Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/3

e-JEMMi edisi No. 03 Vol. 14/2011 (18-1-2011)

Dwight L.Moody -- Utusan Injil Terbesar Abad XIX

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
TOKOH MISI: DWIGHT L.MOODY -- UTUSAN INJIL TERBESAR ABAD XIX
SUMBER MISI: TIJUANA CHRISTIAN MISSION

Shalom,

Senang kami dapat menyapa dan menjumpai sahabat e-JEMMi dalam suasana
dan nuansa tahun baru. Pada edisi kali ini, kami menampilkan seorang
tokoh misi yang sungguh luar biasa diurapi Tuhan dalam pelayanannya di
bidang pemberitaan Injil. Ia bahkan dijuluki sebagai Utusan Injil
Terbesar Abad XIX. Kegigihannya dalam mewartakan kabar keselamatan
melalui khotbah-khotbahnya yang berapi-api dan penuh kuasa, telah
menarik banyak jiwa untuk datang kepada Kristus dan bertobat. Siapakah
dia? Siapa lagi selain D. L. Moody. Simak biografi tokoh yang satu
ini, semoga dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada Anda dalam
mengobarkan api semangat pelayanan Anda di bidang Pemberitaan Injil.

Pada kolom Sumber Misi, kami mengajak Anda untuk mendoakan Tijuana
Christian Mission di Meksiko dalam pelayanannya untuk menjangkau dan
memenuhi kebutuhan anak-anak yatim piatu, baik kebutuhan jasmani,
mental maupun rohani mereka agar mereka dapat mengenal Kristus Tuhan
sebagai Juru Selamat pribadi mereka masing-masing. Selamat menyimak
sajian kami, semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-JEMMi,
Samuel Njurumbatu
< http://misi.sabda.org/ >

      TOKOH MISI: D. L. MOODY -- UTUSAN INJIL TERBESAR ABAD XIX

D. L. Moody lahir tanggal 5 Februari 1837 di Northfield,
Massachusetts. Ayahnya, Edwin Moody adalah seorang tukang batu,
sedangkan ibunya, Betsey Holtom berasal dari kaum alim Purilastan.
Pada 28 Mei 1841, ayahnya meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa
bekerja keras mengasuh tujuh orang anaknya. Tiap pagi, Betsey Holtom
selalu membacakan Alkitab untuk anak-anaknya, dan pada hari Minggu
mengajak mereka pergi ke gereja Unitaris. D. L. Moody tidak suka pergi
ke gereja karena ia tidak dapat memahami apa yang dikhotbahkan. Ia
lebih suka bepergian dan bersuka ria. Setelah dibaptis, ibunya
mendesak agar ia belajar berdoa. Ia mencoba, tetapi merasa sia-sia
saja. Setelah dewasa, D. L. Moody bertekad belajar sebanyak-banyaknya
sambil bekerja. Mula-mula ia bekerja di toko buku dan alat-alat tulis,
tetapi ia tidak puas dan pergi menemui pamannya di Boston. Pamannya
setuju menerimanya dengan syarat ia harus ke gereja Mount Vernon,
tidak minum minuman keras, dan tidak berjudi. Karena kecerdasan dan
keramahannya, disertai rasa humor, ia segera menjadi penjual yang
sukses.

Saat ke gereja, ia lebih suka duduk di sudut gereja yang gelap dan
sering kali ia tertidur karena penat bekerja. Suatu hari, Edward
Kimball, gurunya, menyampaikan pelajaran mengenai Musa. D. L. Moody
mendengarkan dengan terpesona. Beberapa minggu kemudian, Edward
Kimball memberinya Alkitab sambil memberitahu pelajaran yang diambil
dari kitab Yohanes. D. L. Moody mengambil Alkitab itu dan mencarinya
dengan membuka kitab Kejadian. Guru itu melihat bahwa murid-murid yang
lain tersenyum-senyum dan saling menyikut satu sama lain. Ia segera
menyerahkan Alkitabnya kepada D. L. Moody dalam posisi terbuka dengan
ayat yang tepat. Ia merasa malu, dan hari Minggu depannya ia tidak
hadir. Gurunya segera mencari dan memintanya untuk datang kembali.
Tanggal 21 April 1855, Edward Kimball merasa saatnya telah tiba untuk
berbicara mengenai Kristus kepada D. L. Moody. Dan saat itu juga, ia
bertobat.

