Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2014/05

e-JEMMi edisi No. 05 Vol. 17/2014 (26-5-2014)

Kesatuan Tubuh Kristus (I)

Mei 2014, Vol. 17, No. 05
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Kesatuan Tubuh Kristus (I)
No. 05, Vol. 17, Mei 2014

Shalom,

Kesatuan dalam tubuh Kristus bukanlah hal yang asing bagi umat 
Kristen. Sejak semula, Tuhan memerintahkan kita untuk menjadi satu di 
dalam Dia, sama seperti Dia di dalam Bapa. Begitu pula dengan 
pengajaran para rasul yang mengajarkan umat percaya pada zamannya 
untuk hidup dalam suatu kesatuan dan kasih yang saling menguatkan. 
Namun, dengan adanya begitu banyak persaingan antar denominasi gereja 
saat ini dan semakin banyak lagi perpecahan dalam organisasi gereja, 
jemaat Allah seolah kehilangan kuasanya untuk menarik orang kepada 
Kristus.

Pada edisi ini, redaksi ingin mengajak Pembaca sekalian untuk 
merenungkan makna kesatuan tubuh Kristus dan berusaha mewujudkannya 
dalam kehidupan bergereja kita. Kiranya apa yang kami sajikan ini 
menjadi berkat bagi pembaca sekalian dan mendorong kita semua untuk 
semakin memandang kepada Kristus Yesus, yang oleh darah-Nya telah 
mempersatukan kita dalam keluarga Allah. Selamat membaca. Tuhan Yesus 
memberkati!

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >


         RENUNGAN MISI: KESATUAN DALAM TUBUH KRISTUS

Salah satu dari sekian banyak masalah yang signifikan dalam tubuh 
Kristus adalah perpecahan. Kekristenan telah terkotak-kotak dan 
menjadi terpecah menjadi begitu banyak kelompok dan denominasi yang 
kelihatannya melemahkan keefektifan kita. Lagipula, bagaimana mungkin 
kita mengajarkan kebenaran kepada dunia sementara "kebenaran" yang 
masing-masing kita pegang justru membuat kita saling berselisih?

Perjumpaan saya dengan orang-orang Kristen selama bertahun-tahun telah 
membuat saya semakin memahami bahwa ada terlalu banyak orang Kristen 
yang lebih memperhatikan perbedaan-perbedaan teologis daripada 
memusatkan perhatian mereka pada usaha untuk memperluas Kerajaan 
Allah. Saya sering sekali melihat mereka yang beraliran Calvinis 
menyerang non-Calvinis, penganut aliran Baptis menyerang penganut 
Presbiterian, mereka yang tidak berbahasa lidah menyerang mereka yang 
berbahasa lidah (dan sebaliknya), penganut pra-tribulasi berdebat 
dengan penganut paham pasca-tribulasi, mereka yang berpandangan 
amilenial berselisih dengan yang premilenial, dll.. Semua yang saya 
sebutkan itu benar-benar menggelikan. Tentu saja kita memiliki banyak 
pendapat, bahkan memang sudah seharusnya, sebab kita adalah makhluk 
yang berpikir. Akan tetapi, semua perbedaan kita itu hendaknya 
didasarkan pada kerendahan hati dan kasih. Jika perbedaan-perbedaan 
pendapat ini menjadi lebih penting daripada kesatuan tubuh Kristus, 
kita sama saja membiarkan penyembahan berhala dalam gereja dan bahkan 
hati kita.

"Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena 
Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil 
berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, 
lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling 
membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai 
sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil 
kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, 
satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang 
di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita 
masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran 
pemberian Kristus...untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi 
pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua 
telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak 
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan 
kepenuhan Kristus,..." (Efesus 4:1-7, 12-13)

Perintah itu adalah untuk menjadi satu. Tentu saja, kesatuan kita 
tidah boleh mengorbankan hal-hal yang penting; yaitu iman yang 
menjadikan kita orang-orang percaya. Hal-hal yang penting itu adalah 
mengenai ketuhanan Kristus, Tritunggal, kebangkitan Yesus secara 
jasmani, dan keselamatan yang hanya berdasar pada anugerah. Iman kita 
di dalam Kristus, Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, dan pribadi 
kedua dalam Tritunggal itulah yang menjadikan kita orang-orang 
percaya; bukan keyakinan kita terhadap pengangkatan pra atau pasca-
tribulasi, baptisan anak atau baptisan dewasa, dan musik himne atau 
musik kontemporer. Karena kita diselamatkan oleh Tuhan Yesus yang satu 
dan yang sama, maka kepada Dialah kita seharusnya memusatkan perhatian 
kita seraya mengingat kerendahan hati-Nya yang menjadi bagian yang 
penting dalam proses penyatuan kita di dalam tubuh-Nya. Kita tidak 
dapat disatukan jika kita meninggikan diri dan doktrin-doktrin kita 
yang kurang penting itu di atas hal-hal yang penting.

