Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/25

e-JEMMi edisi No. 25 Vol. 15/2012 (19-6-2012)

Samuel Zwemer

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Samuel Zwemer
No.25, Vol.15, Juni 2012

SEKILAS ISI
TOKOH MISI: SAMUEL ZWEMER
SUMBER MISI: RAVI ZACHARIAS INTERNATIONAL MINISTRIES (RZIM)

Shalom,

Bekerja di ladang Tuhan adalah panggilan untuk semua orang percaya.
Namun perlu diingat bahwa panggilan Tuhan bukan hanya untuk
"ladang-ladang" subur saja, melainkan juga untuk "daerah-daerah"
tandus, seperti "dunia sepupu": ladang yang paling sering dihindari
anak-anak Tuhan karena berbagai alasan. Samuel Zwemer adalah pemuda
yang dipanggil Allah ke "ladang" paling tandus tersebut dan dia
memenuhi panggilan ini. Salah satu kisahnya diangkat dalam sajian
e-JEMMi minggu ini. Semoga menginspirasi Anda untuk mulai bekerja di
"ladang- ladang" tandus di sekitar Anda. Selamat membaca!

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >

                     TOKOH MISI: SAMUEL ZWEMER

Kekuatan yang menjadi ciri khas para sukarelawan mahasiswa, yang
menyebar ke seluruh dunia pada akhir abad ke-19, adalah kualitas yang
menjadi ujung tombak dalam usaha pelayanan misi ke "dunia sepupu",
sebuah tempat yang menolak kekristenan dengan begitu keras. Pelayanan
misi pertama ke "dunia sepupu" dilakukan oleh Raymond Lull pada abad
ke-13. Pada saat itu, ia hampir dapat dikatakan seorang diri
menginjili "orang sepupu" daripada memerangi mereka. Pada abad
berikutnya, menurut Stephen Neill, "tanah sepupu" sangat tidak
diperhatikan oleh pelayanan misi Kristen, dibandingkan dengan ladang
lain yang lebih produktif. Keadaan tersebut berubah pada akhir abad
ke-19, sebuah masa yang ditandai dengan dimulainya pertemuan yang
lebih nyata antara iman kepada Yesus Kristus dan iman kepada "nabi
sepupu". Gereja Anglikan memasuki "wilayah sepupu" pada tahun 1860-an,
dan denominasi lain perlahan-lahan mengikutinya. Tetapi Samuel
Zwemerlah, seorang mahasiswa yang menjadi sukarelawan dan tanpa
dukungan denominasi mana pun, yang mengoordinasi usaha pelayanan misi
kepada "orang-orang sepupu", serta menarik perhatian dunia kepada
"masyarakat sepupu" dan kebutuhan mereka akan Kristus. Banyak
sukarelawan mahasiswa yang lain, termasuk W.H. Temple Gairdner, Dr.
Paul Harrison, dan William Borden, yang juga menyerahkan hidup mereka
untuk bekerja keras dalam pelayanan misi yang paling sulit dan hampir
tanpa penghargaan ini.

Samuel Zwemer, rasul kepada "orang-orang sepupu", lahir di dekat
Holland, Michigan, pada tahun 1867, sebagai anak ke-13 dari 15
bersaudara. Ayahnya adalah seorang pendeta Gereja Reformed, sehingga
sangat wajar jika setelah Samuel dewasa, ia pun memasuki ladang
pelayanan. Empat dari lima saudara laki-lakinya yang masih hidup juga
melayani, sedangkan saudarinya, Nelie Zwemer menyerahkan 40 tahun
hidupnya untuk melayani Tuhan sebagai utusan Injil ke Tiongkok. Ketika
ia menjadi mahasiswa di Hope College, Zwemer baru merasakan pentingnya
pelayanan misi luar negeri. Tahun-tahunnya di universitas dipengaruhi
oleh khotbah Robert Wilder (seorang pendukung utusan Injil yang juga
memberikan pengaruh kepada John R. Mott dan Mount Hermon Hundred). Ia
dan lima dari tujuh teman sekelasnya menjadi sukarelawan untuk
pelayanan misi di luar negeri.

