu bahwa kita tidak boleh mengata-ngatai sesama kita dengan tak berdasar, dan tidak boleh merusak harta milik serta nama baiknya dengan fitnahan dan dusta kita.
  • 210. P. Apa sebabnya hukum ini menonjolkan sumpah palsu di depan umum?
    A. Agar kita lebih menjijikkan kejahatan mengata-ngatai dan memfitnah itu. Sebab dengan cara ini Dia menunjukkan bahwa barang siapa membiasakan diri memfitnah dan menjelek-jelekkan sesamanya segera juga akan mengucapkan sumpah palsu dipengadilan.
  • 211. P. Apakah hukum ini hanya melarang perkataan jelek, atau mencakup juga pikiran yang jelek?
    A. Baik yang satu maupun yang lain, sesuai dengan pedoman tersebut di atas. Sebab, apa yang buruk kalau kita melakukannya di depan manusia, buruk juga kalau kita menghendakinya di depan Allah.
  • 212. P. Maka tuturkan makna hukum ini dengan singkat.
    A. Hukum ini mengajarkan kepada kita tidak mudah menilai negatif atau, fitnah sesama kita, tetapi lebih suka menghargai sesama kita sejauh hal itu sesuai dengan kebenaran, dan melindungi nama baik mereka dalam bicara kita.
  • 213. P. Marilah kita sampai pada hukum yang terakhir.
    A. 'Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu'.
  • 214. P. Sebagaimana telah kaukatakan, seluruh Hukum bersifat rohani, dan hukum- hukum lain mau mengatur baik perbuatan lahiriah maupun perasaan hati. Maka apa lagi yang hendak dinyatakan di sini?
    A. Melalui hukum-hukum lain Tuhan hendak mengendalikan perasaan dan kemauan kita. Di sini Dia hendak mengekang juga pikiran kita yang memang membawa serta keinginan dan hasrat yang tertentu, namun belum sampai menjadi niat hati.
  • 215. P. Apakah pada hematmu godaan paling kecil pun yang muncul dalam pikiran seseorang percaya adalah dosa, meski ia melawan dan sekali-kali tidak menyetujuinya?
    A. Sudah pasti bahwa semua pikiran jahat berasal dari kelemahan daging kita, kendati tidak disetujui. Tetapi kukatakan bahwa yang dimaksud hukum ini ialah keinginan-keinginan yang menggelitik dan merangsang hati manusia meski tidak sampai rencana yang matang.
  • 216. P. Jadi, kaukatakan bahwa perasaan hati yang jahat, yang membawa serta niat yang sudah putus, telah dihukum di atas ini, tetapi bahwa di sini Tuban menuntut ketulusan had yang begitu besar, sehingga nafsu jahat apa pun tidak masuk ke dalam hati ki ta untuk menggerakkan dan mendorongnya pada yang jahat?
    A. Begitulah.
  • 217. P. Apakah kini kita bisa membuat ikhtisar seluruh Hukum?
    A. Bisa, dengan menyederhanakannya menjadi dua pasal. Yang pertama adalah, bahwa kita harus mengasihi Allah kita dengan segenap hati kita, dengan segenap jiwa kita, dan dengan segenap kekuatan kita. Dan yang lain, bahwa kita hams mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri.
  • 218. P. Apa yang tercantum dalam kasih kepada Allah?
    A. Bahwa kita mengasihi Dia sebagaimana mestinya Allah dikasihi, yaitu dengan menerima Dia sebagai Tuhan, Yang Empunya kita, Penyelamat, dan Bapa kita. Maka selain mengasihi Dia kita perlu takut akan Dia, berbakti kepada-Nya, menaruh kepercayaan kepada-Nya, dan menaati Dia.
  • 219. P. Apa artinya 'dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan kita'?
    A. Artinya, dengan semangat dan kegairahan yang begitu besar, sehingga tidak tinggal dalam diri kita keinginan, kehendak, gerak hati, atau pikiran apa pun yang bertentangan dengan kasih itu.
  • 220. P. Apa makna pasal kedua?
    A. Menurut sifat asli kita, kita condong begitu mengasihi diri kita sendiri, sehingga perasaan itu lebih kuat daripada semua perasaan lain. Begitu pula, kasih kepada sesama kita manusia harus begitu berkuasa dalam hati kita, sehingga kasih itu mengendalikan dan membimbing kita dan merupakan kaidah seluruh pikiran dan perbuatan kita.
  • 221. P. Dan apa arti 'sesama kita manusia' menurut engkau?
    A. Bukan hanya orangtua dan sahabat kita, atau kenalan kita, melainkan juga mereka yang tidak kita kenal, bahkan juga musuh kita.
  • 222. P. Antara mereka ini dan kita ada hubungan apa?
    A. Hubungan seperti yang ditetapkan oleh Allah antara semua orang di muka bumi. Hubungan itu tidak boleh diganggu gugat dan tidak dapat diputuskan oleh maksud jahat seorang pun.
  • 223. P. Jadi, kaukatakan bahwa bila seseorang membenci kita, itu urusannya sendiri, namun, menurut tertib yang ditentukan oleh Allah, ia tetap menjadi sesama kita manusia dan kita tetap harus memandang dia sebagai sesama kita?
    A. Benar.
  • 224. P. Hukum mengandung cara melayani Allah dengan baik. Maka bukankah seorang Kristen harus hidup sesuai dengan perintah-perintahnya?
    A. Sudah tentu. Akan tetapi, semua orang mengidap kelemahan yang begitu parah, sehingga tidak seorang pun berhasil melaksanakannya dengan sempurna.
  • 225. P. Maka mengapakah Tuhan menuntut kesempurnaan yang melebihi kemampuan kita?
    A. Dia tidak menuntut apa pun yang bukan kewajiban kita. Namun, asalkan kita berupaya mengatur hidup kita menurut apa yang ditirmankan-Nya dalam Hukum-Nya, Dia tidak memperhitungkan kekurangannya kepada kita,sekalipun kita masih jauh dari tujuannya, yaitu kesempurnaan.
  • 226. P. Apakah perkataanmu ini menyangkut semua orang pada umumnya, atau hanya orang percaya?
    A. Orang yang tidak dilahirkan kembali oleh Roh Allah, tidak sanggup mulai melaksanakan butirnya yang paling kecil pun. Lagi pula, andaipun terdapat satu orang yang melaksanakan salah satu bagiannya, ia belum juga bebas dari utang. Sebab, Tuhan kita menyatakan bahwa terkutuklah setiap orang yang tidak melakukan seluruh isinya dengan sempurna (Ula 27:26; Gal 3:10).
  • 227. P. Apakah kita harus menyimpulkan bahwa Hukum berfungsi ganda, sebagaimana ada dua jenis manusia?
    A. Benar. Sebab berhubung dengan orang tidak percaya, gunanya Hukum itu hanya untuk mendakwa mereka dan menyebabkan mereka semakin tidak dapat berdalih di hadapan Allah (Rom 1:20). Hal itu dinyatakan pula oleh Rasul Paulus, yaitu bahwa Hukum itu adalah 'pelayanan yang memimpin kepada kematian dan penghukuman' (2Ko 3:6, 9). Berhubung dengan orang percaya sama sekali berbeda kegunaannya.
  • 228. P. Apa kegunaannya itu?
    A. Pertama, Hukum itu menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak dapat memperoleh kebenaran melalui perbuatan. Lantaran Hukum itu, mereka rendah hati dan dengan demikian membuat mereka siap untuk mencari keselamatannya dalam Yesus Kristus (Rom 5:18-21). Selanjutnya, sebab tuntutan Hukum melebihi kemampuan mereka, Hukum itu mendorong mereka untuk berdoa kepada Tuhan memohon kekuatan dan kemampuan (Gal 4:6), dan untuk sekaligus menyadari bahwa mereka tetap bersalah, supaya mereka tidak membanggakannya. Ketiga, bagi mereka Hukum itu bagaikan kekang, yang membuat mereka tidak melepaskan takut akan Allah.
  • 229. P. Jadi, kita akan berkata bahwa, meskipun selama kehidupan fana ini kita tidak pernah menepati Hukum, bukan tidak bergunalah tuntutan Hukum itu supaya kita melaksanakannya dengan sempurna? Sebab, Hukum itu memperlihatkan kepada kita tujuan yang harus kita kejar, supaya kita, masing-masing menurut anugerah yang diterimanya dari Allah, berupaya terus untuk mengejarnya dan untuk dari hari ke hari mencapai kemajuan. A. Begitulah pada hematku.
  • 230. P. Bukankah bagi kita Hukum itu merupakan kaidah sempurna segala kebaikan? A. Ya. Begitu sempurna Hukum itu, sehingga Allah tidak menuntut apa. apa melainkan supaya kita menurutinya; sebaliknya, Dia menganggap sia-sia dan menolak segala upaya manusia di luar apa yang tercantum di dalamnya. Sebab Dia tidak menuntut korban persembahan selain kepatuhan (1Sa 15:22; Yer 7:21-23).
