Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/39

e-JEMMi edisi No. 39 Vol. 13/2010 (28-9-2010)

Alas, Indonesia

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
PROFIL BANGSA: Alas, Indonesia
SUMBER MISI: Christian Missions Unlimited (CMU)
KESAKSIAN MISI: Siberia: Pavel
TOKOH MISI: John Wesley: Penginjil yang Takut Mati
DOA BAGI MISI DUNIA: Suriah, Peru
DOA BAGI INDONESIA: Penyerangan di Markas Kepolisian

______________________________________________________________________

  IF YOU WOULD LIFT OTHERS UP, YOU MUST BE ON HIGHER GROUND YOURSELF
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Mungkin banyak dari kita yang tidak begitu mengetahui tentang suku
  Alas. Suku Alas merupakan salah satu suku di Indonesia yang
  terletak di provinsi Aceh. Suku ini memiliki budaya yang cukup
  unik. Kami mengajak Anda untuk menyimak dan mengenal lebih dekat
  suku Alas. Selamat membaca.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://misi.sabda.org
  http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
PROFIL BANGSA

                           ALAS, INDONESIA

  SIAPAKAH SUKU ALAS?

  Orang-orang Alas merupakan salah satu rumpun masyarakat yang
  terletak di wilayah Aceh Tenggara, provinsi Aceh. Wilayah Alas
  dilalui banyak sungai, termasuk Lawe Alas (Sungai Alas). Mereka
  tinggal di daerah yang disebut "Tanah Orang Alas". Kata "alas"
  berarti "tikar yang digunakan untuk duduk atau tidur". Walaupun
  bahasa dan nama keluarga suku Alas memiliki kesamaan dengan suku
  Batak, asal usul Alas masih merupakan sebuah misteri. Menurut cerita
  tradisional, ada sejumlah orang Batak yang menyembah berhala dari
  tanah Toba pergi ke dataran tinggi di bawah pimpinan kepala suku
  mereka, Alas. Tradisi dan budaya yang telah lama dipelihara kelompok
  etnis ini terkadang disamakan dengan Gayo. Selama masa pemerintahan
  Belanda, struktur pemerintahan menganggap dua wilayah ini sebagai
  satu bagian (Tanah Gayo dan Alas). Akan tetapi, orang-orang Alas
  adalah kelompok orang-orang yang unik yang memunyai budaya dan
  bahasa sendiri yang berbeda dari kebudayaan dan bahasa Gayo. Sejak
  1974, wilayah-wilayah Alas dan Gayo telah digolongkan dalam daerah
  Aceh Tenggara.

  SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?

  Sebagian besar orang-orang Alas tinggal di wilayah pedesaan. Mereka
  mencari nafkah dengan berkebun dan memelihara ternak. Wilayah Alas
  dianggap sebagai lumbung padi di wilayah Aceh. Hasil-hasil pertanian
  lainnya adalah karet, kopi, dan kemiri (bumbu lokal) serta juga
  hasil-hasil perhutanan lainnya seperti kayu, rotan, getah dan
  kemenyan.

  Lingkungan atau pedesaan-pedesaan Alas disebut "kute". Satu kute
  biasanya terdiri dari satu klan atau lebih yang disebut "merge".
  Keluarga-keluarga besar biasanya akan hidup dalam satu rumah dan
  tunduk kepada otoritas orang tua. Mereka adalah masyarakat
  patrilineal, yang berarti mereka menarik garis keturunan dari pihak
  ayah.

