Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/37

e-JEMMi edisi No. 37 Vol. 14/2011 (20-9-2011)

Lebih Mudah Tanpa Pendaftaran

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
KESAKSIAN MISI: LEBIH MUDAH TANPA PENDAFTARAN
SUMBER MISI: JAPAN MISSION
STOP PRESS: KELAS DISKUSI PESTA -- NATAL 2011

Shalom,

Pengakuan gereja secara resmi oleh pemerintah mungkin memberikan
keamanan dan kenyamanan dalam beribadah. Akan tetapi, bisa jadi hal
itu harus dibayar dengan pembatasan-pembatasan dalam memberitakan
Kabar Baik. Sebaliknya, walaupun gereja yang tidak terdaftar rawan
penganiayaan, makin tumbuh kerinduan dalam mewartakan karya
penyelamatan Kristus. Jemaat Tuhan dituntut untuk berani membayar
harga demi menyelamatkan mereka yang terhilang. Simaklah kesaksian
misi kali ini, beserta sekilas informasi kegiatan misi di Jepang.
Tuhan Yesus menyertai.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://misi.sabda.org/ >

             KESAKSIAN MISI: LEBIH MUDAH TANPA PENDAFTARAN

Pendeta O, dari gereja Baptis di Urganch, Barat daya Uzbekistan,
adalah seorang yang tinggi besar. Dia berpundak lebar dan berperut
besar. Dengan rambut cepak merah kekuning-kuningan, dia dapat disebut
sebagai seorang perwira angkatan bersenjata yang sudah pensiun.
Kecelakaan kerja menyebabkan dia mengalami cedera kaki dan dia
berjalan pincang. Pendeta O dan istrinya, N, dulunya adalah bekas
pencandu alkohol dan pengguna obat-obatan terlarang. Mereka hidup
setiap harinya dalam kasih karunia Allah yang telah membebaskan mereka
dari suatu kehidupan yang penuh kecanduan.

Mereka tiba di kota perbatasan yang berdebu ini pada tahun 1998, untuk
menggembalakan jemaat terdaftar, siap untuk menjadi benih yang ditanam
dan digunakan untuk Kerajaan Allah. Perselisihan mereka dengan pihak
kepolisian, terjadi setahun kemudian dan menghebat sampai tahun-tahun
selanjutnya.

Awal tahun ini, pemerintah akhirnya menarik izin gereja Pendeta O.
Kejahatankah? Bukan, tetapi karena mengundang anak-anak tuli untuk
mengikuti sekolah minggu di gerejanya dan menceritakan kepada mereka
tentang Yesus. Oleh karena "membuat masalah", izin mereka dicabut dan
mereka diperintahkan untuk menghentikan persekutuan.

Ketika Dewan Gereja Nasional Uzbekistan memprotes pemerintah, mereka
diperintahkan untuk diam atau kewenangan mereka juga dicabut. Dewan
Gereja Nasional dilengserkan, dan secara diam-diam memaksa O untuk
berhenti berkhotbah dan menutup gerejanya -- berhenti menanam benih
Injil di Urganch.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Pendeta O dan N. Mereka
memutuskan untuk melanjutkan pelayanannya. O mengatakan kepada KDP
bahwa ketika gerejanya terdaftar, setiap 3 bulan dia harus memberikan
laporan-laporan kepada pemerintah. Laporan tersebut menceritakan
secara spesifik tempat diadakannya persekutuan, apa yang mereka
lakukan di dalam persekutuan tersebut, berapa banyak uang persembahan
yang diberikan jemaat, bagaimana uang persembahan tersebut dihabiskan,
dan berapa banyak jiwa yang menghadiri ibadah. Sejak izin gerejanya
dicabut, dia tidak perlu lagi memberikan laporan-laporan tersebut. Dia
bahagia memiliki waktu ekstra untuk dihabiskan bagi kegiatan-kegiatan
pelayanan.

Kami duduk di atas lantai di dalam apartemen kecilnya, minum teh, dan
makan roti bundar yang sudah umum dikonsumsi oleh masyarakat daerah
ini. Kami bertanya mengapa pemerintah begitu ketakutan terhadap gereja
dan pertumbuhannya?

"Saya tidak tahu mengapa mereka takut", katanya. "Tetapi pemerintah
melihat bahwa kami melayani anak-anak dan orang-orang Uzbek, dan
pemerintah melihat begitu banyak orang Uzbek datang ke gereja kami.
Orang Uzbek sedang mencari-cari Allah yang sesungguhnya. Mereka lelah
dengan agama-agama tradisional (agama lain dan komunisme/ateisme).
Mereka lapar akan firman-Nya. Kami mengerti bahwa ini adalah
peperangan rohani."

