Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/24

e-JEMMi edisi No. 24 Vol. 14/2011 (14-6-2011)

Bagaimana Memulai Pelayanan Kota

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: BAGAIMANA MEMULAI PELAYANAN KOTA
DOA BAGI MISI DUNIA: ETHIOPIA, AFGANISTAN
DOA BAGI INDONESIA: KEKERASAN MENEROR WARGA

Shalom,

Pelayanan misi bukan hanya menyebarkan Injil ke suku-suku terasing dan
daerah-daerah terpencil. Dalam peristiwa kenaikan-Nya, Yesus justru
menginginkan agar kita mulai penjangkauan dari lingkungan terdekat
kita (Yerusalem), untuk seterusnya menjangkau lebih jauh lagi. Apakah
Pembaca sekalian memiliki kerinduan untuk memulai sebuah pelayanan
menjangkau kota Anda? Sajian kami kali ini adalah mengenai
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mulai pelayanan kota.
Harapan kami Pembaca semua terinspirasi dengan artikel ini untuk
menjadi garam dan terang di kota-kota di mana Anda tinggal.

Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://misi.sabda.org/ >

              ARTIKEL MISI: BAGAIMANA MEMULAI PELAYANAN KOTA
                    Diringkas oleh: Dian Pradana

Gereja membutuhkan visioner yang memilih untuk tidak bermain aman,
namun mengambil risiko dan beriman kepada Tuhan dalam merintis
pelayanan yang baru dan inovatif di kota.

Kehendak Tuhan bagi kebanyakan dari kita menunjuk kepada kota. Jika
Tuhan telah memanggil Anda untuk memulai sesuatu yang baru di kota,
seperti Tuhan telah memanggil saya, maka Anda akan melalui proses
pemahaman akan kehendak-Nya, berjalan dalam iman, dan membangun mimpi
Anda.

Berikut langkah-langkah dalam memahami dan memulai pelayanan baru:

1. Izinkan Roh Tuhan Menaruh Visi dalam Diri Anda

Tuhan memberi kita penglihatan akan rencana dan tujuan-Nya dalam hidup
kita, dan mengizinkan kita untuk bermimpi dan memiliki visi-Nya dengan
jelas dan konkret. Semakin spesifik doa, tujuan, dan sasaran kita
untuk visi tersebut, semakin besar kemungkinannya untuk visi Tuhan
tersebut dapat terwujud.

Visi adalah gambaran yang membara di hati, tentang apa yang Tuhan
ingin lakukan melalui Anda di tempat tertentu bersama kelompok orang
yang spesifik. Visi adalah rencana Allah tentang apa yang dapat
terjadi. Dengan memercayai dan menindaklanjuti visi tersebut, mimpi
dapat terwujud. Dua visioner kuno, Abraham dan Sarah, telah
mengalaminya. Saya melihat tiga benang dalam struktur kehidupan mereka
yang membentuk pola masa kini dalam memahami kehendak Tuhan: panggilan
untuk taat, iman terhadap visi Tuhan, dan hasil yang sudah
diantisipasi.

Panggilan untuk Meninggalkan Tempat Tinggal. Abraham dan Sarah tinggal
dengan nyaman di Haran saat Tuhan memanggil mereka: "Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri
yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1) Tidak mudah bagi
mereka untuk menaati panggilan itu -- banyak risiko dan pengorbanan.

Sebuah "panggilan" selalu mengiang, bisikan dalam diri Anda yang
mengatakan, "Tinggalkan rumahmu dan pergilah ke tempat yang
Kutunjukkan kepadamu." Mungkin rumah yang kita tinggalkan bersifat
geografis atau spiritual. Tempat yang ditunjukkan kepada kita mungkin
adalah kota, pelayanan baru di lingkungan, atau cara hidup baru di
dunia. Yang terpenting adalah meresponi dan mengikuti visi Tuhan yang
lahir dalam diri kita, tanpa menghiraukan risiko dan pengorbanannya.