  Kebudayaan mereka menekankan dua jenis hukum. Yang pertama terdiri
  dari hukum agama yang diberikan Allah dan tidak dapat diubah. Yang
  kedua terdiri dari hukum-hukum tradisional yang dibuat oleh para
  pemimpin komuitas dan dapat diubah sesuai dengan waktunya. Menurut
  adat pernikahan, pertunangan berlangsung dari 1 sampai 3 tahun
  karena sang pria perlu mengumpulkan mas kawin untuk sang wanita.
  Ketika sepasang pria dan wanita Alas menikah, mereka tinggal dekat
  dengan keluarga sang suami. Setelah mereka memunyai anak-anak,
  keluarga muda tersebut biasanya akan pindah dan tinggal terpisah
  (jawe) dari orang tua, tetapi mereka tetap tinggal di wilayah yang
  sama. Pernikahan secara poligami diperbolehkan ketika pasangan suami
  istri hanya memiliki 1 orang anak atau tidak memiliki anak sama
  sekali ("adak meu keu dueu").

  APA KEPERCAYAAN MEREKA?

  Biasanya, orang-orang Alas adalah penganut Islam, tetapi mereka
  masih mencari bantuan dari dukun. Mereka mengadakan ritual-ritual
  agar hasil panen mereka besar dan agar hasil panen mereka dilindungi
  dari hama. Dukun membaca mantranya dan menggunakan ramuan obat ajaib
  dari dedaunan dan bunga-bunga yang dianggap kuat untuk melawan hama.

  APA KEBUTUHAN MEREKA?

  Orang Alas sangat memerlukan perkembangan dalam bidang pendidikan
  dan ekonomi. Aceh Tenggara memunyai potensi besar untuk pariwisata,
  pertanian ,dan pertambangan, tetapi potensi besar ini belum
  dimanfaatkan. Modal dan investasi finansial (baik dari dalam maupun
  luar negeri) dari potensi-potensi yang dikembangkan ini akan sangat
  membantu perkembangan dan kemakmuran orang-orang Alas. (tUly)

  Diterjemahkan dari:
  Judul asli artikel: Alas of Indonesia
  Nama situs: Joshua Project
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10246
______________________________________________________________________
SUMBER MISI

CHRISTIAN MISSIONS UNLIMITED (CMU)
==>  http://www.christianmissions.org/home.html

  Christian Missions Unlimited (CMU), merupakan organisasi nonprofit
  yang berpusat di Alabama. Organisasi ini didirikan oleh Chuck
  Conner Jr. pada awal tahun 1970. Fokus pelayanan CMU adalah
  melayani masyarakat Brazil melalui pembangunan gereja. Kerinduan
  CMU adalah agar gereja yang telah dibangun menjadi pusat pengajaran
  Injil yang mengubahkan hidup seluruh masyarakat Brazil, sehingga
  nama Tuhan dimuliakan. Organisasi ini memberikan kesempatan kepada
  mereka yang rindu bertumbuh dalam pelayanan misi dengan cara
  terlibat dalam pembangunan gereja di sana. Jika Anda memiliki
  panggilan untuk melayani di Brazil, silakan melihat keterangannya
  dalam menu Opportunities To Serve. Kesaksian-kesaksian dari mereka
  yang terlibat dalam pelayanan CMU dapat kita lihat dalam menu
  Endorsements. (DWD)

______________________________________________________________________
KESAKSIAN MISI

                            SIBERIA: PAVEL

  "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan
  atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan,
  atau bahaya atau pedang?" (Roma 8:35)

  Saat itu mulai larut malam, petugas Soviet telah memukuli dan
  menganiaya Pavel selama berjam-jam. "Kami tidak akan menganiayamu
  lagi," katanya, sambil tersenyum dengan kejam saat orang Kristen itu
  melihat ke atas. "Kami akan mengirimmu ke Siberia. Di sana salju
  tidak pernah cair dan tempat itu penuh dengan penderitaan hebat.
  Kamu dan keluargamu akan cocok di sana."

  Bukannya depresi, Pavel malah tersenyum dan berkata, "Seluruh bumi
  milik Bapaku, Kapten. Ke mana pun engkau mengirim saya, saya akan
  berada di rumah Bapaku."

  Kapten itu memandangnya tajam seraya berujar, "Kami akan mengambil
  semua barang milikmu."

