Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/36

e-JEMMi edisi No. 36 Vol. 13/2010 (7-9-2010)

Dukungan Ketika Pulang

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Dukungan Ketika Pulang (1)
SUMBER MISI: Interdenominational Christian Missions
DOA BAGI MISI DUNIA: Internasional, Chad
DOA BAGI INDONESIA: Gunung Sinabung Kembali Meletus
______________________________________________________________________

                GIVING IS THE TRUE BARROMETER OF LOVE
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Minggu-minggu ini negara kita akan diramaikan dengan agenda tahunan
  para perantau, yaitu pulang ke kampung halaman. Baik yang merayakan
  maupun yang tidak merayakan Lebaran, biasanya akan memanfaatkan
  libur panjangnya untuk bertemu dengan sanak saudara di kampung
  halamannya. Ketika mudik, mereka bergembira ria bertemu orang-orang
  yang mereka kasihi untuk berbagi berkat dan cerita.

  Mungkin di antara para pembaca e-JEMMi pernah mengalami kejadian di
  atas. Kondisi atau kejadian serupa juga dialami oleh para utusan
  Injil yang sudah memasuki purnatugas ketika mereka kembali ke
  daerah asal mereka. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru
  dan orang-orang di sekitar mereka -- entah keluarga, tetangga,
  gereja. Tidak sedikit di antara mereka ada yang merasa kesepian dan
  stres. Selama bulan September e-JEMMi akan menyajikan tema bagaimana
  cara mendukung utusan Injil yang telah kembali dari ladang
  pelayanan. Semoga sajian kami dapat menambah wawasan bagi kita
  semua. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/misi/
  http://misi.sabda.org/

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                       DUKUNGAN KETIKA PULANG (1)

    Kepulangan merupakan pengalaman yang paling berat ketika berada
    lama di luar negeri. Ada masalah-masalah yang tidak diharapkan
    saat kepulangan.

  "Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu."
  (Kisah Para Rasul 14:28)

  Ayah saya adalah seorang utusan Injil. Saya dan saudara-saudari saya
  lahir di ladang misi. Ini menjadi kenangan hidup kami. Dengan penuh
  tanggung jawab, Ayah memimpin sebuah sekolah teologi sementara ibu
  mendampinginya dengan setia. Kami banyak dididik dengan melihat
  kehidupan praktis mereka, sebagaimana halnya yang diajarkan di kelas
  kami. Sepanjang tahun, mereka menghadapi berbagai macam tantangan
  yang merongrong para pekabar Injil. Setiap hambatan telah membawa
  mereka pada tingkat komitmen yang lebih kuat kepada Allah dan untuk
  melatih kepemimpinan nasional.

  Ketegangan antara orang-orang Kristen nasional dan para pemimpin
  utusan Injil seringkali terjadi. Namun ayahku adalah seorang juru
  damai. Dia mampu berdiri di tengah-tengah isu budaya yang sensitif
  tersebut. Seringkali kami mengalami masa-masa kekurangan dana
  sehingga kami telah terlatih untuk "mengencangkan ikat pinggang"
  kami. Kekecewaan yang terjadi karena siswa-siswa `unggulan` yang
  mengundurkan diri dari pelayanan Kristen hanya memperkuat keteguhan
  hati ayah untuk mencurahkan kehidupannya untuk orang lain.

  Akan tetapi, tantangan terberat yang dihadapi oleh ayah dan ibu
  adalah saat penangkapan ayah dan ketidakpastian antara hidup dan mati
  saat terjadinya kudeta militer. Seperti film perang, tentara-tentara
  mendobrak rumah kami dan menyandera ayah. Mereka yakin bahwa ayah
  punya kontak rahasia dengan musuh-musuh mereka.

  Setelah disekap selama 3 minggu, kudeta tersebut digagalkan. Ayah
  dibebaskan dan melanjutkan pekerjaannya di perguruan tinggi.

  Kemudian pada suatu musim panas ketika kami, anak-anak mereka, telah
  dewasa dan beberapa dari kami telah menikah dan ada yang kembali
  bekerja di ladang misi, ayah memanggil kami semua untuk pertemuan
  keluarga. Karena undangannya yang singkat serta desakannya untuk
  kehadiran kami di sana, kami tahu bahwa ada sesuatu yang tidak
  beres. Dalam ribuan tahun pun kami tidak akan pernah dapat
  membayangkan apa yang akan terjadi di pertemuan tersebut. Pertemuan
  keluarga itu singkat saja dan langsung pada pokok masalahnya. Pada
  intinya, ayah berkata, "Anak-anak, kalian perlu tahu ayah akan
  menceraikan ibumu. Ayah berencana menikahi Sue." Sue lebih muda dari
  saya! Dan selanjutnya, ayah berkata, "Ayah tidak begitu yakin lagi
  apakah Allah itu ada."

