Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2017/02

e-JEMMi edisi No. 02 Vol. 20/2017 (28-2-2017)

Misi-Nya di Milenium Ketiga

Misi-Nya di Milenium Ketiga -- Edisi 02/Februari/2017
 
e-JEMMi
Misi-Nya di Milenium Ketiga -- Edisi 02/Februari/2017
 
DARI REDAKSI: MISI ERA DIGITAL

Shalom,

Dalam perkembangan dunia saat ini, kita sedang dan akan terus melihat banyak kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Manusia semakin bergantung pada teknologi, nilai-nilai budaya tradisional mulai tergerus oleh gelombang kemajuan era digital ini. Begitu pun dengan kehidupan gereja dan aktivitasnya, mau tidak mau akan mengikuti perubahan zaman ini. Satu hal yang tinggal tetap adalah firman-Nya. Firman Tuhan tidak akan pernah berubah dari dahulu, sekarang, dan sampai selamanya. Agar tidak terseret oleh arus perubahan zaman, gereja harus berdiri di atas dasar firman Tuhan yang benar sehingga gereja sanggup beradaptasi dengan perubahan tersebut tanpa bergeser dari dasar firman Tuhan.

Lalu, bagaimana dengan dunia misi? Apakah juga tersentuh oleh kemajuan zaman? Dahulu, untuk menyampaikan berita utama misi Kristen, seorang misionaris harus berjuang dengan sangat berat menempuh waktu dan jarak yang sangat panjang, menghadapi bahaya dari orang-orang di berbagai daerah, akses komunikasi yang sangat terbatas, dan juga kesulitan lainnya. Namun, pada abad ini, abad kemajuan, terutama di bidang teknologi, dunia misi sangat diuntungkan, seperti menemukan oase di tengah gurun yang mematikan. Teknologi sangat membantu banyak gereja dan badan misi dalam melakukan tugas dan panggilan ke berbagai bangsa dan sangat memungkinkan seluruh gereja terlibat dalam kegiatan misi. Oleh karena itu, pada bulan ini, redaksi e-JEMMi menyajikan sebuah artikel yang bertemakan "Misi Dunia di Era Digital". Gereja dan para pelaku misi harus mulai memikirkan strategi yang baru dan bijak karena Tuhan telah menciptakan teknologi untuk menolong pewartaan dan pemuridan bangsa-bangsa di seluruh bumi. Tuhan Yesus memberkati.

Ayub T.

Staf Redaksi e-JEMMi,
Ayub T.

 
ARTIKEL: MISI KRISTEN DI MILENIUM KETIGA

Saat ini, menghadapi milenium ketiganya, gereja Kristen menghadapi satu momen "kepentingan dan peluang" yang sangat besar secara historis. Gerakan misi pada zaman modern saat ini telah berusia lebih dari dua abad. Menengok kembali tahun-tahun tersebut, jelas bahwa Allah menggerakkan umat-Nya untuk membuat gelombang besar dalam menyebarkan Injil ke banyak tempat di dunia.

Pergerakan misi ini telah memungkinkan pengabaran Injil kepada jutaan orang yang mewakili ribuan kelompok etnis dan budaya. Alkitab telah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa dan dialek. Dalam beberapa puluh tahun terakhir, tempat-tempat baru di dunia ini menunjukkan respons yang menakjubkan kepada pekabaran Injil, dan benua Afrika mungkin telah menjadi pusat dari proyek perkabaran Injil sedunia. Faktanya, pada separuh akhir abad dua puluh, ada respons yang luar biasa terhadap Injil di lingkar Pasifik dan Benua Afrika.

Sekarang, gereja Kristen menghadapi tantangan-tantangan baru. Tanpa berusaha melebih-melebihkan, kita dapat menunjuk pada abad dua puluh satu sebagai era baru misi Kristen, dan menyadarinya sebagai peluang baru yang sangat besar.