  "Kamu perlu tangga yang tinggi, Kapten, karena harta bendaku ada di
  surga," Pavel masih tersenyum dengan manis.

  "Kami akan menembak tepat di antara kedua matamu," teriak kapten itu
  kali ini dengan marah.

  "Jika engkau merampas nyawaku di dunia ini, hidupku yang
  sesungguhnya yang penuh dengan sukacita dan keindahan akan
  dimulai," jawab Pavel. "Saya tidak takut dibunuh."

  Kapten itu menarik Pavel dengan kaos penjaranya yang sudah sobek
  dan berteriak di wajahnya, "Kami tidak akan membunuhmu! Kami akan
  tetap memenjarakanmu sendirian di sel dan tidak mengizinkan siapa
  pun menemuimu!"

  "Kamu tidak bisa melakukan hal itu, Kapten," kata Pavel, masih
  dengan tersenyum. "Saya punya seorang Sahabat yang dapat melewati
  pintu-pintu yang terkunci dan teralis-teralis besi. Tidak seorang
  pun dapat memisahkanku dari kasih Kristus."

  Sekalipun diperhadapkan dengan masa depan tidak pasti, kita dapat
  yakin tentang satu hal: Kristus akan menghadapinya bersama kita.
  Entah saat kita melewati ujian pribadi ataupun duka bersama, kita
  tidak akan sendirian. Sebaliknya, teman-teman manusia kita bisa
  mendukakan kita dalam beberapa hal. Akan ada masa dalam perjalanan
  hidup ketika mereka tidak dapat berjalan bersama kita -- airnya
  terlalu dalam dan pemahaman mereka tidak jelas. Hanya Yesus yang
  memiliki kemampuan untuk melewati "teralis-teralis besi" dalam hati
  kita yang sedang menderita dan berbagi saat-saat yang sulit.
  Meskipun Ia mungkin tidak memilih menyelamatkan kita dari situasi
  kita berdasarkan hikmat-Nya, kehadiran-Nya yang pasti akan
  mengantarkan kita melaluinya. Tersenyumlah, karena Anda tahu bahwa
  Anda punya Sahabat yang tidak dapat terpisah dari diri Anda.

  Diambil dari:
  Judul artikel: Siberia: Paulus
  Judul buku: Devosi Total
  Penulis: Tim The Voice of the Martyrs Amerika
  Penerbit: The Voice of the Martyrs Amerika
  Halaman: 15
______________________________________________________________________
TOKOH MISI

                JOHN WESLEY: PENGINJIL YANG TAKUT MATI

  Pada akhir bulan Januari 1736, sebuah kapal barang bernama Simmonds,
  yang sedang berlayar menuju Savannah, Georgia, AS, diserang oleh
  angin topan. Kapal itu terombang-ambing dan terguncang dengan hebat
  di sela-sela gelombang yang tingginya enam meter di laut Atlantik.
  Air menyembur menyapu geladak kapal, membelah layar besar dari kapal
  layar itu dan mengalir ke dalam ruangan-ruangan di kamar itu.

  Seorang pendeta gereja Anglikan bernama John Wesley, gemetar
  ketakutan. Beberapa orang Inggris di sekelilingnya berteriak panik
  dan kapal tampaknya semakin sulit dikendalikan. John Wesley telah
  memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain, tetapi ia sendiri
  takut mati.

  Sementara ombak terus menghantam geladak kapal, memorakporandakan
  layar kapal berkeping-keping, Wesley terheran-heran melihat beberapa
  orang dari Persaudaraan Moravia menyanyikan Mazmur dengan tenang.
  "Orang-orang malas yang bodoh," pikirnya.

  Pada saat gelombang laut mulai tenang, Wesley mendekati pemimpin
  mereka dan bertanya, "Apakah Anda tidak takut badai?" "Tidak, Tuhan
  ada di pihak kami. Kami tidak takut mati."