  • 231. P. Maka apa gunanya semua peringatan, teguran, perintah, dan nasihat yang diberikan para Nabi dan Rasul?
    A. Semua itu hanyalah penjelasan Hukum, dan tidak diberikan untuk membuat kita menyimpang dari jalan ketaatan padanya, tetapi untuk membimbing kita ke jalan itu.
  • 232. P. Apakah Hukum itu tidak membahas panggilan tiap-tiap orang di tempat khususnya?
    A. Hukum itu menyatakan bahwa kita harus memberikan kepada tiap-tiap orang apa yang menjadi haknya. Dari situ kita dapat menarik kesimpulan mengenai kewajiban-kewajiban yang melekat pada kedudukan kita, masing- masing di tempatnya sendiri. Lagi pula, sebagaimana dikatakan tadi, kita memiliki penjelasan-penjelasan yang diberikan di seluruh Alkitab. Sebab apa yang dirangkumkan oleh Tuhan di sini, itu diuraikan-Nya di berbagai tempat untuk memberi kita pelajaran lebih lanjut.
  • DOA

  • 233. P. Kini kita sudah cukup berbicara mengenai hal melayani Allah, yang merupakan cara kedua menghormati Dia.' Marilah kita membicarakan cara ketiga.
    A. Kita telah berkata bahwa cara ketiga itu ialah berseru kepada-Nya dalam semua kebutuhan kita.
  • 234. P. Apakah maksudmj bahwa kita harus berseru hanya kepada Dia Baja?
    A. Ya. Demikianlah tuntutan-Nya, sebab itulah penghormatan yang patut kepada ke-Allahan-Nya.
  • 235. P. Kalau halnya begitu, maka dengan cara bagaimana kita diperbolehkan meminta bantuan dari pihak manusia?
    A. Kedua hal ini berbeda benar. Sebab kita berseru kepada Allah untuk menyatakan bahwa kita tidak mengharapkan kebaikan selain dari Dia, dan bahwa bagi kita tidak ada pertolongan lain. Dalam pada itu, kita mencari dari pihak manusia sejauh Dia mengizinkannya dan memberi mekemampuan dan sarana untuk membantu kita.
  • 236. P. Pada hematmu, meminta pertolongan dari pihak manusia tidak bertentangan dengan keharusan berseru kepada Allah saja, asal saja kita menaruh kepercayaan kita pada mereka dan tidak mencari bantuan reka kecuali sebab Allah telah menetapkan mereka sebagai pelayan dan bagi kebaikan- kebaikan-Nya dan memberi mereka tugas memenuhi butuhan kita dengannya?
    A. Benar. Memang, semua kebaikan yang kita terima dari manusia harus anggap berasal dari Allah sendiri, sebab sesungguhnya Dia menda ya kepada kita melalui tangan mereka.
  • 237. P. Kendati demikian halnya, bukankah kita harus tahu berterima kasih juga kepada manusia atas kebaikan yang mereka lakukan terhadap kita?'
    A. Tentu saja kita harus tahu berterima kasih. Salah satu alasannya, karena Allah menghormati mereka dengan cara menyalurkan kebaikan-Nya da kita melalui tangan mereka. Sebab dengan demikian Dia membuat berutang budi kepada mereka, dan Dia menghendaki agar kita nginsafi hal itu.
  • 238. P. Bukankah dari hal ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang tidak boleh berseru kepada para malaikat atau orang kudus yang telah meninggal dunia?(2)
    A. Benar. Sebab Allah tidak menugasi orang-orang kudus membantu kita memenuhi kebutuhan kita. Adapun para malaikat memang dipekerjakan -Nya untuk berupaya demi keselamatan kita; namun Dia tidak mau berseru kepada mereka atau meminta pertolongan dari mereka.
  • 239. P. Jadi, kaukatakan bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan telah dipasang oleh Tuhan bertentangan dengan kehendak-Nya?
    A. Benar. Sebab jika, setelah menerima pemberian Tuhan, kita tidak puas, hal itu merupakan tanda jelas ketidakpercayaan kita. Lagi pula, jika kita meminta pertolongan mereka dan menaruh kepercayaan kita pada mereka, walau hanya untuk sebagian, alih-alih mencari tempat berlindung hanya pada Allah, sesuai dengan perintah-Nya, maka hal itu merupakan penyembahan berhala, sebab kita mengalihkan kepada mereka apa yang Allah simpan bagi diri-Nya.
  • 240. P. Marilah kini kita berbicara mengenai cara berdoa kepada Allah. Apakah cukup kalau kita berdoa hanya dengan mulut? Bukankah doa memerlukan pula batin dan hati kita?
    A. Mulut tidak selalu perlu. Tetapi orang harus selalu berdoa dengan sadar dan dengan perasaan hati.
  • 241. P. Bagaimana engkau dapat membuktikan hal itu?
    A. Allah Roh adanya. Karena itu, Dia senantiasa meminta hati manusia, khususnya dalam doa, yang merupakan sarana mengadakan hubungan dengan Dia. Kendati demikian, hanya kepada orang-orang yang berseru kepada-Nya dalam kebenaran Dia berjanji akan dekat pada mereka (Maz 145:18); sebaliknya, Dia mengutuki semua orang yang melakukannya dengan pura- pura, dan tanpa perasaan hati (Yes 29:13-14).
  • 242. P. Jadi, semua doa yang dilakukan hanya dengan mulut tidak perlu?
    A. Doa itu tidak perlu, bahkan tidak menyenangkan Allah.
  • 243. P. Perasaan hati apa yang harus ada dalam doa?
    A. Pertama, seharusnya kita merasakan kemalangan dan kemiskinan kita, dan perasaan itu menimbulkan dalam diri kita kesedihan serta kegelisahan. Selanjutnya, kita harus merindukan anugerah Allah, dan kerinduan itu harus membuat hati kita bernyala-nyala dan menghasilkan dalam diri kita kegairahan berdoa.
  • 244. P. Apakah hal itu datang dari sifat asli kita atau dari anugerah Allah?
    A. Hal itu perlu dikerjakan oleh Allah, sebab terlalu besar ketumpulan kits. Akan tetapi, Roh Allah mendorong kita mengeluarkan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan dan membentuk dalam hati kita perasaan dan semangat yang dituntut oleh Allah, sebagaimana dikatakan Rasu1 Paulus (Rom 8:26; Gal 4:6).
  • 245. P. Apakah hal itu berarti bahwa kita tidak usah bergairah dan bersemangat untuk berdoa kepada Allah?
    A. Tidak. Sebaliknya, bilamana kita tidak merasakan dalam diri kita suasana hati yang demikian, kita harus berdoa kepada Tuhan memohon agar Dia memberikannya, untuk menjadikan kita sanggup dan mampu untuk berdoa kepada-Nya dengan cara yang patut.
  • 246. P. Akan tetapi, bukan maksudmu mengatakan bahwa lidah sama sekali tidak berguna dalam doa?
    A. Tidak. Kadang-kadang lidah itu membantu roh, dan menguatkannya supaya tetap terpikat, agar tidak cepat berbalik dari Allah. Selanjutnya, lidah dibentuk agar memuliakan Allah melebihi semua anggota badan lainnya; maka wajarlah Gdah itu berupaya memuliakan-Nya dengan bermacam-macam cara. Lagi pula, sering hati begitu berkobar semangat dan kegairahannya, sehingga lidah terdorong untuk berbicara tidak disengaja.
  • 247. P. Kalau halnya begitu, apa itu berdoa dalam bahasa lidah?'
    A. Hal itu adalah mencemooh Allah dan kemunafikan yang busuk (1Ko 14).
  • 248. P. Apakah kita berdoa kepada Allah secara untung-untungan, karena kita tidak tahu apakah doa itu akan membawa manfaat atau tidak? Atau haruskah kita yakin bahwa doa kita akan dikabulkan?
    A. Inilah keyakinan yang senantiasa harus mendasari doa-doa kita, yaitu bahwa doa itu akan diterima oleh Allah dan bahwa kita akan memperoleh apa yang kita pinta, sejauh bermanfaat. Karena itulah Rasul Paulus mengatakan bahwa cara berseru yang benar datang dari iman (Rom 10:14). Sebab, kalau kita tidak menaruh kepercayaan kepada kebaikan Allah, mustahil kita berseru kepada-Nya dalam kebenaran.
  • 249. P. Dan bagaimana halnya mereka yang ragu-ragu dan yang tidak tabu apakah Allah mendengarkan mereka?
    A. Doa mereka sama sekali tidak bersungguh-sungguh, sebab tidak didukung janji apa pun. Sebab dikatakan bahwa kita harus meminta dengan penuh kepercayaan, dan permintaan itu akan dipenuhi (Mat 21:22; Mar 11:24).
  • 250. P. Tinggal mendapat tahu bagaimana dan dengan hak apa kita memberanikan diri untuk menghadap Allah, sebab kita sama sekali tidak layak menghadap Dia.
