Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/42

e-JEMMi edisi No. 42 Vol. 15/2012 (16-10-2012)

Supremasi Allah dalam Misi Melalui Doa 2

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Supremasi Allah dalam Misi Melalui Doa 2
No.42, Vol.15, Oktober 2012

ARTIKEL MISI: SUPREMASI ALLAH DALAM MISI MELALUI DOA 2
DOA BAGI MISI DUNIA: RUMANIA
DOA BAGI INDONESIA: MUSIM PANCAROBA DI INDONESIA

Shalom,

Pada edisi 41 telah dibahas peranan doa dalam menghadirkan kuasa Allah
untuk pelayanan misi. Sebagai kelanjutannya, pada edisi 42 ini kita
akan melihat tokoh-tokoh misi yang melandaskan pengharapan mereka pada
doa. Sebuah perjuangan tak kenal lelah, yang pada akhirnya melahirkan
misionaris-misionaris baru, tentu sangat perlu untuk diteladani. Lalu,
bagaimanakah mereka memercayakan pelayanannya dalam doa? Bagaimanakah
mereka menghadirkan hadirat Allah dalam `peperangannya`? Juga,
bagaimanakah mereka melihat sebuah pelayanan misi dalam kehidupannya?
Kita akan belajar kehidupan doa dari beberapa tokoh kekristenan awal.
Selamat membaca, Tuhan memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >

          ARTIKEL MISI: SUPREMASI ALLAH DALAM MISI MELALUI DOA 2

Doa-Doa dan Penderitaan John Eliot

John Eliot adalah salah seorang kaum Puritan yang dengan penuh
pengharapan menyeberangi Samudera Atlantik pada tahun 1631 ketika ia
berusia 27 tahun. Setahun kemudian, ia menjadi pendeta sebuah gereja
yang baru di Roxbury, Massachusetts, hampir 1 mil dari Boston. Namun,
sesuatu terjadi dan itu membuatnya menjadi lebih dari seorang pendeta.

Menurut Cotton Mather, terdapat 20 suku Indian yang tinggal di daerah
sekitar mereka. John Eliot tidak dapat mengabaikan penerapan nyata
dari teologinya: Jika Alkitab yang sempurna menjanjikan bahwa suatu
hari semua bangsa akan berlutut di hadapan Kristus, dan jika Kristus
berdaulat untuk menundukkan segala kuasa yang melawan kedaulatan-Nya
dengan Roh-Nya, maka ada sebuah harapan bagi seseorang yang pergi
sebagai duta Kristus kepada salah satu bangsa ini, untuk menjadi alat
Tuhan yang mencelikkan mata yang buta dan membangun garda terdepan
bagi kerajaan Kristus.

Ketika Eliot berusia lebih dari 40 tahun, ia mempelajari bahasa suku
Indian Algonquin. Dengan susah payah ia mempelajari kosakata, tata
bahasa, sintaksis, dan pada akhirnya menerjemahkan seluruh Alkitab dan
buku-buku yang dia anggap baik seperti karya Richard Baxter, "Call to
the Unconverted". Saat Eliot berusia 84 tahun, sejumlah gereja bagi
orang-orang Indian pun berdiri, beberapa di antaranya bahkan sudah
memiliki pendeta sendiri. Inilah sebuah kisah menakjubkan tentang
seseorang yang pernah berkata, "Doa dan penderitaan dalam iman kepada
Yesus Kristus akan mengatasi segala hal!"

Alasan mengapa saya menceritakan kisah ini adalah bahwa saya ingin
menekankan bahwa pengharapan yang Alkitabiah adalah sesuatu yang
sangat penting untuk menjadi dasar doa misi bagi dunia. Tuhan telah
berjanji dan Ia berdaulat: "Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang
sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu."
(Mazmur 86:9) Pemahaman inilah yang tertanam dalam-dalam di benak kaum
Puritan yang akhirnya melahirkan pergerakan misionaris modern pada
tahun 1793. William Carey memelihara tradisi ini, demikian juga dengan
David Brainer, Adoniram Judson, Alexander Duff, David Livingston, John
Paton, dan para misionaris lainnya yang memberikan hidup mereka untuk
menjangkau suku-suku yang belum terjangkau. Gerakan misionaris modern
tidak muncul dari teologia yang kosong. Pergerakan itu tumbuh dari
sebuah tradisi reformasi yang besar, yang menempatkan kedaulatan Tuhan
sebagai titik pusat kehidupan manusia.