  Hari berikutnya Spangenberg, pendeta Moravia itu, memunyai sebuah
  pertanyaan bagi Wesley. "Saudara Wesley, kenalkah saudara dengan
  Yesus Kristus?" "Saya tahu bahwa Ia Juru Selamat dunia ini," Wesley
  menjawab.

  "Tetapi dapatkah saudara mengatakan kepada saya apakah Ia telah
  menyelamatkan Saudara?" Wesley bingung. "Saya harap demikian," ia
  menjawab dengan perasaan tidak tenang.

  Siapa Akan Menobatkan Aku?

  Wesley (1703-1791) berasal dari keluarga yang sangat mengutamakan
  keteraturan dan kesopanan. Ayahnya, Pdt. Samuel Wesley, adalah
  seorang rohaniwan yang terpelajar dan saleh. Ia melayani di Epworth,
  Lincolnshire. Ibunya, Susanna, adalah putri seorang pendeta
  Nonkonformis. John adalah anak kelimabelas dari sembilanbelas
  bersaudara.

  Ketika Wesley berusia enam tahun, rumah pendeta Samuel di Epworth
  terbakar. Seorang tetangganya, dengan berdiri di atas pundak
  kawannya, menolong anak itu dari sebuah jendela di tingkat dua.
  Wesley sadar bahwa Allah telah memelihara hidupnya.

  Pada usia 17, Wesley melanjutkan studinya ke Universitas Oxford. Ia
  membaca banyak hal dan ia amat terkesan oleh bapak-bapak gereja yang
  mula-mula dan buku-buku ibadah klasik. Dari Holy Living karangan
  Jeremy Taylor, Imitation of Christ karangan Thomas A. Kempis, dan
  Serious Call to a Holy Life karangan William Law, Wesley belajar
  bahwa kehidupan Kristen merupakan pengudusan dari keseluruhan
  manusia dalam kasihnya kepada Allah dan sesamanya.

  Orang-orang ini, katanya, "meyakinkan saya tentang ketidakmungkinan
  yang mutlak untuk menjadi setengah Kristen. Saya berketetapan,
  melalui kasih karunia-Nya, untuk menyerahkan hidup saya kepada
  Allah." Jadi ia mempelajari seluruh kelemahannya dan mencari
  cara-cara untuk mengatasinya.

  Pada tahun 1726 Wesley memperoleh beasiswa dari Lincoln College di
  Oxford. Hal ini bukan hanya memberinya kedudukan secara akademis di
  universitas, melainkan ia juga akan menerima penghasilan secara
  teratur. Dua tahun kemudian, ia ditahbiskan menjadi pendeta Anglikan
  dan kembali ke Epworth selama beberapa waktu untuk melayani sebagai
  asisten ayahnya.

  Ketika mulai melakukan tugasnya kembali di Oxford, ia mendapati
  bahwa saudaranya Charles, yang gelisah melihat perkembangan deisme
  di kampus, telah mengumpulkan sekelompok mahasiswa yang bertekad
  untuk menjalani kehidupan Kristen yang benar dan serius. John
  terbukti menjadi pemimpin yang dibutuhkan mereka. Di bawah
  bimbingannya, mereka membuat rencana studi dan peraturan hidup yang
  menekankan masalah doa, pembacaan Alkitab, dan mengikuti Perjamuan
  Kudus secara teratur.

  Para anggotanya merupakan orang-orang yang sangat rajin dan tidak
  mau tinggal diam. Mereka terus-menerus mencari bermacam-macam cara
  agar kehidupan mereka sesuai dengan pola hidup orang Kristen
  mula-mula. Mereka membantu orang miskin, dan mengunjungi para
  narapidana. Tetapi Wesley mengakui bahwa ia kurang memiliki damai
  sejahtera seorang Kristen sejati.

  Tidak lama kemudian, datang undangan dari Georgia. Seorang
  sahabatnya, Dr. John Burton, menyarankan agar John dan Charles
  melayani Tuhan di koloni baru yang dipimpin oleh Jenderal James
  Oglethorpe. Charles dapat menjadi sekretaris jenderal dan John
  menjadi pendeta tentara di koloni tersebut.