    A. Pertama, kita memiliki janji janji, yang seharusnya menjadi pegangan kita, tanpa memperhatikan layak tidaknya kita (Maz 50:15; 91:3; 145:18; Yes 30:15, 65:24; Yer 29:12; Yoe 3:5). Kedua, kalau kita memang anak Allah, Dia mendorong dan merangsang kita oleh Roh KudusNya agar kita mendatangi Dia secara akrab, bagaikan Bapa kita (Mat 9:2, 22 dan lain-lain tempat). Dan agar kita ini, yang hanya bejana tanah liat yang kasar dan orang berdosa yang malang, tidak segan tampil di hadapan keagungan-Nya yang mulia, Dia memberi kita Tuhan kita Yesus menjadi Pengantara (1Ti 2:5; Ibr 4:16; 1Yo 2:1), supaya dengan pengantaraan Dia kita mempunyai jalan masuk dan sama sekali tidak ragu- ragu apakah kita hendak mendapat anugerah.
  • 251. P. Apakah yang kaumaksud ialah bahwa kita perlu berseru kepada Allah hanya dalam nama Yesus Kristus?
    A. Memang demikianlah maksudku, sebab hal itu diperintahkan kepada kita dengan tegas. Dan kita diberi janji bahwa kalau kita berbuat demikian maka permintaan kita akan dikabulkan berkat kekuatan pengantaraan-Nya (Yoh 14:13).
  • 252. P. Maka bukanlah kesembronoan atau keangkuhan edan kalau kita berani menyapa Allah secara akrab, asal saja Yesus Kristus menjadi Pembela kita dan kita menempatkan Dia di muka, agar melalui Dia Allah menyenangi kita dan mendengarkan kita?
    A. Bukan. Sebab kita seolah-olah berdoa melalui mulut-Nya, karena Dia membukakan kita jalan masuk dan membuat kita didengar, dan menjadi Jurusyafaat bagi kita (Rom 8:34).
  • 253. P. Marilah kini kita membicarakan isi doa-doa kita. Apakah kita boleh meminta apa saja yang timbul dalam benak kita, atau ada kaidahnya?
    A. Kalau kita mengikuti ulah hati kita, doa kita akan benar-benar semrawut. Sebab kita ini begitu bodoh, sehingga kita tidak sanggup menilai apa yang sebaiknya kita pinta; lagi pula keinginan kita begitu kacau, sehingga mestinya kita tidak mengendurkan tali kekangnya.
  • 254. P. Maka apa yang perlu?
    A. Perlu Allah sendiri mengajar kita, dengan cara yang Dia tahu cocok bagi kita, dan seakan-akan menuntun kita, sedangkan kita hanya mengikut saja.
  • 255. P. Apa pelajaran yang telah diberikan-Nya kepada kita berhubung dengan hal itu?
    A. Di seluruh Alkitab Dia telah memberikan pelajaran dengan panjang lebar. Tetapi, untuk mengarahkan kita ke tujuannya dengan lebih pasti maka Dia telah menyediakan rumus. Di dalamnya Dia telah mencantumkan semua hal yang boleh kita minta dan yang bennanfaat bagi kita.
  • 256. P. Tuturkan rumus itu.
    A. Ketika para murid-Nya meminta agar Tuhan kita Yesus mengajar mereka berdoa, Dia menjawab, 'Apabila kamu berdoa, katakanlah, Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendak- Mu, di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami, dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi 4 paskanlah kami dari yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama- lamanya. Amin.' (Mat 6:9-13, Luk 11:1-4).
  • 257. P. Agar lebih mudah memahaminya, katakanlah jumlah pasal yang tercantum di dalam doa itu.
    A. Enam. Ketiga yang pertama mengenai kemuliaan Allah, tanpa memperhatikan diri kita sendiri; yang lain-lain menyangkut kita dan berhubungan dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kita.
  • 258. P. Bagaimana? Apakah kita harus meminta dari Allah hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat apa pun bagi kita?
    A. Memang benar, oleh kebaikan-Nya yang tak terhingga Dia menata dan mengatur segala hal begitu rupa, sehingga tidak ada yang memuliakan Nama- Nya kalau tidak juga bermanfaat bagi keselamatan kita. Maka bila nama- Nya dikuduskan, Dia membuat hal itu berguna demi pengudusan kita; bila kerajaan-Nya datang, kita bagaimanapun mengambil bagian di dalamnya. Akan tetapi, bila kita mengingini dan memohon hal-hal itu, seharusnya kita hanya memperhatikan kemuliaan-Nya, tanpa memikirkan kepentingan kita sendiri atau mencari keuntungan bagi diri kita sendiri dengan cara apa pun.
  • 259. P. Menurut perkataanmu ketiga permohonan pertama itu memang bermanfaat bagi kita, tetapi tidak boleh dilakukan selain dengan maksud mengingini agar Allah dimuliakan?
    A. Benar. Dan kendati ketiga yang terakhir rupanya dimasukkan dengan maksud mengingini apa yang bermanfaat bagi kita, namun di dalamnya pun kemuliaan Allah harus menjadi pokok perhatian kita, sehingga itulah yang menjadi tujuan seluruh keinginan kita.
  • 260. P. Marilah kita memulai penjelasannya. Sebelum masuk lebih jauh, kita bertanya, mengapa di sini Allah disebut dengan nama 'Bapa kita' dan bukan dengan sebutan lain?
    A. Perlulah nurani kita yakin benar bila sampai berdoa, maka bila Allah kita menyebut nama-Nya Dia memakai sebutan yang mengandung arti kelembutan dan kemanisan semata-mata. Dengan demikian Dia menghilangkan seluruh kebimbangan dan kebingungan kita serta membuat kata berani mendatangi Dia secara akrab.
  • 261. P. Maka apakah kita boleh berani mendatangi Allah secara akrab, bagaikan seorang anak menyapa bapaknya?
    A. Boleh. Bahkan, kita melakukannya dengan keyakinan lebih besar lagi bahwa kita akan memperoleh apa yang kita pinta. Sebab kalau kita, yang jahat, tidak sanggup menolak permintaan anak kita agar diberi roti atau daging, apalagi Bapa kita yang di sorga tidak akan berbuat begitu. Sebab Dia tidak hanya baik; Dia adalah kebaikan tertinggi (Mat 7:11).
  • 262. P. Bukankah dari Nama itu sendiri kita dapat mengambil bukti bahwa benarlah apa yang dikatakan, yaitu bahwa doa perlu didasari syafaat Yesus Kristus?
    A. Sudah tentu, sebab Allah tidak mengakui kita selaku anak-Nya kecuali kalau kita adalah anggota tubuh Anak-Nya.
  • 263. P. Mengapa engkau tidak menyebut Allah Bapa'ku', tetapi Bapa 'kita' bersama?
    A. Tiap-tiap orang percaya boleh saja menamakan Dia Bapanya secara khusus. Akan tetapi, dalam rumus doa ini Yesus Kristus mengajar kita berdoa bersama-sama, dengan maksud memperingatkan kita bahwa kita harus melakukan perbuatan kasih terhadap sesama kits dengan cara berdoa, dan tidak hanya memperhatikan urusan kita sendiri.
  • 264. P. Apa arti kata-kata 'yang di sorga'?
    A. Hal itu sama seperti menyebut Dia 'Tinggi', 'Berkuasa', 'Tidak, terpahami'.
  • 265. P. Apa maknanya? Dan apa maksudnya?
    A. Maksudnya supaya dengan berseru kepada-Nya kita belajar mengangkat pikiran kita ke atas, agar kita sekali-kali tidak membayangkan Dia secara jasmani atau duniawi, dan tidak mengukur Dia dengan ukuran pehaman kita, dan tidak menundukkan Dia pada kehendak kita, tetapi me nyembah keagungan-Nya yang mulia dengan rendah hati, dan juga agar kita mempercayai-Nya dengan semakin teguh, sebab Dialah Yang Memerintah dan Yang Empunya segala sesuatu.
  • 266. P. Jelaskanlah kini permohonan yang pertama.
    A. Nama Allah adalah kemasyhuran-Nya, yang menjadi sebab Dia dipuji-puji di bumi manusia. Karma itu, kita ingin supaya kemuliaan-Nya diagungkan di mana-mana dan dalam segala hal.
  • 267. P. Apakah menurut engkau Nama itu dapat bertambah besar atau berkurang?
    A. Bukan dalam dirinya sendiri. Artinya bahwa Nama itu dinyatakan sebagaimana seharusnya, dan bahwa, apa pun yang Allah lakukan, semua karya-Nya tampak mulia, sesuai dengan kenyataannya, sehingga Dia di muliakan dengan segala cara.
  • 268. P. Apa menurut engkau 'Kerajaan Allah' dalam permohonan yang kedua?
    A. Kerajaan Allah terutama terdiri dari dua hal. Dia membimbing orang-orang milik-Nya dan memerintah mereka melalui Roh-Nya; sebaliknya, menghajar dan membingungkan orang durhaka, yang tidak mau tunduk pada kekuasaan- Nya, agar tampak jelas bahwa tidak ada kuasa yang sanggup bertahan terhadap kuasa-Nya.