  Dunia sekuler pun mengatakan bahwa kepulangan (kembali ke negara
  asal) merupakan bagian yang paling berat dari seluruh pengalaman
  orang yang tinggal di luar negeri, dan perasaan itu tidak seharusnya
  diacuhkan. Ada masalah-masalah yang tidak terduga saat kepulangan
  mereka. Anggota keluarga yang pernah hidup di lingkungan budaya lain
  perlu belajar cara mengatasi kesulitan-kesulitan di tempat
  pekerjaan, komunitas, dan lingkungan sekolah masa kini.

  Menurut statistik Kristen, hampir 50 persen utusan Injil yang
  melakukan pelayanan pertama mereka kembali lebih awal atau tidak
  melayani lagi untuk masa pelayanan kedua. Orang-orang yang terluka
  ini perlu untuk mengidentifikasi dan memproses rasa sakit dan rasa
  marah dari sebuah kegagalan -- untuk mulai membangun kehidupan
  mereka kembali, agar mereka bertumbuh menuju keutuhan mental serta
  rohani.

  Dalam seminar misi seorang pemimpin menekankan "Setiap kali saya
  mengajarkan suatu seminar mengenai kebutuhan yang drastis untuk
  menolong utusan Injil yang baru pulang, selalu ada beberapa utusan
  Injil yang datang kepada saya dan berkata, `Saya merasa diri saya
  aneh. Namun saya tidak sanggup mengutarakan perasaan saya. Terima
  kasih Anda telah memberitahukan kepada saya bahwa wajar saja jika
  saya merasa sedikit tidak nyaman saat kembali.`"

  Baru-baru ini, saat saya menyelesaikan satu sesi dari seminar
  mengenai kepulangan, seorang wanita di bagian depan mulai
  tersedu-sedu, kemudian menangis dengan tidak terkontrol. Akhirnya,
  dengan mencucurkan air mata, dia meratap, "Saya baru kembali dari
  Indonesia setelah berada di sana selama 3 bulan. Saya mengalami
  semua yang Anda katakan. Mohon, tolong saya!"

  SITUASI KEPULANGAN

  Pada saat seseorang pulang kembali ke negaranya akan ada `kejutan`
  yang dirasakan. Gedung-gedung tua telah dihancurkan, gedung-gedung
  yang baru mengambil alih tempat mereka. Taman menjadi jalan raya.
  Kursi goyang nenek telah kosong. Utusan Injil tersebut mungkin sudah
  mendengar kabar tentang semua hal ini. Namun ketika ia sampai di
  rumah dan melihat sendiri semua itu, ia tersentak. Sama halnya
  dengan setruman listrik, faktor-raktor ini perlahan-lahan akan dapat
  dimengerti dan diterima .

  `Perasaan tertekan` saat pulang merupakan isu yang lain. Ada
  kerenggangan mental pada saat ide dan ideal-ideal yang baru
  bercampur dengan yang lama. Ada tekanan rohani yang disebabkan oleh
  munculnya pikiran secara terus-menerus tentang dunia yang hilang
  dalam dosa dan pikiran bahwa kita tidak melakukan apa-apa terhadap
  kebutuhan tersebut.

  Ada pula gaya tarik jasmaniah ketika para utusan Injil yang baru
  kembali disuguhi oleh orang-orang yang berniat baik dengan makanan
  yang sangat banyak. "Kamu kurus sekali! Ayo makan lagi!"

  Ada perasaan yang janggal ketika dia mencoba membenarkan memakai
  baju-baju yang baru di lemarinya yang bernilai jutaan rupiah yang
  baru saja diberikan kepadanya, sementara beberapa hari sebelum dia
  meninggalkan tempat pelayanannya ada seorang teman menolak menerima
  sehelai baju pemberiannya dengan berkata, "Saya sudah punya satu
  baju ketika satu baju yang satu lagi saya cuci. Tiga baju akan
  sia-sia."