  Kedua bersaudara itu berangkat dengan idealisme yang menggebu. Di
  Georgia, Wesley mendapati bahwa kehidupan orang-orang Amerika begitu
  buas. Di samping itu penghuni di koloni tersebut membenci cara
  hidupnya yang sangat rohani, penolakannya untuk memimpin upacara
  kematian seorang Nonkonformis dan larangan bagi wanita untuk
  memakai perhiasan dan gaun yang mahal harganya.

  Rasa frustrasinya semakin berlipat ganda karena kisah cinta yang
  dijalinnya dengan Sophy Hopkey, seorang gadis berusia delapan belas
  tahun, keponakan hakim kepala Savannah, kandas di tengah jalan.
  Sophy akhirnya memutuskan hubungan dan melarikan diri kepada saingan
  Wesley. Wesley kemudian melarang mantan kekasihnya untuk mengikuti
  perjamuan kudus sehingga suaminya marah dan menggugat Wesley sebab
  ia dianggap telah merusak karakter Sophy. Pengadilan berkenaan
  dengan masalah itu berjalan berlarut-larut. Setelah mendalami
  gangguan selama enam bulan, akhirnya ia kembali ke Inggris dan
  perjalanan misinya berakhir dengan kegagalan.

  Dalam perjalanan pulang itulah Wesley kembali merenungkan seluruh
  pengalaman hidupnya. Ia menulis, "Aku datang ke Georgia untuk
  mempertobatkan orang-orang Indian, tetapi siapa yang akan
  mempertobatkan aku?"

  Pertobatan John Wesley

  Wesley mendarat di Inggris pada tanggal 1 Februari 1738 dalam
  keadaan terpukul dan tidak yakin akan imannya sendiri dan masa
  depannya. Pada waktu itulah ia mendengar bahwa di seluruh Inggris
  orang-orang sedang membicarakan khotbah-khotbah rekannya yang dahulu
  sekelas di Oxford, George Whitefield. Whitefield telah mengalami
  pertobatan yang dramatis dan telah berkhotbah tentang kelahiran baru
  kepada banyak orang.

  Pada waktu itu Charles, saudara kandung John Wesley, sedang sakit.
  John dengan terburu-buru pergi ke rumah Charles, tetapi ia
  mendapatkan bahwa Peter Bohler, seorang anggota Gereja Moravia,
  telah tiba lebih dahulu. Dari pertemuannya dengan Bohler, ia mulai
  mengerti bahwa iman bukan hanya sekadar sebuah doktrin, melainkan
  suatu pengalaman memperoleh pengampunan dari Allah.

  Tetapi Wesley bertanya, "Bagaimana iman dapat diberikan dalam
  sekejap mata?" Ia mendapatkan jawabannya beberapa hari kemudian.

  Pada tanggal 20 Mei tahun 1738 Charles Wesley menerima kepastian
  penuh akan keselamatannya setelah membaca Tafsiran Kitab Galatia
  karangan Luther.

  Kira-kira jam lima pagi hari berikutnya, John membuka 2 Petrus 1:4
  dan membaca, "Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita
  janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu
  boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi."

  Pada malam harinya ia diundang menghadiri suatu pertemuan
  perkumpulan Kristen di Jalan Aldersgate. Ia menulis, "Pada suatu
  sore, dengan rasa segan, saya pergi ke sebuah pertemuan di Jalan
  Aldersgate. Di pertemuan itu ada seseorang yang membacakan kata
  pengantar Luther untuk Kitab Roma. Sementara ia menjelaskan, suatu
  perubahan dari Allah terjadi dalam hati saya melalui iman kepada
  Kristus. Saya merasa bahwa saya benar-benar percaya kepada Kristus,
  hanya Kristus saja, untuk memperoleh keselamatan.