  • 269. P. Apa arti doamu meminta agar Kerajaan itu datang?
    A. Aku berdoa meminta supaya dari hari ke hari Tuhan membuat jumlah yang percaya kepada-Nya bertambah besar; supaya dari hari ke hari membuat anugerah-Nya atas mereka semakin berlimpah hingga Dia memenuhi mereka seluruhnya; supaya Dia juga membuat kebenaran-Nya semakin bercahaya; supaya Dia menyatakan keadilan-Nya yang menyebabkan iblis dan kerajaannya yang gelap dijungkirbalikkan; dan supaya, seluruh kefasikan dihancurkan dan ditiadakan.
  • 270. P. Bukankah semua itu terjadi juga dewasa ini?
    A. Memang, untuk sebagian. Tetapi kita ingin supaya Kerajaan-Nya ber terus- menerus dan maju hingga akhirnya mencapai kesempurnaan yaitu pada hari Penghukuman. Pada hari itu Allah sendiri yang ditinggikan, dan semua makhluk akan ditaklukkan pada kebesaran-Nya; bahkan, Dia akan menjadi semua di dalam semua (1Ko 15:28).
  • 271. P. Apa arti permintaanmu supaya jadilah kehendak Allah?
    A. Supaya semua makhluk takluk pada-Nya sehingga mematuhi Dia, dan sesuatu berlangsung menurut perkenan-Nya.
  • 272. P. Apakah menurut engkau orang dapat berbuat apa-apa bertentangan dengan kehendak-Nya?
    A. Kita tidak hanya meminta agar segala hal dikendalikan-Nya sedemikian rupa, hingga terwujudlah apa yang telah ditetapkan-Nya dalam putusan- Nya, tetapi juga agar setiap pemberontakan dipadamkan dan tiap-tiap kehendak ditaklukkan-Nya pada kehendak-Nya sendiri.
  • 273. P. Bukankah dengan demikian kita melepaskan kehendak kita sendiri?
    A. Begitulah. Dan dengan demikian kita tidak hanya meminta agar kehendak kita yang bertentangan dengan perkenan-Nya dijungkir-Nya sehingga Dia menjadikannya sia-sia dan hampa, tetapi juga agar diciptakanNya dalam diri kita roh baru dan hati yang baru, sehingga kita tidak menghendaki apa-apa dari kita sendiri, tetapi Roh-Nyalah yang menghendaki dalam diri kita, untuk membuat kita sepenuhnya seperasaan dengan Dia.
  • 274. P. Mengapa engkau menambahkan kata-kata 'di bumi seperti di sorga'?
    A. Makhluk-Nya di sorga, yaitu malaikat-Nya, berdaya upaya hanya untuk mematuhi Dia dengan rela hati, tanpa perlawanan sedikit pun. Maka kita ingin supaya terjadi hal serupa di bumi, artinya, supaya semua orang takluk pada-Nya dalam kepatuhan sukarela.
  • 275. P. Marilah kita sampai pada bagian kedua. Apa menurut engkau 'makanan kami sehari-hari', yang kaupinta?
    A. Semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan tubuh kita secara umum, tidak hanya di bidang makanan dan pakaian, tetapi juga apa saja yang Allah tahu bermanfaat bagi kita, supaya kita dapat menyantap makanan kita dalam suasana damai.
  • 276. P. Apa arti permintaanmu kepada Allah agar Dia memberikan kepadamu makananmu, padahal Dia menyuruh kita mendapatkannya melalui pekerjaan tangan kita?
    A. Kita memang harus bekerja untuk mencari nafkah. Meskipun demikian, yang membuat kita makan bukanlah kegiatan, kerajinan, dau semangat kita, melainkan hanya restu Allah atas tangan dan kegiatan kita, yang membuatnya membawa hasil. Lagi pula, kita harus mengerti bahwa bukan santapanlah yang memenuhi kebutuhan kita akan makanan, sekali. pun tersedia bagi kita dengan berlimpah, melainkan hanya kekuatan Tuhan, yang memakainya sebagai sarana (Ula 8:3, 17).
  • 277. P. Mengapa engkau menyebutnya 'makanan kami', padahal engkau meminta agar makanan itu diberikan kepadamu?
    A. Oleh kebaikan Allah-lah maka makanan itu dijadikan makanan kita, meski Dia sama sekali tidak wajib memberikannya kepada kita. Juga, dengan Cara itu kita diperingatkan agar tidak mengingini makanan orang lain, tetapi hanya makanan yang kita peroleh dengan cara yang sah, sesuai dengan perintah Allah.
  • 278. P. Mengapa kaukatakan 'sehari-hari', dan 'pada hari ini'?
    A. Agar kita belajar berpuas diri dan tidak menginginkan apa-apa melebihi kebutuhan kita.
  • 279. P. Doa ini dipakai semua orang secara bersama. Maka bagaimana halnya kaya, yang memiliki persediaan harta berlimpah untuk waktu lama? Bagaimana mereka dapat meminta makanan untuk sehari saja?
    A. Seharusnya baik orang kaya maupun orang miskin memahami bahwa seluruh harta milik mereka tidak dapat berguna bagi mereka kecuali sejauh Tuhan memberikannya kepada mereka agar mereka pakai dan karena rahmat-Nya membuatnya berguna bagi kita. Maka kendati kita memiliki sesuatu, namun kita tidak memiliki apa-apa kecuali sejauh Dia memberikannya kepada kita.
  • 280. P. Apa yang tercantum dalam petmintaan yang kelima?
    A. Agar Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita.
  • 281. P. Apakah tidak hidup seorang pun, yang begitu benar, sehingga ia tidak perlu mengajukan permintaan ini?
    A. Tidak. Sebab, Tuhan Yesus telah memberikan rumus ini kepada para Rasul- Nya untuk Gereja-Nya. Maka barang siapa menganggap diri bebas kewajiban memakainya, ia mundur dari persekutuan orang Kristen. Alkitab menyatakan kepada kita bahwa orang paling sempurna kalau hendak menunjuk ke satu hal untuk membenarkan diri dihadapan Allah, akan didapatkan bersalah dalam seribu hal (Ayu 9:3). Maka perlulah kita semua berlindung pada belas kasihan-Nya.
  • 282. P. Pada hematmu, dengan cara apa pengampunan itu diberikan?
    A. Dengan cara yang ditunjukkan oleh perkataan Yesus Kristus sendiri. Yaitu, dosa itu bagaikan utang, yang menyebabkan kita mesti dihukum yaitu kematian kekal. Kita meminta agar Allah membebaskan kita karena kemurahan-Nya semata-mata.
  • 283. P. Jadi, menurut engkau kita memperoleh pengampunan dosa kita dengan cuma- cuma, hanya karena kebaikan Allah?
    A. Benar. Sebab kita sama sekali tidak sanggup memberi pelunasan, untuk kesalahan kita yang paling kecil sekalipun, kecuali jika Allah ber tindak terhadap kita dengan kemurahan-Nya yang murni seraya mengampuni semua kesalaban kita.
  • 284. P. Hasil dan kegunaan apa yang kita peroleh bila Allah mengampuni dosa-dosa kita?
    A. Dengan cara itu kita berkenan kepada-Nya seolah-olah kita benar dan tidak bersalah; dan hati nurani kita diyakinkan tentang kasih kebapaan Nya terhadap kita, yang mendatangkan keselamatan dan hidup.
  • 285. P. Permintaanmu agar Dia mengampuni kita seperti kita juga mengampuni orang yang bersalah kepada kita berarti bahwa dengan mengampuni orang lain kita menjadi layak memperoleh pengampunan dari Dia?
    A. Tidak. Dalam hal itu, pengampunan tidak lagi dengan cuma-cuma, dan tidak lagi, sebagaimana seharusnya, berdasarkan pelunasan yang telah diberikan dalam kematian Yesus Kristus. Sebaliknya, permintaan itu berarti bahwa dengan melupakan pelanggaran orang terhadap kita, kita menipu kelembutan dan kemurahan-Nya dan dengan demikian memperlihatkan bahwa kita adalah anak-anakNya. Maka Dia memberi kita tanda ini untuk memberi kita kepastian. Di pihak lain, Dia menunjukkan kepada kita bahwa dalam penghukuman-Nya tidak ada yang dapat kita harapkan selain kekerasan dan penilaian yang sangat ketat, kalau kita tidak dentgan mudahn mengampuni dan berrnurah had terhadap orang-orang yang telah bersalah kepada kita.
  • 286. P. Jadi, pada hematmu di sini Allah menyatakan tidak mengakui sebagai anak- anak-Nya mereka yang tidak dapat melupakan kesalahan orang terhadap dirinya, dengan maksud supaya mereka tidak mengharapkan mendapat bagian dalam anugerah itu?
    A. Benar. Dan juga supaya semua orang tabu bahwa ukuran yang mereka pakai untuk mengukur sesamanya akan diukurkan kepada mereka.