Misi Adalah Karya Tuhan

Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Tuhan tidak meninggalkan Amanat
Agung-Nya dalam ketidakpastian kehendak bebas manusia. Dari semula
Tuhan berkata, "Aku akan mendirikan jemaat-Ku." (Matius 16:18a). Karya
misi adalah karya dari Tuhan Yesus yang bangkit itu.

Aku Memunyai Domba-Domba Lain ... Aku Harus Membawanya Juga

Dalam Yohanes 10:16a Yesus berkata, "Ada lagi pada-Ku domba-domba
lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga
dan mereka akan mendengarkan suara-Ku; domba-domba itu harus Kutuntun
juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku." Hal itu berarti bahwa
Kristus masih memiliki orang-orang lain, selain mereka yang telah
bertobat. "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang
ini" merupakan sebuah referensi untuk doktrin pemilihan. Tuhan memilih
siapa yang akan menjadi domba-domba-Nya, dan mereka telah menjadi
milik-Nya bahkan sebelum Yesus memanggil mereka. "Semua yang diberikan
Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Yohanes 6:37,44-45; Yohanes 8:47;
Yohanes 10:26-27; Yohanes 17:6; Yohanes 18:37). Kehendak Tuhan Yesus
yang berdaulat ini menjadi jaminan atas keterlibatan-Nya yang tidak
kasatmata dalam pelayanan misi bagi dunia.

Akan selalu ada orang-orang yang berpendapat bahwa doktrin pemilihan
membuat pelayanan misi menjadi tidak diperlukan. Mereka salah. Hal itu
tidak membuat pelayanan misi menjadi tidak diperlukan; tetapi justru
memberi harapan bagi pelayanan misi. John Alexander, seorang mantan
presiden InterVarsity Christian Fellowship berkata dalam sebuah pesan
di Urbana `67, "Pada awal pelayanan saya sebagai seorang misionaris,
saya pernah mengatakan bahwa jika doktrin predestinasi itu benar
adanya, maka saya tidak akan menjadi seorang misionaris. Sekarang,
setelah 20 tahun bergumul dengan kekerasan hati manusia, saya dapat
berkata bahwa saya tidak akan pernah menjadi seorang misionaris
kecuali saya percaya pada doktrin predestinasi." Hal itu memberikan
harapan bahwa Kristus pasti memiliki "domba lain" di tengah
bangsa-bangsa.

Ketika Yesus berkata, "domba-domba itu harus Kutuntun juga," hal itu
tidak berarti bahwa Dia akan melakukannya tanpa pelayanan para
misionaris. Dengan demikian jelaslah bahwa keselamatan datang melalui
iman (Yohanes 1:12, 3:16, 6:35), dan iman datang melalui perkataan
murid-murid-Nya (Yohanes 17:20). Yesus membawa domba-domba-Nya ke
dalam kandang melalui khotbah orang-orang utusan-Nya, sama seperti
Bapa yang menarik orang-orang kepada-Nya dengan mengutus Yesus
(Yohanes 20:21; Yohanes 10:27). Jadi, yang terjadi saat ini adalah hal
yang benar-benar sama dengan yang terjadi pada zaman Yesus,
"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan
mereka mengikut Aku." (Yohanes 10:27) Dalam Injil, Kristuslah yang
memanggil orang-orang percaya. Dalam misi dunia, Kristus pula yang
mengumpulkan domba-domba-Nya. Inilah mengapa ada jaminan yang teguh
bahwa mereka akan datang.

Dilengkapi dengan Kuasa untuk Melakukan Pelayanan Misi

Ketika Yesus terangkat ke Surga, Dia berkata pada para murid-Nya,
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi...Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius
28:18,20) 
Inilah otoritas yang digunakan-Nya untuk memanggil
domba-domba-Nya.