  Hati saya terasa hangat sebab suatu jaminan diberikan kepada saya
  bahwa Ia telah menghapuskan semua dosa saya, dan menyelamatkan saya
  dari hukum dosa dan maut."

  Demikian Wesley memperoleh jaminan yang tidak dimilikinya, suatu
  kehidupan yang akan membuatnya bertahan selama setengah abad dengan
  energi yang tiada duanya. Ia telah menemukan pesan hidupnya.

  Dari Pesan kepada Metode

  Pada musim panas berikutnya Wesley mengunjungi kelompok Moravia di
  pusatnya di Sakson. Ia ingin melihat sendiri kuasa seperti yang
  disaksikannya di atas kapal.

  Ia bertemu dengan banyak orang yang memberikan teladan "jaminan
  sepenuhnya dari iman Kristen". Tetapi dengan cepat ia dapat melihat
  tanda-tanda pembenaran terhadap diri sendiri dalam diri mereka.

  Tidak lama kemudian, Wesley dan kelompok Moravia berpisah. Meskipun
  begitu ia sempat mendapat banyak hal dari mereka, terutama akan hal
  pembenaran oleh iman dan sistem kelompok kecil mereka dalam
  membangun pertumbuhan rohani.

  Beberapa waktu kemudian Wesley menerima undangan yang tidak terduga.
  George Whitefield telah mengikutinya sampai ke Georgia pada tahun
  1738, tetapi kembali pada musim gugur tahun itu untuk ditahbiskan
  menjadi pendeta. Karena tidak puas dengan kesempatan yang diberikan
  kepadanya di mimbar, ia mulai berkhotbah di lapangan-lapangan
  terbuka di dekat Bristol kepada para pekerja tambang batu bara yang
  jarang berani memasuki gereja.

  Suara Whitefield terang dan keras, dan kepiawaiannya dalam
  berkhotbah begitu menggerakkan hati pendengarnya sehingga ia dapat
  melihat "linangan air mata" mengalir dari pipi mereka yang hitam
  sementara mereka keluar dari lubang tambang. Ketika sejumlah besar
  pekerja tambang batu bara memohon belas kasihan Allah, Whitefield
  mendorong Wesley berkhotbah secara terbuka.

  Wesley tahu bahwa ia tidak dapat dibandingkan dengan kepandaian
  Whitefield dalam berkhotbah. Whitefield berbicara sebagaimana
  layaknya seorang cendekiawan dan pria terhormat. Tetapi yang menjadi
  keraguannya ialah karena sebelumnya ia tidak pernah membayangkan
  bahwa ia harus berkhotbah di tempat terbuka. Mengenai hal itu ia
  menulis, "Karena sepanjang hidup saya begitu keras kepala
  menghubungkan segala sesuatu dengan kesopanan dan aturan, saya
  hampir-hampir berpikir bahwa menyelamatkan jiwa seseorang di luar
  gereja merupakan suatu dosa."

  Sejak itu ia rajin mengadakan kebangunan rohani di mana-mana.
  Sepanjang sisa hidupnya ia berkhotbah kepada lebih dari 3.000 orang
  di tempat terbuka dan pertobatan selalu terjadi. Kebangunan rohani
  golongan Metodis telah dimulai.

  Wesley memberitakan kabar Injil kepada orang miskin di mana pun
  orang mau menerimanya. Ia menulis, "Saya memandang seluruh dunia
  sebagai jemaat; beban saya ialah memberitakan kabar kesukaan dan
  keselamatan kepada setiap orang yang mau mendengarkannya."

  Ia berkhotbah di penjara, di pemondokan kecil, dan di atas kapal.
  Pada sebuah amfiteater di Cornwall ia berkhotbah kepada 30.000
  orang. Ketika ia tidak diizinkan masuk dan berkhotbah dalam gereja
  Epsworth, ia berkhotbah kepada ratusan orang di halaman gereja
  sambil berdiri di atas makam ayahnya.