  Ya, suasana rumah dengan orang-orang, tempat-tempat dan hal-hal yang
  erat dengan rumah sudah berubah. Secara dramatis, utusan Injil
  tersebut telah berubah secara sosial, emosional, mental, fisik, dan
  lebih dari yang lain adalah secara spiritual. Di antara sesama
  utusan Injil perubahan ini terjadi secara perlahan sehingga
  perubahan tersebut hampir tidak disadari. Tetapi ketika bertemu
  [dengan orang-orang di rumah], perubahan tersebut tampak drastis.

  Tidak diragukan lagi, semakin lama utusan Injil tersebut telah
  pergi, semakin meningkat pula tekanan tersebut saat kepulangan
  mereka. Seluruh hidup Rasul Paulus diubahkan hanya dalam waktu
  beberapa menit dalam perjalanannya ke Damsyik!

  Ada faktor lain yang perlu diperhitungkan dalam mendukung
  misionaris-misionaris yang baru kembali: penyangkalan. Beberapa
  pekerja Tuhan kemungkinan menyiapkan diri kembali ke tanah air dan
  menyangkal bahwa mereka tidak akan tertekan saat pulang. Beberapa
  memang melapisi diri mereka sendiri dengan pemikiran: "Tidak
  mungkin, itu tidak akan terjadi pada saya."

  Penyangkalan bisa berarti bunuh diri, baik secara emosional,
  spiritual, dan mental. Secara literal pun, ada utusan Injil yang
  bunuh diri karena [tidak kuat menghadapi] kejutan dan tekanan yang
  dihadapi saat mereka pulang.

  Seorang utusan Injil yang kembali barangkali berpikir, "Lihat saja,
  bagaimana mudahnya saya beradaptasi di ladang misi apalagi ini hanya
  masalah penyesuaian diri dengan kebudayaan sendiri. Tidak ada
  masalah. Saya hanya pulang ke rumah!"

  Perhatikanlah kekeliruan-kekeliruan dalam pernyataan tersebut:

  1. proses adaptasi [ketika ia pertama melayani] mungkin tidaklah
     semudah yang ia pikir saat ini, 2. sebelum ia pergi [bermisi] ia sudah mempersiapkan diri
     berbulan-bulan (bahkan bertahun-tahun) untuk menyesuaikan diri, 3. orang-orang yang ia layani mungkin sudah terbiasa dengan budaya
     Amerika [jika utusan Injilnya dari Amerika], dan tahu cara
     membantunya beradaptasi. Di berbagai budaya, orang-orang cenderung
     baik, tidak menuntut, dan pemaaf terhadap utusan Injil.

  Tidak ada satu pun dari faktor-faktor tersebut yang akan membantunya
  ketika ia kembali. Mungkin teman-temannya yang tidak peka
  menggemakan kata-kata yang sama, "Apa masalahnya? Dia kan hanya
  pulang kampung!" Karena sebagian besar mereka tidak pernah keluar
  dari zona kenyamanan mereka, mereka sama sekali tidak dapat
  membayangkan apa yang telah dijalani utusan Injil tersebut untuk
  hidup dan melayani di tengah-tengah kebudayaan yang berbeda. Banyak
  pendukung menganggap bahwa kepulangan pada dasarnya bukanlah suatu
  masalah.

  Kesadaran terhadap faktor-faktor ini dapat mempersiapkan Anda untuk
  menjadi teman yang mendukung dalam proses "kembali ke negara asal"
  tersebut.

  TANTANGAN SAAT PULANG

  Sebagai teman yang mendukung utusan Injil yang baru pulang, Anda
  perlu membuka mata dan telinga Anda terhadap tanda-tanda `kejutan
  budaya balik`. Seorang pekerja yang baru kembali dari ladang
  pelayanan adalah orang yang paling tidak siap menghadapi adanya
  perubahan situasi dan keadaan. Dia mengetahui ada sesuatu yang tidak
  beres! Perasaan kesepian, perasaan kecewa dan diabaikan, perasaan
  terisolasi dan tidak dibutuhkan, dan segala sesuatu di sekitarnya
  yang berjalan sangat cepat -- semuanya itu bisa membuat ia berteriak
  dalam hati, "Jangan cepat-cepat! Jangan cepat-cepat!" Tapi tetap saja
  keadaan tidak bisa menjadi lebih lambat.