Saat Abraham dan Sarah pergi, keponakan mereka, Lot, ikut bersama
mereka. Kemudian, gembala Abraham dan Lot berselisih tentang pembagian
tanah. Abraham, yang percaya akan visi Tuhan, memutuskan untuk
berpisah: "Jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke
kanan, maka aku ke kiri." (Kejadian 13:9)

Lot melihat ke Timur dan "melihat seluruh Lembah Yordan banyak airnya,
seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir." (Kejadian 13:10) Seketika
itu, Lot berpisah dari Abraham dan tinggal di Yordan. Abraham memilih
tinggal di Kanaan yang berbukit-bukit, yang nampak tidak sedap
dipandang mata. Di situlah Tuhan menegaskan visinya: "Pandanglah
sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan
barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan
Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya."
(Kejadian 13:14-15)

Ada pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut untuk
visioner kota pada masa kini: Mata iman tidak fokus pada penampilan,
namun pada pandangan yang luas dan penglihatan akan apa yang dapat
terjadi. "Apa yang dapat kamu lihat secara luas, Aku dapat
memberikannya kepadamu," kata Tuhan kepada orang beriman. "Apa yang
tidak dapat kamu impikan, Aku tidak dapat memberikannya padamu."
"Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah" adalah kunci terhadap
keberhasilan di luar batas kemampuan manusia. Jika kita dapat
memimpikan visi Tuhan dan spesifik dengan hasilnya, apa yang kita
perlukan akan disediakan oleh Tuhan "yang menjadikan dengan firman-Nya
apa yang tidak ada menjadi ada." (Roma 4:17)

Tuhan membangkitkan pemimpin yang memiliki mimpi dan visi yang
spesifik, yang percaya kepada-Nya akan hasilnya. Surat Ibrani
mengingatkan kita bahwa iman atau visi "adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat". (Ibrani 11:1)

Saya percaya bahwa dalam diri setiap orang, tersembunyi visi yang
menunggu pemenuhan melalui iman dan ketaatan akan panggilan.

2. Bangun Visi Secara Perlahan

Setelah memahami kehendak Tuhan, kesabaran diperlukan dalam mewujudkan
visi Tuhan bagi pelayanan kota. Sama halnya janin membutuhkan sembilan
bulan untuk dapat lahir sebagai bayi, butuh bertahun-tahun untuk mimpi
atau visi dalam hati itu menjadi kenyataan.

Apa yang terjadi pada Anda sama pentingnya dengan apa yang Tuhan
lakukan melalui Anda. Bersabarlah menunggu Tuhan, biarkan Tuhan
mengerjakan karya keselamatan dalam diri Anda, dan kemudian membangun
visi Tuhan secara perlahan namun pasti.

Saat saya dan beberapa orang melayani di New York, kami memulai
pelayanan dengan visi yang cukup murni. Kami membutuhkan waktu untuk
mapan sebelum kami melakukan banyak pelayanan. Namun, kami melangkah
semakin cepat dan kami menjadi terdesak. Hasilnya adalah krisis dalam
pelayanan: banjir permintaan dan kebutuhan, sedikitnya uang, pelayanan
semakin sempit. Selama bertahun-tahun, kami berjuang untuk bertahan
sampai kami memperlambat laju pelayanan kami, kemudian mengambil waktu
untuk merenung, memikirkan fokus pelayanan, dan peletakan dasar
spiritual. Intensitas pelayanan kota dapat menghancurkan bahkan
visioner paling percaya diri sekalipun. Cara untuk hidup berkemenangan
adalah membiarkan visi Tuhan tersingkap secara perlahan, hari demi
hari, tahap demi tahap, mengikuti irama Roh.

3. Ajak Rekan Sepelayanan

Seorang visioner tidak dapat memenuhi visi Tuhan seorang diri. Visi
itu harus dibagi. Butuh waktu untuk menemukan orang yang tepat. Ajak
orang yang Anda kenal dan percaya, yang berkompeten, berkomitmen, dan
yang Anda percayai serta yang memberi rasa nyaman. Jangan terburu-buru
mengajak orang hanya karena mereka bersemangat. Tunggu waktunya Tuhan
memberikan orang yang pas.

Butuh waktu lebih dari setahun bagi saya untuk menemukan lima orang
yang bersedia dan mampu melayani bersama di San Fransisco. Yesus
sendiri membutuhkan waktu 3 tahun untuk memuridkan 12 orang pria dan
sekelompok wanita. Barulah setelah itu Yesus mengatakan kepada Petrus,
"gembalakanlah domba-domba-Ku" dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku." (Yohanes 21:17; Matius 16:18)

4. Pilih Ladang Pelayanan

Setelah mengajak rekan sepelayanan, langkah selanjutnya adalah secara
perlahan dan penuh doa mengidentifikasi lingkungan yang akan dilayani.
Tanyakan pertanyaan ini: Siapa yang Tuhan ingin kita kasihi?
Lingkungan dan daerah geografis bagaimana yang nampaknya paling
membutuhkan kehadiran Tuhan? Lingkungan mana yang nampak siap akan
hadirnya pelayanan kota?