Melihat misi-misi Kristen saat ini, kita mungkin sedang melihat kelahiran sebuah gerakan misi baru. Era baru dalam misi ini akan dibangun atas dasar pencapaian selama 200 tahun terakhir, tetapi perlu disesuaikan pula dengan kenyataan baru dalam konteks dunia kita.

Aspek terpenting dalam visi untuk menjalankan misi di dunia adalah hasrat untuk memuliakan Allah. Dari awal hingga akhir, Alkitab menyatakan bahwa Allah memuliakan diri-Nya dalam keselamatan bagi orang-orang berdosa, dan bahwa Ia berkehendak untuk dimuliakan di tengah-tengah seluruh umat manusia di dunia. Dorongan bagi keyakinan dalam bermisi ini timbul dari jaminan bahwa Allah menyelamatkan orang-orang berdosa, dan bahwa Ia memuliakan diri-Nya sendiri dengan melahirkan umat baru melalui darah Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya, kita memiliki peluang yang baik untuk memuliakan Allah dengan menyatakan Injil kepada semua orang di bumi.

Seperti yang telah dinyatakan oleh John Piper, "Alasan terpenting mengapa hasrat kita untuk Allah harus mendorong kegiatan misi adalah karena hasrat Allah bagi Allah, mendorong misi. Misi adalah luapan sukacita kita dalam Allah karena misi adalah luapan sukacita Allah dalam menjadi Allah." Dalam misi, kita membagikan sukacita Allah.

Para perintis seperti William Carey telah melahirkan pergerakan misi modern. Pemikiran Carey terhadap semangat penginjilanlah yang menetapkan dasar yang jelas bagi kebenaran dan keyakinan alkitabiah dalam penginjilan, dan mendorongnya meninggalkan tempatnya yang aman di Inggris dan pergi ke India. Tuaian penuh dari pelayanan William Carey akan dikenang dalam kekekalan. Kebanyakan orang Kristen tahu bahwa ia melayani sekian lama tanpa seorang pun berpaling kepada Kristus. Ketika banyak misionaris lain lebih memilih pulang ke tanah air atau menyerahkan mandat penginjilan kepada para pastor yang lebih muda, Carey tetap tinggal dan mengabdikan diri di India. Ia menerjemahkan Perjanjian Baru dan membangun penghubung-penghubung bagi masyarakat di negara besar itu.

Semenjak era Carey, ribuan misionaris telah meninggalkan rumah dan keluarga mereka untuk membawa Injil ke daerah-daerah paling terpencil di bumi. Meninjau kembali sejarah pergerakan misi, jelas bahwa tuaian besar telah didapatkan bagi Injil. Pada saat yang sama, setiap generasi meninggalkan jejaknya dalam tugas misi, dan tiap generasi tampaknya lalai dengan sejumlah idealisme/beban budaya yang dibawanya bersama Injil. Pada puncak gerakan misi pada era Victoria, para misionaris sering kali hanya berusaha untuk menjadikan penduduk lokal berkiblat pada kebudayaan Barat bersama upaya penginjilan mereka. Sebuah kesadaran baru tentang konteks global dan penghormatan terhadap budaya-budaya lokal seharusnya membuat kita lebih fokus untuk mengabarkan Injil ketimbang menyebarkan budaya Barat.

Visi baru bagi misi di dunia seharusnya diarahkan pada penjangkauan kelompok-kelompok masyarakat ketimbang bangsa-bangsa. Fokus misi pada negara-bangsa adalah peninggalan abad kesembilan belas ketika bangsa-bangsa dipandang sebagai sebuah unit individu dan identitas nasional berada di atas segalanya. Paradigma ini sudah ketinggalan zaman pada akhir abad dua puluh. Orang-orang Kristen kini menerima bahwa ada ribuan kelompok masyarakat yang berbeda, yang masing-masing dikenali melalui budaya, bahasa, dan struktur sosial -- dan mereka tidak selalu dapat dibedakan secara jelas berdasarkan batas-batas politis. Masing-masing dari kelompok masyarakat ini merepresentasikan tantangan misinya sendiri-sendiri, dan masing-masing darinya harus diperlakukan sesuai dengan keadaannya.