  • 287. P. Apa yang menyusul?
    A. 'Janganlah membawa kami ke dalarm pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.'
  • 288. P. Apakah di dalamnya kauajukan satu permintaan saja?
    A. Satu saja, sebab bagian kedua merupakan penjelasan bagian pertama
  • 289. P. Apa hakikat bagian pertama itu?
    A. Allah tidak membiarkan kita tersandung pada yang jahat dan dikalahkan oleh iblis serta nafsu jahat daging kita, yang berjuang melawan kita (Rom 7:23). Sebaliknya, Dia memberi kita kekuatan agar kita sanggup bertahan, sambil mendukung kita dengan tangan-Nya dan menyediakan perlindungan bagi kita untuk membela dan menuntun kita.
  • 290. P. Bagaimana hal itu terwujud?
    A. Bila oleh Roh-Nya Dia mengendalikan kita agar mencintai kebaikan dan membenci kejahatan, mengikuti kebenaran-Nya, dan menjauhi dosa. Sebab oleh kekuatan Roh Kudus kita mengatasi iblis, dosa dan daging.
  • 291. P. Hal itu perlu bagi semua orang?
    A. Sebab iblis mengincar kita terus-menerus bagaikan singa yang mangaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1Pe 5:8). Sedangkan kita ini begitu lemah dan rentan, sehingga ia segera merebahkan kita sekiranya Allah tidak menguatkan kita untuk memperoleh kemenangan.
  • 292. P. Apa arti perkataan 'pencobaan'?
    A. Kelicikan dan tipu daya iblis, yang dipakainya untuk memergoki kita. Sebab akal budi kita mudah ditipu dan mudah menipu diri kita, sedangkan kemauan kita condong menyerahkan diri bukannya pada yang baik, melainkan pada yang jahat.
  • 293. P. Akan tetapi, mengapakah kaupinta dari Allah agar Dia tidak membawa kita ke dalam kejahatan, padahal membawa ke dalam kejahatan itu merupakan kegiatan khas si iblis?
    A. Allah, karena belas kasihan-Nya, memelihara orang percaya milik-Nya dan tidak mengizinkan iblis menggodai mereka atau dosa mengalahkan mereka. Adapun orang-orang yang hendak Dia hukum tidak hanya ditinggalkan-Nya dengan mencabut anugerah-Nya,dari mereka, tetapi diserahkan-Nya juga kepada iblis agar mereka tunduk pada kekuasaannya yang lalim; mereka dibutakan-Nya, dan mereka dibuat-Nya berbudi jahat.
  • 294. P. Apa arti tambahan ini, 'Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya'?
    A. Tambahan ini memperingatkan kita sekali lagi bahwa sesungguhnya doa-doa kita berdasarkan Allah dan kekuasaan serta kebaikan-Nya, bukan diri kita sendiri, yang tidak layak membuka mulut untuk mengajukan permintaan kepada-Nya. Juga agar kita belajar menutup semua doa kita dengan pujian kepada-Nya.
  • 295. P. Apakah kita tidak boleh meminta selain apa yang telah dituturkan ini?
    A. Kite memang bebas memakai kata-kata lain dan bentuk serta cara lain. Kendati demikian, tidak ada doa yang berkenan kepada Allah selain yang berhubungan dengan doa ini, yang adalah satu-satunya kaidah berdoa dengan cara yang tepat.
  • FIRMAN ALLAH

  • 296. P. Sudah waktunya kita sampai pada bagian keempat penghormatan yang wajib kita berikan kepada Allah.
    A. Kita telah berkata bahwa bagian keempat itu ialah mengetahui dalam had dan mengaku dengan mulut bahwa Dialah Pembuat segala sesuatu yang baik, untuk memuliakan Dia.'
  • 297. P. Apakah Dia memberi kita pedoman untuk itu?
    A. Seharusnya seluruh puji-pujian dan pemyataan syukur yang tercantum dalam Alkitab merupakan pedoman dan pelajaran bagi kita.
  • 298. P. Apakah hal itu sama sekali tidak disinggung dalam Doa Bapa Kami?
    A. Disinggung. Sebab, bila kita ingin agar Nama-Nya dikuduskan, kita ingin agar semua karya-Nya tampak penuh kemuliaan, sebagaimana adanya. Maka bila Dia menghukum, Dia harus dianggap adil; bila Dia mengampuni, Dia harus dianggap berbelas kasihan; bila Dia memenuhi janji janji-Nya, Dia harus dianggap setia. Pokoknya, tidak ada apa-apa yang tidak menampakkan cahaya kemuliaan-Nya. Itulah memperuntukkan kepada-Nya puji-pujian atas segala sesuatu yang baik adanya.
  • 299. P. Apa kesimpulan kita dari seluruh uraian kita?
    A. Kesimpulan kita sama dengan kesaksian yang diberikan oleh Kebenaran dan yang telah disinggung pada awal, yaitu bahwa inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Allah yang sejati dan mengenal Yesus Kristus yang telah Dia utus (Yoh 17:3). Mengenal Dia, kukatakan, untuk menghormati Dia sebagaimana sepantasnya, supaya bagi kita Dia tidak hanya Yang Empunya kita dan Tuhan kita, tetapi juga Bapa dan Juruselamat (Mat 1:21), dan agar kita dari pihak kita menjadi anak-Nya, hamba-Nya, dan umat yang dikhususkan untuk kemuliaan-Nya.
  • 300. P. Melalui sarana apa kita dapat mencapai kebaikan itu?
    A. Untuk itu telah ditinggalkan-Nya bagi kita Firman-Nya yang Kudus, yang seolah-olah membukakan kita pintu masuk ke Kerajaan-Nya di sorga.
  • 301. P. Dari mana kauambil Firman itu?
    A. Firman itu tercantum bagi kita dalam Kitab Suci.
  • 302. P. Bagaimana seharusnya kita menggunakan Firman itu agar bermanfaat bagi kita?
    A. Dengan menerimanya dengan nurani yang yakin sepenuhnya sebagai kebenaran yang berasal dari sorga; dengan tunduk padanya dalam kepatuhan yang patut; dengan mencintainya dengan perasaan yang tulus dan utuh; dengan membuatnya tertera dalam hati kita sehingga kita meuurutinya dan menyesuaikan diri dengannya.
  • 303. P. Apakah kita sanggup melakukan semua itu?
    A. Sekali-kali tidak. Tetapi Allahlah yang bekerja dalam diri kita dengan cara itu, oleh Roh Kudus-Nya.
  • 304. P. Akan tetapi, bukankah kita harus berdaya upaya untuk mendengarkan dan membaca-baca ajaran yang telah dinyatakan kepada kita di dalamnya?
    A. Benar. Pertama, tiap-tiap orang harus berupaya sendiri. Dan terutama, kita harus rajin menghadiri ibadah pemberitaan Firman, sebab di dalamnya Firman itu dijelaskan di tengah kumpulan orang-orang Kristen.
  • 305. P. Apakah pada hematmu tidak cukup membaca-baca di rumah, tetapi perlu juga semua orang berkumpul untuk bersama-sama mendengarkan pengajaran?
    A. Pada hematku memang begitu, elama Allah memberi kesempatan.
  • 306. P. Apa alasannya?
    A. Sebab, Yesus Kristus telah menetapkan aturan ini di dalam GerejaNya (Efe 4:11) bukan untuk dua tiga orang, tetapi untuk semua orang secara umum. Dia telah menyatakan pula bahwa itulah satu-satunya cara membangun dan memeliharanya.' Maka kita semua harus tunduk pada aturan itu dan janganlah kita hendak berhikmat melebihi hikmat Guru kita.
  • 307. P. Maka apakah perlu ada pendeta-pendeta?
    A. Perlu. Dan perlu juga orang mendengarkan mereka dan dengan rendah hati menerima pengajaran Tuhan melalui mulut mereka. Maka barang siapa memandang remeh mereka dan tidak mau mendengarkan mereka, dia menolak Yesus Kristus dan memisahkan diri dari kumpulan orang-orang percaya (Mat 10:40; Luk 10:16).
  • 308. P. Akan tetapi, cukupkah kalau kita sekali saja menerima pelajaran mereka, atau perlu melakukannya terus-menerus?
    A. Memulainya tidak ada artinya kalau orang tidak meneruskannya dengan tekun. Sebab sampai akhir kita harus senantiasa menjadi murid Yesus Kristus. Dan Dia telah menetapkan para pelayan Gereja untuk mengajar kita dalam nama-Nya.
  • SAKRAMEN-SAKRAMEN

  • 309. P. Apakah Allah hanya mengadakan hubungan dengan kita melalui Firman dan tidak juga melalui sarana lain lagi?
    A. Dia telah menggabungkan Sakramen-sakramen dengan pemberitaan Firman-Nya.
  • 310. P. Apa itu 'sakramen'?