Setelah mengikuti pendidikan di seminari dan menjalani pelatihan
medis, Zwemer dan seorang mahasiswa di seminari itu, James Cantine,
mengajukan diri mereka kepada Reformed Board untuk melayani di dunia
Arab; namun mereka ditolak karena anggapan pada masa itu, bahwa
pelayanan misi semacam ini adalah sesuatu "yang tidak berguna". Tanpa
kenal takut, kedua pemuda ini membentuk tim misi mereka sendiri
bernama "American Arabian Mission" dan mulai menggalang dukungan.
Zwemer melakukan perjalanan kira-kira sejauh 5.200 kilometer dan
mengunjungi hampir setiap gereja di Ohio bagian Barat, sementara
Cantine melakukan perjalanan ke Timur. Metode perwakilan mereka cukup
unik, mereka tidak meminta dukungan untuk diri mereka sendiri, tetapi
Zwemer meminta dukungan untuk Cantine, dan Cantine meminta dukungan
untuk Zwemer. Ketidaktertarikan para pendeta terhadap misi ini
merupakan sesuatu kemunduran, tetapi ada pula gangguan-gangguan kecil,
"Hari Sabat yang lalu, saya berkhotbah tentang misi di sebuah
kebaktian sore -- walaupun saya tidak dapat menggantung bagan yang
saya bawa! Ternyata di gereja itu selalu diadakan latihan olah vokal
untuk pemuda setelah kebaktian -- tetapi dengan pertolongan Allah,
saya dapat berbicara tanpa bagan itu -- dan saya berhasil."

Pada tahun 1889, perjalanan Cantine berakhir dan ia berlayar menuju
tanah Arab, dan Zwemer yang menyusulnya pada tahun 1890. Keteguhan
hati dan pengabdian mereka akhirnya mendapat perhatian para pemimpin
gereja, sebab pada tahun 1894 badan misi yang baru ini mendapat
undangan untuk bermitra dengan Reformed Church of America. Kemajuan
yang lambat dan penolakan selama tahun-tahun pertama pelayanan mereka
di Teluk Persia tidak melemahkan semangat mereka, kesulitan itu hanya
membuktikan apa yang sudah mereka perhitungkan. Awalnya, Zwemer dan
Cantine tinggal dengan dua utusan Injil Anglikan, tetapi ketika
pasangan utusan Injil Anglikan itu dipindahtugaskan, maka mereka
sendirian dan hanya tinggal bersama dengan seorang petobat baru dari
Suriah yang datang untuk bekerja dengan mereka. Kematian mendadak
pemuda Suriah itu, hanya 6 bulan setelah kedatangan Zwemer, merupakan
kemunduran yang menyakitkan bagi pelayanan itu.

Pada tahun 1895, setelah 5 tahun dalam kesendirian sebagai seorang
utusan Injil tunggal, Zwemer jatuh hati pada Amy Wilkes, seorang
utusan Injil perawat dari Inggris, yang disponsori oleh Church
Missionary Society of the Anglican Church. Meskipun ia adalah seorang
penginjil, tetapi masa perkenalan dan pernikahannya dengan Amy
bukanlah tanpa halangan. Untuk mengelak dari "peraturan yang sangat
ketat mengenai utusan Injil perempuan dalam memiliki teman laki-laki",
yang dibuat oleh Church Missionary Society merupakan kesulitan
tersendiri. Pernikahan berarti menghadapi tantangan yang lebih berat
lagi, terutama bagi utusan Injil muda yang terbatas dalam hal
keuangan. Penulis biografi Zwemer menulis, "Church Missionary Society
tidak melepaskan harga mereka tanpa sebuah perjuangan, sebab sama
seperti budaya dalam perkumpulan yang lain, bahwa sebagian biaya
transportasi harus dibayarkan kepada mereka jika seorang anggota baru
tidak bertahan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan di lapangan.
Peraturan ini harus dipenuhi. Jadi, Samuel Zwemer membeli istrinya
seperti dalam adat oriental."

Setelah berlayar ke Amerika Serikat untuk cuti pada tahun 1897,
keluarga Zwemer kembali ke Teluk Persia untuk melayani di antara
"orang-orang sepupu" di Pulau Bahrain. Pasangan ini menyalurkan bahan
literatur dan mengadakan penginjilan di jalan-jalan yang ramai maupun
di rumah-rumah, tetapi mereka jarang mendapat tanggapan yang positif.
Keadaan hidup mempersulit usaha mereka untuk mengerjakan pelayanan
misi yang sukses. Pada zaman sebelum ada pendingin ruangan, temperatur
di tempat itu hampir tak dapat tertahankan -- mencapai 107 derajat
Fahrenheit (41,5 derajat Celcius) di tempat terdingin, di beranda.
Dukacita pun terjadi di tengah-tengah pelayanannya, dua putri kecil
keluarga ini, masing-masing berumur 4 dan 7 tahun, meninggal dalam
jarak waktu 8 hari. Meskipun mengalami kesulitan dan dukacita, Zwemer
mengerjakan pelayanannya dengan sukacita. Ia bahkan dapat melihat
hari-hari itu, suatu hari 50 tahun kemudian, sambil berkata, "Sukacita
semata yang dialami pada hari-hari itu seakan kembali, dan dengan
senang hati aku akan mengulangi masa itu lagi...."

