Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/22

e-JEMMi edisi No. 22 Vol. 15/2012 (29-5-2012)

Bungku di Indonesia

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Bungku di Indonesia
No.22, Vol.15, Mei 2012

SEKILAS ISI
RENUNGAN MISI: IMIGRAN YANG JADI PENGUASA
PROFIL BANGSA: BUNGKU DI INDONESIA
STOP PRESS: DAPATKAN BUNDEL BULETIN PARAKALEO!

Shalom,

Menjadi seorang pemimpin bukanlah sesuatu yang mudah, tapi kehidupan
Yusuf selalu mengoreksi sekaligus memberi teladan dan semangat, ketika
kita diperhadapkan dengan pembentukan yang terkadang membuat hati
menjadi ciut. Dalam renungan misi di edisi ini, kami mengajak Anda
untuk merenungkan perjalanan hidup Yusuf, ketika Tuhan membentuknya
menjadi seorang pemimpin besar di Mesir.

Dalam kolom Profil Bangsa, kami mengajak Anda untuk menyimak profil
suku Bungku di Pulau Sulawesi, Indonesia, dan berdoa bagi suku ini
serta bagi kemajuan pekabaran Kabar Baik di tanah air.

Selamat menyimak dan berdoa. Tuhan Yesus memberkati!

Staf Redaksi e-JEMMi,
Yosua Setyo Yudo
< http://misi.sabda.org/ >

               RENUNGAN MISI: IMIGRAN YANG JADI PENGUASA

Kita semua telah mendengar dan mengetahui kisah Yusuf. Ia adalah
seorang imigran, tapi tak ada seorang pun yang menolak atau
menyangsikan kemampuannya menjadi pemimpin. Bahkan, Firaun pun kagum
dan berkata, "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang
penuh dengan Roh Allah." (Kejadian 41:38) Kita pun setuju jika semua
orang memuji dan ingin seperti dia. Mengapa? Sebab Yusuf memang layak
dan pantas mendapatkan semua itu. Perbedaannya dengan Firaun hanyalah
takhta kerajaan Mesir (Kejadian 41:40b). Tapi satu hal yang pasti, ia
tidak mendapatkannya secara instan atau tiba-tiba. Ujian dan halangan
demi halangan itulah yang membentuknya jadi pemimpin. Cara Yusuf
menghadapi semua itulah yang membedakan serta membuktikannya sebagai
pemimpin tulen. Nah, bukankah kita mau menjadi seperti Yusuf?

Seorang pemimpin tidak dilahirkan melainkan dibentuk. Demikian pula
Yusuf. Ia menjadi seorang pemimpin karena ia mau dibentuk dan
melakukan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh, tanpa memikirkan
untung ruginya.

Sejak awal, Yusuf telah mengalami penolakan dari saudara-saudaranya
yang membencinya, hanya karena ayah mereka lebih mengasihi Yusuf.
Bahkan, mereka berikhtiar untuk membunuh Yusuf karena kepolosannya
dalam menceritakan mimpi yang didapatnya. Pikirkan, apakah Yusuf
menjadi orang yang minder dan tertolak? Ternyata tidak. Yusuf tidak
membiarkan rasa mengasihani diri sendiri itu menguasainya dan lebih
dari itu, Yusuf bahkan mengampuni dan merindukan saudara-saudaranya
(Kejadian 41:51). Bayangkan, masihkah ada pelajar seperti Yusuf
sekarang ini? Mungkin Anda adalah orangnya.

Yusuf adalah seorang anak kesayangan ayahnya, tetapi tanpa
disangka-sangka, tiba-tiba ia menjadi seorang budak belian tanpa ia
tahu alasannya. Menjadi orang asing dan sendirian tanpa ada saudara
ataupun teman. Tapi, apa yang terjadi? Yusuf tidak mengeluh dan ia
tidak meninggalkan Tuhan, melainkan ia menyatakan hubungannya yang
intim dengan Tuhan, walaupun sendirian di negeri orang. Bagaimana
dengan kita? Saat kita sendirian dan tanpa teman, apakah kita tetap
berani membawa nama Yesus dan status Kristen pada lingkungan kita?
Jadilah seperti Yusuf.