Untuk menjelaskan kepada para murid-Nya bahwa otoritas dan
kehadiran-Nyalah yang menjamin keberhasilan pelayanan misi mereka, Dia
menyuruh murid-murid-Nya itu menunggu di Yerusalem sampai mereka
diperlengkapi dengan kuasa-Nya dari tempat tinggi (Lukas 24:49). Dia
berkata bahwa turunnya kuasa ke atas mereka melalui Roh Kudus, akan
memampukan mereka untuk menjadi saksi-saksi-Nya "di Yerusalem dan di
seluruh daerah Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah
Para Rasul 1:8) Ketika Roh Kudus turun ke atas para murid, pada saat
itulah Tuhan mulai menggenapi janji-Nya untuk mendirikan jemaat-Nya.
Berkaitan dengan hal itu, Kisah Para Rasul 2:47a mencatat, "Dan
tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan." Tuhan benar-benar melakukannya. Dia terus melakukannya
dengan membangkitkan para misionaris terbesar sepanjang sejarah (Kisah
Para Rasul 26:16-18), memandu perjalanan mereka (Kisah Para Rasul
8:26, Kis 8:29; 
Kisah Para Rasul 16:7, Kis 16:10), dan menaruh dalam mulut mereka
kata-kata yang harus mereka ucapkan (Markus 13:11; Kisah Para Rasul
6:10).

Bukan Aku, Melainkan Anugerah Tuhan yang Ada Bersamaku

Paulus sangat menyadari bahwa keberhasilan misinya merupakan karya
Tuhan, bukan karyanya sendiri (Roma 15:18-19). Ia pernah berkata,
"Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain,
kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk
memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan
perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa
Roh." (Roma 15:18-19) Satu-satunya keinginan Paulus adalah agar
supremasi Kristus menjadi pusat dalam misi gereja. Tuhan sendirilah
yang membangun jemaat-Nya.

Bagaimana Paulus berbicara tentang pelayanannya? Dia berkata, "Tetapi
karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang,
dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua;
tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai
aku." (1 Korintus 15:10) Paulus bekerja. Paulus bertarung dan
mengikuti pertandingan. Namun dia melakukan hal itu dengan cara
seperti yang ia katakan dalam Filipi 2:13, "karena Allahlah yang
mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya." Memakai analogi pertanian, Paulus mengumpamakannya
seperti ini: "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi
pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang
menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan."
(1 Korintus 3:6-7) Paulus benar-benar rindu untuk menekankan
supremasi Tuhan dalam misi gereja.

Kerinduan untuk memuliakan Tuhan dalam pelayanan misi gereja
menggerakkan para rasul untuk melayani Tuhan dengan cara-cara yang
selalu memuliakan Dia, bukannya untuk mengagungkan diri mereka
sendiri. Sebagai contoh, Petrus mengajarkan hal ini kepada gereja
mula-mula: "jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya
dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan
dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus." (1 Petrus 4:11) Pribadi
yang memberi kekuatan untuk menjalankan pelayanan itulah yang mendapat
segala kemuliaan. Dengan berkata demikian, Petrus menyatakan
pentingnya melayani dengan mengandalkan kekuatan dari Allah bukan
dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Jika bukan Tuhan yang membangun
jemaat-Nya, maka bukan Dia yang mendapat kemuliaan, dan semua karya
pelayanan yang telah dilakukan itu akan menjadi sesuatu sia-sia, tak
peduli bagaimana "berhasilnya" pelayanan tersebut terlihat oleh dunia.

Keyakinan Perjanjian Baru dalam Kedaulatan Tuhan

Para rasul tahu bahwa yang sedang terjadi dalam pelayanan misi mereka
adalah penggenapan atas janji-janji yang dinyatakan dalam Perjanjian
Baru. "Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari
suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis,
tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh
menghidupkan." (2 Korintus 3:6a). Dalam perjanjian yang baru itu juga
dinyatakan bahwa Tuhan akan menaklukan kekerasan hati manusia dan
memperbarui batin mereka (Yehezkiel 36:26-27).