  Anda harus mengambil inisiatif. Anda harus menjadi unit pertolongan
  pertama untuk utusan Injil yang baru pulang [di gereja Anda].

  Seorang utusan Injil yang baru pulang akan mengalami satu atau lebih
  dari delapan tantangan di bawah ini. (Kita akan membahas tiga yang
  pertama, sementara sisanya akan dibahas pada edisi berikutnya)

  1. Bidang Profesional
     Setelah berpetualangan di luar negeri dan kembali ke pekerjaan
     lamanya, seorang utusan Injil bisa merasa bosan. Kemungkinan
     besar ia akan merasa bahwa kemampuan dan pengalamannya akan tidak
     terpakai. Ia juga mungkin akan merasa kehilangan kebebasan.

  2. Bidang Material-Finansial
     Saat para utusan Injil kembali, kemungkinan masalah finansial
     akan menimbulkan rasa tertekan. Kesenjangan kekayaan dapat
     menyebabkan stres bahkan sebelum utusan Injil tersebut berangkat.
     Dan anak-anak sama rentannya dengan orang dewasa.

  3. Bidang Kebudayaan
  4. Bidang Sosial
  5. Bidang Bahasa
  6. Bidang Politik Nasional
  7. Bidang Pendidikan
  8. Bidang Spiritual-Kerohanian

  Bidang Profesional

  Setelah berpetualangan di luar negeri dan kembali ke pekerjaan
  lamanya, dia bisa merasa bosan. Sama halnya dengan itu, ia juga
  dapat mengalami sindrom "ikan besar dalam kolam yang kecil" [pada
  saat ia bermisi]. Sesudah pulang, tiba-tiba dia menjadi seekor ikan
  kecil dalam suatu kolam yang jauh lebih besar! Ia akan meratap, "Oh,
  pelita kesaksianku bersinar jauh lebih terang ketika aku berada di
  tempat yang gelap di luar sana!"

  Kemungkinan besar utusan Injil ini akan merasa bahwa kemampuan dan
  pengalaman yang telah ia peroleh selama bekerja di ladang Tuhan akan
  tidak terpakai. Ia juga mungkin merasa kehilangan kebebasan karena
  mereka bekerja di bawah orang lain dan terus-menerus diperhatikan.
  Ada kalanya perasaan lama [duniawi] untuk bekerja mati-matian untuk
  mengejar sesuatu yang sia-sia kembali menghantuinya.

  Pada beberapa bidang pekerjaan, jika tidak bekerja selama setahun
  hingga 2 tahun maka ia akan kehilangan pekerjaan lama tersebut.

    Seorang wanita yang bekerja di bidang komputer menyadari hal ini
    ketika ia sedang masuk ke tahap pelatihan utusan Injil sebelum dia
    dikirim bermisi paruh waktu. Dengan membantunya mengatasi stres
    yang akan terjadi tersebut sebelum ia pergi akan membuat proses
    kepulangannya lebih mudah untuknya. Setelah ia pulang, ia
    berkata, "Saya tidak akan bekerja lagi di bidang komputer. Saya
    saat ini bekerja di rumah perawatan. Saya melihat [pekerjaan saya]
    sekarang sebagai pelayanan, dan pelatihan medis yang saya dapatkan
    akan membukakan kesempatan-kesempatan baru bagi saya untuk pergi
    melayani di ladang-ladang yang memerlukan pekerja [yang menguasai
    medis]."

  Masalah Finansial

  Di negara Barat, biaya hidup yang diperlukan biasanya jauh lebih
  mahal [dibanding dengan negara berkembang yang biasa menjadi tujuan
  misi]. Hal itu tidak serta-merta berarti bahwa utusan Injil tersebut
  menghamburkan lebih banyak uang untuk barang-barang yang lain
  dibanding dengan orang-orang di negara yang ia layani.

  Saat para utusan Injil kembali, kemungkinan masalah finansial akan
  menimbulkan rasa tertekan! Ketika mereka melihat anak-anak remaja
  yang punya rak yang penuh dengan baju menangis, "Saya tidak punya
  baju untuk dipakai!" ia teringat dengan waktu yang dihabiskannya
  untuk mengemis kepada "orang-orang di rumah" beberapa puluh ribu
  rupiah untuk memberi makan dan pakaian kepada anak-anak di sekitar
  tempat pelayanannya.