Kerendahan hati adalah ketika seseorang memandang orang lain dan 
berkata, "Mungkin Anda benar." Kerendahan hati adalah ketika Anda 
menganggap orang lain lebih penting daripada diri Anda. Kerendahan 
hati adalah ketika Anda mengakui bahwa Tuhan juga bekerja melalui 
kehidupan orang lain sekaligus melalui diri Anda; dan kesatuan itu, 
yang dipelihara demi kemuliaan Allah dan demi memajukan Kerajaan-Nya, 
jauh lebih penting daripada memelihara doktrin-doktrin yang kita sukai 
tetapi menjauhkan orang lain yang tidak setuju dengan pendapat kita.

"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia 
berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi 
ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus 
berdiri. Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari 
pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. 
Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. Siapa 
yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk 
Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap 
syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk 
Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah." (Roma 14:4-6).

Mengapa kesatuan dalam tubuh Kristus sangat penting? Ada dua alasan. 
Yang pertama, kesatuan berarti kita merendahkan diri seorang terhadap 
yang lain demi menyenangkan Tuhan, dan dengan demikian memuliakan-Nya. 
Yang kedua, ada banyak orang yang sedang menuju ke neraka dan mereka 
membutuhkan Kabar Baik dalam hidup mereka. Haruskah kita lebih 
memperhatikan doktrin-doktrin yang kita usung dan menutup mata 
terhadap penginjilan sehingga jiwa-jiwa yang berdosa terlepas dari 
jangkauan kita atau bahkan terhalang oleh pertengkaran dan perpecahan 
kita? Ataukah seharusnya kita menggabungkan karunia, bakat, dana, dan 
sumber daya kita serta menggunakan semua itu untuk menjangkau yang 
terhilang? Lagipula, di hadapan Takhta Allah tidak ada namanya 
penganut Presbiterian, Baptis, atau Lutheran.

Kiranya Tuhan mengaruniakan rahmat kepada kita agar kita dapat 
memusatkan pandangan kepada-Nya dan meminta-Nya memakai kita, mengajar 
kita merendahkan diri, dan menggerakkan hati kita untuk meletakkan 
Injil di tempat yang seharusnya; jauh di atas perbedaan denominasi 
kita, dan terlebih lagi di atas segala perbedaan kita yang kurang 
penting itu. Segala kemuliaan hanya bagi Yesus! (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: CARM
URL situs: http://carm.org/christianity/devotions/unity-body
Judul asli: Unity in The Body
Penulis: Matt Slick
Tanggal akses: 26 Februari 2014


  ARTIKEL MISI: MUNGKINKAH TERJADI KESATUAN DALAM TUBUH KRISTUS?

"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita 
Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di 
antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati 
sepikir." (1 Korintus 1:10)

Bertahun-tahun yang lalu, setelah berkhotbah mengenai kesatuan gereja, 
saya tidak dapat melupakan seorang gadis kecil yang mendekat kepada 
saya setelah akhir ibadah. Gadis kecil itu bertanya kepada saya, "Pak 
Pendeta, mengapa ada begitu banyak `abomination?`" Saya terkekeh 
mendengar pertanyaan itu karena bocah kecil ini salah melafalkan 
"denomination (Ing.: golongan)" dengan "abomination (Ing.: kekejian) 
". Akan tetapi, setelah saya renungkan, apa yang diucapkan gadis kecil 
itu mungkin lebih tepat untuk menggambarkan perpecahan-perpecahan yang 
sering kali muncul di berbagai gereja.

Dalam tubuh Kristus, sebagian besar penyebab munculnya berbagai 
denominasi adalah adanya perbedaan pemahaman mengenai doktrin-doktrin 
tertentu, sistem organisasi, tata ibadah, atau mungkin tradisi yang 
dipegang secara turun temurun. Namun demikian, ada sesuatu yang jarang 
kita pahami; gereja-gereja Kristen ternyata memiliki lebih banyak 
kesamaan pendapat daripada perbedaan-perbedaan itu. Hasil penelitian 
membuktikan bahwa mayoritas jemaat protestan/Injili di Amerika Serikat 
memiliki 90% kesamaan pendapat dalam hal-hal yang mereka yakini. Dan 
yang lebih penting lagi, ternyata hanya ada sedikit perbedaan pendapat 
mengenai hal-hal yang mendasar dalam iman Kristen seperti kehidupan 
dan ajaran-ajaran Yesus, identitas ketuhanan-Nya, serta perihal 
mengenai kematian dan kebangkitan-Nya.

Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus 
menyatakan dengan jelas bahwa perpecahan dan ketidakharmonisan dalam 
jemaat adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Kenyataannya, ia 
bahkan mengungkapkan suatu standar yang agaknya mustahil bagi gereja-
gereja masa kini, "supaya kamu seia sekata,...erat bersatu dan sehati 
sepikir."

Apakah mungkin bagi tubuh Kristus untuk mencapai idealisme kesatuan 
yang tinggi itu? Dalam istilah praktisnya, mungkinkah komunitas-
komunitas Kristen sanggup masuk ke dalam suatu harmoni sehingga kita 
semua dapat menjadi "seia sekata"? Kemungkinan akan hal itu hanya akan 
tercapai jika orang-orang Kristen dan gereja-gereja memusatkan diri 
mereka kepada kesamaan-kesamaan yang membuat kita semua menjadi orang-
orang percaya dan pengikut Kristus.