Di Mesir, Yusuf menjadi seorang budak yang dikasihi tuannya. Namun
sekali lagi, dedikasi dan integritasnya yang takut akan Tuhan
menjadikannya seorang narapidana tanpa ada pembelaan atau penghargaan
karena sikapnya itu. Apakah Yusuf marah? Sayangnya, tidak. Ia tidak
marah, pada Tuhan sekali pun. Apakah Yusuf tergoda akan rayuan istri
Potifar? Yang terjadi adalah Yusuf lari dan tidak membiarkan dirinya
melakukan dosa tersebut karena ia tidak mau mengambil keuntungan dari
situasi saat itu. Inilah sikap yang harus ada pada kita, yang walaupun
digoda beratus-ratus istri Potifar lewat pacaran, VCD, majalah, atau
bahkan tempat pelacuran, tetap memilih untuk lari dan tidak membiarkan
diri kita melakukan dosa. Kitalah pelajar yang berani membela nama
Tuhan, dengan mengambil sikap bersih hati dan murni tangan di hadapan
Tuhan. Ya, kitalah angkatan itu. Kembali, Yusuf yang menjadi seorang
narapidana dan menafsirkan mimpi juru minuman dan juru roti, tidak
membiarkan dirinya dikecewakan oleh orang yang telah diselamatkannya.
Walaupun 2 tahun telah berlalu, Yusuf tetap percaya akan waktu Tuhan
yang paling tepat baginya. Saat Tuhan itulah yang menjadikan Yusuf,
tidak hanya sebagai mangkubumi di Mesir tetapi juga pemelihara
kehidupan suatu bangsa yang besar (Kejadian 50:20). Sangat indah,
bukan?

Ya, Tuhan tidak hanya membentuk Yusuf menjadi seorang yang rendah
hati, tetapi juga orang yang bergantung penuh pada Tuhan. Ini baru
pemimpin! Mari belajar dari Yusuf.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul Majalah: Abbalove, Edisi 6, Bulan 9, Tahun 1999
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Abbalove Ministries, 1999
Halaman: 3 -- 5

                  PROFIL BANGSA: BUNGKU DI INDONESIA

Pendahuluan/Sejarah

Orang-orang Bungku (juga disebut "To Bungku") tinggal di wilayah
Bungku Utara, Bungku Tengah, Bungku Selatan, dan Merui, di kabupaten
Poso, provinsi Sulawesi Tengah. Mereka juga ada di beberapa daerah
Sulawesi yang lain. Lebih jauh lagi, Orang-orang Bungku dibagi menjadi
sub-sub kelompok seperti Lambatu, Epe, Rete, dan Ro`Uta. Bahasa yang
digunakan oleh orang-orang Bungku adalah Bungku (sering kali disebut
Bungku Laki), yang berada dalam kelompok bahasa yang sama dengan
beragam bahasa Filipino. Bahasa ini dapat dibagi menjadi beberapa
dialek, seperti Taa, Merui, dan Lalaeo. Masyarakat imigran di daerah
ini menggunakan bahasa mereka sendiri, seperti bahasa Bugis, Bajo, dan
Jawa. Banyak pernikahan yang terjadi antara orang-orang Bungku dan
orang-orang imigran, sehingga hubungan antara kelompok-kelompok
tersebut cukup baik di daerah ini. Pada masa lampau, orang Bungku
hidup di wilayah-wilayah pedalaman yang terpencil dan memiliki sedikit
hubungan dengan orang luar. Dengan pembangunan jalan raya
Trans-Sulawesi, mereka telah lebih terbuka terhadap orang luar.
Meskipun mereka penduduk dari Sulawesi Tenggara, budaya mereka sangat
dipengaruhi oleh budaya Bugis. Menurut sejarah, banyak nenek moyang
orang Bungku adalah kelompok orang Bugis yang bermigrasi ke wilayah
tersebut.

Seperti Apa Kehidupan Mereka?

Orang-orang Bungku memiliki mata pencaharian sebagai petani. Mereka
menanam beras, jagung, ketela sebagai hasil bumi utama mereka. Hasil
bumi yang sekunder adalah kelapa serta sagu. Orang Bungku juga memanen
damar dan rotan yang tumbuh di hutan-hutan lebat, yang masih ada di
daerah tersebut. Secara khusus, tanah mereka kurang subur dibandingkan
daerah lain di Sulawesi Tenggara. Dahulu, masyarakat Bungku dipisahkan
menjadi tiga kelas. Para kepala desa membentuk kelompok elit.
Orang-orang biasa membentuk kelompok menengah. Para buruh adalah
kelompok terakhir dan terendah.

Apa Kepercayaan Mereka?

Mayoritas orang-orang Bungku telah memeluk Islam. Namun pada saat yang
sama, kepercayaan animistis tradisional yang lebih tua masih tetap
dijaga. Misalnya, mereka masih percaya pada berbagai macam roh-roh dan
melakukan berbagai ritual, baik untuk menenangkan atau mengendalikan
mereka. Mereka sering kali meminta seorang dukun
(cenayang/tabib/okultis) untuk menjadi perantara antara diri mereka
dengan roh-roh tersebut.