Setiap kota memiliki daerah yang terabaikan. Kita bisa saja memiliki
visi untuk menjangkau seluruh kota, namun pelayanan kota akan efektif
apabila kita fokus pada lingkungan tertentu.

Selalu ada lingkungan dalam sebuah kota yang paling cocok untuk
dilayani. Pilih daerah yang memiliki sejarah, riwayat, dan ciri
khas -- yang menarik dan menantang Anda. Yang terpenting, pilih
daerah kumuh yang ditinggali orang-orang miskin dan gelandangan.

5. Tetapkan Pos Pelayanan

Menetapkan pos pelayanan di lingkungan terpilih adalah langkah penting
selanjutnya dalam memulai pelayanan kota. Idealnya, sewalah atau
belilah bangunan yang memiliki corak budaya dan mudah diakses
masyarakat. Orang yang berusaha Anda jangkau membutuhkan sebuah simbol
komitmen dan kehadiran Anda. Masyarakat memerlukan sebuah tempat yang
hidup, dan pelayanan membutuhkan tempat untuk berkembang. Sebuah pusat
pelayanan mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Jika Anda mengalami kesulitan -- entah itu masalah keuangan atau yang
lainnya -- seperti halnya saya saat berusaha mengembangkan pelayanan
di New York dan San Fransisco, percayalah bahwa Tuhan dapat melakukan
mukjizat. Mukjizat adalah karya Tuhan yang tepat pada waktunya. Dari
pengalaman saya merintis pelayanan di New York dan San Fransisco,
tidak ada visi yang mustahil.

6. Bangun Komunitas

Sebelum Anda melaksanakan misi pelayanan Anda dalam sebuah lingkungan,
kelompok pelayanan Anda harus menjadi sebuah komunitas.

Apakah komunitas itu? J. B. Libanio, yang menulis tentang komunitas
kristiani di Amerika Tengah dan Selatan, mendefinisikan komunitas
sebagai: "Sebuah kesatuan beberapa orang yang dinamis, yang melalui
interaksi sosial yang spontan, terintegrasi oleh ikatan persahabatan,
emosional, kesamaan sejarah dan budaya".

Sebuah komunitas terbentuk saat sebuah kelompok kecil berintegrasi,
berjalan bersama, dan ingin melakukan sesuatu yang lebih besar
daripada yang dapat mereka capai secara individual.

Sebagai suatu kelompok pelayanan, kita semua harus merasa terpanggil
untuk hidup di antara orang-orang yang ingin kita jangkau. Hal ini
membutuhkan komitmen jangka panjang. Komunitas berarti komitmen kepada
satu dengan yang lain dan kepada rencana rekonsiliasi Tuhan. Komunitas
diperlukan sebelum penyembahan dan misi dapat terjadi dengan benar.
Sebuah kelompok pelayanan yang berharap untuk menjangkau sebuah kota
dan lingkungan dengan kasih Tuhan, harus terlebih dahulu mengasihi dan
menghargai anggotanya. Perbedaan dalam kepribadian, teologi, latar
belakang, standar kerja dan kebersihan, talenta, dan panggilan dapat
menghancurkan sebuah komunitas. Namun hal itu dapat diatasi dengan
komitmen bersama terhadap proses dan fokus pada visi.

7. Biarkan Misi Mengalir

Sebuah kelompok Kristen kecil yang diorganisasi bagi misi dan
setidaknya pertemuan untuk menyembah, berdoa, dan saling menguatkan
seminggu sekali, memiliki potensi untuk memahami apa yang Tuhan
lakukan dan terlibat di dalamnya. "Handbook for Mission Groups" karya
Gordon Cosby menjelaskan setiap langkah bagaimana sebuah komunitas
terbentuk dan menemukan pelayanannya.

Awalnya, sebuah kelompok berkumpul bersama visioner yang sudah
mendapat panggilan untuk melayani dan menyuarakan panggilan itu dalam
beragam cara -- dalam percakapan pribadi, dalam kepemimpinan, atau
dalam nubuatan.