Di atas faktor-faktor yang ada, gereja-gereja Kristen didirikan di 
atas dasar yang sama, yaitu Kristus sendiri. Dialah batu penjuru, 
pengikat yang menyatukan setiap keyakinan orang percaya mengenai hal-
hal yang kekal. Yesus harus menjadi pusat dari semua khotbah dan 
pengajaran di gereja kita. Ia harus berada di atas segala sesuatu, 
termasuk penafsiran dan pemahaman kita. Dialah pusat penyembahan kita, 
tujuan utama ibadah kita, bahkan menjadi alasan dari keberadaan kita. 
Di kaki salib-Nya, semua orang percaya bersimpuh di atas dasar yang 
telah dibasahi oleh darah-Nya; oleh pengorbanan-Nya, mereka telah 
menjadi saudara seiman dalam keluarga Allah. Yesus sendiri berkata 
bahwa penderitan-Nya di kayu salib akan menarik banyak orang kepada-
Nya -- dan dari peristiwa yang agung itulah Ia akan membangun bagi-Nya 
sekumpulan orang yang menjadi pengikut-Nya. "...dan Aku, apabila Aku 
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." 
(Yohanes 12:32)

Dengan demikian, kesatuan antar gereja-gereja hanya akan terwujud jika 
kita memandang Yesus sebagai satu-satunya pemersatu kita. Yesus harus 
menjadi pusat -- lebih tinggi dari pendapat maupun tradisi kita. Kita 
harus meninggikan Dia di atas segala sesuatu. Begitu juga dalam hal 
berkomunikasi, hendaklah kita berkata-kata menggunakan bahasa yang 
Yesus gunakan -- bahasa kasih Allah.

Hendaklah kita berbicara dengan penuh kasih dan keramahan kepada 
mereka yang menjadi jemaat dari gereja yang berbeda dengan kita. 
Hentikanlah permusuhan dan persaingan dengan gereja-gereja lain. 
Sebaliknya, kasihilah, ampunilah, percayalah, dan bangunlah satu 
dengan yang lain di dalam kasih Allah yang amat besar ini.

Kasih sejati yang kita tunjukkan terhadap saudara-saudari seiman kita 
akan menunjukkan kredibilitas gereja Tuhan. Yesus berkata bahwa dunia 
akan mengenali para pengikut-Nya dari kasih yang mereka tunjukkan satu 
sama lain. Dengan demikian, perkataan-Nya itu menyiratkan bahwa pesan 
Injil akan memengaruhi seluruh dunia melalui kasih kita terhadap 
saudara-saudara kita. Mungkin inilah yang dinanti-nantikan oleh dunia, 
mereka ingin melihat tubuh Kristus yang saling mengasihi dengan tulus 
dan tidak terjebak dalam pertengkaran atau persaingan. Hanya dengan 
demikian, orang-orang lain akan percaya bahwa kita memang benar-benar 
mewakili Kristus dan hal itu akan membuat mereka lebih terbuka 
terhadap pesan Injil yang kita khotbahkan. Mengenai ini, Yesus 
berkata, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu 
saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula 
kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, 
bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling 
mengasihi." (Yohanes 13:34-35)

Baik dalam jemaat lokal, maupun dalam keseluruhan tubuh Kristus, 
berkat Allah hanya akan terwujud nyata di dalam kasih dan kesatuan. 
Pemazmur berkata bahwa kesatuan hati berkaitan dengan pengurapan dari-
Nya -- suatu simbol pengurapan dengan minyak yang melambangkan Roh 
Kudus. "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-
saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas 
kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher 
jubahnya." (Mazmur 133:1-2)

Jika ada satu masa ketika gereja Tuhan membutuhkan urapan-Nya, maka 
inilah saatnya. Jika kita benar-benar menginginkan berkat urapan-Nya 
itu, marilah kita bersama-sama memberikan kontribusi bagi kesatuan 
tubuh Kristus. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul buklet elektronik: Can There be Unity in The Body of Christ?
Penerbit: Victorious Publications, Grass Valley -- California, 1990
Penulis: Dr. Dale A. Robbins
Tanggal akses: 21 Februari 2014


            STOP PRESS: SITUS SEJARAH ALKITAB INDONESIA

Tahukah Anda bahwa hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 Alkitab 
yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu-
Indonesia? Tahukah pihak-pihak yang telah menerjemahkan Alkitab yang 
selama ini kita miliki? Bagaimana kisah-kisah di balik penerjemahan 
Alkitab?

Situs Sejarah Alkitab Indonesia < http://sejarah.sabda.org/ > hadir 
untuk memberikan Anda informasi paling lengkap tentang seluk-beluk 
penerjemahan Akitab di Indonesia, mulai dari sejarah, bagan data, dan 
berbagai artikel menarik yang perlu untuk diketahui.

Segeralah berkunjung ke situs Sejarah Alkitab Indonesia < 
http://sejarah.sabda.org/ > dan perkaya pengetahuan dan wawasan Anda 
tentang Alkitab Anda selama ini!


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org