Setelah tahun 1905, perjalanan misi Arab yang dikerjakan oleh Zwemer
berhasil mendirikan empat pos pelayanan. Walaupun mereka kekurangan
sumber daya manusia, para petobat baru itu menunjukkan keberanian yang
sangat luar biasa dalam iman mereka yang baru. Pada tahun itu pula,
keluarga Zwemer kembali ke Amerika Serikat, meskipun mereka belum
mengetahui, itulah peristiwa yang menandai usaha perintisan pelayanan
mereka di tengah-tengah "orang sepupu". Di Amerika, Zwemer berbicara
atas nama pelayanan misi kepada "orang-orang sepupu". Dengan penuh
semangat ia menggalang dana, menyingkirkan segala bentuk filosofi
Hudson Taylor yang mengatakan bahwa segala kebutuhan dana tidak perlu
diketahui oleh orang lain. Kemudian pada tahun 1906, beliau menjabat
sebagai ketua konferensi besar pertama para utusan Injil yang melayani
di "dunia sepupu" yang diadakan di Kairo.

Selama di Amerika Serikat, Zwemer menerima sebuah panggilan penting
untuk menjadi sekretaris bagi "Volunteer Movement", sebuah jabatan
yang benar-benar tepat untuknya. Pada saat yang sama, Zwemer juga
menjabat sebagai sekretaris lapangan bagi "Reformed Board of Foreign
Missions", sehingga waktunya dihabiskan untuk bepergian dan membawakan
ceramah. Tidak seperti pelayanannya di "dunia sepupu", pelayanan yang
dikerjakannya kali ini memperoleh banyak tanggapan yang antusias, dan
banyak mahasiswa yang mendengar ceramahnya memenuhi panggilan untuk
pelayanan misi luar negeri. Kendati demikian, Zwemer tidak sabar untuk
kembali ke pos pelayanannya di Arab Saudi; dan pada tahun 1910,
menyusul Edinburgh Missionary Conference dan perjalanan kembali ke
Amerika, Zwemer kembali berlayar ke Bahrain untuk melanjutkan
pelayanannya.

Istri dan kedua anaknya yang termuda menemaninya saat kembali ke
wilayah Teluk, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Rencana hidup kedua
anaknya yang tertua di Amerika tidak seperti yang diharapkan, begitu
pula dengan tidak tersedianya pendidikan bagi kedua anaknya yang
termuda ini di ladang misi. Karena itulah, Amy kembali ke Amerika
Serikat untuk mengurus masalah keluarga ini, sebuah situasi yang
membuat keluarga ini seperti yang diutarakan Zwemer, "berada di ujung
tiga tanduk dilema" -- sebuah masalah tanpa pemecahan yang nyata.
"Jika istrinya pulang bersama dengan anak-anak, hal itu akan
menunjukkan bahwa Zwemer seolah-olah tidak mencintai istrinya karena
membiarkan istrinya pergi seperti sendirian. Jika anak-anaknya
ditinggal di Amerika, maka anak-anaknya dianggap telah ditelantarkan
oleh orang tua mereka. Jika suami-istri ini menghabiskan banyak waktu
untuk mengambil cuti, maka orang akan menuduh mereka tidak bertanggung
jawab dalam pelayanan mereka di ladang misi."

Kembali ke ladang misi, Zwemer merasa sulit untuk menyesuaikan dirinya
dengan pelayanan yang ada. Kemampuannya dalam hal memimpin sangat
dibutuhkan, namun rencana konferensi serta jadwalnya sebagai pembicara
sering membuatnya jauh dari pos pelayanannya. Pada tahun 1912, ia
menerima panggilan dari United Presbyterian Mission di Mesir, yang
diikuti oleh Church Missionary Society, yang juga berlokasi di sana
untuk memintanya pindah ke Kairo, dan berkoordinasi dengan pelayanan
misi untuk seluruh "dunia sepupu". Nile Mission Press yang terkenal
karena penyaluran bahan-bahan literatur kepada "orang-orang sepupu",
juga turut ambil bagian dalam proyek tersebut, begitu pula YMCA dan
American University of Cairo, sehingga membuat Zwemer tidak memiliki
pilihan lain selain mengiyakan permintaan itu.