  Dalam catatan hariannya tertanggal 28 Juni 1774, Wesley mengklaim
  bahwa sedikitnya ia telah mengadakan perjalanan sejauh 7.250 km
  setahun. Itu berarti sepanjang hidupnya ia telah mengadakan
  perjalanan sejauh 400.000 km, atau 10 kali keliling dunia. Sebagian
  besar perjalanannya dilakukan dengan naik kuda.

  Wesley meninggal di London pada tanggal 2 Maret 1791. Usianya
  mendekati 88 tahun dan meninggalkan 79.000 pengikut di Inggris dan
  40.000 di Amerika Utara.

  Setelah kematiannya, golongan Metodis di Inggris mengikuti jejak
  saudara-saudaranya di Amerika Serikat dengan memisahkan diri dari
  gereja Anglikan.

  Pengaruh Wesley dan kebangunan rohani yang diadakannya berdampak
  luas melewati batas-batas gereja Metodis. Wesley telah membawa
  pembaruan dalam kehidupan beragama di Inggris dan koloni-koloninya.

  Sumber:
  1. Majalah Sahabat Gembala Agustus/September 1991.
  2. "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus", James
     C. Hefley.

  Diambil dari:
  Nama majalah: Sahabat Gembala, November 2006
  Judul artikel: John Wesley: Penginjil yang Takut Mati
  Penulis: BS
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup -- Gereja Kemah Injil Indonesia,
            Bandung
  Halaman: 46 - 50
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

S U R I A H

  Pada tahun 2008, Reach Global (EFCA) di Timur Tengah dan Afrika
  Utara memulai pelayanan mereka. Tim yang bekerja di wilayah itu
  mengutamakan pelayanan holistik, yaitu pelayanan untuk memenuhi
  kebutuhan fisik dan emosional serta kebutuhan rohani setiap
  individu. Mereka telah bekerja bersama dengan gereja, partner
  nasional, serta organisasi-organisasi misi yang memunyai pola pikir
  serupa untuk menolong orang-orang Suriah melalui pengharapan dalam
  Kristus. Pelayanan ini telah berhasil dan sebuah gereja telah
  dirintis.

  Pada bulan Juni 2010, pemerintah Suriah menutup gereja tersebut.
  Perkumpulan tersebut masih berharap mereka dapat bertemu untuk
  beribadah dan mempelajari Alkitab. Mereka berdoa agar mereka
  memiliki hikmat bagaimana dapat tetap beribadah sekaligus taat
  pada hukum. (t/Uly)

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14690]

  Pokok doa:
  * Doakan agar Tuhan membuka hati pemerintah Suriah sehingga mereka
    menunjukkan rasa toleransi yang lebih besar untuk pendirian
    gereja-gereja di negara tersebut.
  * Doakanlah agar orang-orang Suriah yang telah memeluk agama Kristen
    dapat menjadi saksi yang teguh bagi keluarga, teman, dan tetangga
    mereka.

P E R U

  Setiap 6 detik seorang anak meninggal akibat kelaparan yang melanda
  berbagai tempat di dunia ini. Oleh karena itu, Gleaning for the
  Hungry bekerja sama dengan Childcare Worldwide (CCWW) beberapa tahun
  ini membagikan manisan buah-buahan kepada anak-anak yang menderita
  kelaparan di seluruh dunia, salah satunya ke negara Peru. Pelayanan
  ini membawa sukacita bagi anak-anak di Peru.

  Namun, sering kali makanan yang mereka kirimkan tidak bertahan lama
  karena akan habis dimakan dengan cepat. Kemudian, anak-anak
  tersebut dan keluarga mereka masih akan terus bergumul untuk
  bertahan hidup. Selain itu, akan muncul pula kebutuhan-kebutuhan
  yang lain. CCWW berusaha melakukan yang terbaik untuk menyediakan
  makanan bagi banyak keluarga. Salah satu inisiatif CCWW adalah
  dengan menyediakan "Survival Pak" untuk keluarga-keluarga miskin.
  Setiap "Survival Pak" berisi keperluan-keperluan bulanan seperti
  beras, kacang-kacangan, minyak goreng, dan bahan-bahan makanan
  lainnya. Selain makanan fisik, makanan rohani juga diberikan ketika
  para pekerja CCWW membagikan kasih Kristus kepada anak-anak dan
  keluarga mereka.