Malam itu, gereja Pendeta O mengadakan persekutuan spesial untuk
menayangkan film "The Passion of the Christ". Penjangkauan gereja
kepada orang-orang tuli, telah menghasilkan buah. Dalam persekutuan
tersebut, hampir setengah jemaat menaikkan pujian dengan tepuk tangan
daripada bibir mereka. N mengundang 5 orang tetangga wanita untuk ikut
menyaksikan film ini. Mereka sangat berhasrat untuk datang dan ingin
tahu mengenai film ini, yang rumornya anti terhadap bangsa Yahudi.
Banyak dari mereka pulang bercucuran air mata karena melihat dengan
jelas gambaran penderitaan Kristus. Setelah ibadah, kelima wanita
tersebut dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Mereka mengerumuni N --
ingin sekali meminta penjelasan, ingin sekali menerima benih-benih
Injil.

Pelayanan gereja di Urganch berlanjut. Polisi tidak melakukan
penggerebekan terhadap persekutuan kami malam itu. Mungkin mereka akan
melakukannya di malam lain. Pendeta O, N, dan orang-orang percaya
lainnya di sana tidak tahu kapan mereka akan digerebek. Gerejanya
tidak akan diberi lagi status terdaftar, jika mereka tidak
menghentikan penginjilan atau mengurangi usaha-usaha pelayanan mereka
-- jika mereka tidak berhenti menanam benih-benih Injil.

Pendeta O memberitakan lebih lagi mengenai penganiayaan, lebih lagi
mengenai perlunya benih-benih yang rela mati untuk melihat
buah-buahnya tumbuh. Dia bekerja keras mempersiapkan kawanan dombanya
untuk siap menghadapi penganiayaan yang akan datang. Dia sedang
melatih para pemimpin rohani, mempersiapkan mereka jika suatu saat
mereka diusir dari komunitas mereka.

Pokok Doa

1. Doakan pendeta O dan istrinya, N, supaya Tuhan menyertai pelayanan
mereka dan memberkati hidup mereka.

2. Doakan agar orang-orang percaya di Uzbekistan bersatu hati, dan
Tuhan mengaruniakan keberanian bersaksi dan kesetiaan mengikut Dia.

3. Doakan agar Tuhan memuaskan kerinduan orang-orang Uzbekistan yang
haus akan kebenaran sejati. Doakan juga agar mereka membuka hati untuk
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November - Desember 2004
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan
Halaman: 6 -- 9

                      SUMBER MISI: JAPAN MISSION

Japan Mission (JM) yang berlokasi di Jepang, didirikan oleh Neil dan
Peggy Verwey pada tahun 1957. Organisasi ini merupakan organisasi misi
interdenominasi yang bertujuan menolong gereja dalam melakukan
pelayanannya. Di Jepang, ada sekitar 7.500 gereja dan para pendeta
sering membutuhkan bantuan dengan literatur, audio-visual, dan program
penginjilan. Japan Mission menolong gereja menyediakan kebutuhan-
kebutuhan tersebut. Slogan yang mereka miliki, yaitu "Dipanggil untuk
Melayani". Visi organisasi ini adalah membantu gereja-gereja di Jepang
dan keselamatan bagi bangsa Jepang.

Program pelayanan Japan Mission antara lain melalui pelayanan
penjangkauan dalam bahasa Inggris, penjangkauan para pelajar,
pertemuan-pertemuan pelayanan penginjilan, pelayanan penginjilan
melalui rumah sakit, penjara, dan pelayanan kepada para lansia.
Melalui program-program tersebut, ratusan orang berkesempatan
mendengarkan Injil. Banyak orang juga dijangkau melalui jam-jam
konseling maupun surat-menyurat. (DW)

==> www.japanmission.org

            STOP PRESS: KELAS DISKUSI PESTA -- NATAL 2011

Apakah Anda rindu memperoleh pemahaman mendalam mengenai makna Natal
yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan?

Kami mengundang Anda untuk bergabung dalam kelas Diskusi Natal 2011,
yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
<http://ylsa.org> melalui program Pendidikan Elektronik Studi Teologi
Awam (PESTA) <http://pesta.org>. Diskusi akan diselenggarakan melalui
milis diskusi (email) dan akan dimulai pada 1 November -- 05 Desember
2011.

Setiap peserta yang telah mendaftarkan diri wajib menulis renungan
singkat mengenai Natal dengan judul bebas, namun masih berhubungan
dengan makna Natal. Ukuran maksimal isi tulisan sebesar 250 -- 300
kata. Renungan dikumpulkan paling lambat pada tanggal 5 Desember 2011,
atau selama diskusi berlangsung.

Pendaftaran peserta dibuka mulai 12 September -- 31 Oktober 2011.
Segera daftarkan diri Anda ke admin PESTA di alamat email
< kusuma(at)in-christ.net >

              "WHEN GOD FORGIVES SIN, HE NOT ONLY PURGES
              THE RECORD, HE ALSO EMPOWERS THE RECIPIENT"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org