Setelah itu, D. L. Moody bergegas kembali ke rumahnya di Northfield
dan memberikan kesaksian imannya kepada saudara-saudaranya. Namun,
mereka tidak menanggapinya, dan ia kembali ke Boston dengan kecewa. Ia
sering kali putus asa ketika ia ingin menjadi anggota gereja Mount
Vernon. Panitia keanggotaan gereja selalu mengulur waktu karena tidak
yakin bahwa ia sungguh-sungguh bertobat. Walaupun demikian, ia tetap
bersemangat berbicara di persekutuan doa. Tanggal 20 September 1856,
ia pindah ke Chicago dan mendapat pekerjaan di toko sepatu Wiswall.
Pada hari minggu, ia pergi beribadah di First Baptist Church. Di
gereja ini, ia bertemu dengan calon istrinya. Pada waktu itu, ia
menjadi anggota the Young Men`s Mission Band of the First Methodist
Episcopal. Tujuan organisasi ini adalah mengunjungi hotel dan asrama,
serta membagikan brosur dan mengajak orang hadir dalam kebaktian.
Dalam musim gugur tahun 1858, ia mulai membuka sekolah minggu sendiri.
Ia mendapat persetujuan dari walikota untuk memakai North Market Hall
sebagai tempat ia membina anak-anak. Pada tahun 1860, ia meninggalkan
usaha dagangnya dan memfokuskan diri pada pelayanan, padahal pada saat
bekerja ia mendapat 5000 dolar -- jumlah uang yang cukup besar pada
saat itu. Tahun pertama menjadi pekerja Kristen ia hanya mendapat 300
dolar, namun ia yakin akan pemeliharaan Tuhan. Di bawah pimpinannya,
sekolah minggu dan YMCA (Persatuan Pemuda Kristen, hasil dari
kebangunan rohani dari tahun 1857-1858) berkembang pesat. Kemudian, ia
mendirikan gereja dan diresmikan pada awal tahun 1864. Gerejanya
menjadi gereja yang berkembang dan paling giat di kota tersebut. Pada
masa Perang Saudara di Amerika, ia mendukung penghapusan budak dan ia
mulai melayani para tentara. Ia dicintai para prajurit karena usahanya
yang tidak mementingkan diri sendiri dan sangat memerhatikan para
prajurit.

Pada tanggal 22 Februari 1867, D. L. Moody dan istrinya berangkat ke
Inggris, ia ingin menjumpai Spurgeon, seorang pengkhotbah terkenal.
Setelah mengadakan pembicaraan dengan Spurgeon, ia mengunjungi Bristol
melihat panti asuhan yang didirikan oleh George Muller. Ia juga pergi
ke Edinburgh dan mendapat kesempatan berpidato di Free Assembly Hall.
Ia juga sempat mengunjungi Dublin. Di sini, ia bertemu dengan Harry
Moorehouse, seorang pemuda yang sangat mengesankan hati D. L. Moody.
Karena kefasihan Moorehouse dalam menguraikan firman Tuhan. D. L.
Moody menjadi lebih rajin mempelajari Alkitab. Saat ada pameran di
Paris, ia berkunjung ke sana bersama istrinya dan ia berkhotbah
beberapa kali di Paris. Tahun 1870, saat Rapat Pemuda Kristen Sedunia
(Internasional Convention of the Young Men`s Christian Association),
ia bertemu dengan Ira D. Sankey, yang kelak akan menjadi mitra utama
Moody dalam pekerjaan pekabaran Injil. Ira D. Sankey memunyai talenta
memuji Tuhan.

Tanggal 8 Oktober, terjadi kebakaran hebat di Chicago yang
menghanguskan Farwell Hall dan Illinois Street Church. Saat itu D. L.
Moody sedang mengalami pergumulan rohani berkaitan dengan kuasa Roh
Kudus. Setelah membawa istri dan keluarganya ke tempat yang aman, ia
bergegas mencari bantuan ke bagian timur negara dan terkumpul .000.
Dengan dana tersebut, segera dibangun gereja darurat dan diresmikan
sebagai North Side Tabernacle. Tidak lama kemudian, ia mengalami
urapan Roh Kudus. Chicago mengalami kebangunan rohani yang besar.