Di Kairo, Zwemer menemukan masyarakat yang lebih terbuka, di mana para
pemuda yang terpelajar sangat ingin mendengarkan utusan Injil yang
cerdas dan mengesankan dari Barat ini. Zwemer menghabiskan waktu
berjam-jam setiap minggunya untuk mengunjungi kampus-kampus, dan
menurut Sherwood Eddy, Zwemer bahkan mendapat akses kepada para
pemimpin Universitas Al Ahzar yang bergengsi dan berpengaruh itu.
Terkadang Zwemer mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh dua ribu
"orang sepupu," tetapi pertobatan yang sebenarnya jarang terjadi,
sebaliknya pertentangan terhadapnya tetap tinggi. Pada suatu waktu, ia
sempat dipaksa untuk meninggalkan Kairo atas tuduhan telah menyebarkan
traktat-traktat secara ilegal kepada para mahasiswa, tetapi insiden
itu terbayar oleh pertobatan salah seorang mahasiswa tersebut. Seorang
profesor di kampus itu dengan geram merobek salah satu traktat yang
disebarkan oleh Zwemer di depan kelas yang dipimpinnya; seorang
mahasiswanya yang penasaran mengapa selebaran kecil semacam itu dapat
menimbulkan kemarahan yang begitu besar, memungut sobekan-sobekan
traktat tersebut dan menyatukannya kembali, dan kemudian bertobat dan
memeluk kekristenan.

Selama tahun pertamanya di Kairo, Zwemer ditemani oleh William Borden,
seorang sukarelawan mahasiswa dari Yale yang telah menandatangani
"Princeton Pledge" (ikrar yang berisi tekad untuk menjadi utusan Injil
ke luar negeri oleh pendengar khotbah misi di Princeton University,
Red) sebagai hasil dari khotbah yang dibawakan oleh Zwemer. Kerendahan
hati Borden dan hasratnya dalam membagi-bagikan traktat sembari
menyusuri jalanan Kairo yang panas itu dengan sepedanya, menyangkali
fakta bahwa sebenarnya ia terlahir sebagai orang kaya dan adalah ahli
waris dari harta keluarga Borden yang melimpah. Sebelum berjuang di
ladang misi, Borden telah mempersembahkan ratusan ribu dollar kepada
berbagai organisasi Kristen, dan pada saat yang sama ia menolak godaan
untuk membeli mobil bagi dirinya sendiri, karena menganggap hal itu
sebagai "kemewahan yang tak dapat dibenarkan". Tujuan yang ada dalam
benaknya hanya satu, yaitu menjalani hidupnya untuk melayani sebagai
utusan Injil. Itulah yang dilakukannya, walau hanya dalam waktu yang
singkat. Empat bulan sejak kedatangannya di Kairo, Borden meninggal
setelah serangan penyakit meningitis tulang belakang.

Selama 17 tahun, Zwemer menjadikan Kairo sebagai markasnya. Dari
sanalah, ia melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia, ikut serta
dalam konferensi-konferensi, menggalang dana, dan mendirikan pelayanan
bagi "orang-orang sepupu" di India, Cina, Indochina, dan Afrika
Selatan. Metode penginjilan Zwemer adalah gabungan antara penginjilan
tradisional dengan konsep "berbagi" yang lebih kontemporer, yang
menjadi karakteristik sukarelawan mahasiswa. Ia memperlakukan
"orang-orang sepupu" sejajar dengan dirinya -- ia membagikan imannya
kepada mereka (sebuah teologi yang konservatif) sembari berusaha untuk
memahami iman mereka, dengan demikian ia selalu menunjukkan rasa
hormat yang sungguh-sungguh kepada "orang-orang sepupu". Walaupun
orang-orang yang bertobat lewat pelayanannya sangatlah sedikit --
mungkin hanya setengah lusin selama empat puluh tahun pelayanannya --
Zwemer telah membuat kemajuan dalam membangkitkan perhatian
orang-orang Kristen terhadap kebutuhan penginjilan di antara
"orang-orang sepupu".

Pada tahun 1918, Zwemer mendapat tawaran yang menggoda untuk bergabung
dengan sebuah fakultas di Princeton Theological Seminary, namun
kepentingan yang mendesak akan pelayanannya di Kairo begitu besar,
sehingga ia menolak tawaran tersebut. Pada tahun 1929, pelayanannya di
Kairo telah berkembang dan ketika itu tawaran dari universitas
tersebut datang kembali, kali ini ia dapat pergi dengan keputusan yang
bijaksana untuk memulai karier yang baru sebagai pemimpin fakultas
Sejarah Agama dan Misi Kristen.