    Seorang utusan Injil yang baru kembali berkata, "Kekayaan negara
    ini sangat sulit untuk dikelola, namun kekayaan gereja jauh lebih
    sulit lagi untuk saya hadapi." Utusan Injil lain berkata, "Ada
    suatu peristiwa yang terjadi pada istriku. Beberapa bulan setelah
    kami kembali dari Mozambik, dia sedang berjalan dengan santai di
    sebuah supermarket, memilih ini dan itu secara bijaksana. Tiba-
    tiba, sebuah perasaan mencekam yang kuat menggerogotinya. Ia mulai
    berpikir, "Terlalu banyak pilihan! Terlalu banyak pilihan! Saya
    harus keluar dari sini!" Dia meninggalkan kereta belanjanya yang
    separuh penuh, berjalan cepat ke mobilnya dan pulang ke rumah!"

    Seorang utusan Injil yang lain menceritakan pengalamannya, "Di
    Brasil, karena berbagai kondisi ekonomi dan kehidupan, kami tidak
    pernah berpikir tentang `kepemilikan pribadi`. Ketika kami tiba di
    rumah, saya mulai bekerja dengan rekan sepelayanan yang
    menggunakan sebuah pulpen Bic yang ujungnya tajam. Ketika kami
    pergi [ke Brasil] dulu belum ada pena semacam itu di pasaran. Ia
    meminjamkannya kepadaku. Saya berkata kepadanya bahwa saya suka
    pena tersebut dan bahwa tulisan saya menjadi bagus. Pada hari
    berikutnya ia `memberikan` sebuah pena seperti kepunyaannya itu
    kepadaku. `Nih, untukmu.` Selama beberapa hari berikutnya, saya
    sebentar-sebentar akan berhenti sejenak dan mengamati `harta`
    seharga 4.900 perak tersebut. `Pena ini milikku! Pena ini benar-
    benar milikku!`"

  Anda mungkin akan berkata, "Ah, ada-ada saja!" Ya, tapi inilah
  sebuah contoh nyata dari kejutan budaya balik.

  Kesenjangan kekayaan dapat menyebabkan stres bahkan sebelum utusan
  Injil tersebut berangkat. Dan anak-anak sama rentannya dengan orang
  dewasa.

    Bill dan Alice pernah menjadi orangtua asuh bagi organisasi
    Penerjemah Alkitab Wycliffe di rumah untuk anak-anak di bagian
    utara Filipina. Anak mereka, William, sempat menghabiskan waktunya
    selama seminggu bersama suku asli di pedalaman.

    Sekembalinya mereka ke kantor pusat Wycliffe, Alice memerhatikan
    William melihat-lihat ke dalam lemari pakaiannya, dan ia menangis.
    Dengan berpikir bahwa mungkin William sedih karena baju yang ia
    miliki tidak sebanyak yang ia miliki saat di Amerika, Alice
    menghampiri William lalu berusaha menghiburnya. Setelah beberapa
    kali menolak untuk dihiburkan, William berkata, "Tidak Mama, aku
    sedih karena aku punya `sangat banyak` dibanding dengan
    teman-teman baruku di pedalaman."

  Masalah Kebudayaan

  Kepercayaan, nilai, sikap, dan kebiasaan-kebiasaan yang baru
  [diperoleh dari ladang misi] telah menjadi sebuah bagian dari
  kehidupan utusan Injil yang baru kembali. Mungkin ia telah
  beradaptasi terhadap kebudayaan dengan tempo kehidupan yang lambat,
  dengan suasana yang lebih santai, perhatian kepada teman dan relasi,
  makanan yang lebih berbumbu, serta tidur siang....

  Utusan Injil tersebut mungkin berusaha untuk mempertahankan
  kebiasaan-kebiasaan barunya tersebut sedapat mungkin. Ketika jadwal
  baru dan sikap-sikap orang terhadapnya tidak memungkinkannya untuk
  melakukan kebiasaan-kebiasaannya tersebut, ia akan merasa tidak
  senang dan `tertekan`!

  Salah satu harapan utama dari kebanyakan utusan Injil yang baru
  pulang adalah orang-orang akan tertarik untuk mendengar pengalaman
  mereka.