    A. Sakramen itu adalah kesaksian lahiriah tentang rahmat Allah, yang melalui tanda kasatmata memperlihatkan kepada kita hal-hal rohani, dengan maksud menerakan janji-janji Allah dalam hati kita dengan lebih tegas dan membuat kita lebih yakin tentang janji-janji itu.
  • 311. P. Bagaimana? Apakah tanda kasatmata dan jasmani sanggup membuat nurani bertambah yakin?
    A. Tanda itu tidak sanggup sendiri, tetapi sebab ditetapkan oleh Allah untuk maksud itu.
  • 312. P. Bukankah memeteraikan janji-janji Allah dalam hati kita adalah tugas khusus Roh Kudus? Maka bagaimana engkau dapat menganggapnya hasil Sakramen-sakramen?
    A. Kedua hal itu berbeda jauh. Sebab sesungguhnyalah hanya Roh Allah yang dapat menyentuh dan menggugah hati kita, menerangi akal kita dan meyakinkan nurani kita; karena itu semua hal itu harus dianggap sebagai karya-Nya yang khusus, untuk memuji-muji Dia karenanya. Dalam pada itu, Tuhan memakai Sakramen-sakramen sebagai sarana-sarana lebih rendah, menurut perkenan-Nya, sedangkan kekuatan Roh-Nya sama sekali tidak dikurangi olehnya.
  • 313. P. Jadi, menurut engkau keampuhan Sakramen-sakramen tidak terletak dalam lahiriah, tetapi berasal seluruhnya dari Roh Allah?
    A. Benar. Hal ini sesuai dengan cara yang Allah mau pakai bila Dia berkarya, yaitu melalui sarana-sarana yang telah ditetapkan-Nya, sedangkan cara itu tidak mengurangi kekuasaan-Nya.
  • 314. P. Apa yang mendorong Allah untuk berbuat begitu?
    A. Dia berbuat begitu untuk menghibur kita ini yang lemah. Seandainya kodrat kita bersifat rohani, seperti halnya kodrat malaikat, kita sanggup memandangi baik Dia maupun karunia-karunia-Nya secara rohani. Tetapi karena kita diselubungi tubuh kita maka perlu dalam pergaulan dengan kita Dia memakai gambar-gambar untuk memperlihatkan hal-hal rohani dan sorgawi kepada kita, sebab tidak mungkin kita memahaminya dengan cara lain. Juga, bergunalah bagi kita kalau semua indera kita dilatih dalam hal janji-janji-Nya yang kudus, agar keyakinan kita tentangnya diteguhkan.
  • 315. P. Allah telah memperkenalkan Sakramen-sakramen karena kebutuhan kita. Maka bukankah angkuh dan lancanglah kita kalau kita mengira kita tidak memerlukannya?
    A. Sudah tentu! Bahkan, barang siapa dengan sewenang-wenang menjauhi pemakaiannya, karena mengira tidak memerlukannya, dia menghina Yesus Kristus, menolak anugerah-Nya, dan memadamkan Roh Kudus-Nya.
  • 316. P. Akan tetapi, bagaimana mungkin Sakramen-sakramen membuat kita ;,yakin tentang anugerah, padahal baik orang baik maupun orang jahat menerimanya?
    A. Memang orang tidak percaya dan jahat meniadakan anugerah yang ditawarkan kepada mereka melalui Sakramen-sakramen. Namun, hal ini tidak berakibat Sakramen-sakramen kehilangan sifat khusus yang digambarkan tadi.
  • 317. P. Maka dengan cara danpada saat apa Sakramen-sakramen itu membawa hasil?
    A. Bilamana orang memakai Sakramen-sakramen itu dalam iman, sambil mencari Yesus Kristus dan anugerah-Nya semata-mata.
  • 318. P. Mengapakah engkau katakan bahwa di dalamnya kita harus mencari Yesus Kristus?
    A. Untuk menegaskan bahwa kita tidak boleh hanya memperhatikan tanda lahiriah dan mencari keselamatan kita di sana. Begitu pula, kita tidak boleh membayangkan bahwa tanda itu mengandung sesuatu khasiat. Sebaliknya, kita perlu menganggap tanda itu sebagai alat pembantu yang membawa kita langsung kepada Tuhan Yesus, agar di dalam Dia kita mencari keselamatan dan segala kebaikan.
  • 319. P. Jadi, untuk itu diperlukaaan iman. Maka bagaimana kaukatakan bahwa Sakramen-sakramen itu dibeaerikan kepada kita untuk meneguhkan iman kita, dengan cara membuat kita lebih yakin tentang janji-janji Allah?
    A. Tidak cukup kalau iman itu pernah mulai ada dalam diri kita; perlulah iman itu dipupuk dan dipelihara, supaya bertumbuh tiap-tiap hari dan bertambah besar dalam diri kita. Maka Allah memberi kita Sakramen-sa kramen untuk memupuk iman itu, dan untuk menguatkannya serta membuatnya bertumbuh. Hal ini dicatat oleh Rasul Paulus ketika ia berkata bahwa kegunaannya ialah memeteraikan janji janji Allah dalam hati kita (Rom 4:11).
  • 320. P. Akan tetapi, bukankah tanda sikap tidak percaya kalau janji janji Allah sendiri tidak cukup tegas baagi kita tanpa alat pembantu?
    A. Kenyataan itu merupakan tanda iman kurang, dan lemah. Hal itu memang terdapat pada anak-anak Allah, namun mereka tetap orang percaya, kendati belum dengan sesempurna. Sebab selama kita hidup dalam dunia ini, tetap ada berbagai sisa ketidakpercayaan dalam daging kita; sekalipun demikian, kita harus maju dan bertumbuh terus.
  • 321. P. Berapa Sakramen yang terdapat dalam Gereja Kristen?
    A. Hanya ada dua yang diterima umum, yang Tuhan Yesus tetapkan untuk seluruh perhimpunan orang percaya.
  • 322. P. Yang mana?
    A. Baptisan dan Perjamuanin Kudus.
  • 323. P. Apa kesamaan dan perbedaan antara keduanya?
    A. Baptisan bagi kita bagaikan pintu masuk ke dalam Gereja Allah. Sebab Baptisan itu menegaskan kepada kita bahwa Allah menerima kita sebagai anggota rumah tangga-Nya, padahal kita dulu terasing dari Dia. Perjamuan bagi kita merupakan kesaksian bahwa Allah hendak memberi kita makan dan mengenyangkan kita, sebagaimana seorang ayah yang baik berupaya memberi makan anggota rumah tangganya.
  • 324. P. Agar kita memahami makna masing-masing dengan lebih baik, kita akan membicarakannya sendiri-sendiri. Pertama, apa arti Baptisan?
    A. Baptisan itu mempunyai dua bagian. Di dalamnya Tuhan memperlihatkan kepada kita pengampunan dosa kita (Efe 5:26-27), dan juga kelahiran kembali atau pemmbaruan rohani kita (Rom 6:4).
  • 325. P. Apa kesamaan antara airnya dengan kedua hal itu, sehingga air itu dapat menggambarkannya?
    A. Pengampunan dosa adalah semacam pembasuhan, yang menyebabkan jiwa kita disucikan sehingga tidak bernoda lagi, sama seperti kotoran tubuh dibersihkan oleh air.
  • 326. P. Dan bagian kedua?
    A. Pada awal kelahiran kembali kita, sifat kita yang asli dimatikan; pada akhirnya kita merupakan ciptaan baru oleh Roh Allah. Maka kepala kita diperciki air sebagai tanda kematian, tetapi sedemikian rupa, hingga kebangkitan pun digambarkan bagi kita dengan cara yang serupa, sebab hal itu hanya berlangsung sesaat, bukan dengan maksud menenggelamkan kita dalam air.
  • 327. P. Maka menurut engkau bukanlah air yang membasuh jiwa kita?
    A. Bukan. Sebab hal itu dikerjakan oleh darah Yesus Kristus semata-mata, yang telah ditumpahkan untuk menghapuskan seluruh kekotoran kita dan menjadikan kita suci dan tidak bercemar di hadapan Allah (1Yo 1:7; 1Pe 1:19). Hal itu dilaksanakan dalam diri kita bilamana nurani kita diperciki darah itu oleh Roh Kudus. Tetapi, melalui Sakramen hal itu dipastikan kepada kita.
  • 328. P. Apakah pada hematmu bagi kita air hanya merupakan lambang?
    A. Air itu gambaran, tetapi sedemikian rupa, hingga kenyataan yang diungkapkannya dikaitkan dengannya. Janji-janji Allah tidak pernah sia-sia, maka pastilah pada waktu kita dibaptis pengampunan dosa ditawarkan kepada kita dan kita menerimanya.
  • 329. P. Apakah anugerah itu sama-sama dilaksanakan dalam semua orang?
    A. Tidak. Banyak orang meniadakannya karena kebejatan mereka. Kendati demikian, Sakramen tetap bersifat demikian, meski hanya orang-orang percayalah yang merasakan keampuhannya.
  • 330. P. Dari mana kelahiran kembali itu mendapat kekuatannya?