Walaupun mungkin pertemuan gereja-gereja dan denominasi yang menampilkan simbol-simbol kebangsaan masih akan terus terlihat, kenyataannya adalah tiap negara terdiri atas himpunan kelompok masyarakat yang berbeda dan sangat membutuhkan Injil -- kelompok-kelompok masyarakat ini sering kali tersebar di seluruh dunia.

Hal ini seharusnya menimbulkan sikap rendah hati seperti halnya peningkatan urgensi bagi gereja. Selama kita masih memperhitungkan negara-bangsa dalam konteks pencapaian misi, kita bisa melihat sebuah kemajuan luar biasa dan apa yang terlihat sebagai gerak maju yang tetap. Akan tetapi, ketika kelompok-kelompok masyarakat diperhitungkan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tantangan yang lebih besar terbentang di hadapan kita. Ini berarti bahwa gereja Kristen mesti mengembangkan pemahaman dan sensitivitas budaya, juga keterampilan bahasa dan budaya, dalam tugasnya mengabarkan Injil kepada orang-orang yang sulit dijangkau.

Visi baru bagi misi-misi di dunia ini pun luar biasa, mengingat fakta bahwa banyak, jika bukan sebagian besar, energi datang dari orang-orang Kristen akar rumput daripada orang-orang Kristen yang berasal dari struktur-struktur institusi. Mungkin, kemajuan misi terbesar di antara gereja-gereja Amerika dapat dilihat dari menyebarluasnya partisipasi orang-orang Kristen awam dalam perjalanan-perjalanan misi dan proyek-proyek misi jangka pendek. Gereja-gereja yang mendorong dan mendukung pendekatan praktis dalam misi ini akan melihat dampak besar bagi para partisipan dan bagi komitmen misi di antara seluruh jemaat.

Orang-orang Kristen masa kini tengah mencari suatu partisipasi dalam tantangan misi yang berbasis pengalaman dan pengamatan. Mereka tertarik sekali ketika mendengar dari para misionaris, tetapi lebih tertarik lagi pada komitmen dalam menjadi partisipan dalam gerakan misi. Karena hal itu, visi baru ini juga bersifat kongregasional dalam fokusnya. Tiap kumpulan jemaat mengambil tantangan misi dan mengukur ketaatan mereka sendiri menurut jumlah misionaris yang dikirim ke seluruh dunia dari antara anggotanya.

Sebagian besar dari visi ini muncul karena laporan-laporan dari Kawasan 10/40 yang berada pada posisi antara lintang 10 dan 40 derajat, di mana sebagian besar orang-orang yang belum terjangkau Injil menetap. Fokus pada Amanat Agung ini mengarah pada sebuah mentalitas mobilisasi yang menyimpan harapan besar bagi masa depan gereja Kristen.

Sebagian besar dari visi ini muncul karena laporan-laporan dari Kawasan 10/40 yang berada pada posisi antara lintang 10 dan 40 derajat, di mana sebagian besar orang-orang yang belum terjangkau Injil menetap. Fokus pada Amanat Agung ini mengarah pada sebuah mentalitas mobilisasi yang menyimpan harapan besar bagi masa depan gereja Kristen.

Pada separuh abad terakhir, Amerika telah mengalami sejumlah transisi generasi. Dengan tibanya milenium baru, generasi Baby Boomer, saat ini, berada pada usia paruh baya, dan sejumlah dari mereka sudah mendekati masa pensiun. Generasi GI (lahir awal 1900-an -- akhir 1920-an - Red.), yang membangun begitu banyak institusi hebat dan menjadi pemimpin dalam denominasi dan gereja-gereja kita saat ini, telah mencapai usia lanjut walaupun banyak dari generasi ini masih menjadi partisipan aktif dan adalah para pemimpin yang diakui. Di belakang generasi Baby Boomer, ada Generasi X, "Buster", dan "Millennial". Bagaimanakah generasi-generasi ini akan mencetak gerakan misi pada masa depan?