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14678]

  Pokok doa:
  * Mengucap syukur untuk pelayanan Childcare Worldwide di Peru.
    Doakan agar melalui pelayanan mereka banyak orang dapat merasakan
    kasih Kristus.
  * Berdoa juga agar Tuhan menggerakkan hati setiap orang percaya dan
    gereja Tuhan di peru untuk terlibat melayani mereka yang
    kekurangan di Peru.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                  PENYERANGAN DI MARKAS KEPOLISIAN

  Penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak
  bertanggung jawab ke Markas Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Deli
  Serdang, Sumatera Utara, Rabu, 22 September 2010 dini hari sekitar
  pukul 00.35, menimbulkan kehebohan karena menewaskan tiga aparat
  kepolisian. Kantor polisi dilaporkan rusak berantakan dan dua mobil
  patroli terbakar. Akibat dari peristiwa ini menimbulkan guncangan,
  karena insiden ini dinilai sebagai aksi teroris. Upaya penangkapan
  secara tuntas pelaku serangan sangatlah diperlukan dalam membantu
  mengidentifikasi tantangan, terutama dalam memerangi gerakan
  terorisme sebagai kejahatan yang sangat menakutkan.

  Sumber: Kompas, Kamis, 23 September 2010, Halaman 6

  POKOK DOA:

  1. Minta hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan, agar presiden dapat
     mengambil keputusan bijaksana dalam menangani kasus ini.

  2. Doakan Polri, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Badan
     Intelijen Negara (BIN), agar terjalin kerja sama yang solid dalam
     penyelidikan dan penangkapan pelaku penembakan yang masih
     merajalela di beberapa tempat di Sumatra Utara.

  3. Mohon penyertaan Tuhan untuk setiap polisi selama bertugas, agar
     senantiasa dilindungi dan dimampukan untuk dapat bertugas dengan
     baik. Juga penyertaan Tuhan bagi setiap keluarga polisi, supaya
     mereka dapat mendukung dengan sepenuh hati.

  4. Berdoa agar tercipta kerja sama yang baik antara aparat pemerintah
     dengan masyarakat dalam menjaga keamanan dan ikut mendukung semua
     kegiatan penyelidikan dan pengejaran terhadap para pelaku
     penembakan.

  5. Meskipun situasi sedang mencekam dan mengkhawatirkan, doakan
     supaya masyarakat tetap tenang dan selalu waspada dalam
     menghadapi situasi ini dan juga terhadap orang asing (orang yang
     belum dikenal), serta tidak gegabah dalam bertindak.

  6. Doakan keluarga korban, agar tabah menghadapi situasi ini. Doakan
     juga agar Tuhan memampukan mereka untuk dapat mengampuni dan
     tidak menyimpan kepahitan terhadap para pelaku penembakan.

  7. Berdoa bagi upaya aparat di daerah-daerah lain agar semakin
     waspada terhadap keadaan sehingga dapat mengetahui dengan dini
     jika ada tanda-tanda kegiatan yang terkait kasus penembakan ini.

  8. Berdoa agar Tuhan memberi kesempatan kepada pelaku untuk sadar
     dan bertobat dari tindakannya yang merugikan sesama dan bangsa.

  9. Mohon belas kasihan Tuhan untuk bangsa Indonesia, agar Tuhan
     menolong bangsa ini untuk ingat akan kepentingan hidup bernegara
     yang benar dan adil sehingga menjunjung tinggi martabat manusia
     secara umum.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontributor: Davida Welni Dana
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org