Selain pengajarannya, peninggalan Zwemer yang lain adalah
ceramah-ceramah dan tulisan-tulisannya. Selama 40 tahun, ia menjadi
editor untuk "Moslem World" (jurnal paling bergengsi dalam lingkupnya
di negara-negara berbahasa Inggris di dunia, menurut J. Herbert Kane),
dan ia juga menulis ratusan traktat dan hampir lima puluh buku. Zwemer
adalah seorang yang dipenuhi oleh "energi gugup" dan aktivitas mental
yang tak pernah berhenti. Seorang teman seperjalanannya pada suatu
waktu dengan segan menceritakan pengalamannya ketika menginap bersama
Zwemer, "... ia tidak dapat diam di tempat tidur untuk setengah jam
saja ... karena ia akan segera menyalakan lampu, bangkit dari tempat
tidurnya, mengambil secarik kertas dan pensil, menulis beberapa
kalimat, dan kemudian kembali lagi ke tempat tidur. Ketika kelopak
mata saya mulai berat, Zwemer mulai terbangun lagi, menyalakan lampu,
dan sekali lagi membuat beberapa catatan ... kemudian kembali lagi ke
tempat tidur."

Sepanjang hidupnya, Zwemer menghadapi tragedi dan kesulitan. Ia
meratapi kematian kedua putrinya, teman dekatnya, dan 2 orang istrinya
(yang pertama pada tahun 1937 dan yang kedua pada tahun 1950). Namun
demikian, ia tetap bersukacita dan optimis, ia juga selalu memiliki
waktu untuk bersenang-senang dan berkelakar. Di suatu kesempatan di
sebuah restoran di Grand Rapids, Michigan, kelakarnya menjadi begitu
"riuh dan liar", sehingga kepala pelayan harus turun tangan untuk
menertibkan keadaan. Zwemer betul-betul menghargai sisi terang dalam
kehidupan, dan dalam banyak hal, kepribadiannya secara unik cocok
dengan tahun-tahun yang penuh kerja keras di tanah yang tandus di
"dunia sepupu". (tYudo)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: From Jerusalem To Irian Jaya
Penulis: Ruth A. Tucker
Penerbit: Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan
Halaman: 276 -- 280

       SUMBER MISI: RAVI ZACHARIAS INTERNATIONAL MINISTRIES (RZIM)

Situs ini adalah situs resmi dari lembaga pelayanan Ravi Zacharias
International Ministries (RZIM). Di dalamnya Anda dapat menemukan
bahan-bahan apologetika berkualitas, tidak hanya dalam bentuk teks,
tetapi juga audio dan video. Tersedia pula informasi mengenai
acara-acara yang diadakan oleh RZIM berdasarkan region (Asia-Pasifik,
Kanada, Eropa, Hong Kong, India, dan Amerika Serikat).

Bahan-bahan apologetika berbentuk teks yang dapat disimak adalah
bahan-bahan pengajaran Ravi Zacharias untuk program siaran radio yang
berjudul "Just Thinking", yang ditulis ulang dalam format artikel.
Bahan-bahan ini ada yang ditulis sendiri oleh Ravi Zacharias dan ada
juga yang ditulis oleh timnya, seperti Jill Carattini, Margie
Zacharias, dan John Njoroge. Karena artikel ini selalu di "update",
maka RZIM.org juga menyediakan halaman arsip, yang dapat Anda diakses.
Selain artikel, situs ini juga menyediakan bahan-bahan renungan dengan
nama "A Slice of Infinity". Bahan renungan ini terintegrasi dengan
Facebook, sehingga Anda bisa membaca renungan "A Slice of Infinity" di
dinding Anda.

Di situs ini Anda juga bisa mendengarkan siaran radio bertajuk "Just
Thinking" dan "Let My People Think", serta menonton video-video acara
diskusi Ravi Zacharias di universitas-universitas di Amerika.
Singkatnya, situs ini benar-benar dapat memberi informasi yang
dibutuhkan oleh orang-orang Kristen, yang ingin lebih dalam
mempelajari apologetika. Jika Anda rindu mendalami dan mendapatkan
bahan-bahan apologetika berkualitas, segera kunjungi situsnya. (YSY)

==> www.rzim.org
==> http://rzim.christianbook.com

"WHEN WE PUT OFF TODAY`S TASKS WE ADD TO TOMORROW`S BURDENS"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org