    A. Dari kematian dan kebangkitan Kristus. Sebab oleh kekuatan kematian-Nya manusia' lama kita disalibkan dan kodrat kita yang cacat bagaikan dikuburkan, sehingga tidak sanggup lagi berkuasa dalam diri kita. Dan kehidupan baru, yang membuat kita menuruti kebenaran Allah, berasal dari kebangkitan-Nya.
  • 331. P. Bagaimana anugerah itu diberikan kepada kita dalam Baptisan?
    A. Caranya, di dalamnya kita dibuat mengenakan Yesus Kristus dan menerima Roh-Nya, dengan syarat janganlah kita membuat diri kita tidak layak menerima janji janji yang diberikan kepada kita di dalamnya.
  • 332. P. Dilihat dari sudut kita, apa cara yang tepat menggunakan Baptisan?
    A. Cara itu ialah dengan beriman dan bertobat. Artinya, kita yakin bahwa kesucian rohani kita terletak dalam diri Kristus, dan kita merasa dalam batin serta memperlihatkan kepada sesama kita dengan perbuatan, bahwa Roh Dia diam di dalam kita, untuk mematikan keinginan kita sendiri dan membuat kita menuruti kehendak Allah.
  • 333. P. Kalau itulah yang dituntut, bagaimana orang dapat membaptis anak-anak kecil?
    A. Tidak dikatakan bahwa iman dan pertobatan hares selalu mendahului penerimaan Sakramen. Keduanya hanya harus ada dalam diri mereka yang sanggup. Maka cukuplah kalau anak-anak kecil itu menghasilkan dan memperlihatkan buah pembaptisan mereka setelah mereka akil balig.
  • 334. P. Bagaimana engkau dapat membuktikan bahwa hal ini bukan tidak wajar?
    A. Sunat pun merupakan Sakramen pertobatan, sebagaimana dinyatakan oleh Musa dan para Nabi (Ula 10:16-17, 30:6; Yer 4:4), dan Sakramen iman, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus (Rom 4:11-12). Kendati demikian, Allah tidak melarang melaksanakannya pada anak-anak kecil.
  • 335. P. Akan tetapi, dapatkah engkau membuktikan bahwa alasan untuk menerima anak-anak kecil agar dibaptis sama seperti alasan untuk menyunati mereka?
    A. Tentu dapat, sebab janji janji yang dahulu kala Allah berikan kepada umat-Nya Israel kin diperluas ruang lingkupnya sehingga meliputi seluruh bumi.
  • 336. P. Apakah dari hal itu kita perlu menarik kesimpulan bahwa kita wajib memakai tandanya?
    A. Begitulah, bila kita memperhatikannya baik-baik. Sebab Yesus Kristus tidak membuat kita turut menerima anugerah-Nya, yang sebelumnya diberikan kepada umat Israel, dengan maksud menguranginya dalam diri kita atau membuatnya kurang terang dibandingkan masa sebelumnya. Sebaliknya, Dia membuatnya bertambah terang dan besar.
  • 337. P. Jadi, sekiranya kita tidak melayankan Baptisan kepada anak-anak kecil, pada hematmu kedatangan Tuhan Yesus membuat anugerah Allah berkurang?
    A. Betul. Dalam hal itu, kita tidak menerima tanda kebaikan dan belas kasihan Allah terhadap anak-anak kita, yang telah orang miliki pada zaman dahulu. Padahal, tanda itu berguna sekali untuk menghibur kita dan untuk mengukuhkan janji yang telah diberikan sejak awal mula.
  • 338. P. Jadi, pada hematmu halnya begini: Dahulu Allah menyatakan diri sebagai Penyelamat anak-anak kecil dan menghendaki supaya janji itu dimeteraikan pada tubah mereka melalui Sakramen lahiriah. Maka masuk akal kalau sesudah kedatangan Yesus Kristus janji-Nya itu diteguhkan dengan cara yang tidak kurang tegas, sebab janji itu tinggal tetap, bahkan lebih jelas dinyatakan dengan perkataan dan diteguhkan dengan perbuatan.
    A. Benar. Lagi pula, sebab diketahui umum bahwa kekuatan dan hakikat baptisan berlaku pula untuk anak-anak kecil maka orang akan merugikan mereka sekiranya orang menolak memberi mereka tandanya, yang nilainya tidak sebesar itu.'
  • 339. P. Maka dengan syarat apa harus kita membaptis anak-anak kecil?
    A. Kita harus melayankan baptisan sebagai tanda dan kesaksian bahwa mereka itu ahli waris berkat Allah yang telah dijanjikan kepada keturunan orang- orang percaya, agar setelah dewasa mereka mengenal kenyataan yang diungkapkan oleh pembaptisannya dan menarik manfaat darinya.
  • 340. P. Marilah kita membicarakan Perjamuan Tuhan. Pertama, apa maknanya?
    A. Tuhan kita telah menetapkannya dengan maksud hendak membuat kita yakin bahwa oleh pembagian tubuh dan darah-Nya jiwa kita diberi makan, agar kita memiliki pengharapan hidup yang kekal.
  • 341. P. Mengapakah Tuhan memakai roti untuk menggambarkan tubuh-Nya, dan anggur sebagai gambaran darah-Nya?
    A. Untuk menandakan bahwa sifat tubuh dan darah itu berhubung dengan Jiwa kita sama dengan sifat roti berhubung dengan tubuh kita. Sebagaimana roti mengenyangkan dan mengasuh tubuh kita dalam kehidupan fana ini, begitu tubuh-Nya memberi makan dan menghidupkan jiwa kita dengan cara rohani. Begitu pula, sebagaimana anggur menguatkan, memulihkan, dan menggembirakan manusia dengan cara jasmani, begitu darah-Nya adalah kegembiraan, pemulihan, dan kekuatan kita yang rohani.
  • 342. P. Apakah menurut engkau kita harus sungguh-sungguh mengambil bagian dalam tubuh dan darah Tuhan?
    A. Pada hematku begitulah. Kepastian tentang keselamatan kita terletak seluruhnya dalam ketaatan-Nya kepada Allah, Bapa-Nya, sebab ketaatan itu diperhitungkan kepada kita seolah-olah merupakan milik kita. Maka kita harus memilikinya, karena harta milik-Nya bukanlah milik kita kecuali kalau Dia menyerahkan diri kepada kita dulu.
  • 343. P. Akan tetapi, bukankah Dia telah menyerahkan diri kepada kita ketika Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk mendamaikan kita dengan Allah, Bapa-Nya, dan membebaskan kita dari kutuk?
    A. Memang benar. Tetapi hal itu tidak mencukupi, kalau kita tidak menerima Dia agar kita merasakan dalam diri kita hasil dan keampuhan kematian dan sengsara-Nya.
  • 344. P. Bukankah seharusnya kita menerima Dia melalui iman?
    A. Benar. Dengan percaya, bukan hanya bahwa Dia telah mati dan bangkit untuk membebaskan kita dari kematian kekal dan memperoleh kehidupan bagi kita, tetapi juga bahwa Dia diam di dalam kita dan bersatu dengan kita bagaikan kepala dengan anggota-anggota tubuh, untuk melalui persatuan itu membuat kita ikut memiliki semua anugerah-Nya.
  • 345. P. Bukankah persekutuan itu berlangsung juga di luar Perjamuan?
    A. Benar. Kita memilikinya juga oleh pemberitaan Injil, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus (1Ko 1:21), sebab di dalamnya Tuhan Yesus berjanji kepada kita bahwa kita ini tulang dari tulang-Nya dan daging dari daging-Nya (Efe 5:30), bahwa Dialah roti hidup yang telah turun dari sorga untuk memberi makan jiwa kita (Yoh 6:51), bahwa kita bersatu dengan Dia sebagaimana Dia bersatu dengan Bapa-Nya (Yoh 17:21), dan hal-hal serupa.
  • 346. P. Apa keuntungan tambahan yang kita peroleh dari Sakramen itu, dan mengapa manfaatnya bagi kita lebih besar lagi?
    A. Inilah, yaitu bahwa di dalamnya persekutuan itu diteguhkan lebih jauh dan seolah-olah diresmikan. Sebab, meski baik melalui Baptisan maupan melalui Injil Yesus Kristus sungguh-sungguh dibagikan kepada kita, hal itu hanya terjadi untuk sebagian, bukan sepenuhnya.
  • 347. P. Maka apa yang kita peroleh di dalam tanda roti?
    A. Bahwa tubuh Tuhan Yesus, sebab pernah dipersembahkan satu kali sebagai korban untuk mendamaikan kita dengan Allah, kini diberikan kepada kita untuk meyakinkan kita bahwa kita mendapat bagian dalam pendamaian itu.
  • 348. P. Apa yang kita peroleh di dalam tanda anggur?
    A. Bahwa Tuhan Yesus memberi kita darah-Nya agar kita minum, sebab menumpahkannya satu kali sebagai harga tebusan untuk melunasi pelanggaran kita, agar kita tidak ragu-ragu tentang penerimaan hasilnya.