    "Ketika kami diundang ke rumah seseorang untuk makan malam,"
    seorang misionari yang baru pulang menulis surat, "Kami menduga
    akan diminta untuk menceritakan pengalaman misi kami yang menarik.
    Usai makan malam yang lezat, kami diarahkan ke ruangan keluarga.
    Saya berpikir, `Sekarang kesempatan kami`. Tetapi ketika sang tuan
    rumah menyalakan televisi, ia berkata, `Ayo, saya yakin kamu akan
    menikmati menonton sepak bola dari TV layar lebar 29 inci kami!`
    Perkataan itu amat menghancurkan saya!"

  Berbeda sekali kisah yang diceritakan tentang gereja di Antiokhia
  yang menyambut para pionir utusan Injil mereka yang letih karena
  perjalanan. "Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat
  itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk
  memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. Setibanya di situ
  mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala
  sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia
  telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman." (Kisah Para
  Rasul 14:26-27).

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Melayani Sebagai Pengutus
  Judul buku asli: Serving as Senders
  Penulis: Neal Pirolo
  Penerjemah: Tim OM Indonesia, Lazarus Toenlioe (koord.)
  Penerbit: OM Indonesia
  Halaman: 127 -- 136

  Diterjemahkan ulang dari:
  Judul buku: Serving as Senders
  Penulis: Neal Pirolo
  Penerbit: Operation Mobilization Literature Ministry,
            Waynesboro, GA 30830, 1991
  Halaman: 135 -- 142
______________________________________________________________________
SUMBER MISI

INTERDENOMINATIONAL CHRISTIAN MISSIONS
==> http://www.icmweb.org

  Interdenominational Christian Missions (ICM) adalah organisasi misi
  yang memiliki basis pelayanan di Amerika Tengah. Organisasi ini
  berdiri pada tahun 1996 dan dipimpin oleh Ralph Fair. Mereka bekerja
  sama dengan gereja-gereja dan tim misi dari seluruh dunia. Misi
  mereka adalah menyediakan dukungan yang berpusat pada Kristus dan
  bekerja untuk membawa keselamatan kepada semua orang, khususnya
  orang miskin di Amerika Latin dengan memberikan bantuan berupa
  makanan, pakaian, pendidikan, serta konseling. ICM juga rindu
  mencetak generasi muda untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru
  Selamat mereka serta membentuk anak-anak muda untuk menjadi pemimpin
  di masa depan. Salah satu proyek yang sudah dan sedang dikerjakan
  oleh ICM adalah merawat dan mendanai anak-anak yatim piatu (menjadi
  orangtua asuh). Selain itu, ICM mendukung pelayanan di Kosta Rica,
  El Salvador, Honduras, dan Peru. Anda dapat mendukung pelayanan
  mereka melalui bantuan dana yang nantinya akan ditujukan untuk
  menolong anak-anak yatim piatu di sana. (DIY)
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

I N T E R N A S I O N A L

  Alkitab New International Version (NIV) baru selesai dibuat dalam
  bahasa Arab. Berikutnya, Biblica (dulu dikenal dengan nama
  International Bible Society) akan mulai mencetak Alkitab-Alkitab
  tersebut. Jika telah dicetak, Alkitab-Alkitab ini akan memberikan
  lebih banyak akses kepada orang-orang dari Timur Tengah dan Afrika
  Utara kepada firman Allah. Barangkali, banyak dari mereka yang tidak
  pernah membaca Alkitab, terutama dalam bahasa asli mereka sendiri.

  Bagi orang-orang Kristen dalam wilayah ini, Alkitab yang akan
  dicetak akan menjadi alat yang luar biasa tidak hanya untuk
  memperdalam iman mereka kepada Kristus, tetapi juga untuk memberikan
  petunjuk bagaimana cara menjangkau saudara-saudara mereka dengan
  pesan kekal.

  Bagi mereka yang belum membuat keputusan menerima Kristus, Alkitab
  ini akan menjadi sumber untuk mempelajari pribadi Kristus dan
  menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan mereka.

  Dengan membagikan setiap salinan, Biblica akan menjadi semakin dekat
  dengan penyelesaian pekerjaan mereka, seperti yang dikatakan di
  Website mereka: bahwa "setiap orang di dunia diberi kesempatan untuk
  bertemu dengan Yesus Kristus lewat Firman Allah dan diubahkan." (t/Uly)

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14570]

  Pokok doa:
  * Doakan upaya Biblica dalam mencetak dan mendistribusikan Alkitab
    kepada orang-orang di Timur Tengah dan Afrika Utara, agar Tuhan
    mencukupkan setiap keperluan yang dibutuhkan, baik dana dana daya.
  * Doakan juga bagi mereka yang akan menerima Alkitab ini, agar Tuhan
    memampukan mereka untuk mengerti dan memahami apa yang tertulis di
    dalam Alkitab.