Pada bulan Juni 1872, ia pergi ke Inggris untuk kedua kalinya karena
ingin memperdalam pengetahuan tentang Alkitab. Semula ia berniat
menghindari pelayanan berkhotbah, tetapi atas permintaan seorang
pendeta, akhirnya ia menyanggupi untuk berkhotbah di Old Balley.
Terjadi kebangunan rohani di gereja tersebut, beratus-ratus orang
bertobat. Setelah ke Dublin, ia kembali ke Old Balley dan mengadakan
kebaktian selama 10 hari. Setelah tiga bulan, ia kembali ke Amerika,
dan setahun kemudian ia kembali ke Inggris memimpin kebaktian selama 5
minggu di York. Di sini ratusan orang bertobat. Kemudian tim
penginjilan ini melanjutkan perjalanan ke Sunderland dan New
Castle-On-Tync. Hasil kebangunan rohani ini terdengar sampai ke
Edinburgh. Para pendeta kemudian mengundang D. L. Moody untuk memimpin
kebaktian di sana. Gaya khotbah D. L. Moody yang sederhana dan
berapi-api, disertai pimpinan Roh Kudus membuat kebangunan rohani
besar-besaran dan berita kebangunan ini semakin meluas ke seluruh
negeri. Setelah tiga bulan di Edinburgh, mereka ke Dundee dan Glascow
untuk berkhotbah selama empat bulan. Pada bulan September 1874 mereka
menuju Belfast, Irlandia, dan puncak ibadah terjadi di Exhibition
Palace di Dublin. Tanggal 9 Maret 1875, dimulailah serangkaian
kebaktian di London dengan jumlah pengunjung mencapai 15.000 - 20.000
orang. Pada waktu itu, D. L. Moody baru berusia 38 tahun. Setelah tiba
di Amerika, D. L. Moody dan rombongannya memberitakan Injil di New
York, Philadelphia, Baltimore, St. Louis, Cincinnati, Chicago, dan
Boston. Pada musim semi tahun 1892, D. L. Moody mendapat kesempatan
untuk mengunjungi Yerusalem dan Kairo. Setelah mengunjungi beberapa
tempat bersejarah, ia dan timnya bertolak ke Italia. Pada 26 Januari
1896, ibunya meninggal dunia. Waktu ibunya dikebumikan ia berkata:
"Apabila setiap orang memiliki ibu seperti ini, maka semua penjara
akan dihapus."

Tanggal 30 Oktober 1898, cucu perempuannya meninggal dunia karena
radang paru-paru. Walaupun demikian, ia berkata: "Saya sungguh
bersyukur kepada Allah atas hidup ini, cucu saya kini berada di surga
bersama Yesus selamanya, kita semua akan segera menyusulnya." D. L.
Moody berkhotbah untuk terakhir kalinya pada tanggal 16 November 1899.
Pada malam itu, Convention Hall penuh sesak. Tanggal 22 Desember
menjelang kematiannya ia berkata: "Dunia bergerak mundur, surga
terbuka bagiku ... kalau ini kematian maka begitu nikmatnya. Tuhan
memanggil saya, maka saya harus pergi". Tanggal 26 Desember 1899, ia
dimakamkan di kota Northfield dengan diiringi lagu, "Yesus Pengasih
Jiwaku."

Diambil dari:
Judul majalah: Cahaya Buana, Edisi 92/2002
Judul artikel: Dwight L. Moody -- Utusan Injil Terbesar Abad XIX
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Komisi Literatur GKT III Malang
Halaman: 16 -- 17 dan 33

              SUMBER MISI: TIJUANA CHRISTIAN MISSION

Tijuana Christian Mission < www.tijuanachristianmission.org > adalah
situs misi Kristen yang berdiri pada tahun 1965 di Tijuana, Mexico.
Melihat situasi lingkungan di sekitar mereka, Sergio and Martha Gomez
sebagai pelopor gerakan misi ini, terdorong untuk menampung anak-anak
yatim piatu. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga yang tidak
mampu, di mana profesi orang tuanya rata-rata sebagai pemulung di
daerah kumuh.

Sudah lebih dari 40 tahun, misionari di Tijuana ini berjalan. Mereka
memunyai gedung bernama Kampus Tijuana yang dapat menampung sekitar 40
orang. Misi mereka tidak hanya mencukupi kebutuhan anak-anak yatim
piatu secara jasmani, namun lebih dari itu mereka memastikan bahwa
anak-anak itu sehat rohani dan mentalnya. Di asrama itu, mereka akan
mendapatkan siraman rohani, belajar berdoa, konseling pemulihan dari
masa lalu, dan yang terpenting adalah supaya mereka mengenal dan
menerima Kristus sebagai Juru Selamat mereka. Para staf yang bertugas
di TCM berusaha untuk memberikan harapan, arah tujuan hidup, dan masa
depan yang lebih baik kepada anak-anak itu. Selamat berkunjung.

   "THE MORE OF HEAVEN IN OUR LIVES, THE LESS OF EARTH WE COVERT"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Samuel Njurumbatu
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org