Ketika Lukas menjabarkan tentang penyebaran kekristenan, dia berulang
kali mencatat inisiatif Tuhan yang berdaulat dalam pertumbuhan gereja.
Ketika Kornelius dan keluarganya bertobat, hal itu digambarkan sebagai
pekerjaan Tuhan (Kisah Para Rasul 11:18, 15:14). Dalam segala cara,
keagungan Tuhan nampak dalam misi gereja. Tuhan tidak meletakkan Injil
dan umat-Nya dalam dunia, lalu meninggalkan mereka untuk berjuang
sendirian. Dialah sang pejuang, dan pertempuran itu harus dihadapi
dengan cara yang memuliakan-Nya.

Doa Membuktikan Supremasi Allah dalam Pelayanan Misi

Inilah alasan mengapa Tuhan menyatakan bahwa doa memiliki posisi
penting dalam misi gereja. Tujuan doa adalah untuk menjelaskan kepada
semua orang yang turut serta dalam perang ini bahwa kemenangan menjadi
milik Tuhan. Doa merupakan cara Tuhan untuk memberi anugerah untuk
kita dan kemuliaan bagi-Nya (Mazmur 50:15). Tuhan berkata, "Berserulah
kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau
akan memuliakan Aku."

Doa menempatkan Tuhan di posisi sebagai Tuan yang Maha Pemberi dan
memosisikan kita sebagai hamba yang miskin. Jadi, ketika misi gereja
bergerak maju dengan doa, maka supremasi Allah dinyatakan dan
kebutuhan semua laskar Kristen dapat terpenuhi.

Doa Adalah untuk Kemuliaan Bapa

Yesus telah mengajarkan hal ini kepada para murid-Nya sebelum Dia
pergi. Dia berkata kepada mereka, "Dan apa juga yang kamu minta dalam
nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam
Anak." (Yohanes 14:13) Dengan kata lain, tujuan terbesar doa adalah
untuk memuliakan Bapa. Sisi lain, dalam Yohanes 16:24. Yesus berkata,
"Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah
maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu." Tujuan doa
adalah agar sukacita kita menjadi penuh. Penyatuan kedua tujuan ini --
kemuliaan Tuhan dan sukacita umat-Nya -- terdapat dalam tindakan
berdoa.

Semangat para rasul untuk meninggikan keagungan Tuhan, yang
memengaruhi semua karya misi mereka, telah dibangun dalam diri mereka
oleh Yesus. Dalam Yohanes 15:5 Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan
kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat
berbuat apa-apa." Jadi, kita sama sekali tidak bisa menjadi misionaris
dengan kekuatan kita sendiri. Di luar Kristus, kita mungkin bisa
banyak memiliki strategi, rencana, dan upaya manusia namun kita tidak
bisa menunjukkan efek rohani untuk kemuliaan Kristus. Menurut Yohanes
15:5, Tuhan ingin agar kita "menghasilkan banyak buah." Dia berjanji
melakukannya untuk kita dan melalui kita; yaitu semua hal yang tidak
dapat kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri.

Bagaimana Tuhan dapat dipermuliakan melalui doa? Yesus memberikan
jawabannya dalam Yohanes 15:7, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Kita berdoa. Melalui Kristus,
kita meminta Tuhan memenuhi apa yang tidak bisa kita lakukan dengan
kekuatan kita sendiri -- yaitu berbuah. Lalu, ayat 8 memberikan
hasilnya: "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu
berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Doa
adalah sebuah pengakuan terbuka, bahwa tanpa Kristus kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Doa adalah peralihan dari diri kita kepada Tuhan,
dalam keyakinan bahwa Dia akan menyediakan pertolongan yang kita
perlukan. Doa adalah tindakan untuk merendahkan diri kita yang miskin
dan meninggikan Tuhan yang mencukupi segala sesuatu.