Apa Kebutuhan Mereka?

Saat ini, orang-orang Bungku membutuhkan pendampingan dan pelatihan
untuk mengelola kelapa, damar, dan tanaman rotan dengan lebih
profesional. Pelatihan oleh para profesional yang tidak akan
mengeksploitasi orang-orang Bungku, akan menjadi sumbangan yang amat
besar bagi perkembangan ekonomi mereka. Sampai sekarang, pengelolaan
tanaman-tanaman ini telah dilakukan melalui sarana dan metode
tradisional, yang telah terhambat oleh infrastruktur yang tidak
memadai. Jalan-jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten, Poso,
dengan wilayah-wilayah perkebunan di sekitarnya, seperti Beteleme,
Bungku, Lore Utara, dan Lore Selatan sangat kurang. Di atas semuanya
itu, banyak investor dibutuhkan untuk mengembangkan daerah-daerah
perkebunan ini. Pelayanan medis dan obat-obatan yang tidak mahal
dibutuhkan di daerah pedesaan. Karena kesulitan keuangan dan
faktor-faktor yang lain, orang-orang Bungku hanya mencari bantuan
medis dalam kasus-kasus gawat darurat. (t/Anna)

Pokok Doa:

1. Berdoalah agar Tuhan menggerakkan pemerintah Indonesia untuk
mengadakan penyuluhan-penyuluhan, demi memajukan sektor perkebunan dan
ekonomi di daerah suku ini.

2. Doakan agar pemerintah dapat menyediakan infrastruktur yang
memadai, jalan-jalan yang menghubungkan daerah tempat suku Bungku
dengan ibukota kabupaten, dan wilayah-wilayah perkebunan yang lainnya,
sehingga juga dapat membuka jalan bagi Kabar Baik agar lebih mudah
diwartakan kepada mereka.

3. Doakan agar ada investor-investor yang berminat untuk menanamkan
modal di daerah-daerah perkebunan ini, sehingga dapat mengembangkan
sektor perekonomian.

4. Doakan agar Tuhan sendiri berperang melawan kuasa-kuasa kegelapan
yang mengikat kehidupan orang-orang Bungku dalam bentuk okultisme dan
kepercayaan-kepercayaan yang menyembah roh-roh jahat.

5. Doakan agar ada pelayanan misi yang tidak hanya mengabarkan tentang
Kabar Baik, tetapi juga menyediakan pelayanan medis di tengah-tengah
suku ini.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=11019
Judul asli artikel: Bungku of Indonesia
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 24 Januari 2011

            STOP PRESS: DAPATKAN BUNDEL BULETIN PARAKALEO!

Buletin Parakaleo berisi tulisan-tulisan dari penulis dan konselor
Kristen yang telah berpengalaman dalam bidangnya, seperti Yakub
Susabda, Esther Susabda, Paul Gunadi, dan Paul Soetopo. Buletin
Parakaleo ini diterbitkan oleh Departemen Konseling Sekolah Tinggi
Teologi Reformed Injili Indonesia sejak tahun 1984 hingga tahun 2007
[buletin ini sekarang sudah tidak terbit lagi]. Saat ini tersedia
bundel Buletin Parakaleo yang berisi 56 edisi (lengkap).

Jika Anda berminat untuk mendapatkan bundel buletin Parakaleo ini,
silakan mengisi form pemesanan di bawah ini. Pesanan Bundel Parakaleo
akan dikirim lewat pos ke alamat pemesan (mohon tulis alamat yang
lengkap).

Sebagai ganti biaya cetak dan ongkos kirim, pemesan bisa memberikan
sumbangan sukarela lewat transfer Bank:

Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati

----------------> potong di sini <-------------------
FORM PEMESANAN BUNDEL PARAKALEO

Nama Pemesan:
Alamat lengkap:
Kota:
Kode Pos:
No. HP:
Email:

Jumlah yang dipesan: .... bundel (masing-masing berisi 56 edisi -- lengkap)

----------------> potong di sini <-------------------

Kirimkan kembali form ini dan bukti transfer ke:
==> konsel(at)sabda.org

Atau kirimkan data Anda lewat SMS ke: 088-1297-9100

"WHEN WE SAY GO INTO THE WORLD TO OUR MISSIONARY WE MUST SAY THE SAME
TO OUR DOLLARS"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org