  • 349. P. Menurut kedua' jawabanmu ini, Perjamuan membuat kita memperhatikan kematian dan sengsara Yesus Kristus, agar kita turut merasakan kekuatannya?
    A. Benar.Sebab, ketika itu telah dipersembahkan korban satu-satunya, dsku untuk seterusnya demi pelepasan kita; karena itu kita hanya tinggal menikmati hasilnya.
  • 350. P. Jadi, Perjamuan tidak ditetapkan supaya tubuh Yesus dipersembahkan sebagai korban kepada Allah, Bapa-Nya?
    A. Tidak. Hanya Dia yang memegang jabatan itu, sebab Dialah yang mempersembahkan korban untuk selama-lamanya (Ibr. 5:5). Sebaliknya, kita disuruh-Nya hanya menerima tubuh-Nya, bukan mempersembahkannya (Mat 26:26)
  • 351. P. Mengapa ada dua tanda?
    A. Tuhan kita telah berbuat begitu karena kelemahan kita, dengan maksud memberitahukan kepada kita bahwa bagi jiwa kita Dia bukan hanya makanan melainkan juga minuman, agar hanya dalam Dialah kita mencari seluruh makanan kita, dan bukan di tempat lain.
  • 352. P. Apakah semua orang sama-sama wajib memakai tanda kedua, yaitu cawan?
    A. Semua sesuai dengan perintah Yesus Kristus, yang tidak boleh diganggu gugat.
  • 352. P. Apakah dalam Perjamuan kita hanya memiliki kesaksian tentang hal-hal tersebut di atas, atau di dalamnya hal-hal itu sendiri benar-benar kepada kita?
    A. Sebab Yesus Kristus adalah kebenaran, tanpa ragu-ragu janji janji yang diberikan-Nya dalam Perjamuan dipenuhi juga di dalamnya, dan apa yang dilambangkan-Nya di dalamnya memang menjadi kenyataan di dalamnya. Maka, sesuai dengan janji dan gambaran yang diberikan-Nya aku tidak meragukan Dia membuat kita mengambil bagian dalam zat-Nya sendiri, untuk menyatukan kita dengan diri-Nya dalam satu kehidupan.
  • 354. P. Akan tetapi, bagaimana hal itu bila terjadi? Sebab, tubuh Yesus berada di sorga, sedangkan kita ini peziarah di bumi.
    A. Hal itu terjadi oleh kekuatan Roh-Nya yang tidak terpahami, yang menghubungkan hal-hal yang terpisah menurut tempatnya.
  • 355. P. Jadi, pada hematmu tubuh tidak terkurung di dalam roti dan darah di dalam cawan?
    A. Tidak. Bahkan sebaliknya, agar ldta beroleh kenyataan yang diungkapkan dalam Sakramen, perlu kita mengangkat hati ke atas, ke sorga. Di sana Yesus Kristus berada dalam kemuliaan Bapa-Nya, dan kita menantikan kedatangan-Nya dari sana untuk pelepasan kita. Maka kita tidak perlu mencari Dia dalam unsur-unsur fana ini.
  • 356. P. Maka menurut engkau dalam Sakramen ini ada dua hal: zat roti dan anggur, yang kita lihat dengan mata, kita sentuh dengan tangan, dan kita kecap dengan indera perasa kita, dan Yesus Kristus, yang menjadi makanan jiwa kita secara batin?
    A. Benar. Tetapi sedemikian rupa, hingga bagi kita roti dan anggur itu merupakan kesaksian kebangkitan tubuh kita, bahkan panjarnya, sebab tubuh kita itu juga diberi bagian dalam tanda kehidupan itu.
  • 357. P. Bagaimana seharusnya kita menggunakan Sakramen itu?
    A. Dengan cara yang dinyatakan oleh Rasul Paulus. Yaitu, hendaklah tiap- tiap orang menguji diri dan baru sesudah itu mendekatinya (1Ko 11:28).
  • 358. P. Dalam hal apa orang harus menguji diri?
    A. Manusia harus menguji diri untuk mengetahui apakah dia benar-benar anggota Yesus Kristus.
  • 359. P. Melalui tanda-tanda apa orang bisa mengetahui hal itu?
    A. Kalau dia memiliki iman dan pertobatan yang sejati, serta sungguh- sungguh kepada sesama manusia, dan tidak tercemar oleh kebencian, kedengkian, dan pertikaian.
  • 360. P. Apakah kita wajib memiliki iman dan kasih yang sempurna?
    A. Seharusnya baik iman maupun kasih kita tulus, tidak berpura-pura. Tetapi kesempurnaan yang tidak tercela, hal itu tidak dapat ditemukan ditengah umat manusia. Lagi pula, penetapan Perjamuan sia-sia kalau tidak seorang pun dapat menerimanya kecuali yang benar-benar sempurna.
  • 361. P. Jadi ketidaksempurnaan kita tidak mencegah kita mendekatinya?
    A. Bahkan sebaliknya; seandainya kita sempurna Perjamuan sama sekali tidak bermanfaat bagi kita. Sebab Perjamuan itu merupakan sarana pembantu dan penghiburan bagi kelemahan kita.
  • 362. P. Bukankah kedua Sakramen itu mempunyai juga tujuan lain lagi?
    A. Begitulah, sebab keduanya merupakan tanda dan cap pengakuan iman kita. Artinya, melaluinya ldta menyatakan bahwa kita termasuk umat Allah, dan mengaku sebagai orang Kristen.
  • 363. P. Maka bagaimana seharusnya kita menilai orang yang tidak mau menggunakannya?
    A. Seharusnya dia tidak dinilai sebagai seorang Kristen. Sebab dengan berbuat demikian dia tidak mau mengaku sebagai orang Kristen dan menyangkal Yesus Kristus.
  • 364. P. Akan tetapi, cukupkah kalau keduanya kita terima satu kali saja?
    A. Baptisan ditetapkan agar diterima satu kali saja, dan tidak boleh diterima ulang. Tetapi, lain halnya Perjamuan.
  • 365. P. Mengapa?
    A. Sebab melalui Baptisan Allah membawa kita masuk dan menerima kita dalam gereja-Nya. Setelah menerima kita, melalui Perjamuan dijelaskan-Nya kepada kita bahwa Dia mau memberi makan kita terus-menerus.
  • 366. P. Siapa yang berwenang membaptis dan melayankan Perjamuan?
    A. Mereka yang dengan resmi menanggung jabatan mengajar di dalam Gereja. Sebab memberitakan Firman dan membagikan Sakramen-sakra1erupakan dua hal yang berhubungan erat.
  • 367. P. Apakah ada buktinya?
    A. Ada. Sebab Tuhan kita telah memberi tugas membaptis dan memberitakan Firman secara khusus kepada para Rasul-Nya (Mat 28:19). Dan berhubung dengan Perjamuan diperintahkan-Nya agar semua orang begitu mengikuti contoh-Nya (Luk 22:19). Ternyata, Dia bertindak sebagai Pelayan, dengan membagikannya kepada yang lain-lain.
  • 368. P. Apakah para Pendeta yang melayankan Sakramen-sakramen wajib menerima semua orang yang maju untuk menggunakannya, tanpa membeda bedakan?
    A. Berhubung dengan Baptisan tidak ada alasan untuk membeda-bedakan, sebab dewasa ini Baptisan hanya dilayankan kepada anak-anak kecil. Sebaliknya, dalam hal Perjamuan, Pelayan harus memperhatikan jangan-jangan dia memberikannya kepada orang yang terkenal sama sekali tidak layak menerimanya.
  • 369. P. Mengapa?
    A. Sebab dengan demikian dia akan mencemari dan menghina Sakramen.
  • 370. P. Namun, Tuhan kita telah menerima Yudas, sekalipun dia sangat jahat.
    A. Pada saat itu kejahatannya masih tersembunyi. Meski Tuhan kita mengetahuinya, hal itu belum diketahui orang banyak.
  • 371. P. Kebijakan apa yang harus diambil terhadap orang munafik?
    A. Pelayan tidak dapat melarang mereka ikut sebab mereka tidak layak,tetapi harus menunggu sampai Tuhan menyatakan kejahatan mereka.
  • 372. P. Dan bagaimana kalau dia tabu bahwa orang-orang tertentu tidak layak, atau diberi tahu tentangnya?
    A. Hal itu tidak memadai untuk melarang mereka ikut, kecuali kalau buktinya cukup dan Gereja telah menghukum mereka.
  • 373. P. Jadi, perlu ada tata tertib yang tertentu dalam hal ini?
    A. Benar, jika Gereja diatur dengan baik. Artinya, orang harus memilih tokoh-tokoh yang bertugas mengawasi peristiwa-peristiwa menghebohkan yang mungkin terjadi. Bila ada orang yang sama sekali tidak dapat menerima Sakramen, mereka harus melarang orang itu ikut merayakannya, sebab Sakramen itu tidak mungkin diberikan kepada mereka tanpa menghina Allah dan mendirikan batu sentuhan bagi orang-orang percaya.