Jika tidak ada yang meresponi, orang yang terpanggil itu menunggu
beberapa saat untuk orang lain menceritakan panggilannya. Saat 2 atau
3 orang meresponi, mereka memulai hidup mereka bersama, "saling
membangkitkan talenta, dan berdoa bagi kejelasan dalam mendengar
kehendak Tuhan bagi misi mereka".

Panggilan itu mungkin dimulai saat seseorang mendengar bisikan
(gambar, perasaan) Tuhan yang terus mengiang, yang mengatakan "berilah
makan orang yang kelaparan", "sediakan tempat tinggal bagi
gelandangan", atau "hiburlah penderita AIDS". Saat orang lain
meresponi panggilan itu, implikasi dan perkembangannya terlihat.
Prinsip penting dalam kelompok misi adalah diperlukannya komitmen
bersama dan tanggung jawab bersama yang diterima oleh setiap anggota.
"Hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengenali talenta setiap
anggota," kata Cosby.

Orang yang memiliki multi talenta akan menghadapi godaan untuk
memenuhi kepuasan ego dengan melakukan segala sesuatu seorang diri
daripada bersama-sama. Tanpa komitmen untuk hidup dan melakukan misi
bersama, sebuah kelompok misi tidak akan berhasil. Dengan komitmen
bersama, sebuah kelompok misi akan bertahan selama semusim atau
sepanjang hidup. Karya pelayanan yang sudah dilakukan itu akan menjadi
karya Tuhan dan selamanya menjadi bagian dalam usaha Tuhan berdamai
dengan dunia ini.

Kadang, sebuah kelompok misi mencapai misinya dan kemudian bubar. Apa
yang sebaiknya terjadi saat sebuah kelompok misi mati secara alami?
Menurut Cosby, "Saat diketahui tidak ada lagi dua atau lebih anggota
yang terpanggil, kelompok itu mungkin dapat meninjau ulang sejarahnya,
bersyukur atas apa yang sudah dilakukan, dan merayakan matinya
kelompok itu. Sering kali, diperlukan adanya kesadaran akan dosa yang
harus diampuni, luka hati yang harus disembuhkan, dan keberanian untuk
mengambil langkah selanjutnya."

Jika kelompok misi mempertahankan tahap perkembangannya dan arahan
dari Tuhan, maka pelayanan akan terbentuk. Antusiasme akan dibumbui
dengan hikmat, inovasi akan diwataki dengan tradisi, dan banyaknya
orang yang antusias akan diarahkan oleh Tuhan untuk mendukung dan
membantu usaha komunitas. Kelompok misi mungkin dapat tetap menjadi
bagian dari gereja atau berdiri sendiri sebagai komunitas penyembahan
dan pusat misi sementara. (t/Dian)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: A Call for Compassion; City Streets City People
Judul asli artikel: Lift Up Your Eyes; How to Start an Urban Ministry
Penulis: Michael J. Christensen
Penerbit: Abingdon Press, Nashville 1988
Halaman: 53 -- 70

               DOA BAGI MISI DUNIA: ETHIOPIA, AFGANISTAN

ETHIOPIA -- International Christian Concern (ICC) telah mendengar
bahwa pada tanggal 4 Maret umat "agama sepupu" membunuh seorang
Kristen, membakar habis empat gereja, sebuah sekolah Alkitab, dan 17
rumah orang Kristen dalam peningkatan serangan terhadap umat Kristen
di Asendabo, Ethiopia.

ICC melaporkan bahwa serangan dimulai pada 2 Maret, setelah umat
"agama sepupu" menuduh umat Kristen menodai kitab suci mereka.
Serangan hari ini membuat jumlah keseluruhan gereja yang dihancurkan
menjadi 13. Lebih dari 150 orang Kristen sekarang kehilangan rumah.
Serangan telah menyebar ke desa-desa di sekitar Asendabo.

Umat Kristen meminta perlindungan dari pemerintah Ethiopia. Pemerintah
Ethiopia mengirim kekuatan pengamanan federal, namun mereka tidak bisa
mengendalikan sepuluh ribu perusuh "agama sepupu" yang melanjutkan
serangan mereka.