Generasi ini menunjukkan kesiapan untuk menerima tantangan-tantangan baru dan pergi ke tempat-tempat yang belum pernah dikabarkan Injil oleh generasi sebelumnya. Mereka telah lahir dalam sebuah dunia dengan beragam budaya, dan mereka dianugerahi dengan talenta-talenta komunikasi antarbudaya. Mereka tidak menerima isolasionisme budaya yang dipraktikkan oleh generasi sebelumnya. Mereka tidak melihat batasan politis bagi Injil. Mereka siap untuk melintasi batas-batas politis dan tidak melihat batasan-batasan bagi Amanat Agung. Ketika generasi-generasi sebelumnya ingin mendukung misi, generasi ini bertekad untuk melaksanakan misi. Lahir dalam budaya yang didorong pengalaman, muda-mudi Kristen ini tidak tertarik dengan misi melalui perwakilan.

Generasi baru ini sangat menjanjikan, tetapi juga menuntut perhatian yang cepat. Gereja perlu memobilisasi energi para muda-mudi Kristen ini dan mengerahkan talenta-talenta mereka dalam pemindahan dan adaptasi budaya. Namun, generasi ini juga mewarisi tumpukan pemahaman doktrin dan teologi yang makin merosot. Gereja-gereja dan seminari-seminari kita harus cepat mendidik generasi ini dalam kebenaran Alkitab, bahkan ketika mereka tengah memobilisasi diri untuk misi-misi di dunia.

Apa pun kemungkinannya, generasi-generasi baru ini akan menetapkan sebuah pola misi untuk jangka panjang. Kita mungkin akan melihat gelombang misi-misi patisipatif seperti yang belum pernah dilihat oleh gereja Kristen sejak abad pertama. Pada akhirnya, semua itu bergantung pada gereja, baik untuk mengerahkan energi maupun untuk memantapkan keyakinan mereka.

Visi kami bagi penginjilan di dunia adalah suatu barometer penting dalam kesehatan spiritual dan teologis. Sebuah komitmen yang bergelora bagi Kristus akan mengarah kepada hasrat akan Injil. Suatu penerimaan besar pada kebenaran Allah akan menghasilkan antusiasme untuk melihat Allah dipermuliakan ketika nama-Nya diproklamasikan kepada seluruh bangsa. Inilah waktunya bagi sebuah generasi baru untuk memimpin -- dan mengarahkan langkah. (t/Aji)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Albert Mohler.com
Alamat URL : http://www.albertmohler.com/2014/02/10/christian-missions-in-the-third-millennium-3/
Judul asli artikel : Christian Missions in the Third Millennium
Judul artikel : Misi Kristen Milenium Ketiga
Penulis artikel : Albert Mohler
Tanggal akses : 14 November 2016
 
Bergabunglah dalam Komunitas Pendoa Kristen di Indonesia!

Komunitas Doa

Apakah Anda rindu untuk tergabung dalam suatu komunitas pendoa? Anda ingin diperlengkapi sebagai pelayan-pelayan doa di Indonesia? Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam komunitas e-Doa, baik di Facebook maupun Twitter, untuk semakin terhubung dengan para pendoa lainnya. Dengan menjadi bagian dalam komunitas doa dari YLSA, Anda akan mendapatkan bahan-bahan e-Doa yang bermutu dari publikasi dan situs e-Doa kami, sekaligus berbagi ide, informasi, pokok doa, pelayanan, maupun pergumulan yang Anda miliki dengan anggota komunitas yang lain. Caranya? Klik saja alamat komunitas kami di bawah ini, lalu berpartisipasilah secara aktif di dalamnya. Ayo, bergabung bersama kami di komunitas e-Doa sekarang juga!

Informasi:
Situs e-Doa
doa@sabda.org
e-Doa
@sabdadoa
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-JEMMi.
misi@sabda.org
e-JEMMi
@sabdamisi
Redaksi: Ayub. T, Elizabeth N., dan N. Risanti
Berlangganan|Berhenti|Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org