C H A D
  Fasilitas-fasilitas medis di Chad sangat terbatas. Obat-obatan
  tersedia dalam jumlah yang sangat kecil atau tidak tersedia sama
  sekali.

  Africa Inland Mission (AIM) bekerja sama dengan Gereja Injili di
  Chad untuk memenuhi keperluan-keperluan fisik dan rohani mereka. Dr.
  AF dari AIM mengoordinasikan dan membimbing pelayanan dari 37 Pusat
  Kesehatan di bawah kerja sama mereka. Akhir-akhir ini, pemerintah
  meyediakan dana bagi rumah sakit tersebut untuk membeli sebuah
  kendaraan dan peralatan penting lainnya.

  AF berharap mereka bisa lebih mengutamakan tugas mereka mengajar di
  rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan, termasuk untuk pelayanan yang
  berkualitas dan pemuridan. Tim ini juga mengerjakan sebuah proyek
  yang membantu pelayanan HIV di rumah sakit ini, tetapi proyek ini
  masih baru memasuki tahap awal.

  AF adalah seorang dokter umum di Long Buckby, Inggris sebelum
  meninggalkan Kenya pada tahun 1988. Tahun 2004, dia pindah ke Chad
  untuk membantu pertumbuhan cabang medis misi untuk AIM.

  Doakan agar petugas-petugas administrasi klinik-klinik di sana
  menemukan cara untuk meneruskan pelayanan mereka. Doakanlah agar
  Tuhan memberikan stamina dan ketabahan bagi staf yang mengemban
  pekerjaan yang berat. Doakan agar jalan terbuka bagi Injil.

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14580]

  Pokok doa:
  * Doakan proyek AIM supaya dapat menolong mereka yang terjangkit HIV,
    Doakan agar Tuhan memberi hikmat kepada mereka dalam menemukan
    strategi dan melayani mereka yang terkena HIV.
  * Berdoa agar melalui pelayanan AIM di Chad mereka dapat menjangkau
    banyak jiwa yang belum percaya, dan membantu mereka yang telah
    mengenal Kristus untuk bertumbuh di dalam iman.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                     GUNUNG SINABUNG KEMBALI MELETUS

  Subuh tanggal 3 September 2010, Gunung Sinabung kembali meletus.
  Menurut berita, letusannya lebih besar dari yang sebelumnya (29
  Agustus 2010), padahal sejak kemarin, pengungsi di luar ring radius
  6 km sudah berangsur dikembalikan ke desa masing masing.

  Tentunya pengungsi akan berdesakan lagi di posko-posko penampungan
  di kota Kabanjahe dan Brastagi. Dari pengamatan, kondisi pengungsi
  sangat menderita. Walah ada bantuan logistik dari pemerintah,
  tetaplah sulit untuk menyediakan makanan bagi puluhan ribu
  pengungsi. Kondisi ini diperparah lagi dengan keterbatasan sanitasi
  untuk mandi, cuci, dsb.. Pada malam hari udara sangat dingin karena
  kedua kota tersebut berada di dataran tinggi.

  Kiriman: Ikuten Barus, Alumni PESTA dan putra daerah yang berasal
           dari desa Bakerah di punggung gunung Sinabung.

  POKOK DOA:

  1. Doakan agar Tuhan memberi kekuatan dan ketabahan kepada masyarakat
     di sekitar gunung Sinabung yang menjadi korban letusan gunung ini.

  2. Doakan juga agar Tuhan memampukan pemerintah setempat dalam
     memberikan tempat perlindungan yang aman kepada masyarakat
     melalui upaya-upaya evakuasi.

  3. Berdoa agar Tuhan melindungi para korban letusan gunung Sinabung
     dari sakit-penyakit yang diakibatkan minimnya fasilitas dan
     kondisi cuaca di posko-posko.

  4. Berdoa juga bagi bantuan logistik yang akan disalurkan supaya
     benar-benar membantu para pengungsi yang membutuhkan.

  5. Doakan juga agar melalui peristiwa ini, masyarakat di sana
     semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, dan bisa memaknai dan
     menggunakan hidup mereka selanjutnya untuk lebih setia dalam
     melayani Tuhan.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org