Asendabo adalah sebuah kota di Jimma Zone, Ethiopia Barat yang menjadi
lokasi tindak kekerasan terhadap umat Kristen pada 2006, ketika umat
"agama sepupu" membunuh lebih dari dua belas orang Kristen dan
membakar habis beberapa gereja. Serangan tersebut memaksa ribuan orang
Kristen meninggalkan rumah-rumah mereka. (tRinto)

Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Maret 2011, Volume 29, No. 3
Nama kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Ethiopia: Christian Attacked
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 3

Pokok doa:

* Berdoa bagi orang percaya di Ethiopia, agar Tuhan memberi
  perlindungan dan kekuatan kepada mereka.

* Doakan juga agar Tuhan memberi hati yang penuh belas kasih kepada
  umat percaya di Ethiopia, sehingga mereka bisa mengampuni dan
  mengasihi saudara-saudara mereka yang telah menyakiti mereka.

AFGANISTAN -- Seorang Kristen Afganistan (SA) ditangkap pada Mei 2011
dan diancam hukuman mati karena berpindah keyakinan kepada iman
Kristen. Sebelumnya ada seorang lain yang sudah dibebaskan dari
penjara (pada Februari) setelah tekanan kuat diplomasi internasional
terhadap pemerintah Afganistan.

International Christian Concern (ICC) mengatakan bahwa dalam surat
tertanggal 13 Februari, SM menceritakan sebuah kunjungan para
perwakilan kedutaan besar AS dan Italia yang menawarkannya suaka.
Menurut surat itu, setelah perwakilan asing meninggalkan ruangan, dia
dikunjungi oleh tiga pejabat Afganistan yang berkata bahwa dia akan
dilepaskan dalam dua puluh empat jam, jika dia menulis sebuah
pernyataan bahwa dia menyesali perpindahan keyakinannya, lapor ICC.

"Saya tertawa dan menjawab, `saya tidak mampu menyangkal nama Juru
Selamat saya,`" tulisnya. "`Karena hidup saya hanyalah untuk melayani
Yesus Kristus dan ketika mati saya akan pergi ke surga, tempat Yesus
Kristus berada. Saya seratus persen siap mati.` Mereka mendesak saya
terus-menerus. Saya menolak permintaan mereka." Dia kemudian
dikembalikan ke selnya.

Sumber-sumber ICC di Afganistan tetap berharap bahwa pembebasan akan
segera terjadi. Panggilan telepon yang datang dari pejabat kedutaan
besar AS di Kabul pada 21 Februari, mengonfirmasikan bahwa SM telah
dibebaskan dan berada dalam kondisi aman di luar negeri.

ICC mengatakan bahwa SA, seorang Kristen Afganistan yang ditangkap
karena memberikan Alkitab kepada seorang pria yang kemudian
melaporkannya kepada otoritas setempat itu, masih berada dalam
penjara. (tRinto)

Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Maret 2011, Volume 29, No. 3
Nama kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Afghanistan: Imprisoned Christian Released
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 3

Pokok doa:

* Mengucap syukur karena SM telah dibebaskan dari penjara. Doakan agar
  SM tetap bersemangat dalam memberitakan Kabar Baik kepada mereka
  yang belum selamat.

* Berdoa bagi SA yang masih berada di penjara, agar Tuhan melindungi
  dan memberi kekuatan kepadanya.

              DOA BAGI INDONESIA: KEKERASAN MENEROR WARGA

Kekerasan semakin meneror masyarakat. Hari Rabu (8/6), di Jakarta,
Bekasi, dan Yogyakarta terjadi perampokan di tengah ramainya lalu
lintas, pembobolan bank, pembakaran, dan perkelahian berdarah yang
membuat rasa aman masyarakat tercabik.

Sumber: Kompas, Kamis, 9 Juni 2011, Halaman. 1

Pokok Doa:

1. Doakan agar setiap masyarakat Indonesia bersikap waspada, ketika
melakukan aktivitas di luar rumah.

2. Doakan aparat keamanan, agar Tuhan memberi kekuatan dan memampukan
mereka dalam menjalankan tugas, serta memberi perlindungan kepada
mereka.

3. Berdoa agar kemitraan antara pihak berwajib dan masyarakat
Indonesia yang telah terbentuk melalui lembaga Kelompok Sadar
Kamtibmas, bisa lebih efektif lagi.

4. Doakan agar di tengah keadaan ini, orang-orang Kristen bisa
memberikan sumbangsih sehingga ikut ambil bagian membantu aparat dan
masyarakat untuk menjaga keamaan di kota masing-masing.

"FOOLING WITH SPIRITISM IS GREAT FOOLISHNESS"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org