Itulah sebabnya, usaha pelayanan misi akan mengalami kemajuan dengan
dukungan doa. Tujuan akhirnya adalah untuk memuliakan Tuhan. Tuhan
akan melakukan hal ini dalam kedaulatan kemenangan-Nya atas tujuan
misionaris-Nya bahwa bangsa-bangsa akan menyembah Dia. Dia memastikan
kemenangan ini dengan memasuki peperangan dan menjadi pejuang
utamanya. Dia akan membuat keterlibatan-Nya terlihat jelas bagi semua
orang yang berpartisipasi melalui doa, karena doa menunjukkan bahwa
kekuatan tersebut berasal dari Tuhan. Berbagai keterlibatan Allah
dalam kancah pelayanan misi menjadi bukti dari hal-hal yang didoakan
oleh gereja dalam usaha pelayanan misinya. Ingatlah jangkauan doa yang
menakjubkan dalam kehidupan misionaris yang penuh semangat pada masa
gereja mula-mula. Betapa Tuhan telah sangat dimuliakan dalam luasnya
penyertaan-Nya! (tRento)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Let the Nations be Glad
Judul bab: The Supremacy of God in Mission Through Prayer
Penulis: John Piper
Penerbit: Baker Books, Grand Rapids 1993
Halaman: 50 -- 57

                      DOA BAGI MISI DUNIA: RUMANIA

Tim dari Vision Beyond Borders (VBB) yang dikepalai oleh MG membagikan
Injil kepada orang-orang yang belum percaya, dan juga membangun sebuah
rumah bagi seorang kepala Panti Asuhan Haven of Hope.

"Kami membangun rumah pada siang hari dan berusaha menjangkau setiap
orang dalam komunitas itu pada malamnya," ujar MG. Ia menyadari adanya
kelaparan akan harapan dari Kristus di antara komunitas-komunitas
Gipsi -- sebuah kelas sosial yang paling terpinggirkan dan paling
tertindas di negara itu. Tim VBB melayani mereka melalui musik dan
penginjilan, membangun rumah bagi Kristus di dalam hati orang-orang
Gipsi itu.

MG menjelaskan bahwa kelaparan rohani yang melanda komunitas-komunitas
Gipsi ini disebabkan oleh pengajaran dua agama paling dominan di
Rumania, yaitu iman Ortodoks Rusia dan agama Katolik. "Mereka
memandang pengajaran yang dulu ada pada mereka itu sebagai pengajaran
yang telah mati atau tidak berpengharapan, sehingga mereka menjadi
sangat terbuka terhadap Injil," terang MG.

MG dan tim VBB kembali mengunjungi Rumania beberapa kali untuk
membawakan Alkitab kepada komunitas-komunitas Gipsi. Ia tahu bahwa
yang paling penting saat itu bukan hanya untuk membawa komunitas-
komunitas Gipsi ini kepada Kristus, melainkan juga memuridkan mereka.
(t/Yudo)

Sumber: http://www.mnnonline.org/article/17740

Pokok Doa:

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi orang-orang yang baru percaya di
Rumania, sehingga mereka memiliki keinginan untuk mempelajari lebih
dalam tentang Allah dan bagaimana menjalani hidup sebagai orang
Kristen.

2. Mintalah kepada Tuhan agar Ia berkenan menopang dan memberi
semangat kepada para pekerja-Nya di Panti Asuhan Haven of Hope.

             DOA BAGI INDONESIA: MUSIM PANCAROBA DI INDONESIA

Beberapa hari yang lalu, masih begitu hangat pemberitaan tentang
kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Yang berdampak
pada menyusutnya volume air puluhan waduk di wilayah Indonesia dan
keringnya lebih dari 127.788 hektar lahan sawah. Namun, masa-masa
tersebut telah berakhir karena saat ini, Indonesia memasuki musim
pancaroba. Datangnya musim pancaroba bukan berarti tanpa risiko,
justru penduduk Indonesia harus waspada terhadap perubahan musim ini
karena biasanya banyak orang akan terserang penyakit. Mengetahui hal
ini, kami mengajak Anda untuk menaikkan doa-doa kita kepada Tuhan
Yesus Kristus.

Pokok Doa:

1. Berdoa supaya masyarakat Indonesia dapat mengaplikasikan pola hidup
bersih menjelang musim pancaroba, agar sejak dini mengantisipasi
kemungkinan terjadinya berbagai penyakit yang muncul dalam masa-masa
tersebut.

2. Berdoa bagi perlindungan dan kesehatan hamba-hamba-Nya yang
melayani di daerah-daerah yang minim dengan akses kesehatan.

"THOSE WHO FEAR GOD MOST ARE LEAST AFRAID OF MEN"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Kontributor: Doni Kukuh Mandiri
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
            Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org